Anda di halaman 1dari 72

 
Ujian dari Master
Guang Qin
Dikutip Dari :

Ceramah Master Dao Zheng

Judul :

考古變今用

Dipersembahkan Dengan Setulusnya Oleh :

Sukacita Melafal Amituofo

www.smamituofo.blogspot.com

Untuk kalangan sendiri, disebarluaskan dengan gratis,


dilarang memperjualbelikan.

 
Daftar Isi
Hal

Ujian Mendadak………………………………………... 5

Siapa Yang Paling Rajin?............................................................7

Pekerjaan Adalah Soal Ujian……………………..….....11

Pikiran Yang Tidak Dilatih………………………….....14

Ujian Larut Malam……………………….………...….16

Penyerahan Hasil Ujian……………………………….19

Urusan Sendiri……………………………………........21

Ini Baru Ujian……………………………………….....24

Melantunkan Nada Terbalik……………………....…..31


 
Melepaskan Alam Saha……………………….…..…......33

Masalah Sepele Dianggap Penting………………...…35

Siapa Yang Lebih Penting…………………………….37

Menguji Tekad Dan Keyakinan…………………....…40

Ujian Bagi Semua Orang………………………….….42

Ujian Semester……….……………………………….45

Dalam Kesibukan Melafal Amituofo………………....52

Ujian Ditengah Kesakitan……………………………57

Sehelai Rumput……………………….……………….61

Ujian Buah Persik……………………………….……..64

Uang Alam Sukhavati……………………………...…67


 
Ujian Mendadak

Mendadak menguji kondisi batin anda, menguji kekuatan


anda di kala sedang tanpa persiapan.


 
Master Guang-Qin --- ujian mendadak dan ahli
pengajar berbakat.

(Bila pikiran tidak di Jalan KeBuddhaan maka


pasti akan melewati ujian dengan tangisan)

Saya memiliki dua orang guru penabhis yang mengikuti Master


Guang Qin, mereka telah menjadi Bhiksuni selama hampir 20
tahun, mereka sering menyinggung tentang ceramah dan soal ujian
dari Master Guang Qin, Master Guang Qin bukan hanya memiliki
ketrampilan yang sangat mendalam, namun beliau juga merupakan
seorang ahli pengajar yang berbakat, dia mengeluarkan soal ujian
tanpa perlu berpikir, yakni di saat muridnya sedang tanpa
persiapan, mengajukan ujian mendadak, jika bukan praktisi yang
senantiasa menfokuskan pikiran pada Jalan KeBuddhaan, pasti akan
melewati ujian dengan tangisan, jika beliau memberitahukan anda
akan ada ujian, tentu saja anda akan segera meningkatkan
kewaspadaan. masalahnya beliau takkan memberitahukan anda
terlebih dulu, selalu saja mendadak menguji kondisi batin anda,
menguji kekuatan anda di kala sedang tanpa persiapan, saya selalu
mendengar kisah dari kedua guruku tentang pengalaman yang
mereka lewati, selalu saja menimbulkan keharuan, dibandingan
dengan ujian yang mereka tempuh, maka ujian yang saya lewati
sungguh terlalu mudah.


 
Siapa yang paling rajin?

Buddha adalah yang tercerahkan, sedangkan kita senantiasa


tidak sadar, yakni tidak meneladani Buddha, Buddha
Amitabha adalah “Pencerahan Tanpa Batas”, sedangkan kita
selalu tidak tercerahkan, yakni tidak melafal Amituofo.


 
Siapa yang paling rajin?

(Hanya menegurmu beberapa kalimat saja,


hatimu langsung tergerak. Ai, ketrampilan anda
masih begitu dini!)

Guru memberitahukan padaku, Master Guang Qin setiap pukul


6 pagi, akan mengadakan pengamatan di dalam vihara, beliau akan
mengamati siapa yang paling serius dalam bernamaskara pada
Buddha dan melafal Amituofo, siapa yang paling pagi bangun
untuk melatih diri, maka beliau memanggil murid yang paling rajin
datang menghadapnya, kemudian memarahinya bahkan
mengeluarkan perkataan yang membuat sang murid merasa
difitnah dan tertekan, lakonan Master Guang Qin tampak sangat
sungguhan, jika sang murid setelah mendengar ucapan beliau dan
tergerak hatinya, bahkan merasa tersinggung, maka Master Guang
Qin akan menggeleng-gelengkan kepala, sambil tertawa dan
berkata : “Saya mengira kamu amat rajin sekali, hanya beberapa
kalimat saja kamu sudah tak tahan, ai! Ketrampilan anda masih
terlalu dini!”


 
Tidak menyadari sedang diuji ---- disebut “tidak
tercerah”! (tidak meneladani Buddha!)

Jika Master Guang Qin tidak mengucapkan kalimat terakhir,


mungkin saja murid yang kena marah tadi takkan terpikir, ini
adalah soal ujian, karena dia tidak menyadari dirinya sedang diuji,
tidak mengetahui bahwa Master Guang Qin berbuat begitu karena
ingin mengetahui jawaban apa yang diberikan oleh kita, tidak
mengetahui bahwa Master sedang ingin mengetahui bagaimana
pemahaman dan pengamalan kita pada Buddha Dharma, sengaja
berlakon, karena semuanya tidak tahu, maka itu disebut “tidak
tercerah”. Tidak memiliki pikiran yang langsung menyadari, inilah
ketidaktahuan, kecerobohan. Buddha adalah yang tercerahkan,
sedangkan kita senantiasa tidak sadar, yakni tidak meneladani
Buddha, Buddha Amitabha adalah “Pencerahan Tanpa Batas”,
sedangkan kita selalu tidak tercerahkan, yakni tidak melafal
Amituofo. Walaupun bangun paling pagi dan tekun melatih diri,
namun setelah berusaha seharian ternyata masih “tak tercerahkan”.
Jika demikian sia-sia saja ketrampilan yang dimiliki, ibaratnya rajin
sekolah namun gagal dalam ujian!


 
Mendengar cerita harus bisa
mempergunakannya

Ada seorang umat wanita setelah mendengar cerita ini, dia amat
bersukacita dan berkata padaku : “Kalau begitu saya sudah
mengerti! Suamiku selalu begitu baru bangun pagi sesuka hati
memarahi diriku, ucapannya sungguh fitnah, saya selalu mengeluh,
tidak tahu pada kelahiran lampau telah berhutang berapa banyak
beban amarah padanya? Sekarang saya sudah mengerti, saya akan
menganggapnya sebagai Master Guang Qin, setiap pagi
mengadakan pengamatan, memberiku soal ujian, dengan demikian,
saya akan sangat hidup dengan gembira. Saya akan melewati ujian
ini dengan berhasil, bersukacita menuju Alam Sukhavati!”

Umat wanita ini sungguh memiliki pencerahan, setelah


mendengar cerita perumpamaan ini langsung dapat
mempergunakan dalam kehidupannya, daripada diri saya yang
bisa menceritakan, lebih baik dirinya yang begitu mendengar
langsung mengerti.

10 
 
Pekerjaan Adalah Soal Ujian

Bila kita tak menyadari kita sedang menjalani ujian, maka


akan menuruti tabiat diri, sehingga akan memberikan
tanggapan yang jelek.

11 
 
Pekerjaan adalah soal ujian untuk menguji
pikiran

“Lihatlah! Orang ini paling pintar ambil


muka!”

Soal ujian dari Master Guang Qin sungguh beragam dan berubah-ubah,
guruku berkata padaku, Vihara Cheng Tian dibangun di pergunungan
yang dalam, tahap pembangunan mengalami berbagai kesulitan,
harus mengerjakannya sendiri, mengambil tanah, memindahkan batu
bata, bahkan sampai seluruh tubuh terbenam ke dalam lumpur.
Master Guang Qin memotivasi semua orang sambil bekerja sambil
melafal Amituofo, malatih ketrampilan melafal Amituofo dalam
bergerak.

Suatu hari banyak Bhiksu datang mengunjungi Master Guang Qin,


kemudian Master segera mengutus orang ke lapangan untuk
memanggil guruku untuk menjadi penerjemah, ketika guruku sampai di
ruang ketua vihara, Master langsung berkata di hadapan para tamu :
“Kalian lihat saja! Vihara kami ini, cuma orang ini yang pintar ambil
muka! Anda sekalian sudah lihat, dia sengaja mengotori dirinya
dengan tanah liat, supaya dikatakan orang bahwa dia telah bekerja
keras dan bersusah payah!”

