Anda di halaman 1dari 91

 
Dari Bahagia
Menuju Kebahagiaan
Dikutip Dari :

Ceramah Master Dao Zheng

Judul :

從樂入樂

Dipersembahkan Dengan Setulusnya Oleh :

Sukacita Melafal Amituofo

www.smamituofo.blogspot.com

Untuk kalangan sendiri, disebarluaskan secara gratis,


dilarang memperjualbelikan.


 
Daftar Isi
Hal

Bukan dilihat dari kurun waktu dan pengalaman………..….5


Perumpamaan dua sisi timbangan…………………….…….8
Satu niat tulus dapat mengubah nasib……….…….……....10

Menfokuskan pikiran pada Buddha………….……….…...12


Buat apa merasa risau!.....................................….…...……14

Kapal Tekad ……………………………….………………17


Papa Amitabha…………………….………………………19
Memahami Hati Buddha…….…………………………….21
Menghadap pada channel yang tepat………….…………..23
Kerinduan yang sesungguhnya……...…………………….26

Semangat Buddha Amitabha……….……………………..29


Jangan salah menfokuskan pikiran………….….………..31
Tubuh dan pikiran harus rileks………………….………..34


 
Bentuk istirahat yang bagus………………………………37
Cahaya Pembebasan………………………………..…….…….……..39

Cahaya Sukacita……………………………..……………………..41
Jasa kebajikan Buddha……………………………………43
Keyakinan  mendalam  adalah  kekuatan  besar……………46

Gandenglah tangan Buddha Amitabha……………..……..48


Jangan salah paham pada Buddha Amitabha!………..…...51

Doa berkah yang tiada batas ……………….…………….54


Setiap saat tercerahkan………………….……………..….57
Makna “Sukhavati”…………………………………….…60

Berkah dan kebijaksanaan………………….………….………..63


Membiasakan diri melafal Amituofo…………………….67
Ibarat menelepon 119……………….…………...……….71
Jangan karena tak suka……………..………….………….73
Buddha yang terlebih dulu mengikrarkan tekad…….……76
Ketrampilan………………..……………………………..…….79
Ada keyakinan maka takkan cemas…………………..…..83
Yakin pada Buddha maka hatipun jadi tenang………..…..86


 
Bukan dilihat dari kurun waktu dan
pengalaman

Melafal Amituofo adalah melihat “niat pikiran yang


seketika juga terfokus”, bukan dilihat dari kurun waktu
dan pengalaman seseorang.


 
Melafal Amituofo adalah niat pikiran yang seketika
juga terfokus

Bukan dilihat dari kurun waktu dan pengalaman

Ada orang yang beranggapan bahwa melafal Amituofo harus melafal


sampai kurun waktu yang sangat lama kemudian, barulah memiliki
ketrampilan yang cukup untuk digunakan, atau memastikan bahwa orang
yang memiliki banyak pengalaman di bidang melafal Amituofo pasti
memiliki ketrampilan yang lebih baik, ini belum tentu. Karena melafal
Amituofo adalah melihat “niat pikiran yang seketika juga terfokus”,
bukan dilihat dari kurun waktu dan pengalaman seseorang. Kita boleh
menggunakan sebuah perumpamaan untuk memahaminya, misalnya
dengan tangan memukul sebilah papan, ada orang yang memukulnya
dengan ringan, memukulnya perlahan-lahan dan lambat, dengan demikian
setiap harinya memukulnya seratus kali, berkesinambungan sampai
setahun, juga tak mungkin bisa memukul sampai kayu tersebut patah.
Namun jika ada orang yang menfokuskan pikirannya, kemudian
memukulnya dengan keras, maka hanya dengan satu pukulan, maka kayu
tersebut langsung patah.

Melafal Amituofo juga demikian, tergantung pada apakah anda ada


terfokus atau tidak, apakah benar-benar tulus, bukan dihitung dari kurun
waktu dan pengalaman. Andaikata anda telah melafal selama seratus
tahun, namun selalu saja mulut yang melafal namun pikiran memikirkan


 
hal lainnya, terpikir sup kacang merah yang sedang anda masak,
khawatir akan masak sampai gosong : terpikir anak yang hendak pergi les
private, entah harus diberi makan apa? Selalu saja Buddha Amitabha
kalah penting dari sup kacang merahmu, selalu kalah dibandingkan
dengan urusan sepele anakmu, bila menggunakan hati yang sedemikian,
mungkin melafal sampai seratus tahun juga tak sampai satu lafalan pun
yang “terjalin dengan Buddha”. Ada orang yang melafal Amituofo sambil
berpikir : Hari ini orang itu memarahi saya dan suka membanggakan diri,
apa maksudnya? Orang yang selalu memikirkan orang lain, diriku, benar
salah, untuk melafal Amituofo, maka walaupun melafal sampai seribu
tahun juga takkan terjalin dengan Buddha Amitabha.


