Latihan yang baik adalah bertanya kepada diri sendiri dengan sungguh-sungguh, "Mengapa
saya dilahirkan? Bertanyalah kepada dirimu tiap pagi, sore, dan malam hari...setiap hari.
Kelahiran dan kematian kita merupakan satu ikatan. Kita tidak memiliki kematian tanpa
kelahiran dan sebaliknya. Suatu hal yang lucu bila melihat kematian, orang-orang menagis
dan sedih, tetapi menerima kelahiran dengan begitu bahagia dan gembira. Ini merupakan
pikiran yang salah. Saya kira bila Anda ingin menangis, lebih baik dilakukan pada saat
seseorang dilahirkan, Menangislah di awal, karena jika tida ada kelahiran, maka tidak aka
ada kematian. Bisakah Anda memahami ini?
Anda bisa mengkaji, apakah orang akan mengerti bagaimana hidup di dalam kandungan
ibu? Betapa tidak nyamannya! Lihatlah, seperti tinggal di dalam sebuah gubug yang satu
hari saja sulit untuk dilalui. Bila Anda mengunci semua pintu dan jendela, maka Anda akan
mati lemas. Bagaimana keadaan Anda bila Anda berada di dalam kandungan seorang ibu
selama sembilan bulan? Sekalipun demikian Anda masih ingin dilahirkan kembali! Sangat
tidak nyaman berada di dalam kandungan, juga leher kamu akan tersimpul sekali lagi.
Mengapa kita dilahirkan? Kita dilahirkan supaya kita tidak terlahir kembali!
Bila mereka tidak memahami kematian, hidup dapat menjadi sangat membingungkan.
Buddha bersabda kepada murid-Nya, Ananda, untuk melihat ketidakkekalan, melihat
kematian dalam setiap pernapasan. Kita harus mengetahui kematian! Kita harus mati
supaya hidup. Apakah artinya ini? Mati adalah mengakhiri semua keragu-raguan kita. Semua
pertanyaan kita hanya sampai di sini dengan realita yang ada. Anda tidak akan pernah mati
besok! Anda harus mati sekarang. Dapatkah Anda memahaminya, Anda akan mengalami
ketenangan dan tidak akan ada pertanyaan lagi.
Kematian adalah sama dekatnya seperti pernapasan kita.
Bila Anda telah terlatih dengan benar, Anda tidak akan takut pada waktu Anda jatuh sakit,
Juga tidak sedih bila seseorang meninggalkan dunia. Pada waktu anda pergi ke rumah sakit
untuk suatu perawatan, pasti dalam pikiran Anda terbetik suatu pertanyaan, jika Anda
sembuh, itu hal yang baik; tetapi jika Anda mati, itu juga hal yang baik. Saya pastikan, jika
dokter memberitahu Saya bahwa Saya menderita kanker dan akan segera mati dalam
beberapa bulan, Saya akan mengingatkan dokter tersebut, "Hati-hati, karena kematian akan
datang pada Anda juga. Hanya ada satu pertanyaan, siapa yang akan mati terlebih dahulu
dan siapa yang akan mati kemudian." Dokter itu tidak akan menyembuhkan kematian atau
mencegah kematian. Hanya Buddhalah dokternya. Jadi, mengapa tidak datang dan
menggunakan obat Buddha?
Jika Anda takut terhadap penyakit, jika Anda takut terhadap kematian, maka Anda harus
merenung sesaat, "Darimana penyakit dan kematian itu berasal ?" Mereka timbul dari
kelahiran. Jadi, jangan bersedih bila seseorang mati-itu sesuatu yang alami, penderitaannya
dalam kehidupan ini telah berakhir. Bila Anda ingin bersedih, bersedihlah saat seseorang
dilahirkan! Oh. tidak, mereka telah datang kembali. Mereka akan menderita dan mati
kembali!