Semua hadirin yang mendengar ucapan Master Guang Qin tidak ada
yang tak percaya, di antara para Bhiksu yang sedang duduk, ada yang
berkata pada guruku : “Ah? Master Guang Qin bilang anda suka ambil
muka, ini tidak baik lho!” Guruku yang mendengar ucapan ini langsung

12 
 
berlutut dan berkata pada para tamu : “Ya, saya memang suka ambil
muka, saya akan segera bertobat dan memperbaiki diri”.

Menyadari semua ini adalah ujian!


Memberikan jawaban dengan bijaksana

Saat itu ketika mendengar guruku berkata demikian, airmataku


langsung mengalir, keharuan memenuhi hatiku. Saya merenungkan
diriku sendiri, jika Master Guang Qin berkata begitu pada diriku,
apalagi di hadapan para Bhiksu senior, saya pasti akan
menanggapinya dengan serius, dan sangat bersedih hati, namun
guruku memiliki kesadaran, langsung dapat memahaminya, dirinya
sedang diuji, dia segera menenangkan dirinya dan memberi jawaban
yang sepatutnya.

Bila kita tak menyadari kita sedang menjalani ujian, maka akan
menuruti tabiat diri, sehingga akan memberikan tanggapan yang jelek.
Ini dalam Buddha Dharma akan memperoleh nilai berapa?

13 
 
Pikiran Yang Tidak Dilatih

Setiap pekerjaan adalah kesempatan untuk melatih diri.

14 
 
Dimarahi dan tidak senang --- mengaku tanpa
harus ditekan --- pikiran tidak dilatih, benar-benar
ambil muka!

Coba kita pikirkan, bila ada orang yang memarahi kita suka ambil
muka, setelah kita mendengarnya, langsung merasa tidak senang,
orang lain baru mengatakan satu kalimat, kita langsung merasa risau,
ini menandakan anda tidak mengerjakan tugas melatih diri yang ada
di dalam pikiran. Setiap pekerjaan adalah kesempatan untuk melatih
diri, bila kita mengerti aturan ini, tidak menggunakan segala kondisi
dalam pekerjaan untuk menaklukkan lobha, dosa, moha, keangkuhan
dan keraguan, maka segala pekerjaan yang kita lakukan, cuma untuk
ambil muka, tidak memiliki jasa kebajikan yang sesungguhnya.

15 
 
Ujian Larut Malam

Dalam keseharian harus lebih tekun melatih, tak peduli


waktu selelah dan sesusah apapun, harus dapat
membangkitkan pikiran benar.

16 
 
※Ujian larut malam dalam kelelahan
Diuji “pada saat yang tidak tepat” ---
sebenarnya adalah “waktu yang sangat tepat”!
Ketika berusaha dengan kemampuan maksimal,
berhasil lulus ujian memilah paku di tengah malam.
Kerja atau tidak adalah urusan anda sendiri!

Guruku berkata padaku, pada masa pembangunan Vihara Cheng


Tian, semua orang harus bekerja sama saling membantu. Suatu hari,
ketika harus lembur sampai larut malam dalam kelelahan yang tak
terkatakan, Master Guang Qin tiba-tiba mencampuradukkan
sekotak besar paku yang telah selesai dipilah. Kemudian berkata
kalian pergilah memilah paku ke dalam ukuran besar dan kecil, guruku
menjelaskan, semula niatnya adalah ingin mengatakan --- “Aduh!
Bhiksu senior, kenapa anda harus memilih waktu dimana semua orang
sudah begitu kelelahan untuk memilah paku lagi?” Kemudian, Master
Guang Qin memasang mimik wajah yang tegas dan berkata : “Apakah
saat ajal menjelang anda bisa memilih waktunya?” Saat itu guruku
segera berlutut, menyadari maksud Master, lalu menjawab:”Murid
sekarang juga pergi mengerjakannya”. Kemudian dengan
menyemangati diri untuk bertahan, membagi paku ke dalam satu inci,
dua inci, menurut ukuran besar dan kecil, mengerjakannya sampai
tengah malam, barulah selesai, kemudian melapor kepada Master
Guang Qin : “Murid telah selesai memilah paku”. Master Guang Qin
menjawab : “Kerja juga urusan anda, tidak kerja juga urusan anda
sendiri!”

17 
 
Derita, sakit, lelah, tua....harus dapat
membangkitkan pikiran benar
-----saat menjelang ajal adalah hari yang paling
tua, juga hari yang paling melelahkan

Pada saat menjelang ajal, kita tidak bisa memilih waktu mana
yang nyaman, tak peduli meninggal di usia 30 atau 80 tahun, juga
merupakan hari yang paling tua dan paling melelahkan dalam seumur
hidup, karena itu dalam keseharian harus lebih tekun melatih, tak
peduli waktu selelah dan sesusah apapun, harus dapat
membangkitkan pikiran benar.

Bekerja untuk melatih pikiran


Menaklukkan khayalan, kemelekatan pada
keakuan dan kerisauan

Kita mengetahui bahwa Master Guang Qin sendiri adalah seorang


praktisi yang pernah melakukan samadhi semalaman di ruang terbuka,
sesungguhnya beliau tak memerlukan membangun vihara, hanya
menggunakan bangunan vihara sebagai tempat pengajaran dan untuk
melatih murid-muridnya.

18 
 
Penyerahan Hasil Ujian

Melatih diri bukan membahas masalah itu memiliki alasan


atau tidak, namun adalah apakah anda dapat bersabar ketika
bertemu dengan sebuah kondisi!

19 
 
Memahami --- melatih diri adalah melatih diri
sendiri

Beralasan atau tidak beralasan, tetap harus


menyerahkan hasil ujian “pikiran benar”.

Dalam keseharian bila ada orang, disaat kita sangat kelelahan,


menyuruh kita melakukan sesuatu pekerjaan, mungkin kita akan
merasa dia sangat tidak beraturan, sungguh tidak bijaksana. Ketika
kita tertidur pulas, tiba-tiba dibangunkan dan disuruh kerja, mungkin
kita sangat tidak senang, memberikan muka masam padanya. Namun
Master Guang Qin, dalam keseharian melatih murid-muridnya adalah
sedemikian! Tentu saja ada orang yang merasa tak senang, tidak
mempedulikan latihan dari beliau, sendirian pergi tidur dulu, namun
ada juga yang memahaminya, melatih diri adalah melatih diri sendiri,
setiap saat harus sadar, makanya dia tidak mempedulikan apakah
hal itu beraturan atau tidak, juga akan membangkitkan pikiran benar,
mengerjakan latihan yang patut dikerjakan, menyelesaikan soal ujian.
Master Guang Qin berkata melatih diri bukan membahas masalah itu
memiliki alasan atau tidak, namun adalah apakah anda dapat
bersabar ketika bertemu dengan sebuah kondisi!

20 
 
Urusan Sendiri

Perjalanan ini adalah perjalanan yang tanpa henti untuk


membangkitkan keyakinan dan kekuatan tekad, yakni sebuah
perjalanan untuk mengubah penderitaan menjadi bunga
teratai yang bercahaya.

21 
 
Terlahir ke Alam Sukhavati, adalah urusan diri
sendiri

Tidak dapat menahan kesabaran, juga harus


senyum-senyum menahan diri, ibarat memilah
paku di tengah malam

Mengubah penderitaan menjadi bunga teratai


bercahaya

Kita harus mencermati ucapan Master Guang Qin,


mengerjakannya adalah urusan anda, tidak mengerjakan juga adalah
urusan anda sendiri. Benar, ingin ke Alam Sukhavati juga merupakan
urusan anda sendiri! Tidak pergi ke Alam Sukhavati juga merupakan
urusan anda sendiri! Jika dalam keseharian dapat bersemangat,
membangkitkan pikiran benar dan kesadaran, juga adalah urusan
anda sendiri, jika ingin hidup dalam kebimbangan, khayalan dan
kerisauan juga adalah urusan anda sendiri.

Saat kondisi diriku sangat parah didera penyakit, guruku


mengunjungiku dan memberitahukan padaku tentang ceramah
Master Guang Qin dan tahapan pelatihan dirinya, setelah
mendengarnya saya begitu terharu, maka itu saya berusaha bangkit
dan melafal Amituofo, karena mau melafal adalah urusan diriku, tidak
melafal juga adalah urusan diriku. Ingin melafal Amituofo dan terlahir
ke Alam Sukhavati, sehingga saya terbebas dan berbahagia, tidak
melafal Amituofo dan menderita bertumimbal lahir, juga adalah
urusan diriku, juga harus diri sendiri yang menderita.

