Anda di halaman 1dari 7

Mata Kuliah : Teori-Teori Komunikasi

Bobot Sks : 3
Dosen Pengembang : Yayu Sriwartini
Tutor : 1. Siska Fitriah, S.Sos., M.Si
2. Arifiah, S.Ikom., M.Ikom
Capaian : 1. Mampu menjelaskan ranah/tradisi teori
Pembelajaran Mata komunikasi
Kuliah 2. Mampu menjelaskan dan
mendiskusikan teori-teori komunikasi
di setiap ranah/tradisi
3. Mampu memberikan contoh dari
penjelasakan teoriteori komunikasi
yang dipelajari
4. Mampu menganalisis fenomena-
fenomena sosial dari perspektif teori
komunikasi
Kompetentsi Akhir Di Mampu memahami, menjelaskan kembali dan
Setiap Tahap (Sub- memberikan contoh aplikasif teori-teori
Cpmk) hubungan antara individu dengan individu,
atau individu dengan lembaga dalam konteks
penyiaran digital dan komunikasi serta
komunikasi perusahaan (bagian 1)
Minggu Perkuliahan Ketiga (3)
Online Ke-

TEORI-TEORI PENGEMBANGAN HUBUNGAN

Pendahuluan

Sebagai makhluk sosial, setiap individu pasti memerlukan interaksi dengan individu
laian atau dengan kelompok dan organisasi lainnya. Dalam proses interaksi ini sudah jelas
akan membentuk suatu hubungan (relasi), baik hubungan dengan teman, keluarga, sahabat,
mitra kerja, dengan pimpinan atau dengan bawahan. Dalam konteks bisnis pasti ada
hubungan dengan klien, pelanggan dan lainnya. Ruanglingkup hubungan (relasi) ini sangat
luas dan dapat menjelaskan berbagai hubungan lainnya. Dalam perspektif ilmu komunikasi,
fenomena hubungan ini dijelaskan oleh beberapa teori. Mulai dari teori yang menjelaskan
awal hubungan dalam rangka pengurangan ketidakpastian, sampai pada teori keakraban,
pertukaran sosial dan pengelolaan informasi yang pribadi.

Isi topik
1
A. Teori Pengurangan Ketidakpastian (uncertainty Reduction Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Charles Berger. Menurutnya permulaan hubungan
pribadi penuh dengan ketidakpastian. Tidak seperti teori penetrasi sosial yang mencoba
meramalkan kelanjutan hubungan berdasarkan ganjaran-ganjaran (rewards) dan biaya-
biaya (costs) yang sudah diperhitungkan, teori ini fokus kepada hal mengenai bagaimana
komununikasi manusia digunakan untuk memperoleh pengetahuan dan menciptakan
pemahaman.
Asumsi utama teori ini adalah ketika orang yang tidak saling mengenal bertemu,
perhatian utama adalah salah satu dari kemungkinan mengurangi ketidakpastian, atau
meningkatkan ketidakpastian tentang perilaku mereka dan oranglain dalam interaksi.
Berger berpendapat ada tiga hal yang dapat dijadikan pertimbangan seseorang untuk
mengurangi ketidakpastian tentang kenalan barunya, yakni:
1. Antisipasi interaksi lanjutan di waktu berikutnya: dalam hal ini kita meyakini akan
bertemu lagi dengan orang yang bersangkutan.
2. Nilai insentif: di sini karena ada sesuatu yang diinginkan dari orang yang
bersangkutan
3. Penyimpangan: maskudnya ada keanehan atau keganjilan yang ditunjukkan orang
yang bersangkutan.

Berger mengajukan sejumlah axioma-axioma untuk menjelaskan hubungan antara


konsep utamanya tentang ketidakpastian dengan delapan (8) variabel kunci tentang
pengembangan hubungan, yakni: hasil verbal (verbal output), kehangatan nonverbal
(nonverbal warmth), pencarian informasi (information seeking), pengungkapan diri (self
disclosure), timbal balik (reciprocity), kesamaan (similarity), rasa suka (liking), dan jaringan
bersama (shared networks).
Secara tradisional axioma dianggap sebagai suatu kebenaran yang tidak perlu
dibuktikan dibuktikan lagi. Berikut ini delapan aksioma tentang ketidakpastian awal:
Axioma-1, komunikasi verbal: biasanya ketidakpastian pada tingkat tinggi muncul pada
permulaan tahap awal, ketika jumlah komunikasi verbal di antara orang-orang yang
tidak saling mengenal tersebut meningkat, derajat ketidakpastian masing-masing
pelaku interaksi dalam suatu hubungan akan menurun. Ketika ketidakpastian
berikutnya terkurangi, jumlah komunikasi verbal akan meningkat.