Mereka yang telah mengerti, mengetahui dengan pasti bahwa semua fenomena yang
terkondisi adalah tidak penting. Jadi "mereka yang telah mengerti" tidak menjadi gembira
atau sedih, tidak mengikuti perubahan keadaan. Tidak menjadi gembira karena kelahiran;
tidak menjadi sedih karena kematian. Karena kita mati, maka kita dilahirkan kembali. Bila
dilahirkan, kita akan mengalami kematian kembali. Kelahiran dan kematian berasal dari satu
moment ke moment berikutnya dalam perputaran roda samsara yang belum berakhir.
Oleh: Ven Ajahn Chah
Unlike Share
TIPS Menghargai Tiap Momen melalui Pandangan Benar & Pengembangan Batin
Tiada yang bisa kembali ke masa lalu untuk mengubah yang telah terjadi, tapi kita bisa memulai sesuatu DI
SINI DI SAAT INI untuk menentukan masa depan.
Apa yang kita pikirkan, ucapkan dan perbuat saat ini menciptakan masa depan.
Lalu bagaimana "tips" agar kita bisa efektif, efisien & leluasa memanfaatkan tiap momen, tidak terpaku
masa lalu, tak tergoncangkan di masa kini, juga tak mengkhawatirkan masa depan, dalam rangka:
1. Menghindari kejahatan atau apapun yang merugikan.
2. Melakukan kebajikan dan hal-hal yang bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain (mengasihi,
berbagi, berbuat bajik, berlatih, & berkarya)?
TIPS 1:
Mengenali PANCA NIVARANA (5 RINTANGAN BATIN) sebagai "alarm atau sinyal tanda bahaya" karena pikiran
yang diliputi 5 NIVARANA, bentuk-bentuk batin buruk, selain menghambat & melemahkan kebijaksanaan
juga menghasilkan akibat buruk (AKUSALA CETASIKA), selain itu mereka tidak bermanfaat baik demi
kebaikan di masa kini maupun di masa depan:
LOBHAMULA CITTA :
1. Nafsu keinginan/keserakahan (kmacchanda)
DOSAMULA CITTA :
2. Kebencian / Ketidaksukaan termasuk kemarahan (vypda)
MOHAMULA CITTA :
3. Kegelisahan & Rasa sesal (uddhacca-kukkucca)
4. Keragu-raguan/Kebingungan (vicikicch)
THIDUKA CETASIKA :
5. Kemalasan & Kelambanan batin (thna-middha)
TIPS 2:
Ditunjang dengan berlatih meditasi ANAPANASATI, mengamati, menyaksikan sendiri betapa alami & betapa
bukan-diri-nya keluar masuknya napas, sebagai landasan untuk melihat sifat bukan diri (anatta) batin &
jasmani sehingga mengurangi ketergantungan dan kemelekatan [upadana] terhadap batin & jasmani.
* Terhadap PERASAAN, mengetahui PERASAAN hanyalah sebagai perasaan semata (fenomena alami alam
bukan diri, diriku, milikku). . .
-> VEDANANUPASSANA
* Terhadap PIKIRAN, mengetahui PIKIRAN hanyalah sebagai pikiran semata (fenomena alami alam bukan diri,
diriku, milikku). . .
-> CITTANUPASSANA
SINGKATNYA:
* Mengetahui BATIN (NAMA) hanyalah sebagai fenomena BATIN semata..
* Mengetahui JASMANI/materi (RUPA) hanyalah sebagai fenomena JASMANI/materi semata..
* Terhadap segala sesuatu, mengetahui segala sesuatu [dhamma], baik unsur individual maupun paduan
unsur-unsur, hanyalah sebagai fenomena semata (fenomena alami alam bukan diri, diriku, milikku). . .
-> DHAMMANUPASSANA
ATAU melakukan perenungan dan pengembangan pandangan benar sehubungan dengan sifat ANATTA
(anattasaa).
"YANG ADA DISINI, YANG DISEBUT DIRI INI" sesungguhnya hanyalah paduan batin & jasmani.
BATIN (Nama) ini memang ADA.
JASMANI (Rupa) ini memang ADA.
Inilah BATIN. Inilah JASMANI.
Beginilah BATIN (dgn segala sifat & perilakunya).
Beginilah JASMANI (dgn segala sifat & perilakunya).
Beginilah fenomena bukan diri/diriku/milikku.
Semata fenomena alam impersonal, yang tak dapat "digenggam".
Dengan SIFATNYA yang (Anicca, Dukkha & Anatta):tidak kekal, berubah-ubah, berproses, tertampak timbul
lenyapnya, tak dapat digenggam, tak bisa dijadikan landasan kepuasan, memiliki sifat, perilaku,
keterkondisian, dan hukum alaminya sendiri, bukan diri, bukan personal, tak mengandung suatu diri, &
bukan milik siapapun.
JASMANI ini ada, bukan suatu diri...
PERASAAN ini ada, bukan suatu diri...
PIKIRAN ini ada, bukan suatu diri...
FENOMENA ALAMI ALAM (Unsur-unsur individual maupun paduannya) ada, bukan suatu diri...
Begitulah fenomena alami yang kosong, bukan personal.
Memiliki sifatnya sendiri, perilakunya sendiri, mekanisme keterkondisiannya sendiri, dan hukum alaminya
sendiri, tidak kekal, dan tak bisa dijadikan landasan kepuasan.
BAIK berupa unsur individual maupun berupa kombinasi atau paduan yang menghasilkan ilusi tentang
adanya entitas tunggal, mereka adalah bukan diri/atta, kosong dari suatu diri/atta...
TIMBUL dan LENYAP..
BERPADU dan TERURAI..
Tidak kekal..
Begitulah fenomena alami yang kosong, bukan suatu diri/atta.
Memiliki sifatnya sendiri, perilakunya sendiri, mekanisme keterkondisiannya sendiri, dan hukum alaminya
sendiri, tidak kekal, dan tak bisa dijadikan landasan kepuasan.
Makhluk sebenarnya hanyalah paduan khandha-khandha, paduan unsur-unsur impersonal, kosong, bukan
diri,.. SEMATA FENOMENA PADUAN impersonal yg terkondisi, TIMBUL & LENYAP, BERPADU & TERURAI, anicca,
dukkha, & anatta...
Dengan mengetahui sebagaimana adanya, hendaknya pikiran berhenti di sana, tidak mengkonsepsikannya,
tidak mempersepsikannya LEBIH JAUH sebagai suatu atta atau mengandung atau milik suatu atta.
Sesuatu yang memiliki sifat, perilaku, keterkondisiannya sendiri, tidak kekal (karena terkondisi), tidak bisa
dipegang, dipertahankan semau kita, tak bisa patuh semata pada keinginan kita, tak bisa selalu mewakili
keinginan kita (karena mereka punya mekanisme keterkondisian atau hukumnya sendiri), maka mereka tak
bisa dijadikan landasan kepuasan, Dengan melihat ini, kita mengetahui bahwa mereka ternyata tidak
mewakili diri. Ternyata mereka bukan diri, melainkan fenomena alami alam yang impersonal.
KARENA bukan diri/personal (ANATTA) & kosong dari suatu diri/personal (SUATA),
Mereka timbul, ada, berubah, berproses, & lenyap;
berperilaku sesuai dengan kondisi-kondisi penunjang & hukum alaminya,
DENGAN atau TANPA SEPENGETAHUAN kita,SEJALAN atau TIDAK SEJALAN dengan keinginan/kehendak.
Begitulah adanya unsur-unsur batin & jasmani ini dengan segala sifat-sifat tipikalnya.
LET GO OF THEM AS THEY REALLY ARE..
What do we expect?
******
"... singkatnya Pancakkhandha (batin & jasmani) yang merupakan objek/sasaran kemelekatan adalah
DUKKHA ~> melekat padanya adalah DUKKHA"
<Maha-Satipatthana Sutta & Dhammacakkapavattana Sutta>
"MELEPASKAN apa yang BUKAN MILIK KITA akan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan sejati.
Apa yang bukan milik kita? J
asmani ini, Perasaan ini, Persepsi ini, Bentuk-bentuk batin atau pikiran ini, & Kesadaran ini."
<Alagaddupama Sutta>
"Apakah BEBAN yang terberat?Jasmani ini, Perasaan ini, Persepsi ini, Bentuk-bentuk batin atau pikiran ini,
dan Kesadaran ini."
<Bhara Sutta>
******
Apapun yang menghalangi, membebani, atau melumpuhkan kita dalam mengasihi, berbagi, berbuat bajik,
berlatih, & berkarya; itu adalah ketidaktahuan dan kemelekatan terhadap Pancakkhandha (batin & jasmani).
Apapun yang mendorong kita dalam kejahatan dan segala hal yang merugikan serta tak bermanfaaat; itu
adalah ketidaktahuan dan kemelekatan terhadap Pancakkhandha (batin & jasmani).
Semoga dengan "mengetahui, memaklumi, & melepas segala sesuatu sebagaimana adanya (ANICCA,
DUKKHA, & ANATTA)",
terbebas dari cengkeraman atau genggaman nafsu keinginan, kebencian, dan ketidaktahuan
(seperti gagasan keliru "diri, diriku, milikku", ketidaktahuan akan 4 Kebenaran Mulia, Hukum Sebab Musabab
Yang Saling Bergantungan, Mekanisme Keterkondisian/Proses Kausalitas atau Sebab Akibat Impersonal,dll);
semua berbahagia & terbebas dari segala bentuk penderitaan, rintangan, & hal-hal yang tidak perlu.
SUMBER:
- DN 22. Maha Satipatthana Sutta
- AN 9.64 Nvarana Satipatthna Sutta
- MN 131. Bhaddekaratta Sutta
- MN 22. Alagaddupama Sutta
- MN 109. Maha Puama Sutta
Parami hanya bisa suci jika tidak dinodai oleh kotoran batin seperti kemelekatan,
keangkuhan, pandangan salah, dan tidak memiliki pikiran atas kualitas dari benda-benda
yang didanakan dan penerima-penerimanya.
Kemelekatan terhadap objek yang akan diberikan (lobha), merasa tidak senang terhadap si
penerima (dosa), dan bingung atas kedermawanan dan manfaatnya (moha) adalah
bertentangan dengan Kesempurnaan Kedermawanan, karena hanya dengan ketidakhadiran
kemelekatan, ketidaksenangan, dan kebingungan maka suatu perbuatan Kedermawanan
dapat dilakukan.
Sepuluh perbuatan buruk adalah bertentangan dengan Kesempurnaan Moralitas karena
pelaksanaan Sila hanya dapat dicapai jika seseorang bebas dari pikiran, perkataan, dan
perbuatan buruk.
Melepaskan keduniawian adalah perbuatan mulia untuk menghindarkan diri dari kenikmatan
indria, kebencian terhadap makhluk lain, dan kebodohan; oleh karena itu kegemaran akan
kenikmatan indria (lobha), kebencian terhadap makhluk lain (dosa), dan kebodohan (moha)
adalah bertentangan dengan Kesempurnaan Melepaskan keduniawian.
Kemelekatan, kebencian, dan kebodohan membutakan makhluk-makhluk, sedangkan
kebijaksanaan mengembalikan daya lihat dari makhluk-makhluk yang dibutakan tadi.
Dengan demikian tiga faktor tidak baik ini yang menyebabkan kebutaan adalah
bertentangan dengan Kesempurnaan Kebijaksanaan.
Karena kemelekatan seseorang menjadi enggan melakukan kebajikan; karena kebencian
seseorang tidak dapat melakukan perbuatan baik; dan karena kebodohan sesorang tidak
dapat berusaha di jalan yang benar. Hanya dengan usaha seseorang dapat melakukan
kebajikan tanpa merasa enggan, dilakukan dengan mantap dan dengan cara yang benar.
Demikianlah tiga faktor tidak baik ini adalah bertentangan dengan Kesempurnaan Usaha.
Hanya dengan kesabaran seseorang dapat bertahan (dari
kecenderungan) dari keserakahan atas objek yang disukai atau kebencian atas objek yang
tidak disukai dan dapat memahami ketanpa-dirian dan kekosongan dari fenomena alami:
dengan demikian kemelekatan, kebencian. dan kebodohan yang tidak mampu memahami
sifat kosong dari fenomena adalah bertentangan dengan Kesempurnaan Kesabaran.
Tanpa kejujuran seseorang pasti berprasangka miring oleh kemelekatan karena jasa yang
dilakukan oleh orang lain, atau oleh ketidaksenangan karena kerugian yang diakibatkan oleh
orang lain; karena itu kebenaran tidak berlaku pada situasi demikian. Hanya dengan
kejujuran seseorang yang dalam situasi menghadapi kesukaan atau ketidaksukaan dapat
terbebas dari prasangka miring yang disebabkan oleh keserakahan, atau oleh kebencian
atau kebodohan yang menghalangi kebenaran. Dengan demikian tiga faktor buruk ini adalah
bertentangan dengan Kesempurnaan Kejujuran.
Dengan Tekad seseorang dapat mengatasi kesenangan dan ketidaksenangan dari
perubahan dalam hidupdan tetap tidak tergoyahkan dalam memenuhi Parami; dengan
demikian keserakahan, kebencian, dan kebodohan yang tidak dapat menaklukkan
perubahan dalam hidup adalah bertentangan dengan Kesempurnaan Tekad.
Mengembangkan Cinta Kasih dapat menangkis rintangan (di jalan kemajuan spiritual*);
demikianlah tiga faktor buruk ini yang bersumber dari rintangan-rintangan tersebut, adalah
bertentangan dengan Kesempurnaan Cinta Kasih.
Tanpa Ketenangseimbangan, keserakahan atas objek yang disukai dan kebencian atas objek
yang tidak disukai tidak dapat dihentikan atau dihancurkan; apalagi melihatnya dengan
pikiran yang seimbang. Hanya jika memiliki Ketenangseimbangan, seseorang dapat
melakukannya. Dengan demikian tiga faktor buruk ini adalah bertentangan dengan
Kesempurnaan Keseimbangan.
(*Catatan: rintangan di jalan kemajuan spiritual: rintangan ini berjumlah lima: (a) semua
bentuk keserakahan dan keinginan; (b) kebencian, (c) kemalasan dan kelembaman, (d)
kegelisahan dan penyesalan, dan (e) keraguan.)
------------
JOKERS PROVOCATION :
Want to be saved instantly? Want to go to Nirvana instantly? Go to
Temple of Mi Le Da Dao for Qiu Dao or Asking Dao or
Memohon Ketuhanan.
Or go to its rival and competitor: Yi Guan Dao (both are from
one Guru but now separated) ;D
You will get the True Initiation or Inisiasi Sejati for Freeeeee,
Babe! ;)
But I must to tell you this : Miledadao is a sophisticated cult derived
from White Lotus Secret Society. :o
Its easy to get in but dont you ever try to get out, Pals. :))
sebagai berikut:
-Seorang tidak boleh mencari "Jalan Surga" dengan pura-pura
-Seseorang tidak boleh mundur ketika diminta untuk maju
-Seseorang tidak boleh membocorkan rahasia aliran, karena tindakan itu
akan mengakibatkan tertangkapnya pemimpin dan kematian dari pemimpin
aliran tersebut.
-Seseorang tidak boleh tidak sopan kepada "Chien Jen" yakni gelar yang
diberikan kepada pejabat tinggi dalam aliran itu. Chien Jen memegang
jabatan "orang kedua" dalam aliran tersebut. (Jumlah Chien Jen sangat
sedikit, tetapi selain pemimpin tertinggi mereka "She Mu" mereka
memegang kekuasaan tertinggi dan disanjung oleh pengikut-pengikut
mereka, dan saat mereka tiba ataupun pergi selalu diiringi tata cara
yang khidmat seperti yang biasa dilakukan terhadap keluarga kerajaan
atau pejabat kerajaan yang berpangkat tinggi).
-Seseorang tidak boleh menganggur tanpa melakukan penyebaran ajaran
mereka dengan penuh semangat.
Siapa saja yang melanggar salah satu dari peraturan-peraturan tersebut
di atas akan disambar halilintar dan dibakar lima kali.