22 
 
Kita adalah orang awam yang belum sempurna kekuatan
kesabarannya, dalam berbagai siksaan jiwa raga, walaupun saya tahu
bahwa ini adalah buah karma yang harus saya terima, terkadang juga
tidak mampu tersenyum dengan damai, saat yang sulit untuk
bertahan, namun asalkan dapat membangkitkan keyakinan dan tekad
--- adalah ibarat semangat untuk bertahan di larut malam,
menyelesaikan pemilahan paku, membangkitkan keyakinan dan
kekuatan tekad untuk melafal Amituofo, pasti dapat pulang ke Alam
Sukhavati. Perjalanan ini adalah perjalanan yang tanpa henti untuk
membangkitkan keyakinan dan kekuatan tekad, yakni sebuah
perjalanan untuk mengubah penderitaan menjadi bunga teratai yang
bercahaya.

23 
 
Ini Baru Ujian

Tidak mengerti rupa yang sesungguhnya, Seumur hidup


melakukan hal yang bodoh, tidak menghendaki kebenaran,
hanya menginginkan harga diri, tidak tahu apa yang
dikehendakinya?

24 
 
※Ujian
mendadak di hadapan orang banyak ---
melenyapkan keakuan.

Tanpa persiapan. Dipukul tanpa alasan. Ini baru


ujian!

Ada orang yang pergi ke vihara, memohon guru untuk memukulnya


dengan papan harum perlengkapan kebaktian, melenyapkan rintangan
karmanya. Guruku ingin mengatakan, jika diri sendiri yang memohon
untuk dipukul papan harum, tentunya dalam dirinya telah ada
persiapan, ketika dipukul dengan papan harum, dalam hatinya tentu
takkan timbul kerisauan, namun sebaliknya jika tanpa persiapan,
ketika perhatiannya lagi tidak terfokus tiba-tiba tanpa alasan
dipukul orang lain, ini baru namanya ujian, barulah dapat memahami
tingkatan batin dan kerisauan, maka itu guruku berlutut memohon
agar Master Guang Qin bermaitri karuna untuk membantunya
melenyapkan “keakuan”, setelah mendengarnya Master Guang Qin
menjawab : “Baik, baik, baik!”, namun tidak ada tindakan apapun dari
beliau. Setiap hari guruku berlutut memohon Master Guang Qin,
maka jawaban Master adalah : “Baik, baik, baik!”, namun juga sama
sekali tidak tampak ada gerakan, lama kelamaan karena banyak
kesibukan, akhirnya hal ini mulai terlupakan.

25 
 
Begini juga marah, begitu juga marah!
Begini juga tidak boleh, begitu juga tidak boleh!

Pada suatu hari ada banyak para pejabat pemerintah, para


profesor dari National Taiwan University , para staf pengajar wanita,
datang berkunjung ke Vihara Cheng Tian dan beramah tamah dengan
Master Guang Qin, Master segera memanggil guruku untuk menjadi
penerjemah, begitu guruku muncul, bersikap seperti biasa beranjali
menyapa para tamu dengan “Amituofo”, namun tiba-tiba Master
Guang Qin dengan gaya berlebihan dan gerakan aneh meniru gaya
guruku beranjali dan mengucapkan : Amituofo! Melihat hal ini guruku
segera berlutut di hadapan Master. Master Guang Qin berkata : “ Di
sini banyak umat awam, apakah anda berlutut di sini untuk memohon
berkah bagi mereka?”

Guruku tak berani terus berlutut lagi, segera bangkit berdiri.

Master Guang Qin berkata : “Kamu berani sekali! Berdiri lebih


tinggi daripada senior!”

Jika demikian, berlutut tidak benar, berdiri juga tidak benar, jika
duduk bersama para senior lebih tidak benar lagi, benar-benar tidak
tahu harus bagaimana baru benar.

Hari itu kebetulan banyak umat yang hendak memohon Trisarana,


menurut kebiasaan yang berlaku, bukti Trisarana biasanya ditulis
oleh guruku atau anggota Sangha lainnya yang mewakili Master
Guang Qin, serta memberi nama Buddhis. Namun pada hari itu
Master Guang Qin tiba-tiba berkata di hadapan umum : “Kalian
lihatlah! Dia berani mengambil keputusan sendiri, bukti Trisarana
ditulisnya sendiri, matanya sudah tidak memandang orang lain lagi,

26 
 
dihatinya sama sekali tidak menghormati senior, kalian sebenarnya
hendak mengundang diriku atau dia untuk menjadi saksi Trisarana?

Begitu mendengar ucapan ini guruku langsung menghentikan


menulis bukti Trisarana, segera merapikannya dan menyerahkan
kepada Master Guang Qin, kemudian Master berkata lagi : “Ah? Baru
mengkritiknya dua kalimat saja sudah tersinggung, sekarang tidak
mau menulis lagi! Semuanya mau diserahkan kepada saya! Begitu
bertumpuk bagaimana saya harus menulisnya, bagaimana bisa
memilih nama Buddhis buat mereka!” Sesungguhnya sosok Master
Guang Qin yang memiliki ketrampilan melatih diri, apapun nama
Buddhis yang diberikan, umat akan tetap bersukacita menerimanya.

Saat itu guruku yang melihat begini tidak boleh, begitu tidak
boleh, akhirnya tidak dapat menahan airmata yang akan mengalir
keluar.

Master Guang Qin berkata lagi di hadapan para hadirin : “Kalian


lihat saja! Baru dibilang dua kalimat sudah menangis, dia ingin agar
orang lain merasa dia sangat kasihan!” Sampai menangis juga tak
boleh, guruku terpaksa menahan airmatanya, diam-diam bernapas
dalam-dalam, melafal Amituofo, mulai membayangkan --- tidak ada
yang disebut “anda” yang sedang memarahiku, juga tidak ada “diriku”
yang sedang dimarahi, juga tidak ada “ucapan amarahmu”. (Tiga
Putaran Kekosongan Esensial)

Akhirnya Master Guang Qin berkata lagi : “Kalian lihat lagi! Dia di
sana sedang mengamati hidungnya, hidung mengamati hati, berpura-
pura agar kelihatan seperti seorang praktisi sungguhan!” Semua
hadirin yang mendengarnya merasa sangat aneh, semua orang
mengarahkan pandangan kepada guruku seorang. Guruku berkata,
pada saat itu dirinya sangat ingin mencari celah dan masuk ke dalam,
juga sangat ingin melarikan diri.

27 
 
Namun lagi-lagi Master Guang Qin berkata : “Mau lari ke mana?
Cepat berhenti!” Benar-benar timbul satu niat saja dalam hati, juga
disalahkan, dalam ketidakberdayaan, hanya bisa bersabar.

Setelah amarah berlalu, seperti sedia kala

Namun setelah waktu bertamu selesai, sikap Master Guang Qin


seperti sedia kala, seperti tidak ada yang terjadi, begitu tenang, dan
senyum-senyum, dan malah menuangkan susu kepada guruku sambil
berkata : “Ini buatmu”.

Ketika sore hari tiba, waktu berkunjung bagi tamu mulai dibuka,
sikap Master Guang Qin lagi-lagi kambuh seperti tadi siang, mulai lagi
menyalahkan yang ini dan itu, mengeluhkan ini dan itu, mengeluh
sampai orang lain tidak tahu harus bagaimana baru betul, namun
begitu waktu berkunjung bagi tamu ditutup, dia bersikap seperti
sedia kala.

Baru mengkritik dia dua kalimat, sudah


bertanya “Mengapa!”
Jika memukulnya dengan papan harum,
bukankah akan panggil polisi!

Guruku berpikir : “Hari ini seharian sungguh tak terpikir apa


kesalahan yang telah saya perbuat, mengapa Master Guang Qin
terus memarahiku?” Timbul niat pikiran guruku untuk menghadap
28 
 
Master Guang Qin dan coba bertanya dimana letak kesalahannya!
Sambil berpikir demikian dia berjalan menuju ruang ketua vihara,
mengetuk pintu dan masuk ke dalam, Master Guang Qin begitu
melihatnya masuk langsung memasang mimik wajah kaget, menepuk
dadanya dan berkata : “Suruh orang membantunya melenyapkan
“keakuan”, namun baru mengkritik dia dua kalimat, sudah ingin
bertanya mengapa! Jika saja memukulnya dengan papan harum,
bukankah akan memanggil polisi!” Hanya timbul satu niat pikiran,
ingin bertanya “mengapa”, Master Guang Qin langsung menerima
gelombang pikiran tersebut, begitu juga dengan para Buddha di
sepuluh penjuru, apapun niat pikiran kita, dapatkan menyembunyikan
dari Mereka?

