Anda di halaman 1dari 6

UAS Teori Komunikasi

1. Salah satu tema yang dibahas dalam Symbolic Interaction Theory (SIT) bahwa
manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan
orang lain kepada mereka. Berikan argumentasi anda bagaimana makna terbentuk
dalam perspektif Symbolic Interaction Theory!

Symbolic Interaction Theory (SIT) merupakan teori yang berasumsi bahwa interaksi antar
manusia dibentuk berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka. Makna
yang terbentuk dalam teori ini adalah sikap yang ditunjukkan seseorang kepada orang lain
akan berhubungan dengan pengalaman atau makna dari interaksi yang telah terbentuk
sebelumnya antara kedua pihak. Interaksi yang terjadi saat ini akan berhubungan dengan
interaksi sebelumnya yang pernah terjadi. Singkat kata, dalam berinteraksi dengan orang
lain diperlukan adanya sikap yang sesuai dengan kepribadian lawan bicara karena tidak
semua orang memiliki kepribadian dan juga kebiasaan yang sama.

Contohnya, jika kita dikenal sebagai orang yang cenderung santai, sering berkata yang
seadanya tanpa disaring terlebih dahulu. Sikap kita yang seperti ini perlu dikendalikan,
dimana memang mungkin bersikap seperti ini kepada orang yang sudah dekat atau
berhubungan lama dengan kita tidak akan menimbulkan masalah, namun saat kita
berhubungan dengan orang baru maka kita harus bersikap lebih sopan dan lebih baik
untuk bisa menciptakan impression atau makna yang positif dari orang lain ke diri kita
sendiri.

Adanya kesan yang tertanam dalam diri seseorang saat berinteraksi dengan orang lain
akan mempengaruhi interaksi yang terjadi antar mereka kedepannya. Jika kita pernah
menyinggung atau memberikan kesan negatif dengan orang lain, interaksi kedepannya
belum tentu akan menjadi menyenangkan. Bisa jadi lawan bicara kita akan cenderung
lebih menjaga jarak dan tidak mau bicara berlebihan karena ingin meminimalisir interaksi
dengan kita yang pernah menyinggung mereka.

Hal ini berarti bahwa makna yang terbentuk dalam teori ini dibentuk berdasarkan
pengalaman, perspektif, atau pandangan orang seseorang ke pihak lain. Hampir mirip
seperti brand image yang kita tampilkan ke orang lain maka akan mempengaruhi
bagaimana seseorang akan memandang kita sebagai individu dan gaya interaksi mereka
kepada kita saat berinteraksi.

2. Mayoritas orang tahu bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan, namun masih
banyak orang yang merokok dalam keadaan tahu tentang bahayanya. Jelaskan teori
apa yang tepat untuk membahas ilustrasi tersebut! Bagaimana asumsi-asumsi teori
yang anda maksud untuk menjelaskan ilustrasi di atas? Kemudian, jelaskan
bagaimana cara Anda untuk mengurangi sikap inkonsistensi (perbedaan antara
pengetahuan dan perilaku)? (25)

Asumsi teori yang menjelaskan ilustrasi tersebut adalah Cognitive Dissonance Theory
(CDT). Teori ini merupakan dimana adanya ketidakselarasan antara keyakinan, pikiran
dan perilaku seseorang. Dengan ini sebenarnya mereka telah mengetahui bahwa
pernyataan tersebut berupa fakta tetapi mereka mengacuhkan kenyataan tersebut dan
bertindak sebaliknya. Hal ini tentu saja akan menimbulkan berbagai perasaan yang tidak
nyaman dalam dirinya atau dapat dikatakan sebagai konflik mental.