 
Perumpamaan dua sisi timbangan

Apabila kita mengukur Amituofo dengan sangat berat,


maka semua urusan dunia dengan sendirinya akan jadi
ringan.


 
Perumpamaan dua sisi timbangan

Master Ou-yi mengucapkan sebuah kalimat yang sangat beralasan,


beliau mengatakan : ibarat dua sisi timbangan, bila di satu sisi kita
meletakkan benda yang lebih berat, maka sisi yang lebih ringan akan
terangkat ke atas. Apabila kita mengukur masalah di dunia ini dengan
sangat berat, tentu di sisi Amituofo akan jadi ringan sehingga terangkat
ke atas. Sebaliknya apabila kita mengukur Amituofo dengan sangat
berat, maka semua urusan dunia dengan sendirinya akan jadi ringan,
maka itu dalam melafal Amituofo belum tentu makin lama makin baik,
karena kadang kala makin lama makin keras kepala, setelah melafal
berkepanjangan malah makin tak bisa terfokus, bahkan sampai merasa
diri sendiri adalah praktisi senior, sebaliknya malah timbul keangkuhan,
bukan hanya tidak memiliki ketrampilan untuk menaklukkan kerisauan diri
sendiri, juga diperberat lagi dengan kesombongan dan harga diri.


 
Satu niat tulus dapat mengubah nasib

Asalkan yakin pada maitri karuna Buddha Amitabha,


bertekad lahir ke Alam Sukhavati, walaupun hanya
sepuluh kali pelafalan atau hanya satu kali pelafalan
Amituofo saja, juga dapat terlahir ke Alam Sukhavati.

10 
 
Satu niat tulus dapat mengubah nasib

Bila saya dapat hidup sampai usia 80 tahun, sepertinya masih bisa
melatih diri sampai kurun waktu yang lama, juga lebih memiliki jaminan,
sesungguhnya belum tentu. Karena segalanya diliputi oleh
ketidakpastian, hal di dunia ini dipenuhi perubahan, juga belum tentu
lebih baik. Andaikata ada orang yang menvonis usia kita cuma tersisa
satu tahun, yang berarti kita cuma punya waktu setahun untuk
mempersiapkan diri, begitu juga bagus, karena perjalanan singkat lebih
baik daripada perjalanan panjang.

Asalkan dapat mengerahkan segenap perhatian pada lafalan


Amituofo, walau hanya sebersit niat pikiran, maka pikiran jadi dapat
terfokus, tak perlu khawatir waktu yang tidak cukup digunakan, atau
ketrampilan yang tidak cukup baik. Karena asalkan yakin pada maitri
karuna Buddha Amitabha, bertekad lahir ke Alam Sukhavati,
mempertahankan keyakinan ini sampai menjelang ajal. Sesungguhnya
walaupun hanya sepuluh kali pelafalan atau hanya satu kali pelafalan
Amituofo saja, juga dapat terlahir ke Alam Sukhavati, karena itu kita
tak perlu khawatir. Jika dapat menggunakan waktu untuk melafal
Amituofo, satu atau sepuluh kali pelafalan dengan ketulusan, sudah
cukup untuk mengubah nasib kita.

11 
 
Menfokuskan pikiran pada Buddha

Bila kita dapat bersukacita menuju Alam Sukhavati,


maka dapat memberi anjuran pada setiap insan yang
merasa takut kala menghadapi ajalnya, agar mereka
dapat mengetahui ada sebuah Alam Sukhavati yang
dapat dituju, tak perlu takut mati.

12 
 
Membangkitkan keyakinan dan kekuatan tekad,
menfokuskan pikiran pada Buddha.