Selapis kulit ini, sobeklah.


Apa itu keakuan? Apa itu harga diri?

Ketika guruku mendengar ucapan Master Guang Qin ini, hatinya


langsung mengerti, ternyata Master telah bermaitri karuna, karena
ini adalah permohonannya, soal ujian yang diajukannya sendiri! Dia
segera berlutut bertobat, berterimakasih. Master Guang Qin
berkata : “Saya bertanya pada anda! Apakah namamu saya yang
berikan? Saya memberikan namamu Chuan Jing, anda adalah
penyampai kesucian, saya memberimu nama Chuan Yuan, maka dirimu
adalah penyampai jalinan jodoh, jika suatu hari anda telah meninggal
dunia, memanggilmu Chuan Jing, apakah anda akan menyahut?
Selapis kulit wajah ini jika disobek, apa yang ada didalamnya? Begitu
menginginkan harga diri! Apa itu keakuan? Apa itu harga diri?”

Kita selalu tidak jelas apa maksud dari “harga diri”, apa itu
“keakuan”, maka melindunginya tanpa henti, mati-matian
29 
 
memperebutkannya. Setelah berhasil memperebutkannya, tanyalah
pada diri sendiri, apa itu “keakuan”? Namun kita tidak mengerti rupa
yang sesungguhnya, Seumur hidup melakukan hal yang bodoh, tidak
menghendaki kebenaran, hanya menginginkan harga diri, tidak tahu
apa yang dikehendakinya?

30 
 
Melantunkan Nada Terbalik

Masalahnya adalah yang kena marah itu adalah “Aku” bukan


pada masalah isi amarah.

31 
 
Setiap hari melantunkan nada terbalik dengan
Buddha. Pertengkaran?

Buddha mengajarkan kita untuk melepaskan


“kemelekatan pada keakuan”, kita seharusnya
melatihnya dengan serius.

Setiap saat kita melindungi “keakuan”, karena diri kita dikritik


sebentar saja, maka merasa sangat kehilangan harga diri, sungguh
tak bebas, mengharap perhatian dari orang lain, menghormati diriku,
menganggap diriku baik, ini sedang memelihara keakuan dan
kemelekatan. Buddha mengajarkan kita untuk mengikhlaskan dan
merelakan, namun kita malah sebaliknya setiap hari memeliharanya,
dan merasa diri sendiri sedang meneladani Buddha, justru setiap hari
melantunkan nada terbalik dengan Buddha, bertengkar, hanya saja
kita sangat kurang memperhatikan fenomena ini, selalu merasa
menjaga harga diri adalah hal yang sepatutnya.

Ini tak perlu diajari, anak kecil saja bisa. Kita dapat memahami,
ketika ayahbunda memarahi saudara kita, bukan memarahi diri kita,
bukankah setelah mendengarnya kita takkan merasa sedih, namun
jika yang kena marah adalah diri kita sendiri, tentu saja akan merasa
tidak senang; jika pagi ini bos anda memarahi rekan anda, bukan diri
anda, setelah mendengarnya anda tidak merasa kehilangan harga diri,
maka itu masalahnya adalah yang kena marah itu adalah “Aku” bukan
pada masalah isi amarah.

32 
 
Melepaskan Alam Saha

Orang yang “paham” akan langsung membuang khayalan


membangkitkan pikiran benar, menyadari Jalan KeBuddhaan,
melepaskan alam saha memperoleh Alam Sukhavati.

33 
 
Timbul niat pikiran adalah salah ---
menfokuskan pikiran melafal Amituofo,
melepaskan khayalan kembali pada jiwa sejati

Orang lain memarahi kita secara pribadi, kita saja sudah merasa
tidak senang, apalagi Master Guang Qin sengaja memilih di hadapan
orang banyak, pengunjung yang begitu ramai, apalagi para pejabat
yang hadir, para pelajar, baru sengaja di hadapan orang banyak
marah-marah, memarahimu sampai anda bisa memahami, timbul niat
pikiran adalah salah, seketika itu juga selain melafal Amituofo, tiada
perbedaan, tiada kemelekatan, tiada keakuan, tiada rupa insani,
sungguh tiada cara lain untuk melewatinya. Orang yang “paham” akan
langsung membuang khayalan membangkitkan pikiran benar,
menyadari Jalan KeBuddhaan, melepaskan alam saha memperoleh
Alam Sukhavati; sebaliknya orang yang “tidak paham”, maka di dalam
khayalan palsu, ditambah dengan perbedaan, akhirnya menjadi
sebuah mimpi buruk, selain tumimbal lahir yang melelahkan, takkan
memperoleh apa-apa!

34 
 
Masalah Sepele Dianggap Penting

Begitu kita beranggapan bahwa masalah sepele di alam saha


sebagai kejadian penting, maka akan melupakan Buddha
sama sekali, bukan hanya dikacaukan olehnya, namun juga
dibinasakan olehnya!

35 
 
Tidak memahami tujuan melatih diri --- selalu
saja dibinasakan pintu Dharma “benar dan salah”

Jika seseorang tidak mengerti tujuan melatih diri adalah


“menyingkirkan kerisauan, melepaskan kemelekatan pada keakuan,
mengembalikan jiwa KeBuddhaan yang suci adanya”, setiap
menghadapi soal ujian, selalu mencari alasan --- saya tidak bersalah,
mengapa anda memarahi diriku? Selalu berusaha memperebutkan
“andalah yang tidak memiliki aturan, saya yang lebih benar”, saling
berebutan, hanya ada antara anda dan saya, masalah siapa yang
benar dan salah, inilah yang disebut “benar dan salah”.

Kadang kala, kita merasa bahwa diri kita adalah praktisi Ajaran
Sukhavati, sesungguhnya masih banyak yang melatih pintu Dharma
“benar dan salah” --- jika dikatakan hendak melafal Amituofo maka
beralasan pernafasan nya yang kurang bagus, mudah mengantuk;
namun jika hendak berdebat dan saling memperebutkan, maka
tampak begitu kuat pernafasannya, juga takkan mengantuk.

Ketika membaca Amitabha Sutra di dalamnya tertera bahwa


melafal Amituofo harus menfokuskan diri dan tak tergoyahkan, dan
saat menjelang ajal pikiran tak goyah, namun kita tak perlu
membahas sampai saat menjelang ajal, sedangkan dalam keseharian
saja orang lain mengkritik anda satu kalimat saja, atau memarahi
anda di depan umum, maka kita langsung emosi! Begitu kita
beranggapan bahwa masalah sepele di alam saha sebagai kejadian
penting, maka akan melupakan Buddha sama sekali, bukan hanya
dikacaukan olehnya, namun juga dibinasakan olehnya!

36 
 
Siapa Yang Lebih Penting?

Bagimu Buddha itu tidak penting, tidak memiliki pengaruh,


barulah orang lain memarahimu satu kalimat bisa lebih
penting daripada Buddha yang harus membabarkan seluruh
isi Tripitaka.

37 
 
Mengembangkan aspirasi orang lain,
melenyapkan martabat Buddha

Melatih tiga bekal (keyakinan, tekad,


pengamalan) ---- segenap hati melafal Amituofo?

Melatih tiga racun (lobha, dosa, moha) ----


segenap hati melafal keakuan?

Buddha mengajari kita harus melatih tiga bekal ke Alam


Sukhavati yakni keyakinan, tekad, pengamalan, menfokuskan pikiran
melafal Amituofo, namun kita malah senantiasa melatih tiga racun
yakni lobha, dosa dan moha, segenap hati memikirkan diri sendiri,
bukankah ini yang disebut melantunkan irama terbalik dengan Buddha,
bertengkar, buat apa demikian?

Sesungguhnya anda sedang mengembangkan aspirasi orang lain,


melenyapkan martabat Buddha! Orang lain sembarangan memarahi
kita dua kalimat saja kita memandangnya dengan sangat berat,
sedangkan Buddha harus berceramah selama 49 tahun, seluruh
ucapan maitri karuna Nya, setelah mendengarnya kita juga tidak
memandang berat pada Nya, bukankah ini sedang menunjukkan bahwa,
anda menganggap orang yang memarahi anda lebih memiliki kekuatan
daripada Buddha.