Dalam ilustrasi tersebut, bisa dilihat bahwa para konsumen yang mengkonsumsi rokok,
mereka jelas-jelas mengetahui bahwa resiko mengkonsumsi rokok sangat tinggi. Dampak
yang ditimbulkan tidak main-main, bahkan bisa sampai menyebabkan kematian.
Masyarakat Indonesia dikenal tidak memiliki kewaspadaan akan kesehatan mereka,
banyak dari mereka yang cenderung menganggap remeh suatu gejala penyakit dan juga
kondisi lingkungan yang memang mendukung argumen mereka. Contohnya, rokok
memang bisa mengakibatkan berbagai penyakit yang berbahaya bagi tubuh kita, namun
tidak semua orang akan menderita penyakit itu. Hal ini yang menyebabkan masyarakat
masih merokok, apalagi jika memang lingkungan mereka yang perokok dan semuanya
masih terlihat sehat. Mereka akan berpikir bahwa orang lain tidak apa-apa, ya harusnya
diri sendiri juga tidak masalah. Padahal kondisi kesehatan setiap orang berbeda-beda, bisa
jadi efek yang ditimbulkan akan muncul beberapa waktu kedepan, bukan sekarang. Hal
ini yang membuat mereka mengacuhkan fakta-fakta bahaya rokok, apalagi bahaya rokok
juga sudah diilustrasikan di setiap bungkusan rokok namun tetap peminat rokok sangat
tinggi.
Cara untuk mengurangi inkonsistensi adalah dengan mengubah pola pikir kita. Seperti
pada rokok ini, kita harus berpikir dari diri sendiri saja, jangan mau dipengaruhi orang
lain. Kita harus memiliki pola pikir bahwa kondisi setiap orang berbeda-beda, jangan
menyamakan diri kita dengan orang lain. Kita harus fokus untuk kebutuhan diri sendiri
dan memperhatikan dampak dari tindakan kita pada orang lain. Seperti contohnya saat
merokok, dampak yang ditimbulkan bukan hanya untuk diri sendiri melainkan juga akan
mempengaruhi orang lain dan akan membuat mereka menjadi perokok pasif. Dari sini,
untuk menjadi lebih konsisten, maka kita harus fokus ke diri sendiri dan memperhatikan
dampak yang ditimbulkan kepada orang lain. Selain itu juga jangan menyamakan diri
dengan orang lain karena kondisi setiap orang berbeda-beda. Cara lain yang bisa kita
lakukan adalah dengan tidak mudah terpengaruh oleh perspektif dan pandangan orang
lain. Saat orang lain memberikan saran atau opini mereka, yang perlu kita lakukan adalah
membatasi diri

3. Dalam Social Exchange Theory (SET) mengasumsikan bahwa manusia menjalin


hubungan dengan orang lain dimetaforakan dengan konteks ekonomi, yaitu akan
selalu menghitung nilai antara penghargaan (rewards) dan pengorbanan (cost).
Apakah mungkin manusia berkomunikasi atau menjalin hubungan dengan orang
lain tanpa mempertimbangkan penghargaan dan pengorbanan di dalam relasinya?
Berikan argumentasi anda berdasarkan asumsi tersebut? (25)

Memang betul menurut Social Exchange Theory (SET) bahwa manusia melihat bahwa
hubungan antar manusia tersebut merupakan sebuah kondisi ekonomi dimana adanya
imbalan yang diberikan dari setiap komunikasi dan hubungan. Dan pernyataan tentang
manusia berkomunikasi tanpa mempertimbangkan penghargaan dan pengorbanan dalam
relasinya sudah jelas tidak mungkin.

Hal ini dikarenakan terlihat dengan jelas bahwa walau perilaku sedikit pun manusia akan
memikirkan apa yang telah Ia korbankan dan apa yang Ia dapatkan. Menurut saya tidak
ada namanya yang mengalah karena sudah pasti di setiap hubungan tersebut orang itu
akan selalu membanding-bandingkan apa yang Ia dapat dari hubungan ini dan apa yang
dia dapat dari hubungan lainnya.
Contohnya seperti dalam hubungan percintaan seseorang. Sudah pasti dalam hubungan
tersebut ada yang namanya memberi dan menerima. Dan sudah pasti dalam hubungan
memberi dan menerima itu adanya pengorbanan dan penghargaan yang dilakukan yang
mengarah ke hal ekonomi seperti yang disebutkan dari teori Social Exchange Theory
(SET). Jika salah satu pihak baik pria atau wanita merasa bahwa dirinya kurang dihargai
dan kurang mendapatkan sesuatu dari hubungan tersebut, cenderung mereka akan
membandingkan dengan hubungannya yang lama dan meninggalkan hubungan baru
tersebut.

