Anda di halaman 1dari 10

Tugas Perspektif & Teori Komunikasi

TEORI
PENETRASI
SOSIAL
Dari Irwin Altman & Dalmas Taylor

Disusun oleh:
Marzalia Raisa (0803622005)
Btari Sekar Ayu (0803622015)
Teori penetrasi sosial mulai dikembangkan sejak taiun 1973 oleh dua orang ahli psikologi,
Irwin Altman dan Dalmas Taylor. Mereka mengajukan sebuah konsep penetrasi sogial yang
menjelaskan bagaimana berkembangnya kedekatan hubungan. Altman adalah profesor di bidang
Psikologi di Universitas Utah sedangkan Taylor adalah profesor di bidang Psikologi di U
liversitas Lincoln, Pennsylvania. Di sini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan
orang lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di antara
keduanya.

Altman dan Taylor (1973) membahas tentang bagaimana perkembangan kedekatan dalam
suatu hubungan. Menurut mereka, pada dasarnya kita akan mampu untuk berdekatan dengan
seseorang yang lain sejauh kita mampu melalui proses “gradual and orderly fashion from
superficial to intimate levels of exchange as a function of both immediate and forecast
outcomes.” Cara bertahap dan teratur dari tingkat pertukaran yang dangkal ke tingkat yang intim
sebagai fungsi dari hasil langsung dan perkiraan.

STRUKTUR KEPRIBADIAN: MODEL BAWANG MULTI-LAPIS

Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Maksudnya adalah
pada hakikatnya manusia memiliki beberapa layer atau lapisan kepribadian. Jika kita mengupas
kulit terluar bawang, maka kita akan menemukan lapisan kulit yang lainnya. Begitu pula
kepribadian manusia. Lapisan terluar adalah dirinya yang bersifat umum yang bisa dijangkau
oleh semua orang yang peduli untuk melihatnya. Lapisan terluar termasuk sekian banyak detil
yang pasti membantu menggambarkan siapa dia tetapi disandarkan hanya pada kebiasaannya
dengan orang lain. Di permukaan, orang melihat tinggi badan atau tampilan fisik, usia, jenis
kelamin, pekerjaan, dan segala macam artefak non verbal yang terikat padanya. Sebagai contoh,
lapisan pertama Joko adalah mahasiswa berumur 18 tahun yang berasal dari Jogja. Kalau kita
bisa masuk ke lapisan yang lebih dalam, kita bisa tahu hal-hal yang lebih pribadi dari Joko yang
tidak dibagikannya ke semua orang, seperti misalnya ia adalah orang yang punya empati tinggi,
senang melakukan kegiatan sosial, ketaatan yang tinggi terhadap agama, dan adanya stigma
kurang suka kepada orang yang berasal dari suku atau daerah tertentu.
Selanjutnya pada lapisan yang kedua merupakan wilayah semi-privat yang dimiliki
seseorang, tidak semua orang dapat mengetahui secara pasti bagaimana sifat dan kepribadian
seseorang. Kemudian, jika masuk ke wilayah yang lebih dalam lagi itu merupakan wilayah yang
bersifat privat, wilayah ini dibentuk berdasarkan nilai-nilai, konsep diri, konflik yang pernah
dialami dan juga emosi-emosi. Itu adalah bagian pribadinya yang tidak ia buka ke seluruh dunia.
Bahkan orang yang terdekat kepadanya seperti orang tua atau kekasih juga belum tentu
mengetahuinya. Lapisan yang lebih dalam ini lebih rentan, oleh karena itu lebih ia lindungi.
Gambar model bawang berikut ini dapat menjelaskan lapisan-lapisan atau wilayah penetrasi
sosial.
KEDEKATAN PENGUNGKAPAN DIRI

Jalur pokok untuk melakukan penetrasi sosial secara lebih dalam adalah self-disclosure,
yaitu pengungkapan hal-hal yang bersifat pribadi dari diri kita kepada orang lain secara sukarela.
Altman dan Taylor mengklaim bahwa pada tingkat permukaan, jenis informasi biografi dapat
dengan mudah saling bertukar, barangkali pada pertemuan pertama. Tetapi mereka
menggambarkan lapisan kulit bawang lebih keras dan lebih rapat terbungkus ketika irisan
mendekati pusat. Oleh karena itu, seseorang akan lebih berhati-hati dalam menampilkan
perasaan yang sesungguhnya. Barangkali dia akan memagari bagian ini pada hidupnya. Sesuai
dengan teori penetrasi sosial, penjagaan diri tersebut akan membatasi kedekatan dengan orang
lain.