Ini juga membuktikan bahwa orang yang memarahi anda itu lebih
penting, lebih memiliki pengaruh; bagimu Buddha itu tidak penting,
tidak memiliki pengaruh, barulah orang lain memarahimu satu kalimat
bisa lebih penting daripada Buddha yang harus membabarkan seluruh
isi Tripitaka, melihat dari daya tarik ini, bukankah diri anda dapat
38 
 
ditariknya ke dalam tumimbal lahir? Kelihatannya tidak mungkin
Buddha bisa menggandeng dirimu menuju Alam Sukhavati. Karena
dua kalimatnya begitu memiliki daya tarik bagi dirimu, menarikmu
sampai melupakan Buddha, pikiranmu juga dikacaukan olehnya!

39 
 
Menguji Tekad Dan Keyakinan

Dalam keseharian bila ada yang mengkritik diri kita,


memarahi kita, ini adalah soal ujian, yang sedang menguji
keyakinan dan tekad kita terlahir ke Alam Sukhavati.

40 
 
Dia memarahi dirimu dua kalimat, melampaui
daya tarik Pesamuan Kolam Teratai

Ketika dikritik, sesungguhnya Buddha atau


benar salah yang lebih penting?

Biasanya memang demikian, jika saat menjelang ajal, juga mungkin


bisa dikacaukan olehnya, dia cuma memarahi dua kalimat saja namun
telah melampaui daya tarik penjemputan oleh para Buddha dan
Bodhisattva Pesamuan Kolam Teratai! Jika demikian halnya berarti
anda sendiri yang sudi memilihnya, tidak sudi memilih Pesamuan
Kolam Teratai. Ini tidak bisa menyalahkan Buddha tidak maitri karuna,
namun karena diri anda dan maitri karuna tidak terjalin. Kita harus
memperhatikan, dalam keseharian bila ada yang mengkritik diri kita,
memarahi kita, ini adalah soal ujian, yang sedang menguji keyakinan
dan tekad kita terlahir ke Alam Sukhavati, menguji sampai di mana
kita memandang berat pada Buddha? Atau lebih mengutamakan
“benar dan salah”?

41 
 
Ujian Bagi Semua Orang

Menfokuskan pikiran melafal Amituofo, takkan karena gosip


sebagian orang dan melupakan kebenaran

42 
 
※Mengajukan satu soal, ujian bagi semua orang!

(Mengumpulkan jasa atau menciptakan karma


berasal dari diri sendiri)

Ada orang yang bertanya : Master Guang Qin memarahi muridnya


di depan umum, apakah tidak khawatir orang lain akan menciptakan
vaci karma?

Karena ada orang yang secara keseluruhan tidak tahu Master


Guang Qin berbuat demikian adalah atas permohonan muridnya
“untuk melenyapkan keakuan” , dan melakonkan “peran antagonis”,
sehingga mengundang salah paham dari banyak pihak, ada orang yang
mungkin mengira Master Guang Qin tidak berpekerti sembarangan
memarahi orang, bahkan ada yang menganggap Master menciptakan
vaci karma dan muncul keangkuhan; ada juga orang lain yang
menganggap murid yang kena marah itu tidak baik, maka juga ikut
meniru gaya bicara Master, di mana-mana menyebarkan keburukan
muridnya itu, menciptakan karma fitnahan pada Sangha; namun
tentu saja ada juga yang memahami daya upaya Master Guang Qin
dan memuji serta merasakan manfaatnya; ada juga yang melihat ilmu
kesabaran muridnya, merasa malu pada diri sendiri; ada juga yang
menfokuskan pikiran melafal Amituofo, takkan karena gosip sebagian
orang dan melupakan kebenaran; juga ada yang memperoleh
pengalaman dari kejadian tersebut, sebagai bahan belajarnya........

Sebelumnya kita telah pernah membahas : guru mengeluarkan


satu soal ujian, setiap jawaban dari murid berbeda-beda, setiap niat
pikiran yang timbul tidak sama, maka itu hasilnya juga tidak sama!
43 
 
Tampaknya Master Guang Qin sedang menguji seorang murid, namun
sesungguhnya “mengajukan satu soal, ujian bagi semua orang!” Dari
sini Master Guang Qin mengamati tingkatan batin masing-masing,
kemudian menggunakan cara yang tepat untuk menyampaikan
ceramahnya, ini adalah maitri karuna yang mendalam dari Master,
andaikata para hadirin yang langsung menyaksikannya tidak
mengerti, malah menciptakan karma, ini juga pilihan sendiri untuk
menyerahkan hasil ujian moha dan karma buruk. Siapa yang bisa
memaksa diri kita untuk berpikir tidak baik? Semua ini adalah arah
pikiran kita!

44 
 
Ujian Semester

Ketika pikiran khayal kita reda maka berhenti itulah


pencerahan KeBodhian.

45 
 
※Ujian Semester

Putuskan keinginanmu akan ketenaran dan


keuntungan, menyelamatkan Dharmakaya dan
jiwa kebijaksanaan mu!

Ketika pembangunan Vihara Cheng Tian selesai, banyak orang


yang memuji, sampai-sampai ada vihara lain yang hendak dibangun,
juga akan mencari guruku untuk meminta pendapatnya, Master
Guang Qin yang melihat kondisi ini, berkata pada guruku : “Saya
sangat mengkhawatirkan dirimu akan berubah menjadi anggota
Sangha yang sibuk menghadapi urusan di dunia, pembangunan Vihara
Cheng Tian telah selesai, namun begitu ketenaran dan keuntungan
datang, dicemaskan akan melukai Dharmakaya dan jiwa
kebijaksanaan mu. Saya harus memutuskan ketenaran mu,
menyelamatkan Dharmakaya mu!” Guruku mendengar perkataan
Master Guang Qin merasa sangat beralasan, maka menjawab “Baik”.
Karena tindakan Master Guang Qin memang sedemikian adanya.

Ada orang mengangkat “Dewa Gila dan Konyol”,


tak mundur-mundur! (Bahasa Taiwan ---
mengangkat artinya kerasukan)

Mengira Vihara Cheng Tian didirikan olehnya,


para makhluk diselamatkan olehnya!
46 
 
Setelah ucapan Master Guang Qin berlalu, ada tamu yang naik ke
gunung untuk meminta bimbingan dari Master Guang Qin, bertanya :
“Bagaimana cara melafal Amituofo, barulah dapat mencapai pikiran
terfokus dan tak tergoyahkan?” Master Guang Qin memakai Bahasa
Taiwan (serupa Bahasa Hokkian) menjawab : “Ada orang yang
mengangkat “Dewa Gila dan Konyol”, tak mundur-mundur! Mengira
Vihara Cheng Tian dibangun olehnya, para makhluk diselamatkan
olehnya!” Kemudian meminta guruku untuk menerjemahkan ke dalam
Bahasa Mandarin. Ucapan ini bila handak di terjemahkan ke dalam
Bahasa Mandarin agak sulit, saya mencoba menafsirkannya.
Maksudnya adalah ada orang yang kambuh penyakit gila dan
konyolnya, seperti kerasukan “Dewa Gila dan Konyol”, setelah
kerasukan tak bisa mundur, tak bisa melepaskannya, masih mengira
bahwa Vihara Cheng Tian didirikan olehnya, para makhluk
diselamatkan olehnya.

Umat yang minta bimbingan tadi, begitu mendengar ucapan


Master Guang Qin jadi terkejut! Dia cepat-cepat memberi
penjelasan : “Master, saya baru pertama kali menginjakkan kaki di
Vihara Cheng Tian, saya tidak pernah mengatakan Vihara Cheng Tian
saya yang bangun, juga tidak pernah mengatakan saya yang
menyelamatkan para makhluk!” Namun guruku sangat memahami
maksud ucapan Master Guang Qin, maka itu dia menerjemahkan
dengan sangat tenang.

47 
 
Segala masalah sekaligus dijawab : mengangkat
“Dewa Gila dan Konyol”, tak mundur-mundur!

(penyakit gila khayalan dan kebodohan kambuh,


tidak reda-reda)

Sejak saat itu, setiap hari waktu bertamu, tak peduli siapapun
yang datang meminta bimbingan, Master Guang Qin menjawab
sekaligus semua pertanyaan : Ada orang yang mengangkat “Dewa
Gila dan Konyol”, tak mundur-mundur! Mengira Vihara Cheng Tian
dibangun olehnya, para makhluk diselamatkan olehnya!” Dan
menyuruh guruku untuk menerjemahkan. Keadaan ini berlangsung
selama satu sampai dua bulan, ada umat yang sudah tidak tahan lagi
mendengarnya, namun guruku tetap bersabar mendengarkan, dan
tetap bersikap tenang menerjemahkannya, bahkan pada suatu hari
dengan mengenakan jubah yang lengkap, guruku pergi menghadap
Master Guang Qin untuk berterimakasih atas nasehat beliau, dan
meminta agar Master tidak khawatir, karena dihatinya tiada
anggapan dan kemelekatan tersebut.