Contoh: kita duduk berdekatan dan saling diam dengan orang yang tidak kita kenal.
Awalnya keadaan terasa kaku dan mungkin tidak menyenangkan. Namun ketika
orang di sebelah kita memulai percakapan, maka kita keadaan terasa sedikit mencair.
Ketika kita sudah mulai merasa nyama dengan suasananya, maka ritme percakapan
akan meningkat.

Axioma-2, kehangatan non-verbal: ketika pengungkapan nonverbal meningkat, tingkat


ketidakpastian akan menurun pada situasi interaksi awal. Sementara penurunan
tingkat ketidakpastian akan menyebabkan meningkatnya pengekspresian komunikai
nonverbal.

Contoh: Anda berpapasan dengan seorang dosen anda. Lalu dosen anda
menganggukkan kepala sambil menyunggingkan senyumnya, maka anda akan
berpikiran positif tentang dosen tersebut.

2
Axioma-3, pencarian informasi: tingkat ketidakpastian yang tinggi menyebabkan
meningkatnya perilaku pencarian informasi. Ketika tingkat ketidakpastian menurun,
perilaku pencarian informasi akan menurun.

Axioma-4, pengungkapan diri: tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam suatu hubungan
menyebabkan menurunnya tingkat keakraban isi komunikasi. Tingkat ketidakpastian
yang rendah menghasilkan tingkat keakraban yang tinggi.

Seperti halnya Altman dan Taylor, Berger pun menyamakan keakraban komunikasi
dengan kedalaman pengungkapan diri.

Axioma-5, saling berbalasan: tingkat ketidakpastian yang tinggi menghasilkan tindakan


resiprokal yang rata-rata tinggi. Tingkat ketidakpastian yang rendah menghasilkan
tingkat resiprokal yang rendah.

Axioma-6, kesamaan: kesamaan yang dimiliki akan mengurangi ketidakpastian, sedangkan


ketidaksamaan menghasilkan ketidakpastian yang tinggi.

Axioma-7, perasaan suka: peningkatan tingkat ketidakpastian menghasilkan menurunnya


perasaan suka; sebaliknya penurunan ketidakpastian menghasilkan rasa suka yang
meningkat.

Axioma-8, jaringan bersama: jaringan komunikasi bersama akan mengurangi ketidakpastian,


sedangkan kurangnya jaringan bersama akan meningkatkan ketidakpastian.

Contoh: Tini dan Tono adalah sepasang kekasih. Baik Tono maupun Tini sering
berkomunikasi dengan sanak saudara, teman dan kerabatnya masing-masing. Dengan
demikian, Tini akan mendapatkan banyak informasi tentang Tono. Begitu pula
sebaliknya dengan Tono.

B. TEORI PENETRASI SOSIAL (SOCIAL PENETRATION THEORY)


Penggagas teori: Irwin Altman & Dalmas Taylor

Struktur kepribadian manusia menurut Altman dan Taylor diibaratkan dengan bawang
merah yang memiliki lapisan-lapisan. Pada manusia, tiap-tiap lapisan ini
menginformasikan suatu hal. Altman dan Taylor membagi struktur kepribadian
manusia ke dalam tiga lapisan:
a. Lapisan permukaan (surface layer). Di sini, ada beberapa hal tentang kita yang
kita memberikan akses kepada semua orang untuk mengetahuinya. Seperti
bagaimana wajah kita, warna kulit kita, lalu informasi latar belakang pendidikan
kita, pekerjaan, tempat tinggal.

b. Lapisan semipribadi (semiprivate layer). Pada lapisan ini, kita hanya


menampakkan atau memperlihatkannya pada sebagian orang saja. Misalnya
tentang keluarga. Contoh, hanya beberapa orang saja yang mengetahui hobi kita.
Atau misalkan kita para mahasiswa universitas X mengetahui si Yanto sebagai
seorang yang berpakaian urakan, kesannya pria yang tidak baik. Tapi ternyata ada
beberapa mahasiswa yang tahu bahwa si balik penampilannya yang urakan itu, si
Yanto juga seorang yang relijius.

3
c. Lapisan inti (inner core). Ini dikatakan sebagai wilayah pribadi yang khas, yang
tidak terlihat secara kasat mata, namun memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap wilayah kehidupan yang terdekat dengan lapisan sebelumnya. Termasuk
ke dalam inner core adalah nilai-nilai yang dianut individu tersebut, konsep diri,
konflik-konflik pribadi yang sulit terpecahkan.

Menjadi orang yang terbuka dan membuka diri untuk dikritik, menurut Altman dan
Taylor adalah satu proses untuk meningkatkan keakraban (penetrasi). Upaya utama
dalam penetrasi sosial adalah self disclosure. Ada dua istilah yang relavan
menjelaskan penetrasi sosial, yakni:
a. Kedalaman pengungkapan diri (the depth of self disclosure): menunjukkan derajat
keakraban. Bila diasosiasikan dengan lapisan bawang merah, maka the depth
penetration adalah lapisan paling dalam. Menurut Altman & Taylor, sebelum
mengupas lapisan paling dalam, terlebih dahulu lapisan paling atas yang dikupas.
Biasanya informasi yang dipertukarkan seputar data-data biografi. Dalam
kerangka teori penetrasi sosial, Altman dan Taylor menggarisbawahi empat (4)
observasi tentang proses penetrasi sosial yang terjadi pada dua orang atau lebih
yang sedang berinteraksi.
a. Seluruh info tentang diri masing-masing dipertukarkan lebih sering dan lebih
cepat dibandingkan informasi yang bersifat pribadi. Penelitian Arthur
VanLear, seorang profesor komunikasi dari Universitas Connecticut, tentang
percakapan dalam pengembangan hubungan menunjukkan bahwa sebanyak
65 persen responden lebih suka membicarakan masalah-masalah yang sifatnya
umum, 19 persen menyukai pembicaraan yang bersifat semipersonal, 14
persen tidak membicarakan tentang pembicara dan hanya 2 persen saja yang
membicarakan masalah pribadi.
b. Pengungkapan diri akan timbal balik, terutama di tahap awal pengembangan
hubungan.
c. Penetrasi akan terlihat cepat di awal hubungan, namun lambat ketika akan
mencapai lapisan paling dalam.
d. Depenetrasi merupakan proses penarikan diri yang bertahap. Hubungan dua
orang akan memburuk jika masing-masing sudah mulai menutup wilayah
tertentu yang sebelumnya terbuka.
 Keluasan pengungkapan diri (the breadth of self disclosure); menunjukkan
banyaknya bidang (area) yang diungkapkan. Tidak hanya masalah kuliah, tapi
juga masalah hobi, keluarga, teman, dll yang diungkapkan secara detil oleh
seseorang. Jadi sebuah hubungan yang intim harus menunjukkan adanya keluasan
dan kedalaman pengungkapan diri tentang berbagai hal.

Menurut Teori Penetrasi Sosial, hubungan dua orang yang berinteraksi akan menjadi
lebih dekat jika keuntungannya (reward) lebih besar daripada kerugiannya (cost).
Teori ini juga memeliki relevansi dengan Teori Pertukaran Sosial yang dikemukakan
psikologis John Thibaut dan Harold Kelley. Konsep utama Teori Pertukaran Sosial
adalah Hasil yang dicapai dari hubungan (relational outcome), kepuasan yang
diperoleh dari hubungan (relational satisfaction) dan kestabilan hubungan (relational
stability).

Outcome:

4
Menurut Thibaut dan Kelley, setiap orang berusaha memprediksi hasil dari sebuah
interaksi sebelum mereka berinteraksi. Teori ini berasumsi bahwa kita bisa dengan
akurat menaksir hasil dari beragam interaksi dan bahwa kita memilik indera yang
baik untuk memilih tindakan apa yang kira-kira memberikan hasil terbaik. Pada
awal hubungan, kita cenderung melihat tampilan fisik, kesamaan background, serta
kesepakatan bersama sebagai keuntungan. Sedangkan ketidaksepakatan dan
penyimpangan dari norma merupakan hal yang negative.

Menakar kepuasan suatu hubungan:


Menurut teori Pertukaran Sosial, dalam mengevaluasi hasil dari hubungan
interpersonal, ada dua standard perbandingan. Pertama berkaitan dengan relativitas
kepuasan (comparison level/ CL). Contoh; karena kebiasaan Toni kalau menelpon
pacarnya selalu kurang lebih setengah jam, maka waktu 30 menit itu merupakan
tingkat perbandingan waktu untuk membuat percapakan menyenangkan. Jika lebih
dari itu, misalkan sampai 45 menit, maka akan lebih memuaskan, dan jika hanya 15
menit saja, maka dianggap kurang memuaskan. Kepuasan dalam berinteraksi juga
bisa dievaluasi dari bagaimana pesan-pesan verbal dan non-verbal yang ditampakkan
oleh lawan bicara kita. Misalnya dari nada dan volume suara, ekspresi muka. Semua
itu akan mempengaruhi perasaan senang atau tidak senang kita terhadap suatu
interaksi tersebut.