Melafal Amituofo adalah tergantung pada keyakinan dan kekuatan


tekad kita, dengan hati dan pikiran yang jernih dan tenang melafal
Amituofo, harus bersungguh-sungguh menfokuskan pikiran kepada
Buddha. Andaikata keesokkan hari jalinan jodoh saya dan dunia ini
berakhir, tidaklah perlu menghabiskan waktu untuk bersedih dan risau,
hari ini saya harus melewati hidup dengan bahagia, mengerahkan seluruh
perhatian untuk melafal Amituofo, asalkan telepon terhubung ke
Buddha Amitabha maka dapat menuju ke Alam Sukhavati. Bila kita
dapat bersukacita menuju Alam Sukhavati, maka dapat memberi anjuran
pada setiap insan yang merasa takut kala menghadapi ajalnya, agar
mereka dapat mengetahui ada sebuah Alam Sukhavati yang dapat dituju,
tak perlu takut mati.

13 
 
Buat apa merasa risau!

Buddha Amitabha memiliki kekuatan gaib maha besar,


karena itu tidak perlu anda selalu merisaukan dan
meragukan Nya !

14 
 
Memikirkan “kekhawatiran” dan “keraguan” ----
menfokuskan pikiran dengan salah.

Buddha memiliki kekuatan gaib nan sempurna, buat


apa merasa risau!
  
    Ada praktisi yang melafal Amituofo sampai jumlah yang sangat
banyak, namun tidak memperoleh keyakinan dan sukacita, mengapa?
Karena dia tidak menfokuskan pandangannya pada Buddha, hanya
meletakkan pada khayalannya, ketika menyadarinya timbul kerisauan
lagi, ternyata ketrampilanku dalam melafal Amituofo begitu buruk,
entah apakah bisa terlahir ke Alam Sukhavati? Sesungguhnya pikiran
demikian adalah sedang “memikirkan kekhawatiran”, “memikirkan
keraguan”, tidak menempatkan fokus pada Buddha, ini disebut
menfokuskan diri pada objek yang salah!

Haruslah diingat bahwa keyakinan dan tekad barulah penentu


untuk terlahir ke Alam Sukhavati, jika dihati masih ada keraguan dan
kekhawatiran, ini adalah wujud dari “tidak memiliki keyakinan”.
Contohnya : Jika kita percaya pada seseorang dan melimpahkan semua
masalah untuk diselesaikan kepada orang tersebut, apakah setelah
diserahterimakan maka kita tak perlu khawatir lagi? Apabila kita telah
mempercayakan suatu masalah untuk diurus orang lain, namun kemudian
kita tidak merasa tenang, ini berarti kita tidak percaya padanya.

15 
 
“Keyakinan pada Buddha” juga sama halnya, bila yakin maka takkan
risau. Bila kita yakin akan kekuatan maitri karuna Buddha Amitabha dan
bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, Buddha pasti akan mengetahuinya,
akan datang menjemput kita, buat apa kita mengkhawatirkan hal ini?
Apakah anda ragu kalau Buddha tidak dapat mendengar kamu sedang
melafal nama Nya? Atau ketika saat ajal Buddha tertidur dan lupa
menjemput anda? Atau meragukan Buddha kebingungan tidak tahu anda
sedang membangkitkan tekad untuk terlahir ke Alam Sukhavati?
Buddha Amitabha memiliki kekuatan gaib maha besar, mana mungkin
begitu parah, sehingga kita tak sudi meyakini Nya! Karena itu tidak perlu
anda selalu merisaukan dan meragukan Nya !

16 
 
Kapal Tekad

“Rintangan karma” ibarat batu berat yang pasti


tenggelam, namun jika ditaruh di atas “kapal tekad”
maka dapat terapung.

17 
 
“Rintangan karma” ibarat batu berat yang pasti
tenggelam, namun jika ditaruh di atas “kapal tekad”
maka dapat terapung.

Ada juga orang yang selalu merasa cemas : “ Rintangan karmaku


begitu berat, apakah mungkin dapat terlahir ke Alam Sukhavati?” Kita
harus memahami bahwa sebongkah batu yang besar jika ditaruh di dalam
air, walau sekecil apa pun butiran batu tersebut pasti akan tenggelam.
Namun apabila batu tersebut diletakkan di atas kapal yang besar, tak
peduli berapa pun besarnya, juga dapat mengapung dan menyeberangi
lautan. Rintangan karma kita memang sangat berat, ibarat batu besar,
jika mengandalkan kekuatan diri sendiri kebanyakan pasti jatuh
tenggelam. Namun bila duduk di atas kapal tekad agung Buddha
Amitabha, maka dapat mengapung dengan selamat dan menyeberangi
lautan tumimbal lahir, dengan demikian barulah kehidupan ini tak tersia-
siakan.

