Anda di halaman 1dari 14

FILSAFAT KEILMUAN KOMUNIKASI

PROF. ENGKUS KUSWARNO


DR. MANIK SUNUANTARI

Tokoh
Filsafat
Muslim
Sadarin – Marzalia Raisa – GustiYudha
Filsafat Islam juga sering disebut filsafat Arab dan filsafat
Muslim merupakan suatu kajian sistematis terhadap
kehidupan, alam semesta, etika, moralitas, pengetahuan,
pemikiran, dan gagasan politik yang dilakukan di dalam
dunia Islam atau peradaban umat Muslim dan berhubungan
dengan ajaran-ajaran Islam

FILSAFAT
MUSLIM/ARAB
IBNU KHALDUN (1332-1406 MASEHI)
Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Waliyuddîn Abu Zaid Abdurrahmân bin
Muhammad Ibnu Khaldun al-Hadrami al-Ishbili. Beliau dilahirkan di Tunisia pada awal
Ramadlan 732 H atau tanggal 27 Mei 13322 dan wafat di Kairo pada tanggal 17 Maret 1406.

Ibnu Khaldun adalah Syekh dari semua ilmuwan sosial. Dia adalah seorang filsuf Muslim
dalam bidang sejarah dan ilmuwan sosial pertama. Menurut Muslim.co, Ibnu Khaldun
dikreditkan sebagai pelopor filsafat sejarah, yang memberikan pendekatan sejarah secara
empiris dan memperlakukan sumber secara kritis.

Dia adalah pemikir Islam besar pertama yang menekankan pemikiran empiris dari
pada teori normatif. Ia mengembangkan metode historiografi yang menyangkal
mitos dan kepalsuan. Ibnu Khaldun memberikan 3 kontribusi yang sangat penting
untuk ilmu sosial, yaitu menekankan pentingnya fakta empiris, mengembangkan
teori perubahan, dan mengidentifikasi solidaritas kesukuan sebagai pendorong
perubahan.

Ia dipandang memiliki kecerdasan alami dan rasa keingintahuan yang tinggi. Bekal
pendidikan itu membantu membentuknya menjadi seorang intelektual dengan minat
mendalam dalam masalah politik dan sosial.

Sumber:
https://media.neliti.com/media/publications/61754-ID-pemikiran-ibnu-khaldun-dalam-perspektif.pdf
Detik.com dan Kompas.com
BEBERAPA PEMIKIRAN
AL-UMRÂN; MEMBANGUN PARADIGMA PERADABAN MASYARAKAT

Ibnu Khaldun menyatakan bahwa ilmu ini merupakan kumpulan dari segala ilmu pengetahuan,
termasuk di antaranya ilmu sosiologi. Al-Umrân mempunyai makna luas, meliputi seluruh aspek
aktifitas kemanusiaan, di antaranya frame geografi peradaban, perekonomian, sosial, politik, dan
ilmu pengetahuan. Maksud dari al-umrân dalam kerangka pemikiran Ibnu Khaldun adalah ilmu
metodologi umum yang membahas tentang dasar-dasar peradaban, dan dengannya, tercapai
puncak peradaban bumi

Secara natural, menurut Ibn Khaldun, manusia membutuhkan interaksi dalam menumbuhkan
peradaban, karena menurutnya manusia secara tabiat adalah makhluk sosial. Oleh karena itu,
manusia harus berkumpul, karena hal ini merupakan karakteristik kesosialannya. Hal seperti ini
mengandung makna esensial dari sebuah peradaban. Pertemuan sangat urgen bagi kehidupan
manusia. Tanpa pertemuan, keberadaannya tidak sempurna. Tuhan berkeinginan memakmurkan
bumi ini oleh mereka semua dan memberikan khilafahnya hanyalah kepada mereka

Sumber: https://media.neliti.com/media/publications/61754-ID-pemikiran-ibnu-khaldun-dalam-perspektif.pdf
PELETAK DASAR SOSIOLOGI

Ibnu Khaldun bukan hanya seorang filosuf, melainkan juga


sosiolog, politikus dan ahli sejarah. Sosiologi menurutnya
merupakan sarana untuk memahami sejarah dan kondisi
sosial masyarakat pada suatu generasi, proses perubahan
dalam suatu masyarakat, faktor dan pengaruhnya dalam
peta peradaban suatu bangsa.

Dalam konteks sosiologi, Ibnu Khaldun membagi masyarakat menjadi tiga tingkatan:
Pertama, masyarakat primitif (wahsy), dimana mereka belum mengenal peradaban, hidup
berpindah-pindah dan hidup secara liar.

Kedua, masyarakat pedesaan, hidup menetap walaupun masih sederhana. Mata pencaharian
mereka dari pertanian dan peternakan. Dalam kelas ekonomi mereka dibagi menjadi tiga, yaitu:
petani, penggembala sapi dan kambing serta penggembala unta.

Sumber: https://media.neliti.com/media/publications/61754-ID-pemikiran-ibnu-khaldun-dalam-perspektif.pdf
Sedangkan yang ketiga, masyarakat kota. Masyarakat ini menurutnya sebagai masyarakat
berperadaban, di mana mata pencahariannya dari perdagangan dan perindustrian. Tingkat
ekonomi dan kebudayaan cukup tinggi, mampu mencukupi kebutuhannya bukan hanya kebutuhan
pokok, melainkan juga kebutuhan sekunder dan mewah.

Sumber:
https://media.neliti.com/media/publications/61754-ID-pemikiran-ibnu-khaldun-
dalam-perspektif.pdf
TRADISI HERMENEUTIKA DALAM PEMIKIRAN IBNU KHALDUN

Tradisi ini dirintis oleh Ibnu Khaldun, yang kemudian dikembangkan oleh generasi sesudahnya,
termasuk di antaranya Arkaun dan Nashr Hamid Abu Zaid. Dalam wacana hermeneutika, sebuah
tradisi akan mati, kering dan mandeg jika tidak dihidupkan secara terus-menerus melalui
penafsiran ulang sejalan dengan dinamika sosial. Sebagai seorang sosiolog yang juga pemerhati
sejarah, Ibnu Khaldun menganjurkan untuk memahami sejarah, sebagai substansi dan kondisi
pelaku sejarah tersebut.

Hermeneutika terdiri dari tiga elemen pokok, yaitu: pengarang, teks dan pembaca. Ketiganya
mempunyai dunia tersendiri, sehingga harus terjalin hubungan yang dinamis, dialogis dan terbuka.
Ada interaksi yang saling terkait antara ketiganya. Di satu sisi seorang pembaca ketika berhadapan
dengan teks, hasil yang ia peroleh tergantung pada keberaniannya mengenali arti dan muatan teks.
Sedangkan di sisi lain, pembaca dituntut untuk mengenali lebih jauh terhadap pribadi pengarang
sehingga mampu menangkap aspirasi yang ada dalam nurani pengarang secara keseluruhan. Sering
pembaca menarik benang merah yang tidak sesuai dengan pesan pengarang, karena kurang
memahami maksud pengarang.

Sumber: https://media.neliti.com/media/publications/61754-ID-pemikiran-ibnu-khaldun-dalam-perspektif.pdf
Sedangkan dalam filsafat sejarah Ibnu Khaldun, struktur ini terdiri: pelaku sejarah, substansi
sejarah dan pembaca sejarah. Seorang pembaca sejarah harus menguasai kaidah dalam
periwayatan sejarah, karakteristik pelaku sejarah, tabiat yang ada, problematika perpecahan umat
dan sebagainya. Hal ini agar sejarah yang dibacanya dapat dipahami secara utuh dan terhindar dari
keterputusan mata rantai generasi. Ketiganya harus saling berkaitan dan tidak mungkin
meninggalkan salah satunya.

Menurutnya, seorang ahli sejarah ketika menerima riwayat atau memaparkan suatu peristiwa harus
memahami fenomena dan kondisi sosial masyarakat pada waktu itu. Sebab, sejarah pada masa lalu
tidak mungkin terulang, demikian halnya dengan prestasi-prestasi sejarah yang terjadi. Kalaupun
seseorang ingin memahami substansi sejarah, berarti harus menafsirkan sejarah berikut kondisi
sosial yang ada.

Sejarah menurutnya terdiri dari dua unsur, yaitu: pertama, unsur keabsahan riwayat (tarikh dzahir)
dan kedua, unsur sosiologis (tarikh batin).

Sumber: https://media.neliti.com/media/publications/61754-ID-pemikiran-ibnu-khaldun-dalam-perspektif.pdf
AL-‘IBAR

MUQADDIMAH

AL-TA’RIF

Sebenarnya kitab Muqaddimah dan al-Ta’rif adalah


bagian dari kitab al-‘Ibar yang terdiri dari tujuh jilid.
Muqaddimah merupakan pengantar al-‘Ibar, dan al-
Ta’rif merupakan bagian penutupnya.

Karya-karya
Ibnu Khaldun
Adapun penjelasan mengenai kitab al-‘Ibar yang Dr. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi
terdiri dari tujuh jilid besar tersebut ialah sebagai di Universitas Aberdeen, Skotlandia
berikut: dalam artikelnya “The Islamic Review &
Arabic Affairs” pada tahun 1970-an
Jilid pertama disebut dengan kitab Muqaddimah mengomentari tentang karya-karya Ibnu
Khaldun. Ia menyatakan, “Tulisan-tulisan
Muqaddimah ialah bagian pertama dari kitab al-‘Ibar sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun
yang membahas tentang masyarakat dan gejala- hanya satu-satunya dari tradisi intelektual
gejalanya, seperti: pemerintahan, kedaulatan, yang diterima dan diakui di dunia Barat,
kekuasaan, otoritas, pencaharian, penghidupan, terutama ahli-ahli sosiologi yang menulis
perdagangan, keahlian, ilmu-ilmu pengetahuan, dan karya-karyanya dalam bahasa Inggris.”
sebab-sebab, serta alasan-alasan untuk memilikinya Salah satu tulisan yang sangat menonjol
dan populer adalah Muqaddimah
Kitab pengantar yang panjang inilah yang merupakan
(Pendahuluan) yang merupakan buku
inti dari seluruh persoalan yang terdapat dalam kitab
terpenting tentang ilmu sosial dan masih
al-‘Ibar. Sehingga karya ini dikenal sebagai karya yang
terus dikaji hingga saat ini.
monumental dari Ibnu Khaldun. Walaupun
Muqaddimah adalah bagian dari al-‘Ibar, tetapi kitab
Muqaddimah ini dibedakan dari karya induknya
(al-‘Ibar) dan akan dibahas tersendiri. Sumber: http://repository.uin-suska.ac.id/5825/3/BAB%20II.pdf
Jilid ke-2 hingga ke-5 disebut dengan kitab al-‘Ibar Di samping itu juga berisi tentang sejarah
beberapa bangsa yang terkenal pada saat
Al-‘Ibar merupakan karya utama bagi Ibnu Khaldun. itu dan orang-orang besar beserta dinasti-
Adapun judul asli dari kitab al-‘Ibar ini yaitu, Kitab dinastinya, seperti bangsa Pontian, Syria,
al-‘Ibar wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Ayyam Persia, Yahudi (Israel), Koptik (Mesir),
al-‘Arab wa al-‘Ajam wa al-Barbar wa man Asharuhum Yunani, Romawi, Turki dan Franka
min Dzawi as-Sulthani al-Akbar (orang-orang Eropa) hingga abad ke-8
(Kitab Pelajaran dan Arsip Sejarah Zaman Permulaan H/ke-14 M.
dan Zaman Akhir yang Mencakup Peristiwa Politik
mengenai Orang-orang Arab, Non-Arab, dan Barbar,
serta Rajaraja Besar yang Semasa dengan Mereka)

Kitab kedua yang terdiri dari empat jilid ini


menguraikan tentang sejarah bangsa Arab, generasi-
generasi dan dinasti-dinastinya sejak kelahiran Ibnu
Khaldun

Sumber: http://repository.uin-suska.ac.id/5825/3/BAB%20II.pdf
Jilid ke-6 dan ke-7 disebut dengan kitab al-Ta’rif 1. Lubab al-Muhashshal fi Ushul al-Din,
yaitu merupakan ikhtisar terhadap al-
Kitab ketiga yang terdiri dari dua jilid ini berisi Muhashshal Imam Fakhruddin al-Razi
tentang sejarah bangsa Barbar dan suku-suku yang (543-606 H) yang berbicara tentang
termasuk di dalamnya, seperti suku Zanata, Nawatah, teologi skolastik.
Mashmudah, Baranis, serta asal-usul dan generasi- 2. Syifa’ al-Sail li Tahzib al-Masail, yang
generasinya. Selanjutnya, Ibnu Khaldun pun ditulis oleh Ibnu Khaldun ketika berada
membahas tentang sejarah dinasti yang ada pada di Fez dan membahas tentang
masanya, seperti Dinasti Bani Hafs, Dinasti Bani mistisisme konvensional karena
‘Abdul Wadd, dan Dinasti Bani Marin (Mariyin).
berisikan uraian mengenai tasawuf dan
Pembahasan terakhir dari kitab ini ialah tentang Ibnu
hubungannya dengan ilmu jiwa serta
Khaldun yang berbicara tentang dirinya sendiri.
masalah syariat (fikih)
3. Burdah al-Bushairi.
Di samping ketiga karya tersebut, beberapa referensi 4. Buku kecil sekitar 12 halaman yang
menyebutkan bahwa Ibnu Khaldun memiliki karya- berisikan keterangan tentang negeri
karya lain, seperti: Maghribi atas permintaan Timur Lenk
ketika mereka bertemu di Syria

Sumber: http://repository.uin-suska.ac.id/5825/3/BAB%20II.pdf
PENINGGALAN
Ibnu Khaldun pertama kali menjadi perhatian dunia Barat
pada tahun 1697, ketika sebuah biografi tentangnya muncul di
Bibliothèque Orientale Barthélemy d'Herbelot de Molainville.
Ibnu Khaldun mulai mendapatkan perhatian lebih pada tahun
1806, ketika Silvestre de Sacy's Chrestomathie Arabe
memasukkan biografinya bersama dengan terjemahan bagian
Muqaddimah sebagai Prolegomena.Pada tahun 1816, de Sacy
kembali menerbitkan sebuah biografi dengan deskripsi yang
lebih rinci tentang Prolegomena. Rincian lebih lanjut tentang
dan sebagian terjemahan Prolegomena muncul selama
bertahun-tahun sampai edisi bahasa Arab yang lengkap
diterbitkan pada tahun 1858. Sejak saat itu, karya Ibnu Khaldun
telah dipelajari secara luas di dunia Barat dengan minat khusus.
TERIMA Sadarin

KASIH 0803622013

Marzalia Raisa
0803622005

Gusti C. Yudha
0803622020

Anda mungkin juga menyukai