Reaksi pertama Master Guang Qin setelah mendengar ucapan


guruku adalah menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata : “Masih
terlalu dini deh!” Keesokkan harinya, lagi- lagi Master Guang Qin
melanjutkan ucapan nya : “Ada orang yang mengangkat “Dewa Gila
dan Konyol”, tak mundur-mundur! ............” Ceramahnya ini juga
melewati satu kurun waktu kemudian, guruku mengkaji dirinya sendiri,
pergi menghadap Master Guang Qin dan mengucapkan terimakasih,
agar Master tidak khawatir, maka sejak itu Master Guang Qin tidak
mengucapkan perkataan tersebut lagi.

48 
 
Jika pikiran khayal berhenti, berhenti adalah
KeBodhian

Ada yang mungkin merasa sangat aneh, mengapa Master Guang


Qin demi membantu muridnya menghancurkan kemelekatannya, maka
terhadap setiap tamu yang meminta bimbingan nya mengucapkan
ceramah yang sama? Sesungguhnya ceramah Master Guang Qin ini,
adalah berguna bagi semua insan, contohnya orang yang pertama
bertanya : “Bagaimana cara melafal Amituofo, baru dapat mencapai
pikiran terfokus dan tak tergoyahkan?“. Coba kita pikirkan, mengapa
kita tidak dapat menfokuskan pikiran dan tak tergoyahkan? Ini
dikarenakan kambuhnya penyakit gila khayalan kita, kambuhnya tak
reda-reda! Ada orang yang tidak mengerti Bahasa Taiwan, tidak
mengerti ucapan Master Guang Qin, apa yang dimaksud dengan
“Dewa Gila dan Konyol”?

Kami mencoba menjelaskan artinya, kata mengangkat dalam


Bahasa Taiwan dapat berarti kerasukan. Mengangkat “Dewa Gila dan
Konyol” adalah mengibaratkan diri kita, selalu kerasukan apa yang
disebut dengan “gila dan konyol”, dan penyakit ini selalu kambuh tak
reda-reda. Gila artinya kegilaan akan bentuk-bentuk khayalan,
“konyol” artinya kebodohan, moha. Khayalan dan kemelekatan kita,
sehari pun tidak pernah berhenti, seperti orang gila, diri sendiri tidak
bisa mengendalikannya. Kemelekatan pada keakuan dan keangkuhan
yang sangat berat, bukankah ini sangat bodoh? Inilah kekambuhan
penyakit gila khayalan dan kebodohan, lagipula kekambuhan ini
sangat parah, walau tidak membiarkan dia kambuh, juga akan kambuh
dengan sendirinya, dan terus kambuh dan kambuh lagi!

49 
 
Master Guang Qin mengucapkan kalimat “Dewa Gila dan Konyol”,
bukankah melukiskan diri kita dengan sangat dekat? Kita melafal
Amituofo dengan tak terfokus, inilah karena khayalan dan
kemelekatan yang banyak, kekambuhan penyakit gila khayalan dan
kebodohan yang tak reda-reda. Surangama Sutra memberitahukan
kita : “Jika pikiran khayal berhenti, berhenti adalah KeBodhian” ---
ketika pikiran khayal kita reda maka berhenti itulah pencerahan
KeBodhian.

Di hati setiap insan juga terdapat kemelekatan


tersendiri pada Vihara Cheng Tian

Mengapa ada orang yang belum pernah menginjakkan kakinya di


Vihara Cheng Tian, Master Guang Qin juga mengatakan padanya ---
anda mengira anda yang mendirikan Vihara Cheng Tian, diri anda yang
menyelamatkan para makhluk? Ini dikarenakan di hati kita masing-
masing memang melekat pada “Vihara Cheng Tian” kita tersendiri.

Apabila ada seorang ibu rumah tangga, setiap hari mengurus


rumahtangga nya, membangun rumahtangga nya, lama kelamaan, dia
juga jadi melekat, menganggap rumahtangga itu adalah “dia” yang
membangun, saya yang paling banyak berkorban, ini sama halnya
dengan perumpamaan Vihara Cheng Tian dibangun oleh “saya”, dan
bahkan akan melekat padanya --- suami dan anak-anak dijaga oleh
“diriku”, suami dan anak-anak di hati ibu rumah tangga tersebut
dapat diperumpamakan sebagai para makhluk, dia akan merasa para
makhluk adalah diselamatkan olehnya.

50 
 
Jika seseorang mengurus sebuah perusahaan, atau menjadi
pengurus organisasi, lama kelamaan, juga akan menganggap
perusahaan itu diurus oleh “diriku”, para karyawan juga dijaga oleh
“diriku”, maka organisasi perusahaan tersebut di hati anda
diperumpamakan sebagai Vihara Cheng Tian. Para anggota Sangha
juga demikian, masing-masing memiliki vihara tersendiri, jika setiap
hari melakukan kegiatan di dalam vihara, bekerja, juga mungkin akan
merasa tugas ini dikerjakan oleh “diriku”; berapa banyak insan karena
“diriku” barulah belajar Buddha Dharma, ini juga merupakan Vihara
Cheng Tian yang ada dibenaknya.

Pikiran khayal yang tak reda

Begitu kita memiliki pikiran sedemikian, juga memiliki anggapan


sedemikian, ini sama dengan ucapan Master Guang Qin --- ada orang
yang kambuh penyakit gila khayalan dan kebodohan nya, kekambuhan
nya tak reda-reda, mengira bahwa Vihara Cheng Tian didirikan olehnya,
para makhluk diselamatkan olehnya.

51 
 
Dalam Kesibukan Melafal Amituofo

Sesungguhnya, segala yang ada di dunia ini adalah ilusi, hanya


satu niat pikiran suci di dalam hati, ketenangan dan samadhi,
barulah benih untuk mencapai KeBuddhaan, ini barulah hal
yang harus kita tekuni.

52 
 
※Melatih diri dalam gerakan (Ujian dalam
bergerak)

“Setiap hari begitu sibuk, tidak memiliki waktu


untuk melafal Amituofo!”

“Apakah anda tidak bisa melatih diri dalam


gerakan?”

Ada murid yang memberi reaksi pada Master Guang Qin :


“Pekerjaan begitu sibuk, mana ada waktu untuk melafal Amituofo”,
Master Guang Qin balik bertanya : “Apakah anda tidak bisa melatih
diri dalam gerakan?” Umpamanya dalam memotong sayur, memotong
sekali melafal Amituofo sekali, ketika memindahkan batu bata,
memindahkan satu bata melafal Amituofo sekali, ketika berjalan
selangkah maka melafal Amituofo sekali, waktu berbincang dengan
orang lain, saat berhenti maka segera melafal Amituofo di dalam hati,
setiap pekerjaan harus dikerjakan dengan ketenangan hati, melatih
diri dalam kehidupan keseharian, dalam setiap gerakan melafal
Amituofo, inilah yang disebut melatih diri dalam gerakan.

※ Dalam kesibukan mengasah pisau (Ujian


dalam kesibukan)

Kesibukan dalam tahap pembangunan, malah


mengajarimu mengasah pisau cukur!

53
Ada suatu hari, ketika semua orang sibuk dalam pekerjaan tahap
pembangunan vihara, tukang gali, truk bangunan, buruh bangunan,
sedang mempersiapkan diri untuk mulai bekerja, Master Guang Qin
juga tahu bahwa guruku sudah bersiap-siap akan mulai bekerja,
kemudian beliau sengaja memanggil guruku : “Kamu sekarang pergilah
mengasah pisau cukur kepala”. Pada saat itu perasaan guruku
sungguh tak nyaman --- pekerjaan sudah begitu banyak, semua orang
juga sedang sibuk, para pekerja juga sedang menunggu perintah kerja,
namun sekarang malah menyuruhnya pergi mengasah pisau cukur
kepala! Namun siapa yang berani melawan perintah Master, tak ada
cara lain selain harus cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan ini,
begitu selesai, dia cepat-cepat melapor ke Master Guang Qin.

Master Guang Qin sedikitpun tak peduli berapa truk bangunan


yang sedang menunggu, seperti tidak ada apa-apa, dengan sikap yang
sangat santai, dia lagi-lagi berkata ingin memeriksa batu asah pisau
milik guruku, guruku cepat-cepat membawa batu asah pisau untuk
diperiksa Master. Begitu melihat batu asah tersebut, Master Guang
Qin berkata : “Batu ini cuma diasah di bagian pertengahan saja, dua
sisinya tidak diasah, jelas dapat dilihat bahwa orang yang mengasah
ini pikirannya tidak seimbang, memakai kekuatan yang tidak merata,
orang yang mengasahnya ini sungguh tidak sabaran dan tergesa-
gesa”. Kemudian dia menyuruh guruku keluar, dan mengulangi
mengasah dari awal lagi!

Walaupun guruku memahami ini adalah ajaran maitri karuna dari


Master Guang Qin, namun pekerjaan begitu banyak, sungguh ada
tekanan, maka itu dia cepat-cepat menyelesaikan mengasah pisau,
kali ini dia mengasah di dua sisi batu pengasah supaya rata, kemudian
dia mengantar batu pengasah untuk diperiksa Master Guang Qin,
begitu melihat batu pengasah Master berkomentar : “Ini namanya

54 
 
ingin memperlihatkan pada orang lain, mengasah untuk diperiksa
orang lain, barulah meratakan dua sisinya, tidak menggunakan
kesungguhan hati!” Mendengar ucapan Master, guruku segera
berlutut di depan Master Guang Qin dan bertobat, meminta
petunjuk dari Master bagaimana cara mengasah pisau yang
seharusnya?

Berlutut, meminta petunjuk Master : Bagaimana


cara mengasah pisau yang seharusnya?

Master Guang Qin berkata : “Dua tangan memegang pisau, dalam


hati melafal Amituofo, bersikap tenang, mengarahkan kekuatan pada
batu pengasah dari bagian kepala sampai akhir, dengan tenaga yang
merata, mengasah sekali melafal Amituofo sekali, tak peduli sesibuk
apapun, pikiran tidak boleh ikut kalut, setiap pisau diasah dengan
benar, jangan tergesa-gesa jangan cepat-cepat, karena melatih diri
adalah untuk diri sendiri, meminjam kondisi untuk melatih hati,
dengan meminjam pekerjaan pembangunan vihara, bukanlah untuk
membangun vihara, juga bukan untuk memperlihatkan pada orang lain,
atau untuk diperiksa orang lain.

Batu pengasah pisau Master Guang Qin

Master Guang Qin mengeluarkan batu pengasah pisau miliknya,


begitu melihatnya, guruku benar-benar merasa salut, batu pengasah
Master begitu rata sampai berkilauan, ini adalah proses kesungguhan
ketekunan yang ada di dalam hatinya.

55 
 
Pagoda mustika pasti akan berubah menjadi
debu

Satu niat pikiran suci menjadi pencerahan sejati


--- pekerjaan hanyalah untuk melatih hati
sedemikian

Master Guang Qin sengaja dalam kesibukan, bahkan ketika


kondisi batin orang lain sedang kalut, pada saat yang begitu
mendesak, melatih murid untuk menenangkan hatinya, pergi
mengasah pisau. Sesungguhnya, segala yang ada di dunia ini adalah
ilusi, tak peduli proyek pembangunan yang sebesar apapun, vihara
yang dibangun sebesar apapun, suatu hari akan berubah jadi debu,
hanya satu niat pikiran suci di dalam hati, ketenangan dan samadhi,
barulah benih untuk mencapai KeBuddhaan, ini barulah hal yang harus
kita tekuni, pekerjaan hanyalah topik untuk melatih hati kita.

56 
 
Ujian Ditengah Kesakitan

Bila saat ajal sebersit niat pikiran yang muncul adalah


melafal Amituofo, maka akan berganti raga Buddha yang
keemasan.

57 
 
※ Ujian ditengah kesakitan

Apakah itu adalah lipan? Dilempar kamu, entah


sakit tidak?

Suatu hari, guruku bersama sekelompok orang pergi ke hutan


untuk bekerja, dia meletakkan topinya di atas tanah, ada seekor lipan
(kelabang) memanjat dan bersembunyi di dalam topinya, waktu itu
guruku masih belum mengetahuinya --- ketika hendak memakai
kembali topinya, biasanya dia akan mengibas dan memukul-mukul
topinya terlebih dahulu sebelum dipakai, begitu dia memakai topinya
langsung digigit oleh lipan, tak hanya memerah namun juga amat
sakit, dan kulit kepalanya langsung membengkak!

Namun karena setiap orang memiliki pekerjaan masing-masing,


walaupun lukanya sangat sakit, juga harus menahan sabar untuk
menyelesaikan pekerjaan, akhirnya kesakitan sampai berdiripun tak
kuat lagi, maka melapor pada Master Guang Qin. Master malah tidak
menanyakan bagaimana kondisi lukanya, apakah parah atau tidak,
hanya bertanya --- “bagaimana keadaan lipan tersebut?” Guruku
menjawab :”Ketika itu saya digigit dan kesakitan, belum melihat jelas
topinya sudah langsung kulempar!” Master Guang Qin berkata :
“Terus lipannya sudah kamu lempar, apakah terluka atau tidak ya?”

Menjaga “sebersit niat pikiran yang muncul”


melampaui memperhatikan raga
58 
 
Ada orang yang mungkin merasa aneh --- mengapa Master Guang
Qin begitu tak peduli pada muridnya yang sedang terluka?
Sesungguhnya, sikap Master Guang Qin terhadap muridnya yang
serius melatih diri, adalah menjaga niat pikiran muridnya, dan
Dharmakaya serta jiwa kebijaksanaannya, melampaui menjaga
raganya.

Niat pikiran yang menentukan raga.

Oleh karena kita berada di enam alam tumimbal lahir, pasti


memiliki raga, hanya saja setiap kelahiran bentuk raga kita berbeda,
kadang kala memakai raga “manusia”. Kadang kala menjadi “hewan”,
jadi babi, sapi, atau bahkan menjadi raga setan. Raga itu pasti ada
hanya saja berbeda-beda! Tubuh apa yang akan dimiliki adalah
ditentukan oleh niat pikiran kita. Bila saat ajal sebersit niat pikiran
yang muncul adalah amarah, maka akan berganti raga makhluk neraka
yang menderita, namun bila saat ajal sebersit niat pikiran yang
muncul adalah melafal Amituofo, maka akan berganti raga Buddha
yang keemasan.

Saat kesakitan juga harus mempertahankan hati


maitri karuna

Seketika juga keluar dari “kemelekatan pada


keakuan”, memperoleh kebebasan

59 
 
Dalam keseharian kita hanya tahu menjaga diri kita sendiri,
melekat pada tubuh, dan bukannya mempedulikan sebersit niat
pikiran yang muncul! Master Guang Qin begitu maitri karuna,
mengingatkan muridnya --- walaupun digigit lipan, walaupun dalam
keadaan kesakitan, harus tetap mempertahankan hati maitri karuna,
juga menjaga lipan, tidak hanya menjaga diri sendiri dan mengasihani
diri sendiri.

Ketika kita dapat membangkitkan hati maitri karuna pada semua


makhluk, seketika juga muncul sebersit niat pikiran tersebut, kita
takkan merasa menderita, yakni keluar dari kemelekatan pada tubuh
jasmani, memperoleh pembebasan. Lagipula, bila sepanjang hidup kita
memancarkan gelombang pikiran maitri karuna Buddha dan
Bodhisattva, maka tentu saja memancarkan rupa para Buddha dan
Bodhisattva, memperoleh raga Buddha dan Bodhisattva.

60 
 
Sehelai Rumput

Lepaskan lobha, dosa dan moha yang ada di dalam pikiran,


jangan lagi bertumimbal lahir.

61 
 
※ Soal ujian sehelai rumput

Melekat pada sehelai rumput, maka harus


bertumimbal lahir lagi

Suatu hari, guruku mengikuti Master Guang Qin ber cavkramana


(berjalan perlahan mengitari sebuah tempat, biasanya dilakukan
selesai makan, kelelahan atau sedang mengantuk ) di gunung
belakang vihara, tiba-tiba melihat bunga rerumputan yang amat
indah, guruku berkata : “Tunggu sebentar! Saya pergi mengambil
gunting untuk memotong bunga-bunga ini dan ditaruh di pot buat
persembahan kepada Buddha”. Master Guang Qin berkata : “Bunga
rerumputan ini tumbuh di sini, memang dipersembahkan kepada para
Buddha di sepuluh penjuru, mana perlu “anda” pergi mengguntingnya
kemudian ditaruh di pot barulah disebut “anda” sedang membuat
persembahan kepada Rupang Buddha! Harus diketahui, di alam saha
ini, hanya melekat pada sehelai rumput saja, maka harus bertumimbal
lahir lagi!”