18 
 
Papa Amituofo

Jika kita yakin pada Buddha yang memiliki kemampuan


yang sangat besar dan maha maitri karuna, Papa kita ini
bersedia melunasi semua beban hutang kita.

19 
 
Kehidupan masa lampau dan masa kini --- tumpukan
beban hutang

Buddha Amitabha bertekad menyelesaikannya.

Sejak kelahiran masa lampau sampai sekarang tentu telah banyak


berhutang pada para makhluk, beban hutang tersebut meliputi : kita
membunuh dan makan daging berhutang banyak nyawa pada para
makhluk, dan berhutang banyak uang serta hutang budi. Semua hutang
ini mungkin tidak akan habis kita lunasi walaupun dalam beberapa
kehidupan. Jika kita yakin pada Buddha yang memiliki kemampuan yang
sangat besar dan maha maitri karuna, ibarat Ayahanda kita adalah
orang kaya raya, Papa kita ini bersedia melunasi semua beban hutang
kita, hutang apa saja dapat dilunasi Nya, segala jenis hutang dapat
diselesaikan Nya. Asalkan kita sangat meyakini Nya, tinggal
menyambungkan telepon kepada Nya maka semua akan beres. Papa akan
datang menyelesaikan semuanya, juga menjemput kita pulang ke
kampung halaman.

20 
 
Memahami Hati Buddha

Buddha adalah Papa kita yang maha maitri maha


karuna, Beliau tidak tidak takut kita memohon apa saja
kepada Nya, hanya takut bila anda tidak berani
merendahkan hati dan memohon bantuan Nya.

21 
 
Memahami Hati Buddha dapat diyakini --- segenap hati
melafal Amituofo memperoleh bantuan dari Buddha.

Tidak memahami kekuatan Buddha timbul


kerisauan --- akhirnya diri sendiri yang harus
menderita.

Buddha menjelma dalam bentuk yang dikehendaki oleh para


makhluk. Bila anda memahami bahwa Buddha memiliki kekuatan mulia
dan juga mempercayai Nya secara keseluruhan, Buddha juga akan
menanggung semuanya, semuanya diberkati oleh Nya. Sebaliknya bila
anda menganggap bahwa Buddha tidak memiliki cara untuk
menanggungnya, harus anda sendiri yang menanggung beban hutang
tersebut, maka walaupun Buddha ingin memberkati anda juga tidak bisa
terberkati, akhirnya hanya dengan menuruti kehendakmu, membiarkan
anda pergi melunasi beban hutang sendirian. Buddha adalah Papa kita
yang maha maitri maha karuna, Beliau tidak takut kita memohon apa
saja kepada Nya, hanya takut bila anda tidak meyakini Nya; atau saat
berkelana di luar berani melakukan kejahatan, tidak sudi kembali ke jalan
yang benar dan mencari diriNya, tidak berani merendahkan hati dan
memohon bantuan Nya.

22
Menghadap pada channel yang tepat

Dalam melafal Amituofo seluruh tubuh dan pikiran


harus rileks, menfokuskan perhatian pada sepatah
“Amituofo “.

23 
 
Melafal Amituofo harus menghadap pada channel yang
tepat. Menjadi pengendali diri sendiri.

Ada orang yang mengatakan Buddha Amitabha tidak sakti, ketika


perutnya sakit dia melafal Amituofo namun perutnya tetap sakit,
mengapa dia melafal Amituofo tidak memiliki khasiat? Karena sewaktu
perutnya sakit, dia melafal Amituofo namun tidak menfokuskan pikiran
ke dalam Amituofo, hanya terus memikirkan perutnya yang sakit. Ibarat
kita menonton televisi, bila ingin menonton siaran TTV maka harus
mencocokkan channelnya ke TTV, jika nomornya tidak sesuai atau
sebentar-sebentar berganti siaran, tayangan demikian sungguh kacau
dan tampak tak jelas. Aturan ini sangat sederhana, melafal Amituofo
juga serupa, dalam melafal Amituofo seluruh tubuh dan pikiran harus
rileks, menfokuskan perhatian pada sepatah “Amituofo “. Jika tubuh
masih ada rasa tegang, kaku, berarti pikiran masih melekat pada banyak
bagian dari tubuh, tidak sudi melepaskan, tidak terfokus pada Buddha.
Karena tak terfokus, perhatian jadi terbagi ke banyak titik, makanya
tidak mudah terjalin, ibarat siaran televisi yang terus menerus diganti
siarannya, sehingga tidak tampak hasil akhirnya.

