Anda di halaman 1dari 3

Hawking, Buddha dan Tuhan

Oleh Willy Liu


Awal September 2010, dunia khususnya kalangan agamawan dikejutkan dengan pernyataan Stephen Hawking
mengenai alam semesta. Harian The Telegraph, melaporkan bahwa, Stephen Hawking telah menyatakan bahwa
Tuhan bukan pencipta alam semesta. Pernyataan Stephen Hawking tersebut menuai banyak dukungan sekaligus
kecaman dari berbagai pihak.
====
Stephen Hawking dan Gagasannya
Menurut Wikipedia, Hawking bernama lengkap Stephen William Hawking adalah seorang ilmuwan fisika teoretis. Ia
adalah seorang profesor Lucasian dalam bidang matematika di Universitas Cambridge dan anggota dari Gonville and
Caius College, Cambridge. Ia dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama karena teori-teorinya
mengenai teori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan radiasi Hawking. Meskipun mengalami tetraplegia
(kelumpuhan) karena sklerosis lateral amiotrofik, karier ilmiahnya terus berlanjut selama lebih dari empat puluh tahun.
Buku-buku dan penampilan publiknya menjadikan ia sebagai seorang selebritis akademik dan teoretikus fisika yang
termasyhur di dunia.
Boleh dikatakan bahwa Hawking merupakan salah satu ilmuwan paling jenius yang masih ada saat ini. Ciri khas
ilmuwan ini adalah duduk di kursi roda dan dengan kepala miring karena penyakitnya. Karena salah satu ilmuwan
terhebat saat ini, tentu pernyataannya tidak bisa dianggap angin lalu. Ia mewakili dunia sains yang sejak Galileo pada
sekitar abad ke-16 telah bertentangan dengan agama yang mempercayai Tuhan secara personal.
Pada buku sebelumnya yang sangat terkenal dan laris manis, A Brief History of Time, ada pernyataan yang dianggap
oleh pembaca bahwa Hawking masih memberikan kemungkinan bahwa alam semesta diciptakan Tuhan. Namun, di
buku terbarunya, The Grand Design, Hawking akhirnya menyatakan pandangannya dengan tegas bahwa "Karena
adanya hukum seperti gravitasi, tata surya dapat dan akan membentuk dirinya sendiri. Penciptaan spontan adalah
alasannya mengapa sekarang ada 'sesuatu' dan bukannya kehampaan, mengapa alam semesta ada dan kita ada.
Tidak perlu memohon kepada Tuhan untuk memulai segalanya dan menggerakan alam semesta."
Menurut Hawking, alam semesta muncul dari gravitasi. Ruang dan waktu juga muncul dari gravitasi. Tidak ada istilah
sebelumnya karena waktu pun belum muncul. Waktu muncul ketika terbentuknya alam semesta. Begitu pula
dengan ruang. Tidak ada istilah diluar ruangan karena ruang sendiri baru muncul ketika terbentuknya alam
semesta.
Makna yang ingin disampaikan oleh Hawking adalah bahwa alam semesta muncul sesuai dengan Hukum Alam dan
tidak perlu peran Tuhan di dalamnya. Pun, secara tidak langsung jelas ia mempunyai gagasan bahwa kehidupan
manusia tidak diciptakan oleh Tuhan apalagi mengatur kehidupan manusia.
====
Tuhan dan Sains

