Anda di halaman 1dari 8

Makalah

Baruch de Spinoza: Allah dan Alam adalah Satu Substansi

Disusun oleh:
Archelaus Mision Orientus Putra Cawa
(230510012)

Mata Kuliah Kosmologi

Dosen Pengampu:
Norbertus Nuho Tukan, Lic. Phil

Fakultas Filsafat
UNIKA Santo Thomas Medan
2023

1|Page
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Kosmologi merupakan salah satu cabang filsafat yang berbicara tentang alam semesta.
Tentu saja, kosmologi membahas tentang asal-muasal alam semesta dan segala sesatu yang
menjadikan dunia ini ada. Dalam makalah ini, penulis hendak memberikan pengetahuan khsusus
mengenai pemikiran Baruch de Spinoza tentang hubungan antara sang Pencipta alam semesta
dan alam semesta sendiri.

Dalam filsafatnya, Spinoza menyatakan bahwa Allah sama dengan alam dan juga
merupakan Satu Substansi. Baginya, setiap kenyataan merupakan kesatuan, dan kesatuan
tersebut adalah satu-satunya substansi, yakni sama dengan Allah- Alam. Spinoza menjelaskan
bahwa segala sesuatu tercantum dalam Allah-Alam. Kehendak Allah merupakan kehendak alam,
maka peraturan-peraturan alam itu adalah kehendak Allah. Spinoza berpendapat terus-menerus
mengenai hubungan antara Allah dan manusia, tetapi dalam gayutan ini manusia dan seluruh
kosmos terlebur dalam Allah.

2. Rumusan Masalah
1) Riwayat Hidup Baruch de Spinoza
2) Pemikiran Baruch de Spinoza
3) Ajaran Panteisme Baruch de Spinoza

3. Tujuan Penulisan
1) Agar pembaca mengenali siapa Baruch de Spinoza
2) Agar pembaca mengetahui pemikiran Baruch de Spinoza
3) Agar pembaca mengetahui ajaran panteisme Baruch de Spinoza

4. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah supaya pembaca dapat memperoleh
pengetahuan mengenai Baruch de Spinoza dan pemikiran serta ajarannya yang memiliki peran
penting dalam perkembangan zaman.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

1. Riwayat Hidup Baruch de Spinoza

Baruch1 de Spinoza lahir di Amsterdam tahun 1632 dari keluarga Yahudi. Spinoza
menyerap ilmu teologi Yahudi, Bahasa-bahasa klasik, dan filsafat. Dia begitu tertarik dengan
filsafat Descartes, terutama metode Descartes, metode ilmu pasti yang kelak menjadi peranan
penting dalam pikiran Spinoza. Spinoza dikeluarkan dari sinagoga di Amsterdam, dikarenakan
pemikirannya dianggap tidak ortodoks. Spinoza mendapat tawaran untuk menjadi guru besar.
Namun, sepanjang hidupnya ia puaskan dengan pendapatannya sebagai ahli optika. Pada tahun
1677, Spinoza menghembuskan nafas terakhir di Den Haag.2

2. Pemikiran Baruch de Spinoza


Allah atau Alam adalah Satu Substansi. Spinoza berpendapat bahwa segenap kenyataan
kosmos adalah kesatuan. Kesatuan tersebut merupakan satu-satunya substansi. Satu substansi itu
menekankan pada Allah atau Alam. Bagi Spinoza, segala sesuatu termaktub dalam Allah atau
Alam. Allah ini sama dengan hukum kosmos. Dengan pernyataan lain yakni animo Allah adalah
animo alam, maka peraturan-peraturan alam merupakan animo Allah. 3 Spinoza selalu
mengemukakan gayutan antara Allah dan alam serta seluruh kosmos yang segalanya bersatu
padu dalam Allah. Singkatnya, Seluruh alam semesta melebur dalam Allah.4

Pandangan Spinoza tentang substansi tunggal adalah hasil dari keresahan pikirannya atas
pemikiran Descartes, yakni mengenai problem substansi dan hubungan antara jiwa dan tubuh.
Dalam filsafat Descartes, Allah, jiwa, dan dunia material merupakan satu kesatuan yang utuh.
Namun, bagi Spinoza tidak demikian. Bagi Spinoza, substansi adalah sesuatu yang ada dalam
dirinya sendiri dan dipikirkan oleh dirinya sendiri.

1
Dalam Bahasa Latin: Benedictus, dalam Bahasa Portugis: Bento.

2
Harry Hamersma, Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern (Jakarta: Gramedia, 1986), hlm. 9.

3
Harry Hamersma, …, hlm. 11.

4
Harry Hamersma, …, hlm. 11.

3|Page
Deus sive natur (Allah atau alam) merupakan kalimat yang sangat familiar dari Spinoza.
Menurutnya, sebagai Allah, alam adalah alam yang melahirkan (natura naturans). Ini
mengandung arti bahwa Allah sebagai pencipta utama, sumber pemancar. Kemudian, alam yang
dilahirkan oleh Allah (natura naturata). Dengan begitu, hanya ada satu substansi saja, yakni
Allah atau alam.