Teori memang gampang dipahami, namun kenyataannya justru harus


mengendalikan pikiran sendiri, seketika juga dapat menenangkan diri
berkonsentrasi melafal Amituofo, ini diperlukan kesabaran untuk
melatihnya barulah dapat melakukannya. Bila anda tidak percaya,
sekarang juga boleh dipraktekkan, sekarang anda coba melafal sepuluh

24 
 
kali “Amituofo”, jika selama melafal sepuluh kali pelafalan tidak timbul
pikiran lain, maka ini berarti anda memiliki sedikit dasar. Bila baru saja
melafal satu dua kali lafalan sudah teringat pada bakpau kacang di
kulkas yang hampir rusak, tidak dipanaskan sebentar tidak bisa :
terpikir lagi bajuku yang begitu cantik telah berlubang digigit serangga,
sungguh disayangkan, sebentar memikirkan ini sebentar memikirkan itu,
terus mengkhawatirkan segala macam besi karatan di alam saha, benda
yang sedikitpun tak bernilai, ini menandakan hati kita diikat oleh sesuatu
dengan sangat erat, sehingga tidak dapat menjadi pengendali diri.

Sampai pikiran sendiri saja tidak mampu dikendalikan, kehidupan kita


juga sama halnya tiada keyakinan, diri sendiri tidak yakin dan tidak tahu
kapan akan pergi, setelah pergi tidak tahu ke mana harus menuju, ini
sungguh tidak memiliki keberuntungan, ini barulah menyeramkan. Jika
dalam keseharian kita senantiasa melatih kebiasaan untuk menghemat
wakttu yang biasanya dipakai untuk keluhan-keluhan, mengobrol,
kemudian menghemat tenaga yang biasanya dipakai untuk merisaukan
dan mengkhawatirkan, waktu dan tenaga ini kita gunakan untuk melafal
Amituofo, melatih dalam setiap saat dapat menfokuskan diri melafal
Amituofo, melatih untuk mengubah khayalan dan kemelekatan kita,
melatih untuk tidak terpengaruh gangguan dari lingkungan sekitar,
dapat menjadi pengendali diri sendiri, bukankah ini sangat baik? Tak
peduli lahir atau mati, juga dapat begitu bebas.

25 
 
Kerinduan yang sesungguhnya

Seorang anak kecil yang merindukan mamanya, maka


dia selalu meletakkan mama di dalam sanubari hatinya.

26 
 
Kerinduan yang sesungguhnya --- setiap saat tak
terpisahkan.

Kita dapat memahami, seorang anak kecil yang merindukan


mamanya, maka dia selalu meletakkan mama di dalam sanubari hatinya,
misalnya sepulang sekolah, teman sekolahnya mengajaknya nonton film
di bioskop, dia akan teringat pada mama di rumah yang sedang
menantinya pulang untuk makan malam; bila ada yang mengundangnya
makan menu istimewa, maka pertama yang terpikir olehnya adalah ingin
memberinya pada mama; saat bangun tidur di pagi hari, ketika mata baru
terbuka langsung teringat mama; bila ada teman jahat yang
mengajaknya berkelahi, dia langsung teringat kata mama yang selalu
melarangnya berkelahi dengan orang lain; bila ada yang menghinanya, dia
akan teringat nasehat mama untuk selalu menahan kesabaran; saat
merasa tertekan juga teringat pada mama, inilah yang disebut
memikirkan mama. Kerinduan ini, walaupun teringat pada wajah maupun
suara mama, ajaran mama.........dan sebagainya, ini adalah kerinduan yang
sesungguhnya.

Sebaliknya, bila ada seorang anak lainnya, harus ada orang lain yang
memberinya peraturan --- kamu di kamar ini harus mulai belajar
memanggil mama selama satu jam, maka dia pun mulai belajar memanggil
mama : “Mama, mama, mama ............ “, setelah memanggil mama selama
satu jam dia pun keluar bermain-main, dan melupakan sosok mama. Bila
ada makanan istimewa, dia menghabiskannya sendiri dan takkan terpikir
pada mama; baik menonton di bioskop maupun keluar jalan-jalan dia

27 
 
melupakan mama yang selalu menantinya pulang makan di rumah; ketika
berkelahi dengan orang lain dan terluka, membiarkan mama sangat risau,
dia juga tak peduli. Tentunya anda takkan menganggap bahwa anak
semacam ini ada memikirkan mamanya. Demikian pula halnya dengan
melafal Amituofo, praktisi sekalian begitu pintar tentu dapat
memahaminya sendiri.

28 
 
Semangat Buddha Amitabha

Melafal Amituofo harus memiliki semangat Buddha


Amitabha, bukan hanya menunaikan kebaktian di vihara
saja.

29 
 
Melafal Amituofo harus memiliki semangat Buddha
Amitabha, bukan hanya menunaikan kebaktian di vihara
saja.

Ada insan yang melafal Amituofo hanya untuk menunaikan


kebaktian di vihara saja, seperti anak yang dimasukkan ke dalam kamar
dan diharuskan memanggil nama mamanya, begitu keluar dari ruang
kebaktian segera melupakan Buddha, menuruti tabiat sendiri, dan
kerisauan melewati hari-harinya, ibarat anak yang begitu keluar bermain-
main maka segera melupakan mama. Cobalah anda pikirkan : apakah ini
adalah kesungguhan melafal Amituofo? Ada seorang upasika, suaminya
sengaja memeluk Agama Kristen, mengapa? Suaminya memberitahukan
saya : Isterinya melakukan kebaktian melafal Amituofo, namun begitu
keluar berada bersama keluarga, sedikitpun tidak memiliki semangat
Buddha, semua hal sepele harus diperhitungkan, selalu emosi dan cari
gara-gara, maka itu suaminya sengaja tak mau meyakini Agama Buddha,
masalah ini sungguh patut kita renungi bersama.

30 
 
Jangan salah menfokuskan pikiran

Dapat mendengar nama Buddha jasa kebajikannya


sangat besar.

31 
 
Jangan salah menfokuskan pikiran --- lebih memilih
“irama lain” daripada “mendengar nama Buddha”,
menciptakan rintangan sendiri, kehilangan manfaat jasa
kebajikan

Ada sebagian insan yang walaupun memiliki kesempatan untuk pergi


ke vihara mengikuti kebaktian bersama, namun sayangnya, dia tidak
menfokuskan pikirannya ke dalam “Buddha”, mengeluh suara orang ini
terdengar aneh, mengeluh suara orang lain kedengarannya tidak bagus,
dapat dikatakan dia hanya mendengarkan suara dan timbul perbedaan,
kemudian muncul kerisauan, justru tidak mendengar suara nama Buddha
untuk memunculkan pikiran suci dan hormat. Padahal bila dapat
mendengar nama Buddha jasa kebajikannya sangat besar, namun dia
hanya mendengar suara-suara dan timbul kerisauan, tidak menfokuskan
diri mendengar “Amituofo”, maka sama dengan tidak memperoleh semua
manfaat jasa kebajikan dari nama Buddha, ini sungguh disayangkan.

Sesungguhnya seorang mama juga takkan mengeluh suara anaknya


yang terdengar jelek. Baik itu suara bagus atau jelek, Buddha juga
mengetahuinya. Kita harus senantiasa memperhatikan : jika kita
memelihara kebiasaan tidak memiliki rasa hormat ketika mendengar
suara orang lain melafal Amituofo, dikhawatirkan saat menjelang ajal,
ketika orang lain datang membantu melafal Amituofo, setelah kita
mendengarnya juga akan timbul kerisauan, tidak dapat timbul rasa
hormat segenap hati ikut melafal Amituofo, maka akan menciptakan
32 
 
rintangan, ini adalah kerisauan yang ditimbulkan diri sendiri, tidak
menggunakan kesungguhan hati melafal Amituofo, maka itu jangan
menyalahkan Buddha tidak datang menjemput.