KEDALAMAN DAN KELUASAN KETERBUKAAN DIRI

Kedekatan kita terhadap orang lain, menurut Altman dan Taylor, dapat dilihat dari sejauh
mana penetrasi kita terhadap lapisan-lapisan kepribadian tadi. Dengan membiarkan orang lain
melakukan penetrasi terhadap lapisan kepribadian yang kita miliki artinya kita membiarkan
orang tersebut untuk semakin dekat dengan kita.

Dalam perspektif teori penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan beberapa
penjabaran sebagai berikut:

1. Obrolan-obrolan ringan terjadi lebih sering dan lebih awal dari informasi pribadi (Pheripheral
items are exchanged more frequently and sooner than private information)
Kita lebih mudah membicarakan atau ngobrol tentang hal-hal yang kurang penting dalam diri
kita kepada orang lain, daripada membicarakan tentang hal-hal yang lebih bersifat pribadi dan
personal. Semakin ke dalam kita berupaya melakukan penetrasi, maka lapisan kepribadian
yang kita hadapi juga akan semakin tebal dan semakin sulit untuk ditembus. Semakin
mencoba akrab ke dalam wilayah yang lebih pribadi, maka akan semakin sulit pula.
2. Keterbukaan-diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal-balik), terutama pada tahap awal
dalam suatu hubungan (Self-disclosure is reciprocal, especially in the early stage of
relationship development)
Menurut teori ini, pada awal suatu hubungan kedua belah pihak biasanya akan saling antusias
untuk membuka diri, dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi semakin dalam
atau semakin masuk ke dalam wilayah yang pribadi, biasanya keterbukaan tersebut semakin
berjalan lambat, tidak secepat pada tahap awal hubungan mereka. Dan juga semakin tidak
bersifat timbal balik.
3. Penetrasi akan cepat di awal akan tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke
dalam lapisan yang makin dalam (Penetration is rapid at the start but slows down quickly as
tightly wrapped inner layers are rached)
Awalnya, penetrasi berlangsung cepat, tetapi lama-kelamaan semakin lambat ketika lapisan
kepribadian dalam yang terbungkus, telah tersentuh.Tidak ada istilah “langsung akrab”.
Keakraban itu semuanya membutuhkan suatu proses yang panjang. Dan biasanya banyak
dalam hubungan interpersonal yang mudah runtuh sebelum mencapai tahapan yang stabil.
Karenanya, pemutusan hubungan dapat terjadi apabila terjadi ketegangan. Jarang sekali terjadi
pembagian hal-hal positif dan negatif tanpa pertentangan. Ketika hal seperti ini dapat diatasi,
hubungan akan menjadi semakin penting, berarti dan damai bagi kedua belah pihak.
4. Depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar (Depenetration is a
gradual process of layer-by-layer withdrawal)
Maksudnya adalah ketika suatu hubungan tidak berjalan lancar, maka keduanya akan
berusaha semakin menjauh. Akan tetapi proses ini tidak bersifat eksplosif atau meledak secara
sekaligus, tapi lebih bersifat bertahap. Semuanya bertahap, dan semakin memudar.

MENGATUR KEDEKATAN BERDASARKAN REWARD DAN COSTS

Menurut teori penetrasi sosial, sebuah hubungan akan terus berlangsung jika hubungan
tersebut membawa keuntungan bagi orang-orang di dalamnya. Sebelum mempertimbangkan
untuk melanjutkan hubungan, seseorang akan berpikir apa keuntungan dan kerugian yang ia
dapatkan jika ia melakukan itu. Jika keuntungan yang didapat lebih besar daripada kerugiannya,
penetrasi sosial akan terjadi. Untuk menjelaskan hal ini, digunakan teori pertukaran sosial dari
Thibaut dan Kelley, mengenai konsep inti dari konsep pertukaran sosial, yaitu hasil hubungan,
kepuasan hubungan, dan kestabilan hubungan. Menurut Thibaut dan Kelly hasil merupakan
penghargaan dikurangi biaya.

Outcome: Rewards Minus Costs

Sebelum membentuk hubungan dengan orang lain, seseorang akan mengukur manfaat dan
harga yang harus dibayar jika ia membentuk hubungan itu. Apabila ia mendapat manfaat lebih
banyak dari harga yang dibayar, maka ia akan meneruskan hubungan tersebut. Sebaliknya
apabila ia harus membayar lebih banyak daripada apa yang ia dapatkan, ia akan mengakhiri
hubungan itu. Teori keuntungan dan kerugian seperti ini sebenarnya telah lama diperkenalkan
oleh Mill dalam Principle of Utility yaitu mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya
dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Pada awal pertemuan, orang cenderung melihat
penampilan fisik, persamaan latar belakang, persamaan pendapat, dan manfaat yang kita peroleh.
Pada hubungan yang lebih dalam, kedua belah pihak akan merasa sama-sama diuntungkan.
Bahkan apabila ada perbedaan di antara keduanya, perbedaan itu justru menimbulkan rasa
nyaman.

Comparison Level (CL)—Gauging Relation Satisfaction

Relative satisfaction (kepuasan relatif): seberapa jauh hubungan interpersonal tersebut


dapat membuat kita bahagia atau justru tidak bahagia. Seberapa bahagia seseorang dengan
sebuah hubungan, adalah pertanyaan mengenai tingkat kepuasan hubungan. CL dalam hubungan
yang romantis, persahabatan, atau keluarga, terkait erat dengan pengalaman hubungan kita di
masa lalu. Misalnya seseorang mempunyai teman baru di kampus barunya. Ketika ia ngobrol
dengan teman barunya itu, ia akan membandingkan hubungan mereka sekarang dengan
hubungannya dengan teman masa kecilnya. Apabila ia punya teman baik di sekolah, ia akan
merasa tidak cukup bahagia dengan hubungan baru ini. Sebaliknya, jika hubungan dengan teman
sekolahnya tidak cukup erat/baik, maka hubungannya dengan teman baru akan lebih menarik.
Maksudnya, ada kalanya lawan bicara atau teman kita terbuka atau ramah pada kita. Namun
kadangkala teman kita itu tertutup pada kita. Kita juga melakukan hal serupa.
Comparison Level of Alternatives (CLalt)—Gauging Relational Stability

Standar kedua untuk mengevaluasi hasil yang diperoleh dari sebuah hubungan adalah
CLalt. Yaitu yang menunujukkan stabilitas relatif dari sebuah hubungan. Level ini ditempatkan
pada pencarian alternatif hubungan lain yang bisa dibuat selain hubungan yang sebelumnya kita
miliki, yang memberikan hasil lebih besar untuk kita. Kita mulai mempertanyakan kemungkinan
apa yang ada di luar hubungan yang sedang dijalani tersebut. Pertanyaan tersebut antara lain
“Apakah saya akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak jika saya berhubungan dengan
orang yang lain?” atau pertanyaan “Kemungkinan terburuk apa yang akan saya dapatkan jika
saya tetap berhubungan dengan orang ini?”. Semakin menarik kemungkinan yang lain di luar
hubungan tersebut maka ketidakstabilan dalam hubungan kita akan semakin besar. Situasi
optimal bisa dimiliki kedua belah pihak dalam suatu hubungan jika: Hasil yang diperoleh >
CLalt > CL