Dalam buku Ethica, Spinoza membahas gayutan antara Tuhan dan alam semesta. Spinoza
hendak mengemukakan bukti bahwa harus ada substansi tunggal yang mandiri, yakni Tuhan atau
Alam, yang menjadi penyebab dari segala sesuatu yang terjadi dan yang mengadakan dirinya
sendiri. Pendapat Spinoza ini merupakan bukti penyangkalan terhadap pencipta yang transenden
dan juga penyangkalan terhadap ajaran-ajaran Yudaisme dan Kristen. Kemudian Spinoza
berpendapat bahwa tidak mungkin ada gerakan penciptaan seperti yang di percaya orang Yahudi.
Maka, bagi Spinoza Allah itu berbuat atas dasar hukum alam-Nya sendiri, dan tidak disuruh oleh
siapa pun. Artinya, Allah bertindak berdasarkan peraturan-peraturan kodrat-Nya sendiri. 5

Menurut Spinoza, Allah adalah tidak terbatas, ia melingkupi segalanya sehingga tiada
satu hal dan modus “ada” yang tidak bearada dalamnya. Bila saja Allah adalah Ada yang
Menyeluruh, berarti tidak mungkin ada sesuatu yang di luar dari diri-Nya. Bila ada sesuatu yang
sesungguhnya di luar dirinya, berarti Allah adalah terbatas karenanya. Maka dari itu,
konklusinya adalah Allah tidak bisa secara nyata dan radikal berbeda dari alam semesta. 6

Kemudian, dalam Ethica juga, Spinoza memaparkan beberapa pemikirannya mengenai


adanya kesubstansian antara Allah dan dunia. Berikut beberapa pemaparannya:

a) Hanya ada satu dhat dan dhat itu adalah dhat ilahi
Dhat dapat dimengerti sebagai “apa yang ada dalam dirinya dan pikirannya
sendiri. Artinya, ke-adaan-nya tidak diadakan atau dikonsepkan. Kemudian, dhat
itu ada oleh dirinya sendiri. Dhat itu tidak memiliki ketergantungan pada sesuatu
yang lain. Maka dari itu, dhat bersifat ilahi dan hanya mungkin ada satu Allah,
sebab Allah itu tak terbatas.
b) Hal-hal tidalkah lain daripada “cara-cara berada Allah”.
Segala yang ada berada dalam dirinya sendiri atau dalam sesuatu yang lain. Dan
karena Allah itu tidak terbatas, dank arena ia adalah satu-satunya, maka segala
yang tampaknya beragam merupakan cara Allah berada.7

5
Edwin Curley (ed), Benedict de Spinoza Ethics (London: Penguin Books, 1996), hlm vii.

6
Louis Leahy S. J, Kosmos Manusia dan Allah (Yogyakarta: Kanisius, 1986), hlm. 81.

7
Louis Leahy S. J, …, hlm. 88.

4|Page
Maka, dari kedua pemaparan tersebut, dapat dipahami pemikiran Spinoza bahwa Allah
dan alam (seluruh kosmos) merupakan satu substansi. Melalui argumen ontologisnya, Spinoza
berpendapat bahwa pembenaran atas keberadaan yang Ilahi seharusnya dibaca juga sebagi
“alam”, bukan dewa traisional. Karena baginya, tidak boleh ada dua hal, “selain Allah tidak ada
substansi lain yang dapat diberikan atau ditawarkan”.

Kemudian, Spinoza mengklaim bahwa segala sesuatu yang membentuk alam semesta
adalah “modus”8 Ilahi. Artinya, adanya sifat ketergantungan pada esensi Allah. Segala sesuatu
yang terjadi adalah efek dari Allah. Ringkasnya Spinoza berkata, “ segala sesuatu yang telah
ditentukan oleh Allah untuk menghasilkan suatu efek, maka tidak dapat membuat dirinya sendiri
tidak diciptakan.”

Bagi Spinoza, Allah adalah suatu kesatuan universal, yang mewahyukan diri-Nya di
dalam alam semesta. Segala sesuatu yang ada adalah Allah , dan tidak ada sesuatu pun yang
tidak termaktub di dalam Allah dan tidak ada sesuatu pun yang dapat berdiri atau tumbuh tanpa
Allah.9

3. Ajaran Panteisme Baruch de Spinoza

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam petualangan di sepanjang abad filsafat barat telah
melahirkan ajaran-ajaran yang bervariasi, yang mengarahkan banyak filsuf ke berbagai ajaran
untuk dilakukan studi khusus. Salah satunya ajaran panteisme Baruch de Spinoza.10

Spinoza dikenal sebagai tokoh panteisme pertama yang berpendapat secara terstruktur
tentang panteisme. Walaupun istilah panteisme digubah oleh Toland pada tahun 1705, namun
Spinoza memiliki pemahaman tersendiri mengenai panteisme. Panteisme Spinoza ialah Allah
adalah satu-satunya yang nyata; dunia bukanlah sebuah rangkaian pewahyuan diri-Nya atau
emanasi-emanasi sebuah dhat yang berbeda.11

8
Beberapa ahli mengatakan bahwa “modus” adalah sifat-sifat Tuhan dalam pengertian tradisional.
Kemudian bebepara ahli lain menyatakan bahwa “modus” merupakan efek dari Ilahi.