Kedua berkaitan dengan tingkat perbandingan alternatif (comparison level of


alternatif). Konsep ini tidak menunjukkan kepuasan hubungan. Konsep ini
menjelaskan kenapa orang kadang-kadang merasa betah dengan mitra yang suka
berbuat kasar kepadanya. Contoh seorang istri yang sering mendapat perlakuan kasar
dari suaminya, tetap bertahan mendampingi suaminya tersebut. Dia berpikir keadaan
justru akan lebih menyengsarakan dia jika dia memilih bercerai dari suaminya. Faktor
ekonomi dipertimbangankannya membuat dia tidak memiliki alternatif pilihan selain
tetap mempertahankan rumah tangganya.

Contoh lain; Anita bekerja di sebuah bank asing terkemuka. Baru beberapa bulan
bekerja, dia sudah mendapatkan kenaikan gaji. Hal ini membuat rekan-rekannya iri.
Hubungan kerja pun menjadi tidak menyenangkan dan dia sudah tidak betah. Namun
karena belum ada alternatif pekerjaan, terpaksa dia tidak meninggalkan pekerjaannya
sampai dia mendapatkan alteratif pekerjaan yang bisa memberikan kepuasan lahir dan
bathin.

5
MODUL PEMBELAJARAN
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

Cuplikan contoh fenomena yang bisa ditelaah oleh Teori Pengurangan


Ketidakpastian:
1. Ketidakpastian Calon Pelanggan Tentang Layanan Pascabayar Terhadap
Tingkat Resiprositas Antara Calon Pelanggan dan Customer Relations
Officer. Calon pembeli atau calon pelanggan kadang-kadang belum memiliki
informasi yang jelas mengenai suatu hal/program/produk yang akan
dibelinya. Hal ini menunjukkan ketidakpastian yang tinggi. Oleh karena itu
kondisi ketidakpastian akan mendorong calon konsumen untuk bertanya,
bertanya dan bertanya sampai ia mendapatkan informasi yang jelas. Di sinilah
akan terlihat bagaimana resiprositas (timbali balik) antara calon pembeli
dengan CS.

2. Strategi pengurangan ketidakpastian dalam penanganan kesimpangsiuran


isyu PHK masal di perusahaan.

Cuplikasn contoh fenomena yang bisa ditelaah oleh Teori Penetrasi Sosial
1. Proses self disclosure (pembukaan diri) seorang anak di masa pubertas
kepada orangtunya
2. Pengembangan hubungan antarpribadi remaja pengguna aplikasi online
dating

Cuplikan contoh fenomena yang bisa ditelaah oleh Teori Pertukaran Sosial
1. Fenomena berulangnya pemesan pada online shop tertentu sebagai dampak
pelayanan yang berkualitas.
2. Dampak kerja yang bagus terhadap pengingkatan apresiasi kerja

Soal Latihan
1. jelaskan kembali 5 aksioma yang dijelaskan dalam teori pengurangan
ketidakpastian, dan berikan contoh konkritnya!
2. Salah satu kunci utama dalam teori penetrasi sosial adalah adanya self
disclosure. Jelaskan bagaimana self disclosure dapat membangun
hubungan yang akrab?! berikan contoh konkritnya
3. Jelaskan relevansi teori penetrasi sosial dengan teori pertukaran sosial!

6
MODUL PEMBELAJARAN
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

REFERENSI/DAFTAR PUSTAKA
1. Griffin, EM. 2003. A First Look At Communication Theory (fifth ed). New
York: McGraw-Hill
2. Kriyantono, Rachmat. 2014. Teori Public Relations: Perspektif Barat dan
Lokal: Aplikasi Penelitian dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenadamedia
grup
3. Littlejohn, Stephen W. 1999. Theories of Human Communication.
Wadsworth Publishing Company
4. West, Richard & Turner, Lynn. 2008. PengantarTeoriKomunikasi;
AnalisisdanAplikasi(buku Jakarta: SalembaHumanika

Anda mungkin juga menyukai