Walaupun yang dikatakan oleh Social Penetration Theory dimana kedua belah pihak akan
terus berupaya menyeimbangkan kebutuhan satu sama lain yang membuat adanya mutual
benefit, tetapi dalam menyeimbangkan tersebut sudah pasti adanya pengorbanan yang
dilakukan dan suatu saat nanti sudah pasti mereka akan melihat apakah apa yang didapat
untuknya lebih rendah dibandingkan biaya yang dikeluarkan sehingga merasa kecewa dan
meninggalkan hubungan tersebut. Apalagi pada awal permulaan hubungan sudah pasti
orang akan melihat apakah dari hubungan ini ada benefit yang didapat untuknya atau
tidak. Oleh karena itu, ini terlihat tidak ada yang namanya tidak mempertimbangkan
pengorbanan dan penghargaan.

4. Perkembangan hubungan mencakup perilaku depenetrasi atau penarikan diri,


artinya hubungan tidak selamanya bergerak teratur dari komunikasi yang
superfisial menjadi komunikasi yang lebih intim. Kemukakan argumentasi anda,
mengapa terjadi depenetrasi dalam suatu komunikasi interpersonal? (25)

Komunikasi interpersonal merupakan proses dasar atau utama dari setiap hubungan untuk
menjadi lebih mengenal antara satu sama lain. Dalam komunikasi interpersonal ini, maka
akan terjadinya teori penetrasi sosial yaitu dimana adanya proses beradaptasi antara satu
sama lain. Tetapi dalam setiap proses adaptasi sudah pasti adanya proses naik turun
hubungan yang berakibat adanya depenetrasi. Depenetrasi ini merupakan sebuah proses
komunikasi yang mengarah ke bawah atau menurun sehingga membuat hubungan
semakin memudar karena ada rasa ingin menjauh.

Depenetrasi ini terjadi karena beberapa hal yaitu:


- Kurangnya komunikasi

Dalam proses untuk terbentuknya sebuah hubungan memerlukan komunikasi yang


intim agar dapat berjalan lancar dan mengenal lebih dekat. Tetapi jika komunikasi
tidak terjadi secara terus menerus maka proses pembukaan informasi dari
seseorang agar mereka dapat mengenal dirinya menjadi gagal yang membuat
mereka akan menarik diri. Dengan tingkat komunikasi yang jarang maka seluruh
proses self-disclosure menjadi tidak sukses dan yang seharusnya hubungan
menjadi lebih intim malah menjadi tidak intim.

- Adanya konflik atau ketidakcocokan

Hubungan yang terjalin menjadi berantakan karena adanya berbagai masalah yang
membuat salah satu pihak merasa bahwa hubungan tersebut tidak menguntungkan
untuknya. Seperti dalam teori Social Exchange yang dikatakan bahwa hubungan
terjadi karena adanya pengorbanan dan penghargaan. Dan hal ini tentu saja terlihat
bahwa adanya ketidakseimbangan antara pengorbanan yang diberikan dan
penghargaan yang didapatkan. Sehingga seluruh proses komunikasi yang terjadi
hanya berupa konflik yang membuat salah satu pihak menarik dirinya dan
munculnya disolusi hubungan.

Konflik memang tidak dapat dihindari tapi jika mereka berdua tidak dapat
mengatasinya maka sudah pasti salah satu pihak akan mundur dari hubungan
tersebut. Mereka sudah merasa bahwa hubungan tersebut sudah tidak berjalan
dengan baik dan tidak mengarah ke hal yang diinginkan. Oleh karena itu, menarik
diri atau mundur adalah jalan terbaik agar tidak menjadi toxic.

- Tidak memenuhi harapan atau mengecewakan

Setiap orang pasti memiliki harapan yang terukir dalam pikirannya pada setiap
hubungan komunikasi tersebut. Tetapi tidak semua hubungan dapat berakhir
mewujudkan harapan tersebut. Oleh karena itu, sudah pasti orang tersebut merasa
bahwa hubungan sudah berjalan tidak lancar dan seluruh harapan yang
diinginkannya ternyata tidak terwujud dari hubungan tersebut.
Mereka juga akan cenderung membandingkan hubungan itu dengan hubungan
yang lainnya yang lebih menguntungkan dan lebih mendekati atau bahkan
memenuhi harapan tersebut. Mereka merasa bahwa jika terus menjalani hubungan
komunikasi tersebut akan mengarah ke perdebatan yang berujung rusak. Sehingga
hubungan yang telah mengecewakan ini untuk dirinya membuat Ia mundur dan
tidak memperbaiki hubungan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai