Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN AGAMA, NEGARA, DAN WARGA NEGARA

Dosen Pengampu:

Siti Nadroh, S.Ag., M.Ag.

Disusun Oleh:

Norma Adityaningsih Prameswari

11211020000012

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

SEPTEMBER/2021
PENDAHULUAN

Negara merupakan organisasi sekelompok orang yang bersama-sama


mendiami dan tinggal di satu wilayah dan mengakui suatu pemerintahan. Unsur-
unsur terbentuknya suatu negara secara konstitutif adalah wilayah, rakyat, dan
pemerintahan. Sesuai dengan UUD 1945 pasal 26 ayat 1, warga negara Indonesia
adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orangorang bangsa lain yang
bertempat tinggal di Indonesia, dan mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan
bersikap setia kepada NKRI yang disahkan dengan UU. Indonesia menganut
sistem pemerintahan demokrasi sesuai dengan Pancasila. Dimana warga
negaranya diberi kebebasan untuk menyalurkan aspirasinya tetapi tentunya dalam
konteks yang positif. Sistem demokrasi ini menandakan bahwa Indonesia sangat
menghargai warga negaranya sebagai mahluk ciptaan Allah SWT dan mengakui
persamaan derajat manusia.

Dewasa ini, pembahasan mengenai negara, agama dan warga negara


merupakan hal yang menjadi topik tersendiri bagi berbagai pihak. Dalam suatu
negara kehidupan beragama menjadi pilihan bagi warganya karena hal tersebut
merupakan hak asasi bagi setiap manusia. Namun dalam menjalankan kehidupan
bernegara, menghubungkan antara negara dan agama menjadi polemik di antara
berbagai pihak yang lain. Dalam sejarah peradaban dunia, hubungan negara dan
agama telah mempengaruhi berjalannya sistem politik sekarang ini. Pada masa
abad pra pertengahan negara berjalan di bawah otoritas agama dan pada abad
pertengahan telah terjadi pemisahan antara negara dan agama. Indonesia yang
mayoritas penduduknya adalah muslim juga mengalami permasalahan mengenai
hubungan agama dan negara. Munculnya kaum-kaum yang menuntut
pemerintahan Islam juga menjadi hal yang harus dapat ditangani oleh bangsa ini.
PEMBAHASAN

Suatu kenyataan historis bahwa masalah yang pertama-tama muncul dalam


Islam sepeninggalan Nabi Muhammad bukanlah masalah teologi, melainkan
justru masalah negara, walaupun kemudian persoalan Negara ini menjelma
menjadi persoalan teologi. Problem mengenai Negara dalam Islam ini seperti
dilukiskan oleh Al-Syahrastani (479-548 H) sebagai pertentangan paling besar (al-
fitnah al-kubra) dikalangan umat Islam. Sebab lanjut ahli Ilmu Perbandingan
agama ini, tidak pernah terjadi sebuah pedang dihunuskan karena suatu masalah
dasar agama seperti yang terjadi karena masalah imamah disetiap zaman.

Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia perbedaan pandangan antara


hubungan Islam dan negara sudah ada jauh sebelum lahirnya bangsa Indonesia,
perbedaan ini didasari atas perbedaan ideologi di dalam menafsirkan hubungan
Islam dan negara perbedaan ini diawali atas perbedaan pandangan antara
kelompok yang pro pendirian negara secara Islam formal dan Nasionalis
kebangsaan.