Dapat dikatakan hampir semua agama mempunyai gagasan mengenai Tuhan. Namun, perlu diketahui bahwa makna
Tuhan dalam beberapa agama ternyata sedikit berbeda dengan agama lainnya. Secara umum Tuhan diartikan
sebagai suatu sosok yang lebih tinggi dari manusia yang menciptakan dan mengatur kehidupan alam beserta isinya.
Kematian contohnya dikatakan oleh kalangan agamawan yang mempercayai konsep tuhan merupakan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh pencipta tersebut.
Ilmu pengetahuan tidak pernah membicarakan tentang tuhan karena ilmu pengetahuan menjelaskan bagaimana
suatu kejadian muncul. Akan tetapi, para ilmuwan jelas menganggap bahwa kejadian-kejadian alam ada sebabnya.
Begitu pula dengan berbagai fenomena yang terjadi di sekitar masyarakat. Apabila ilmuwan menganggap segala
fenomena telah ditentukan oleh Tuhan, maka ilmu pengetahuan tidak akan berkembang. Disinilah tahap ketika
ilmuwan memaksa para agamawan mengubah cara pandang mereka terhadap konsep tuhan dan membuat konsep
tuhan mengalami evolusi dari cara pandangnya.
=====
Cara Pandang Buddha
Melalui Sutta, berkali-kali Buddha mengatakan bahwa tidak ada gunanya dan tidak akan ada habisnya
memperdebatkan asal muasal alam semesta. Namun, bukan berarti Buddha bungkam seribu bahasa mengenai topik
tersebut. Mungkin Buddha sudah bisa mengetahui secara langsung dan ketika akan dijelaskan, pikiran-pikiran yang
tidak tercerahkan pendengarnya akan mendistorsikan makna yang disampaikan. Buddha mengatakan bahwa ketika
mencapai pencerahan, segala sesuatunya akan menjadi jelas karena melihatnya secara langsung.
Beberapa sutta menjelaskan asal mula kehidupan menurut Buddhis dan jelas mengindikasikan bahwa ada suatu
proses terbentuknya makhluk hidup. Proses tersebut yang saat ini secara sains disebut evolusi. Disini telah tampak
kesejajaran antara pemikiran Buddha dengan pemikiran sains saat ini.
Untuk masalah tuhan, Buddha mempunyai pandangan yang sangat bijak. Pengertian Tuhan sebagai pencipta jelas
ditolak oleh Buddha. Apalagi Tuhan sebagai pengatur alam semesta beserta isinya. Akal sehat kita pun akan sepakat
dengan Buddha. Jelas kita mempunyai kehendak bebas dan pikiran masing-masing. Setiap kejadian ada sebab dan
ada akibat. Ini sangat logis dan dapat diterima akal sehat. Inilah yang dikatak Buddha sebagai Hukum Karma, Hukum
Sebab-Akibat. Hukum Karma menjelaskan segala sesuatunya menjadi lebih jelas dan dapat diterima kehidupan
modern saat ini.
Lalu adakah konsep Tuhan dalam Buddhis? Jawabannya adalah tidak ada. Namun, dalam Buddhis ada konsep
ketuhanan. Beda tuhan dengan ketuhanan adalah tuhan bersifat personal atau ada suatu sosok sedangkan
ketuhanan hanyalah suatu sifat. Buddha jelas-jelas menolak suatu Tuhan personal yang mencipta apalagi pengatur.
Konsep ketuhanan dalam Buddhis haruslah sejalan dengan ajaran Buddha. Ada tiga gagasan yang dapat dikatakan
sebagai ketuhanan dalam Buddhis, yaitu:
1. Sebagai sifat-sifat Luhur tanpa batas atau Brahmawihara
Ketuhanan dalam pengertian ini berupa sifat-sifat luhur tanpa batas, tanpa egoistik yang meliputi cinta kasih universal
(metta), belas kasih tanpa batas (karuna),

2. Kemutlakkan dan tidak terjangkau pikiran atau Ketuhanan dalam pengertian ini adalah tidak terjangkau pikiran,
bersifat mutlak.
3. Hukum Alam atau Niyama
Pengertian ketuhanan ini meliputi Hukum Alam itu sendiri yaitu Utu Niyama (Hukum Fisika), Bija Niyama (Hukum
Biologi), Citta Niyama (Hukum Psikis), Kamma Niyama (Hukum Sebab-Akibat), Dhamma Niyama (Hukum diluar ke-4
hukum tersebut)
Perlu dipahami bahwa ketuhanan dalam Buddhis tidaklah mengatur kehidupan manusia, tidak pula menentukan
segala yang terjadi pada manusia. Setiap manusia berkehendak bebas dan kehendak tersebut akan berakibat sesuai
dengan kehendaknya. Apabila kehendak/niat seseorang buruk dan terwujud melalui ucapan, pikiran atau perbuatan,
maka pasti akibatnya akan buruk yang akan diterima oleh orang tersebut, cepat atau lambat.
Kesimpulan
Hawking lahir sekitar 2500 tahun setelah Buddha, namun gagasan Buddha dan Hawking sejalan. Dua-duanya
menolak Tuhan personal. Hawking jelas mengatakan bahwa kalaupun ia percaya tuhan, Hukum Alam adalah
tuhannya dan manusia mempunyai kehendak bebas tanpa campur tangan Hukum Alam. Jadi, jelas bahwa Hawking
dan ilmu pengetahuan semakin membuktikan kebijaksanaan Buddha 25 abad lampau.

Anda mungkin juga menyukai