9
J. M Dent & Sons Ltd, Spinoza ETICHS (London: Press Letchworth, 1941), hlm. 1.

10
Harun Hadiwijoyo, Sari Sejarah Filsafat 2 (Yogyakarta: Kanisius, 1980), hlm. 30.

11
Louis Leahy S. J, …, hlm. 80.

5|Page
Kata panteisme berasal dari Bahasa Yunani pan “semua” dan theos “Allah” yang
merupakan salah satu dari bentuk monisme. Ajaran panteisme merupakan ajaran yang
mengimani hanya ada satu kenyataan, yaitu Sang Ilahi, sedangkan seluruh alam semesta
hanyalah cara-cara beradanya Allah. Paham panteisme juga meyakini bahwa Allah bukan hanya
himpunan dari hal-hal yang majemuk, melainkan Ia adalah dasar integral terhadap hal-hal
tersebut. Oleh karena kesatuan, hal-hal yang majemuk itu menampakkan alam semesta. 12

Ajaran panteisme Baruch de Spinoza berangkat dari kalangan Yunani oleh Xenophanes,
Melissos dan Parmenides. Mereka adalah para tokoh dengan pemikiran spekulatifnya terhadap
monisme aliran Eleat Menurut mereka, “ada” berarti berada, kemudian “tidak ada” berarti
ketiadaan. Ada itu merupakan sesuatu yang integral, utuh, dan kokoh seperti bola padat.
Kemudian, Heraklitos dan Ephesus menjelaskan sebuah paham pergerakan mutlak, yakni segala
sesuatu berubah dan berlalu. Orang tidak dapat membasuh dirinya dua kali pada air sungai
yang sama. Arti dari mobilisme Heraklitos ini mau menunjuk kepada mobilisme monisme, yakni
di balik segala sesuatu tetap ada satu kenyataan yang sama, yakni Api, asas segala perubahan.
Pandangan yang serupa ini dipikirkan oleh kaum Stoisi, yakni Api merupakan dasar akar dari
segala sesuatu. Menurut mereka, alam semesta merupakan suatu makhluk hidup yang sangat
besar, yang asas hidupnya ialah Api ilahi. Api ilahi itu membagikan energi kepada segala hal,
kemudian masing-masing hal membawa satu bagian keil dari Api ilahi tersebut.13

Asas Api Ilahi ini kiranya menjadi sosok dari Allah yang mendistribusikan energi kepada
seluruh alam semesta. Kiranya juga pandangan atau pemikiran para filsuf di atas ini menjadi
latar belakang atau sejarah terbentuknya paham panteisme bagi Spinoza dan filsuf-filsuf lainnya.

12
Louis Leahy S. J, …, hlm. 132.

13
Louis Leahy S. J, …, hlm. 85.

6|Page
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Hanya satu yang dapat memenuhi definisi subsatansi, yaitu Allah. Allah adalah segala-
galanya, tak terpisah dari segala yang ada, yakni adanya alam semesta. Seluruh alam semesta
adalah bukti dari cara beradanya Allah. Allah berada dalam alam, dan alam itu adalah Allah
sendiri. Alam sangat bergantung pada Allah, tetapi Allah tidak demikian pula. To be Cause of
ItSelf (causa sui) whose essence involves existence and whose nature cannot be conceived unless
existing.14

Allah atau Alam adalah Satu Substansi. Spinoza berpendapat bahwa segenap kenyataan
kosmos adalah kesatuan. Kesatuan tersebut merupakan satu-satunya substansi. Satu substansi itu
menekankan pada Allah atau Alam. Bagi Spinoza, segala sesuatu termaktub dalam Allah atau
Alam. Allah ini sama dengan hukum kosmos. Dengan pernyataan lain yakni animo Allah adalah
animo alam, maka peraturan-peraturan alam merupakan animo Allah. Spinoza selalu
mengemukakan gayutan antara Allah dan alam serta seluruh kosmos yang segalanya bersatu
padu dalam Allah. Singkatnya, Seluruh alam semesta melebur dalam Allah.

14
J. M Dent & Sons Ltd, …, hlm. 1.

7|Page
DAFTAR PUSTAKA

Curley, Edwin. (ed.) Benedict de Spinoza Ethics. London: Penguin Books, 1996.

Dent, J. M. Spinoza Ethics. London: Press Letchworth, 1941.

Hadiwijoyo, Harun. Sari Sejarah Filsafat 2. Yogyakarta: Kanisius, 1980.

Hamersma, Harry. Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern. Jakarta: Gramedia, 1986.

Leahy, Louis S. J. Kosmos, Manusia Dan Allah. Yogyakarta: Kanisisus, 1986.

8|Page

Anda mungkin juga menyukai