Sejak 1950-1959, dekade yang dikenal sebagai periode demokrasi


konstitusional, Indonesia beroperasi di bawah UUD 1950. Terlepas dari kenyataan
bahwa negara telah mengalami beberapa perubahan konstitusi, UUD 1950 itu
masih dianggap sementara. Karena itu, dan dapat disimpulkan bahwa tugas utama
Majelis Konstitusi adalah menyusun sebuah rancangan konstitusi yang permanen.
Dalam penyususan tentang dasar negara banyak terjadi perdebatan-perdebatan
panas yang dilakukan oleh kelompok yang mengaharapkan berdirinya negara
Islam dan kelompok nasionalis. Dalam perdebatan tentang ideologis negara
terdapat tiga aliran ideologis yang tampil menonjol adalah : Islam, Pancasila, dan
Sosial-Ekonomi. Tetapi, mengingat perdebatan-perdebatan tentang dasar ideologi
negara yang berlangsung sebelumnya, pertentangan paling sengit berlangsung
antara para pendukung aliran ideologi Islam dan Pancasila

Dalam praktik kehidupan kenegaraan masa kini, hubungan antara agama


dan negara dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yakni integrated
(penyatuan antara agama dan negara), intersectional (persinggungan antara agama
dan negara), dan sekularistik (pemisahan antara agama dan negara. Bentuk
hubungan antara agama dan negara di negara-negara Barat dianggap sudah selesai
dengan sekularismenya atau pemisahan antara agama dan negara. Paham ini
menurut The Encyclopedia of Religion adalah sebuah ideologi, dimana para
pendukungnya dengan sadar mengecam segala bentuk supernaturalisme dan
lembaga yang dikhususkan untuk itu, dengan mendukung prinsip-prinsip non-
agama atau anti-agama sebagai dasar bagi moralitas pribadi dan organisasi social.
Pemisahan agama dan negara tersebut memerlukan proses yang disebut
sekularisasi, yang pengertiannya cukup bervariasi, termasuk pengertian yang
sudah ditinjau kembali. Menurut Peter L. Berger berarti “sebuah proses dimana
sektor-sektor kehidupan dalam masyarakat dan budaya dilepaskan dari dominasi
lembaga-lembaga dan simbol-simbol keagamaan”.

Negara dan warga negara memiliki hubungan yang sangat erat, misalnya
negara Indonesia dengan konstitusi, berkewajiban untuk menjamin dan
melindungi seluruh warga negara Indonesia tanpa terkecuali. Secara jelas dalam
UUD Pasal 34, misalnya, disebutkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara (ayat 1); Negara mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan (ayat 2); Negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas layanan umum yang layak
(ayat 3). Selain itu, negara juga berkewajiban untuk menjamin dan melindungi
hak-hak warga negara dalam beragama sesuai dengan keyakinannya. Namun
demikian, kewajiban negara untuk memenuhi hak-hak warganya tidak akan dapat
berlangsung dengan baik tanpa dukungan warga negara dalam bentuk pelaksanaan
kewajiban sebagai warga negara.

Demokrasi Pancasila adalah demokrasi konstitusional, sebagaimana


dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia 1945. Ini
berarti baik warga negara maupun pemerintah dalam berinteraksi antara keduanya
dalam mewujudkan cita-cita nasional dan tujuan bernegara senantiasa
berlandaskan pada konstitusi, Cita-cita nasional yang ingin dicapai adalah NKRI,
"Yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur" (Pembukaan UUD 1945
Alinea II). Sedangkan tujuan NKRI mencakup tujuan yang berdimensi nasional
dan internasional. Tujuan yang berdemensi nasional adalah melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan tujuan yang berdimensi
internasional adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial( Pembukaan UUD 1945
Alinea IV).

Notonagoro, filosof Pancasila (dalam Slamet Sutrisno, 2006;73)


menyatakan "Asal mula materil Pancasila adalah adat, tradisi dan kebudayaan
Indonesia. "Tima unsur yang tercantum di dalam Pancasila bukanlah hal-hal yang
timbul baru dalam pembentukan negara Indonesia, akan tetapi sebelumnya dan
selama-lamanya telah dimiliki oleh rakyat, bangsa Indonesia, yang nyata dan
hidup dalam jiwa rnasyarakat, rakyat dan bangsa Indonesia". Oleh karena itu
untuk memahami nilai-nilai Pancasila dapat dilacak pada nilai yang telah
berkembang dalam masyarakat Indonesia.

Dengan demikian karakter warga negara yang demokratis dalam perspektif


demokrasi Pancasila, memiliki pola sikap dan perilaku dalam berpartisipasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain, sebagai berikut: Religius,
toleransi, Adil, Anti imperialisme dan kolonialisme, Memiliki komitmen untuk
mewujudkan kemakmuran Bersama, Memiliki solidaritas dan kesetiakawanan
yang tinggi sebagai sesama anak bangsa, menghargai pluralisme, menyerasikan
antara kepentingan pribadi dengan kepentingan umum, menolak hiberalisme,
kapitalisme, dan neo-liberalisme, mengedepankan musyawarah untuk mufakat
dalam mengambil keputusan terhadap masalah yang menyangkut kepentingan
Bersama, dan komitmen terhadap konstitusi dan nilai-nilai luhur yang berlaku
dalam kehidupan masyarakatnya.

PENUTUP

Negara adalah suatu wilayah dimana didalamnya terdapat kumpulan


masyarakat yang memiliki kekuasaan politik, ekonomi, militer, dan budaya.
Sebuah Negara biasanya dipimpin oleh yang namanya pemerintah. Pemerintah
merupakan penguasa tertinggi dalam suatu wilayah yang disebut negara. Dewasa
ini sering muncul konflik yang mengatasnamakan agama. Untuk dapat mengakhiri
hal tersebut, kewajiban kita adalah menciptakan kehidupan beragama yang penuh
dengan perdamaian, saling menghargai, menghormati, dan mencintai sebagai
umat manusia yang beradab. Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang
fundamental bagi umat bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam
kehidupan beragama.

Dalam hal ini, negara memberikan jaminan kebebasan bagi setiap warga
negara untuk memeluk suatu agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan
kepercayaannya itu. Setiap agama memiliki keyakinan dan ajaran yang berbeda
satu sama lain, namun pada dasarnya setiap agama mengajarkan sikap saling
menghormati, menghargai, serta hidup berdampingan secara damai dengan
pemeluk agama yang lain. Maka, negara dan masyarakat berkewajiban
mengembangkan kehidupan beragama yang penuh dengan toleransi dan saling
menghargai. Tidak akan ada negara tanpa warga negara.

Warga negara merupakan unsur terpenting dalam hal terbentuknya negara.


Warga negara dan negara merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Keduanya saling berkaitan dan memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang
berupa hubungan timbal balik. Warga negara mempunyai kewajiban untuk
menjaga nama baik negara dan membelanya. Sedangkan negara mempunyai
kewajiban untuk memenuhi dan mensejahterakan kehidupan warga negaranya.
Sementara untuk hak, warga negara memiliki hak untuk mendapatkan
kesejahteraan dan penghidupan yang layak dari negara, sedangkan negara
memiliki hak untuk mendapatkan pembelaan dan penjagaan nama baik dari warga
negara. Dapat disimpulkan bahwa hak negara merupakan kewajiban warga negara
dan sebaliknya kewajiban negara merupakan hak warga negara.
DAFTAR PUSTAKA

Ani,Hendra. 2020. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN: ANTARA


NEGARA, AGAMA DAN WARGA NEGARA. Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah
Hidayatullah Balikpapan.
https://ejournal.stishid.ac.id/index.php/wasathiyah/article/download/75/47/
205. Diakses pada 26 Oktober 2021.

Dahsaln. 2020. Hubungan Agama dan Negara Di Indonesia. Fakultas Syariah dan
Ekonomi Islam IAIN Bengkulu.
https://media.neliti.com/media/publications/58275-ID-hubungan-agama-
dan-negara-di-indonesia.pdf. Diakses Pada 26 Oktober 2021

Cholisin. 2020. Karakteristik Warga Negara Yang Demokratis. FISE UNY.


http://boykericardo.blogspot.com/2012/04/karakteristik-warga-negara-
yang.html. Diakses Pada 26 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai