(Buku Teori Komunikasi yang Ditulis oleh Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss)
RANGKUMAN
Rangkuman ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu
Komunikasi
Disusun Oleh:
Kelas:
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2019
TEORI SIBERNETIKA
Hubungan bukanlah entitas statis yang tidak pernah berubah. Namun, hubungan terdiri
dari pola-pola sibernetika interaksi kata-kata dan tindakan seseorang memberi pengaruh
pada bagaimana orang lain merespon. Kita terus mengubah apa yang kita lakukan dan
katakan berdasarkan reaksi orang lain, dan seiring waktu hubungan mengembangkan
sebuah karakter. Cara lain untuk memikirkan hal ini dengan menggunakan istilah-istilah
sibernetika yang kental adalah dengan terus mengubah perilaku kita terhadap timbal balik
yang kita terima dari orang lain dan dalam sebuah hubungan, kedua pihak melakukannya
secara bersama-sama.
TRADISI SOSIOPSIKOLOGIS
Karya dalam sosiopsikologis sangat bergantung pada menggolongkan serta
mengkarakteristikan individu dan hubungan. Karya ini mengandalkan pengukuran dan
analisis variabel sebagai cara untuk menilai seperti apa manusia dalam sebuah hubungan
dan juga seperti apa hubungan itu sendiri. Disini, kita akan melihat pada dua
pembahasan, yaitu skema keluarga dan penetrasi sosial.
Tipe keluarga yang kedua adalah Pluralistis. Jika keluarga Anda tinggi
dalam percakapan, tetapi rendah dalam kesesuaian, hal ini akan memperlihatkan
karakteristik dengan tipe pluralistis. Disini, Anda akan memiliki banyak
kebebasan percakapan, tetapi pada akhirnya setiap orang akan membuat
keputusan sendiri tentang tindakan apa yang harus diambil berdasarkan pada
pembicaraan tersebut. Orangtua dari keluarga pluralistis cenderung digolongkan
sebagai orangtua yang mandiri, karena biasanya mereka tidak kaku dalam
memandang pernikahan. Kemandirian membuat suami dan istri tidak terlalu
sering bergantung dan cenderung menghasilkan anak-anak yang berpikiran
mandiri.
Untuk mulai menjelaskan penetrasi sosial, bayangkan diri Anda sebagai sebuah
bola. Dalam bola ini berisi segala sesuatu yang mungkin diketahui tentang Anda,
seperti pengalaman, pengetahuan, sikap, gagasan pemikiran, dan perbuatan Anda.
Namun, informasi yang terkandung di dalam bola ini bukanlah informasi yang
campur aduk, tetapi informasi yang sangat teratur yang mengelilingi sebuah inti.
Ketika Anda bergerak menuju bagian luar bola, informasi ini lebih dekat pada apa
yang dapat dilihat oleh orang lain dan kurang penting bagi inti bagian dalam Anda.
“Kulit” bola adalah apa yang dapat diketahui dengan mudah oleh orang lain, sepeti
bagaimana Anda berpakaian, perilaku Anda, dan apa yang Anda lakukan agar dilihat
oleh orang lain.
Metafora ini tidak berbeda dari gambaran individu yang disertakan dalam teori
penetrasi sosial sebelumnya. Menurut teori ini, Anda mengenal orang lain dengan
“menembus” bola. Bola tersebut mempunyai keluasan dan kedalaman. Anda dapat
mempelajari banyak hal yang berbeda tentang orang lain (keluasan) atau Anda dapat
mempelajari secara mendalam informasi tentang satu atau dua hal (kedalaman).
Ketika hubungan antara dua orang berkembang, mereka saling berbagi lebih banyak
aspek tentang diri mereka, menambahkan kedalaman dan keluasan pada apa yang
mereka ketahui.
Menurut teori Altman dan Taylor, dalam teori pertukaran sosial, interaksi manusia
layaknya sebuah transaksi ekonomi: Anda mencoba untuk memaksimalkan manfaat
dan memperoleh biaya. Diterapkan pada penetrasi sosial, Anda akan menyingkap
informasi tentang diri Anda ketika rasio biaya manfaatnya sesuai bagi Anda. Altman
dan Taylor juga mengatakan bahwa rekan dalam berhubungan tidak hanya menilai
manfaat dari hubungan tersebut pada saat tertentu, tetapi juga menggunakan
informasi yang ada pada mereka untuk memperkirakan manfaat dan biaya di masa
yang akan datang. Selama manfaat tetap lebih besar dari biayanya, pasangan tersebut
akan semakin dekat dengan lebih banyak berbagi dan lebih banyak informasi pribadi.
Orientasi terdiri atas komunikasi tidak dengan orang tertentu, dimana seseorang
hanya mengungkapkan informasi yang sangat umum. Jika tahap ini bermanfaat bagi
pelaku hubungan, mereka akan bergerak ke tahap selanjutnya, yaitu pertukaran
afektif exploratif, gerakan yang menuju sebuah tingkat yang lebih dalam dari
pengungkapan terjadi. Tahap yang ketiga, pertukaran afektif, terpusat pada perasaan
mengkritik dan mengevaluasi pada tempat yang lebih dalam. Tahap ini tidak akan
dimasuki, kecuali mereka menerima manfaat yang besar yang sesuai dengan biaya
dalam tahap sebelumnya. Akhirnya, pertukaran yang seimbang adalah kedekatan
yang tinggi dan memungkinkan mereka untuk saling memperkirakan tindakan dan
respons dengan baik. Dengan menggunakan pasangan kekasih sebagai contohnya,
kencan awal akan menggambarkan tahap orientasi, kencan selanjutnya mungkin akan
menggambarkan pertukaran afektif exploratif, dan petukaran afektif yang penuh akan
terjadi ketika pasangan tersebut mulai terbuka serta mulai merencanakan masa depan
bersama dan pernikahan atau kebersamaan jangka panjang mewakili tahap pertukaran
yang seimbang.
Dalam tulisan mereka selanjutnya, Altman dan koleganya menyadari batasan ini
serta merevisi teorinya untuk memberikan gagasan yang lebih kompleks mengenai
pengembangan hubungan. Lebih dari sekedar gerak lurus dari pribadi menuju
keterbukaan, pengembangan hubungan dapat dilihat sebagai penggunaan siklus
stabilitas dan perubahan karena pasangan mengatur kebutuhan kontradiksinya untuk
keterdugaan dan keluwesan. Altman dan koleganya mengembangkan gagasan
keterbukaan dan ketertutupan untuk menjelaskan kerumitan hubungan.
Untuk menguji gagasan ini, C. Arthur VanLear memasangkan siswa ke dalam
diad. Setiap pasangan bertemu untuk berbicara selama satu setengah jam perminggu
selama lima minggu, dan percakapan mereka direkam. Rekaman ini selanjutnya diuji
secara statistik untuk melihat pola siklusnya. Analisis menunjukkan bahwa siklus
keterbukaan terjadi dalam percakapan ini, juga beberapa penyelarasan yang
menyatakan bahwa siklus tersebut dapat ditentukan bahkan dalam hubungan yang
masih sangat baru.
Untuk membandingkan hasil ini dengan hubungan yang sebenarnya terjadi, siswa
diminta untuk memonitor percakapan mereka denga salah satu rekan hubungan
(misalnya suami atau istri, teman, atau pacar) selama periode 10 Minggu. Setelah
masing-masing percakapan, siswa mengisi sebuah “formulir pengawasan
percakapan”yang menanyakan kepuasan dan keterbukaan atau ketertutupan yang
dirasakan. Hasil dari penelitian ini dibandingkan dengan hasil dari penelitian yang
pertama. Kedua penelitian ini, menunjukkan bahwa siklus benar-benar terjadi, siklus
tersebut kompleks, pelaku menyadari siklusnya, serta pencocokan dan penyelarasan
sering terjadi.
TRADISI SOSIOKULTURAL
- Teori Pengelolaan Identitas
Dikembangkan oleh Tadasu Todd Imahori dan William R. Cupach menunjukkan
bagaimana identitas terbentuk, terjaga, dan berubah dalam hubungan. Dengan adanya
orang-orang yang penting dalam kehidupan Anda, Anda akan terus memberikan
jawaban yang dapat diterima secara umum untuk pertanyaan, “Siapakah kita dan apa
sifat hubungan kita?”
Bayangkanlah sebuah pernikahaan antara budaya antara seorang istri asli Amerika
yang besar di tempat penampungan dengan seorang suami Inggris yang berasal dari
New York City yang Kakek dan Neneknya adalah imigran dari Italia. Layaknya
semua pasangan, mereka akan terlibat dalam proses kontan untuk membicarakan
identitas hubungan mereka (Siapa mereka sebagai pasangan).
Ketika membentuk identitas sebuah hubungan, perbedaan budaya sebenarnya
terlihat jelas dan mereka akan menemukan diri mereka terlibat dalam komunikasi
interkultur (interculture communication) ketika mereka mempertimbangkan aspek-
aspek budaya dari hubungan mereka. Dalam sebuah hubungan, hal ini terjadi ketika
pasangan harus melewati perbedaan budaya yang menonjol. Di lain waktu, ketentuan
budaya tertentu akan mengambil alih, mengharuskan adanya komunikasi intelektual,
yang terjadi ketika identitas budaya yang umum mulai menonjol. Pada kesempatan
lain masalah terbesar pasangan tersebut adalah karakteristik unit mereka sebagai
pasangan yang menikah, terlepas dari masalah budaya yang memerlukan adanya
komunikasi interpersonal.
Kita menyebut identitas kita inginkan secara metafora dengan rupa serta usaha
yang kita lakukan untuk membentuk rupa kita dan pasangan hubungan kita disebut
karya rupa (facework).
Ada banyak potensi bagi ancaman rupa yang berhubungan dengan kebudayaan
karena identitas budaya sering kali besar dalam hubungan tersebut.
Pasangan asli Amerika dan Italia-Amerika mungkin memiliki banyak tantangan
budaya ketika mereka menjalani masalah tersebut secara spiritual dan agama, ikatan
dasar, musik dan tarian, peran orangtua, perkembangan anak, ritual budaya, dan
sebagainya. Ketika mereka menonjolkan pilihan budaya mereka masing-masing
dalam situasi seperti ini, mereka kadang-kadang akan mengancam rupa yang lain
dengan menantang bentuk-bentuk budaya tertentu yang dihargai, bahkan suci, kepada
orang lain. Hal ini dapat terjadi dalam empat cara.
Pertama, salah satu pasangan akan merasa terbatasi atau tersudutkan ke dalam
bentuk-bentuk budaya tertentu dan tidak diterima sebagai seseorang yang utuh dan
kompleks kecenderungan untuk menyederhanakan salah satu pasangan atau budaya
yang berbeda sangat umum dalam tahap awal sebuah hubungan ketika pasangan
masih belum saling mengenal dengan baik. Imahori dan Cupach menyebutkannya
kebekuan identitas (identity frezeen). Manusia mengatasinya dengan berbagai cara,
seperti menunjukkan beberapa aspek positif dari identitas budaya mereka;
menunjukkan hubungan yang baik dengan tertawa dan melontarkan lelucon;
mencontohkan dukungan bagi orang lain; atau dukungan negatif dalam bentuk
penghindaran.
Kedua, pasangan kadang-kadang menemukan bahwa nilai-nilai budaya mereka
diabaikan. Ini merupakan masalah non-dukungan. Ini juga merupakan sebuah
ancaman rupa dan sering kali ditangani dengan banyak cara, seperti kebekuan.
Masalah ketiga yang dialami dalam negosiasi identitas intelektual adalah tekanan
atau dialektika antara mendukung rupa sendiri dan rupa orang lain. Masalah ini, yang
disebut oleh Imahori dan Cupach dengan dialektika rupa sendiri dan orang lain (self-
other face dialectic), terjadi ketika Anda ingin mendukung identitas budaya orang
lain, tetapi Anda juga ingin menonjolkan budaya Anda dan ternyata sulit untuk
melakukannya. Untuk menonjolkan atau mendukung cara-cara budaya Anda, Anda
terus menyangkal atau memperkecil budaya orang lain. Metode-metode untuk
mengatasinya meliputi menahan dasar seseorang, memberi, mendukung kedua
identitas secara bergantian, dan menghindari masalah bersama-sama.
Keempat, pasangan interkultural kadang-kadang mengalami sebuah tekanan
antara ingin menegaskan sebuah nilai budaya (rupa positif), tetapi tidak ingin
menghalangi atau membatasi (rupa negatif). Ini disebut dialektis rupa positif negatif
(positive-negative face dialectic). Dalam contoh kita sebelumnya, istri yang asli orang
Amerika mungkin mengatakan sesuatu seperti, “Saya kira kita memakan pasta
setidaknya sekali seminggu karena saya tahu keluarga kamu selalu menyajikannya.”
Suami keturunan Italia-Amerika akan merasa tersinggung, “Apa, kamu kira hanya itu
yang bisa kita makan! Saya harap kamu berhenti menganggap saya sebagai pecinta
spaghetti.” Pasangan dapat mengatasi hal ini dengan berbagai cara. Sebagai contoh,
mereka dapat tinggal pada zona nyaman yang tetap berdaarkan pada apa yang telah
mereka pelajari tentang satu sama lain (jangan menyebut tentang makanan),
menggunakan tanda-tanda peringatan yang jelas atau tersembunyi untuk menentukan
apa yang harus dikatakan atau apa yang tidak harus (oops, sebaiknya jangan
mengatakan hal kata seperti itu lagi), menghindari atribut budaya bersama-sama
(tolong janga menyebut segala sesuatu yang berbau Italia), atau memberikan
dukungan non-verbal (sediakan pasta pada kesempatan tertentu saja dan jangan
mengatakan apa pun tentang hal itu).
Tentu saja, pengelolaan identitas tidak pernah berakhir, tetapi Imahori dan
Cupach telah memprlihatkan bahwa pasangan menghadapinya dengan cara yang
berbeda pada tahaphubungan yang bebeda. Secara khusus, meraka meyebut tiga
tahapan hubungan (1) percobaan; (2) kecocokan; dan (3) negosiasi ulang.
Dalam tahap percobaan (trial), pasangan interkultural hanya mulai menelusuri
perbedaan budaya mereka dan identitas budaya apa yang mereka dan identitas budaya
apa yang mereka inginkan untuk hubungan mereka. Tantagan terbesar pada tahap ini
adalah mencoba untuk menghindari non-dukungan dan kebekuan, sementara tetap
berusaha untuk mengatur tekanan dalam dialektis diri orang lain dan rupa positif
negatif. Dengan kata lain, psangan akan menghindari semua kesalahan yang mungkin
dalam menangani identitas busaya satu sama lain.
Dalam tahapan kecocokan (emmeshment), sebuah identitas hubungan tertentu
dengan bentuk fitur-fitur budaya secara umum, akan muncul. Di sini, pasangan
menemukan sebuah tingkat kenyaman dalam diri mereka sebagai pasangan, mereka
berbagi aturan-aturan dan simbol serta mereka juga mengembangkan pemahaman
umum tentang satu sama lain dan tentang hubungan itu sendiri.
Dalam tahap negosiasi ulang (renegotiation), pasangan mulai melewati beragam
masalah identitasketika masalah tersebut muncul dengan menggunakan sejarah
hubungan yang kuat pada titik ini dan mereka mampu menggunakannya pada
tingkatan yang lebih tinggi dari waktu-waktu sebelumnya. Pada saat itu, perbedaan
budaya lebih mudah diatasi karena sudah ada landasan untuk melakukannya.
Menurut Carol Werner dan Leslie Baxter ada sekitar lima kualitas yang
berubah ketika hubungan berkembang, yaitu:
Dengan definisi, setiap interaksi terjadi dalam sebuah konteks yang lebih
besar; hal ini selalu dipahami dengan apa yang terjadi sebelumnya, dan hal ini
membentuk tahap-tahap untuk hal-hal baru di masa depan. Oleh karena itu,
wacana tidak pernah berhenti (sebuah percakapan tanpa akhir) yang
menjadikan hubungan tidak dapat diakhiri dalam kata-kata Bakhtin.
- Pengaturan Privasi Komunikasi (Communication privacy management)
Kita terus membuat keputusan tentang apa yang harus diungkapkan, siapa yang
harus diungkapkan, siapa yang harus memiliki nformasi ini, dan kapan serta
bagaimana Anda mengungkapkannya. Petronio melihat proses pengambilan
keputusan ini sebagai sebuah dialektis (sebuah pengaruh antara tekanan untuk
mengungkapkan dan untuk menyembunyikan.
Pengungkapan bukan hanya keputusan individu, tetapi diatur oleh sebuah kontrak
hubungan yang menyertakan persetujuan atas biaya dan manfaat bersama (shared
costs and rewards). Ketika kita mengungkapkan informasi pribadi kepada orang lain,
orang tersebut menjadi pemilik kedua dari informasi tersebut, dan kepemilikan
bersama memiliki hak-hak dan kewajibannya sendiri. Sebagai contoh, keluarga Anda
mungkin memiliki aturan tidak tertulis bahwa hal-hal tertentu ,seperti uang, tidak
boleh dibicarakan dengan orang lain diluar keluarga. Jadi, koordinasi antara orang-
orang dalam suatu hubungan adalah kuncinya.
TRADISI FENOMENOLOGIS
- Carl Rogers
Pendekatan Rogers pada hubungan dimulai dengan gagasan tentang bidang
fenomenal. Semua pengalaman Anda sebagai seseorang mendasari bidang fenomenal
Anda; yaitu semua yang Anda tahu dan Anda rasakan. Ini merupakan keseluruhan
pengalaman Anda. Walaupun tidak ada orang yang dapat benar-benar mengetahui
pengalaman Anda sebaik Anda sendiri, kita dapat dan benar-benar, menyimpulkan
pengalaman orang lain berdasarkan pada apa yang mereka katakana dan lakukan.
Sebenarnya, gagasan Anda tentang bagaimana orang lain merasa menjadi bagian dari
bidang fenomenal Anda yang membawa Anda pada empati.
Bagi Rogers, harmoni membawa pertumbuhan, sedangkan tidak harmoni
membawa kekecewaan. Inilah yang Rogers temukan dalam pasien-pasiennya. Klien-
klien yang datang pada untuk meminta bantuan mengalami ketidakseimbangan dan
membutuhkan semacam hubungan baru yang memungkinkan terjadinya penyejajaran
ulang.
Tingkatan harmoni yang Anda alami sangat dipengaruhi oleh hubungan Anda
dengan orang lain. Hubungan yang dianggap sebagi komunikasi yang penuh kritik da
negatif cenderung melahirkan ketidakharmonisan tepatnya karena hubungan tersebut
menciptakan ketidaktetapan anatra pemahaman Anda tentang diri dan aspek-aspek
lain dalam kehidupan Anda. Ini dapat menjadi kasus, misalnya, jika seseorang
mengkritik perilaku Anda. Katakanlah, Anda suka makan, tetapi orang lain
mengatakan bahwa Anda makan terlalu banyak.
Sebaliknya, harmoni merupakan sebuah hasil dari hubungan yang saling
mendukung dan menguatkan. Dengan kata lain, sebuah hubungan yang saling
mendukung disebut dengan hubungan positif tanpa syarat (unconditional positive
regard) yang menciptakan ligkungan bebas ancaman di mana kita dapat mewujudkan
diri.
Hubungan tolong-menolong (helping relationship) sejalan dengan semua
hubungan yang sehat digambarkan oleh 10 sifat:
1. Pelaku komunikasi saling merasa percaya dan dapat mengandalkan satu sama
lain.
2. Mereka mengungkapkan dirinya dengan jelas.
3. Mereka memiliki sikap-sikap positif akan kehangatan dan perhatian untuk orang
lain.
4. Pasangan dalam hubungan tolong-menolong menyimpan sebuah identitas yang
terpisah.
5. Pasangan membolehkan yang lain untuk melakukan hal yang serupa.
6. Hubungan tolong-menolong ditandai oleh empati, yang masing-masing mencoba
utnuk saling memahami perasaan masing-masing.
7. Penolong menerima beragam segi pengalaman orang lain ketika mereka
dihubungkan oleh orang lain.
8. Pasangan merespons dengan kepekaan yang memadai untuk menciptakan sebuah
lingkungan yang aman bagi perubahan pribadi.
9. Pelaku komunikasi mampu membebaskan diri mereka dari ancaman penilaian
orang lain.
10. Setiap pelaku komunikasi menyadari bahwa orang lain berubah dan cukup luwes
untuk membolehkan orang yang lain berubah.
Dalam dialog, kita dapat berhubungan dengan orang lain dengan cara (1) ada dan
sejalan dengan apa yang orang lain katakan; (2) harmonis; (3) menunjukan hubungan
yang positif; dan (4) memiliki empati atau merasakan dari mana orang lain berasal.
- Martin Buber
Marrin Buber memberikan sebuah pandangan yang logis tentang apa yang
dimaksud dengan manusia dalam masa modern ini. Bagi Buber, Tuhan hanya dapat
dikenal dengan adanya hubungan pribadi dengan Tuhan, dengan manusia lain, dan
dengan segala aspek dunia. Oleh sebab itu, tidak ada definisi yang objektif dan utuh
tentang Tuhan karena Tuhan selalu benar-benar pribadi dan didefinisikan dalam
sebuah hubungan khusus yang Buber sebut dengan dialog.
Tidak ada yang salah dengan monolog dan dialog teknis secara terpisah; masing-
masing dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat. Intinya adalah dengan mengenali
komunikasi apa yang terjadi, untuk memastikan bahwa komunikasi tersebut tepat
bagi hubungn tersebut dan jujur mengenai bentuk apa yang digunakan. Sebaliknya,
monolog yang disamarkan adalah komunikasi di mana pelaku dialog membicarakan
masalah tidak secara langsung dan jujur melibatkan diri dan orang lain dalam
kekompleksan mereka, dan hal ini tidak tepat juga tidak jujur.