Terhadap setiap pemandangan, membangkitkan


hati yang luas, mempersembahkan pada para
Buddha di sepuluh penjuru

Sikap Master Guang Qin terhadap sehelai rumput ataupun


sekuntum bunga di dunia ini adalah membangkitkan hati
persembahan yang luas, mempersembahkan kepada para Buddha di
sepuluh penjuru. Di mata Master Guang Qin, setiap helai rumput
adalah peringatan dari Buddha, mengingatkan beliau untuk

62 
 
melepaskan lobha, dosa dan moha yang ada di dalam pikiran, jangan
lagi bertumimbal lahir.

Praktisi yang “memahami” dan yang “tidak


memahami” ketekunan.

Sehelai rumput, insan yang tahu menggunakannya,


memanfaatkannya untuk mengingatkan diri melafal Amituofo
bertekad lahir ke Alam Sukhavati,
sebaliknya insan yang tidak tahu menggunakannya, maka
digunakan untuk menambah kemelekatan, bertarung menuju
tumimbal lahir.

Bagi Master Guang Qin, setiap kondisi akan menyebabkan beliau


tercerahkan. Maka itu dikatakan :

Insan yang memahami ketekunan, setiap kondisi baik maupun


buruk akan memunculkan kebijaksanaan,
insan yang tidak memahami ketekunan, di mana saja
memunculkan lobha, dosa dan moha.

63 
 
Ujian Buah Persik

Terutama saat melakukan introspeksi diri setiap niat pikiran


yang timbul adalah mementingkan diri sendiri, kita patut
merasa malu.

64 
 
※ Ujian buah persik

Berterimakasih pada donatur kera

Master Guang Qin melatih diri bersamadhi di dalam gua gunung


selama 8 tahun. Selama kurun waktu tersebut, selalu ada kera yang
mempersembahkan buah-buahan kepada beliau, tangan kera hanya
bisa sekali ambil satu biji buah saja, jika ingin mempersembahkan
sepuluh biji buah, ini berarti akan menyusahkan si kera, pulang pergi
sepuluh kali, maka itu Master Guang Qin sangat merasa
berterimakasih pada kera.

Buah persik, siapa yang makan baru “tak sia-


sia”?

Suatu hari, ada seorang umat yang memberi persembahan


kepada Master Guang Qin buah persik yang sangat besar, melihat ini
Master Guang Qin langsung berkata mau mengantarkannya kepada
kera untuk dimakan. Murid-muridnya yang melihat buah persik yang
begitu besar, namun malah mau diberikan kepada kera, mereka segera
bertanya pada Master Guang Qin : “Ini, ini diberikan kepada kera apa
tidak sayang?” Master Guang Qin balik bertanya : “Jika dimakan
olehmu, apa tidak sia-sia?”

Berdana --- tidak ikhlas? Semuanya disayangkan?


(Mengkaji kesetaraan hati maitri karuna diri
sendiri)
65 
 
Benar! “Apakah sayang jika buah persik dimakan kera”, kalimat ini
diucapkan keluar menandakan kita tidak memiliki hati maitri karuna
yang setara terhadap makhluk lain. Makanan yang bagus dimakan
sendiri dan tidak merasa sayang, namun jika hendak diberikan kepada
orang lain atau hewan kecil lainnya maka merasa sangat tidak ikhlas,
sekeping biskuit yang masih bagus diberikan makan untuk semut,
juga sangat tak ikhlas. Kenyataan nya, apakah kita lebih tulus
dibandingkan dengan seekor kera? Ketulusan kera saat memberi
persembahan pada Master Guang Qin, kita belum tentu dapat
menyamainya! Terutama saat melakukan introspeksi diri setiap niat
pikiran yang timbul adalah mementingkan diri sendiri, demi diri sendiri,
tidak ikhlas mendanakan, tidak dapat mengorbankan diri sendiri demi
insan lain, kita patut merasa malu, sungguh tidak patut menerima
persembahan!

66 
 
Uang Alam Sukhavati

Orang lain mengantarkan uang Alam Sukhavati untuk dirimu,


namun anda malah tidak tahu meraih keuntungan.

67 
 
※ Harus tahu mengambil keuntungan uang
Alam Sukhavati

Tidak melepaskan sifat keduniawian, barulah


merasa orang lain sedang menyindir diriku

Pikiran yang berada di jalan kebenaran, merasa


orang lain sedang mengajari diriku

Ada orang yang mengadu pada Master Guang Qin, sambil


menangis dia berkata, gaya bicara orang lain sepertinya sedang
menyindir dirinya. Master Guang Qin mendengarnya lalu memberi
bimbingan : “Dasar tabiat duniawi, bila tidak melepaskan sifat
keduniawian baru merasa orang lain menyindir diriku. Jika seorang
praktisi yang meletakkan pikirannya dalam melatih kebenaran,
tujuannya adalah memperbaiki pikiran dan tindakan ke arah yang
benar. Bila orang lain mengatakan keburukan kita, yakni membantu
kita agar pelatihan diri kita dapat maju, yang juga memberikan
keuntungan uang Alam Sukhavati kepada kita. Alhasil orang lain
mengantarkan uang Alam Sukhavati untuk dirimu, namun anda malah
tidak tahu meraih keuntungan, masih duduk di sana dan menangis,
menangisi orang lain memberimu sindiran”.

※ Tidak ada yang dimiliki (kemampuan


kurang emosi besar)

68 
 
Demi memenangkan perdebatan, lebih sudi
mempertahankan kekurangannya

10 bahkan 20 tahun masih tabiat lama

Ada sejenis orang, bila dinasehati orang lain agar dia harus
bagaimana, dia akan segera mengadakan perlawanan : “Bukankah
anda sendiri juga begini begitu! Anda saja tidak dapat melakukannya
dengan baik, masih berani mengatakan diriku!” Orang ini demi
memenangkan perdebatan, lebih sudi meneruskan kekurangan dirinya,
akhirnya setelah melewati 10 bahkan 20 tahun kemudian, masih
bertabiat demikian. Orang begini tidak takut dirinya tidak dapat
terlahir ke Alam Sukhavati, tidak takut kalau dirinya tidak memiliki
kemajuan, hanya takut jika orang lain tidak tahu bahwa emosinya
sangat besar, reaksi nya yang cepat, hanya takut orang lain tidak
tahu bahwa “kemelekatan pada keakuan” nya yang begitu berat,
seketika juga harus cepat mempertunjukkan sejenak pada orang lain.
Master Guang Qin menggambarkan ini sebagai kemampuan yang
kurang dan emosi yang besar. (lobha, dosa dan moha yang sempurna)

Semula sikap kita terhadap setiap masalah, tidak melakukannya


dengan baik, kemampuan yang kurang, agak bodoh, tidaklah masalah,
namun jika ditambah dengan emosi yang sangat labil, bahkan baru
dinasehati langsung emosi, maka ini adalah “kemampuan kurang
emosi besar”, sehingga tidak ada kelebihan apapun yang bisa dimiliki.

69 
 
Melatih diri adalah untuk diri siapa?

(Orang lain tidak baik maka saya memiliki


alasan, apakah juga tak perlu berubah jadi baik?)

Orang lain membantu pelatihan diri kita agar ada kemajuan,


namun kita malah tidak tahu berterimakasih, malah tersinggung dan
ingin melakukan pembalasan. Maksudnya adalah jika orang lain
melakukan dengan kurang bagus, maka anda memiliki alasan untuk
tidak perlu berubah ke arah yang baik, sesungguhnya anda melatih diri
untuk dia, atau untuk dirimu sendiri?

Jika orang lain tidak melatih diri, maka anda memiliki alasan untuk
menirunya tidak melatih diri, banyak orang yang melatih diri dengan
serius, mengapa anda tidak meneladaninya? Buddha Amitabha
begitu bagus pelatihan diri Nya, mengapa anda tidak pergi belajar dari
Nya, memperbaiki diri ke arah yang benar, selalu saja mencari alasan
“orang lain juga begitu kurang baik”, untuk menutupi kekurangan diri
sendiri yang tidak ingin memperbaiki diri ke arah yang benar, apakah
ini ada gunanya?

USAI

70 
 
 

Gatha Pelimpahan Jasa


 

71 
 
Daftar Pustaka
考古變今用 - 道證法師講述
 
http://book.bfnn.org/books/0601.htm 

72 
 

Anda mungkin juga menyukai