ETHICAL REFLECTION: EPICURUS’ ETHICAL EGOISM

Prinsip ini yang melandasi teori pertukaran sosial dan teori penetrasi sosial yang mengacu
pada egoisme psikologis. Istilah tersebut mencerminkan banyak ilmuwan sosial yang kita yakini
termotivasi oleh kepentingan diri sendiri. Setiap orang hanya mempedulikan dirinya sendiri dan
selalu ingin menjadi nomer satu. Egoisme etis merupakan keyakinan bahwa setiap individu harus
menjalani hidup mereka sendiri untuk memaksimalkan kesenangan mereka sendiri dan
meminimalkan rasa sakit yang mereka rasakan. Tidak ada kesenangan di dalam diri iblis, tetapi
hal-hal yang menghasilkan kesenangan tertentu akan mendapat gangguan berkali-kali yang lebih
besar dari pada kesenangan sendiri.

DIALETIK DAN LINGKUNGAN

Dalam memahami perkembangan kedekatan hubungan interpersonal ide termudah untuk


memahaminya adalah bahwasanya proses kedekatan interpersonal harus secara sitematis
dilakukan dari level paling permukaan sampai level intim dengan motivasi yang dipengaruhi
oleh hasil hubungan tersebut di masa depan. Salain itu, proses intimasi membutuhkan kontinuitas
dalam menjaga kerentangan hubungan secara berimbang melalui kedalaman dan kedekatan
dalam pengungkapan diri.

Altman mempunyai pemikiran mengenai anggapan dasar bahwa keterbukaan adalah


kualitas utama dari pengembangan hubungan, dia mengajukan sebuah "model dialetik" yang
menganggap bahwa "hubungan sosial manusia dicirikan oleh keterbukaan atau kontak dan
ketertutupan atau pemisahan di antara mereka yang terlibat hubungan." Dia percaya bahwa
tekanan antara keterbukaan dan ketertutupan menghasilkan penyingkapan dan penarikan. Proses
linier dalam teori penetrasi sosial ini telah dikritisi oleh beberapa ahli komunikasi karena ada
faktor keinginan akan keterbukaan dan ketertutupan serta ketergantungan dan kebebasan.

Selain itu, Altman juga mengidentifikasi bahwa faktor lingkungan (environment) juga
berkontribusi terhadap penetrasi sosial. Kadang lingkungan memandu kita untuk menentukan
ketertutupan – atau sebuah kediaman dalam menentukan arah hubungan. Meskipun demikian,
sebuah ruang teritorial juga dibutuhkan dalam menjaga jarak dalam proses penetrasi sosial.

KRITIK TERHADAP PENETRASI SOSIAL

Dari tinjauan filosofis, Wood (1997) menyatakan bahwa "hubungan tidak dapat
diperintahkan dan tidak dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip ekonomi atau pertimbangan
biaya atau keuntungan”. Dengan demikian berarti Altman-Taylor mendasarkan hubungan itu atas
dasar pilihan rasional yaitu anggapan bahwa individualkan mementingkan diri sendiri. Indvidu
dianggap mempunyai semua kapasitas rasional, waktu dan emosi yang tidak terpengaruh untuk
memilih arah tindakan yang terbaik, tidak peduli bagaimana kompleksnya pilihan tersebut.
Tujuan utamanya untuk memaksimalkan keuntungan pribadi.

Lebih lanjut, dari sini terlihat bahwa individu mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi
untuk menentukan pilihannya ketika menghadapi permasalahan sosial dalam rangka
memaksimalkan keuntungan pribadinya. Bisa jadi akan tepat jika hubungan interpersonal dibina
sesuai dengan sudut pandang humanistik yang menekankan pada keterbukaan, empati, sikap
mendukung, dan kualitas-kualitas lain yang menciptakan interaksi yang bermakna jujur dan
memuaskan; atau pada sudut pandang pragmatis yang menekankan pada manajemen, kesegaran
interaksi dan secara umum kualitas-kualitas yang menentukan pencapaian tujuan yang spesifik.
Seorang Psikolog dari Universitas Dakota Utara Paul Wright, percaya bahwa sebuah
hubungan dapat menarik lebih dekat ketika hubungan tidak lagi didorong oleh kepentingan
pribadi untuk keuntungan personal; hubungan yang seperti ini melibatkan transforrnasi
hubungan, tidak sekedar penguangkapan diri yang lebih banyak. Teori Altman dan Taylor tidak
berbicara mengenai transisi dari "saya" ke "kita/kami".