View bbcode
havana - 28/05/2008 08:48 AM
#4
Dalam agama Buddha, terdapat satu hal yang amat penting yaitu
Triratna: Buddha, Dharma dan Sangha. Maka untuk menandingi Triratna
agama Buddha, Lo Wei Ching menciptakan Triratna versi dia sbb:
-Menunjuk "Hsien Kuan" yaitu menunjuk bagian tengah dahi di antara
kedua alis mata dengan menggunakan jari tengah oleh seorang pandita
mereka yang disebut Tien Chuan She
-Memberitahukan kode lisan yang terdiri dari 5 kata: Wu, Thai, Fu, Mi,
lek.
-Mengatupkan tangan dengan cara-cara tertentu
Seseorang yang ingin menjadi anggota baru harus mendapat rekomendasi
dari dua orang anggota lama. Tetapi orang cacat, tukang jagal,
pelacur-pelacur, preman-preman dan gelandangan-gelandangan tidak
diterima sebagai penganut.
Pada tahun 1527, usaha Lo Wei Ching untuk menggulingkan rezim itu
gagal. Dia ditangkap dan kemudian dihukum mati dengan cara tubuhnya
ditarik dan dikoyak oleh 5 kereta kuda.
Kode Lisan
Lima kode lisan yaitu Wu, Thai, Fu, Mi, Nek dikatakan sangat membantu
dalam keadaan bahaya. Tetapi kode lisan ini tidak dapat dibocorkan
kepada siapapun, bahkan orang tua sendiri, suami dan isteri atau anak
mereka jika mereka bukan anggota. Pada zaman Dinasti Qing, lima kata
itu dirubah lagi menjadi: Min, Ta, Pao, Sin, Ik. Tetapi kode ini
dirubah kembali menjadi kode yang semula, ketika Dinasti Qing runtuh
dan menjadi Republik.
Pada tanggal 13 Agustus 1947, Chang Thien Ran ditembak mati oleh regu
penembak pemerintah di Cheng Tu, ibukota She Chuan. Tindak
kejahatannya diterbitkan di koran-koran setempat. Menyusul peristiwa
ini, pemerintah mengeluarkan larangan keras segala aktivitas Yi Guan
Dao.
Setelah kematian Chang Thien Ran, isterinya yang bernama Sun Suk Cen,
sering dipanggil dengan SheMu (gelar kehormatan untuk isteri guru)
dijadikan pemimpin tertinggi Yi Guan Dao. Tidak lama kemudian Sun Suk
Cen datang ke Taiwan dan menjadi pemimpin tertinggi Yi Guan Dao di
Taiwan.
3. Sutra-Sutra palsu yang menjadi doktrin Maitreya.
Sejarah mencatat bahwa Agama Buddha masuk ke Tiongkok pada jaman
Dinasti Han (202 SM ? 221 M). Masuknya agama asing tersebut telah
membangkitkan perasaan tidak senang di kalangan agama lain yang lebih
tua atau asli Tiongkok, seperti misalnya Agama Dao (baca Tao).
Untuk menunjukkan bahwa Agama Tao lebih unggul maka dikaranglah
Sutra-Sutra palsu untuk mendukung hal tersebut. Isinya antara lain
menyebutkan bahwa Sang Buddha hanyalah merupakan salah satu penjelmaan
Lao tzu (pendiri Agama Tao). Versi lain mengatakan bahwa Lao tzu telah
menghilang dan pergi ke India. Ia mempertobatkan banyak orang di sana
dan menjadi Buddha. Ada lagi yang mengatakan bahwa Lao tzu telah pergi
ke India dan mengajar Sang Buddha ajaran kebijaksanaan. Inti sari dari
semuanya adalah berusaha membuktikan bahwa Agama Buddha adalah berasal
dari Agama Tao.
Salah satu karya semacam itu misalnya adalah Lao-tzu Hua-hu-cing atau
Sutra Pertobatan Kaum Barbar, karangan seseorang bernama Wang Fu pada
abad keempat M. (v). Anehnya doktrin yang dianut oleh Aliran Yi Guan
Dao juga mencerminkan ajaran-ajaran semacam itu.
B. AJARAN UTAMA.
1.Maitreya telah datang menjelma ke dunia ini dan terlahir sebagai
guru mereka.
Umat Buddha Maitreya meyakini bahwa guru mereka adalah penjelmaan
Buddha Maitreya dan Era Sakyamuni Buddha telah berakhir, jadi mereka
yakin bahwa Maitreya telah hadir di dunia ini. Namun marilah kita
perhatikan apa yang diajarkan oleh Sang Buddha sendiri.
Kritikan: Mari kita perhatikan apa yang diajarkan oleh Sang Buddha
dalam CAKKAVATTI-SIHANADA SUTTA, Sutta ke-26 dari DIGHA NIKAYA:
"Pada saat itu [kota] yang sekarang merupakan Varanasi akan menjadi
sebuah ibu kota yang bernama Ketumati, kuat dan makmur, dipadati oleh
rakyat dan berkecukupan. Di Jambudipa akan terdapat 84.000 kota yang
dipimpin oleh Ketumati sebagai ibu kota. Dan pada saat itu orang akan
memiliki usia kehidupan sepanjang 84.000 tahun, di kota Ketumati akan
bangkit seorang raja bernama Sankha, seorang Cakkavati (Raja Dunia),
seorang raja yang baik, penakluk keempat penjuru?Dan pada saat orang
Nah, pertanyaannya apakah sekarang kondisi dunia sudah lebih baik dari
jaman Sang Buddha? Jawabnya belum! Apakah kondisi fisik dunia sudah
seperti yang digambarkan pada Sutra di atas? Jawabnya juga belum!
Karena itu jelas sekali Maitreya belumlah terlahir di muka bumi ini
dan saat ini masih jaman Buddha Sakyamuni.
2.Jaman Tiga Pancaran
Umat Buddha Maitreya membagi jaman dalam apa yang mereka sebut dengan
tiga pancaran.
(i).Jaman pancaran hijau, Buddhanya adalah Dipankara.
(ii).Jaman pancaran merah, Buddhanya adalah Sakyamuni.
(iii).Jaman pancaran putih, Buddhanya adalah Maitreya.
Sekarang telah memasuki jaman pancaran putih, karena itu ajaran Buddha
Sakyamuni tidak berlaku lagi.
Kritikan: Marilah kita pelajari urutan Buddha-Buddha yang telah hadir
di dunia ini sebagaimana yang tercantum dalam kitab suci Tipitaka:
Demikianlah pandangan Buddhis tentang Tuhan sudah jelas dan tidak ada
yang namanya Lao Mu sebagai Tuhan ataupun mahadewa. Sajak-sajak di
atas jelas lebih dekat pada Kr*st*n daripada Buddhisme. Oleh sebab itu
jelas sekali Yi Guan Tao bukanlah Buddhis.
C.KESIMPULAN.
Sebenarnya masih banyak kesalahan ajaran Yi Guan Tao ditinjau dari
sudut pandang Buddhisme, namun karena terbatasnya waktu akan dibatasi
sampai di sini saja, karena hal-hal yang dipaparkan di atas sudah
cukup jelas membuktikan perbedaan doktrin yang menyolok antara
Buddhisme yang sejati dengan Yi Guan Tao. Yang kita perlu tahu hanya
satu hal: YI GUAN TAO BUKAN BUDDHIS dan banyak ajarannya yang
bertentangan dengan Buddhisme yang sejati.
Bagi Umat Yi Guan Tao saran saya belajarlah Buddhisme yang sejati,
agar pintu penerangan sempurna terbuka bagi kalian. Marilah kembali ke
angkuan Buddha Dharma yang sejati.
DAFTAR PUSTAKA
Mizuno, Kogen: Buddhist Sutras, Origin, Development, Transmission,
Kosei Publishing, Tokyo, 1995.
Dharma Pitaka
Walshe, Maurice: The Long Discourses of the Buddha, A Translation of
the Digha Nikaya, Wisdom Publication, 1995.
Paludan, Ann: Chronicle of The Chinese Emperors, Thames & Hudson,
1999.