Meskipun Altman dan Taylor telah menemukan perlunya memodifikasi teori asli mereka,
kesan mereka pada penetrasi irisan yang mendalam pada multi lapisan bawang telah terbukti
sebagai model yang berguna pada pengembangan keakraban.

CONTOH KASUS

Contoh kasus yang kami angkat adalah TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM
PENGUNGKAPAN DIRI HOMOSEKSUAL KEPADA KELUARGANYA.1

Perbedaan pandangan mengenai orientasi seksual dan norma yang diadopsi di Indonesia
telah mempengaruhi keputusan kaum homoseksual dalam mengungkapkan jati dirinya kepada
lingkungannya, terutama keluarga. Perilaku homoseksual tidak dianggap normal dan oleh karena
itu tidak dapat diterima di masyarakat karena dianggap sebagai perilaku menyimpang. Penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana proses keterbukaan diri kaum homoseksual terhadap
keluarganya dan faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan dalam pengungkapan jati diri.

Berdasarkan uraian hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan, kesimpulannya
bahwa seluruh informan setuju bahwa identitas diri perihal orientasi seksualnya merupakan hal
privat yang cenderung ingin ditutupi dari pihak keluarga, karena khawatir akan mendapat stigma
negatif bahkan berujung pada penolakan maupun pengasingan dari pihak keluarga. Meski
demikian, keinginan untuk memperdalam hubungan dengan anggota keluarga menjadi faktor
utama yang mendukung terjadinya proses pengungkapan diri.

Kedekatan dengan anggota keluarga juga mempengaruhi proses pengungkapan diri,


dimana keterbukaan informasi ditentukan oleh seberapa intim hubungan dengan anggota
keluarga tersebut Secara keseluruhan, tahapan pengungkapan diri homoseksual terhadap
keluarganya terjadi secara berbeda-beda. Meski umumnya pengungkapan diri atau self disclosure
1
file:///D:/S2%20Ilkom/PTK%20Mikom/10071-25497-1-PB.pdf
dilakukan secara verbal melalui percakapan lisan, namun proses komunikasi non verbal
diketahui menjadi faktor utama yang mendominasi tahapan pengungkapan diri kaum homoseks
kepada pihak keluarga, terutama bagi para informan yang melakukan pengungkapan diri karena
telah dicurigai oleh pihak keluarga. Bagi informan yang melakukan pengungkapan diri karena
terdesak, maka mereka hanya melalui dua tahapan yakni lapisan pertama yakni pengungkapan
diri melalui apa yang terlihat secara visual, serta lapisan ketujuh dari analogi bawang dimana
para informan menceritakan secara detail perihal orientasi seksual yang dialaminya.

Kemudian, aplikasi dari konsep penetrasi sosial dalam proses pengungkapan diri
homoseksual kepada keluarga juga dapat terjadi secara tidak berurutan. Hal ini dapat dilihat dari
analogi lapisan bawang Altman dan Taylor, dimana dari hasil analisa terhadap informan, terdapat
beberapa lapisan-lapisan yang secara sengaja dilewati oleh para informan, misalnya melewati
lapisan pertama dengan tidak mengenakan pakaian atau menunjukkan perilaku yang identik
dengan lawan jenis, atau melewati lapisan keenam tentang pengalaman pribadi informan yang
mempengaruhi penyimpangan orientasi seksual yang dialaminya. Meski terdapat beberapa
lapisan yang dilewati, namun pada akhirnya mereka tetap bisa mencapai lapisan paling akhir
yakni pengungkapan diri seutuhnya tentang orientasi homoseksual.

Anda mungkin juga menyukai