Karena itu dalam keseharian kita harus memelihara kebiasaan,


begitu mendengar orang lain melafal Amituofo segera munculkan pikiran
menghormati, juga bersukacita melafal Amituofo, dengan demikian
barulah aman. Di dalam sutra tertera : penduduk Alam Sukhavati dapat
mendengar ratusan ribu jenis irama yang dimainkan secara bersamaan,
dengan sendirinya akan timbul pikiran merenungkan Buddha, Dharma dan
Sangha, apalagi kita di sini mendengar suara orang melafal Amituofo,
mengapa tidak bisa menimbulkan pikiran untuk ikut melafal nama Buddha?
Mengapa justru sebaliknya harus timbul kerisauan?

33 
 
Tubuh dan pikiran harus rileks

Insan yang tersentuh oleh Cahaya Buddha jiwa


raganya pasti akan lembut.

34 
 
Sewaktu melafal Amituofo, tubuh dan pikiran harus
rileks dan bersikap hormat ( tak perlu tegang dan kaku)

Ada yang bertanya pada saya bagaimana cara melafal Amituofo,


sedangkan saya pribadi dalam melafal Amituofo tidak memiliki cara yang
khusus, namun ada sedikit yang ingin saya sharing untuk dijadikan bahan
pertimbangan bagi praktisi sekalian. Waktu melafal Amituofo, seluruh
tubuh harus rileks, setiap persendian harus begitu lembut gemulai, tak
perlu tegang. Karena melafal Amituofo bukan sedang mengikuti
pertandingan balap motor, maka itu tak perlu tegang dan memaksa. Kita
selalu mengatakan bahwa insan yang terlahir ke Alam Sukhavati akan
memiliki tanda istimewa, pasti seluruh tubuhnya akan lembut, kita harus
memahami, jika seseorang semasih hidup, selalu tegang sampai begitu
kaku, sifatnya sangat keras kepala, susah berbicara dengannya, jenis
orang sedemikian setelah mati jika mengharapkan tubuh lembut dan
tanda istimewa, adalah hal yang tidak mungkin.

“Tanda istimewa” diperlukan oleh praktisi Nian-fo walaupun masih hidup,


di dalam sutra tertera : Insan yang pernah tersentuh oleh Cahaya
Buddha jiwa raganya pasti akan lembut. Maka itu tubuh dan pikiran yang
lembut merupakan syarat yang penting, bila pikiran kita tegang dan ada
tekanan, banyak keinginan dan kemelekatan, maka di dalam tubuh akan
ada sebagian otot langsung menjadi ketat, persendian juga akan jadi
kaku. Dengan kondisi jiwa raga yang tegang dan kaku, melafal Amituofo
tak mudah bisa terjalin.

35 
 
Hati yang melafal Amituofo harus bagaikan awan-awan, bagaikan
angkasa luas. Kita mengetahui bahwa awan dan es beku adalah
terbentuk dari air, namun tahapan kelembutan mereka tidak sama, es
beku bentuknya keras dan dingin, juga polanya tetap, satu persatu
bongkahan es batu saling berbenturan dan pecah. Sedangkan awan
sangat lembut dapat memenuhi angkasa luas, masing-masing
berkembang dengan sendirinya. Pikiran yang melafal Amituofo juga sama,
jika jiwa raga seperti es batu yang sangat keras, satu persatu
bongkahan es tidak bisa mencair, dengan Buddha tidak dapat berbaur.
Jika bisa seperti awan pelangi, berjalan di langit yang cerah, menembusi
seluruh pelosok, maka mudah terjalin dengan cahaya tanpa batas dan
usia tanpa batas.

36 
 
Bentuk istirahat yang bagus

Di dalam nama Budda ada jasa kebajikan yang tak


terbayangkan.

37 
 
Kerahkan seluruh kekuatan pikiran, fokuskan ke dalam
melafal “ satu huruf ”, lepaskanlah yang lainnya.

Ketika melafal Amituofo, melafal satu huruf “A”, maka seluruh


kekuatan pikiran difokuskan pada huruf “A”, yang lainnya tidak ada lagi,
jiwa raga ibarat telah tiada lagi, hanya tinggal huruf “A” ini. Ketika
melafal huruf “Mi” juga demikian, seluruhnya adalah menfokuskan seluruh
kekuatan pikiran ke dalam satu huruf yang dilafal. Melafal setiap huruf
maka hanya menfokuskan pikiran mendengarkan satu huruf tersebut,
yang lainnya sudah lenyap, ini sangat rileks, hal yang sangat mudah dan
menyenangkan, juga merupakan bentuk istirahat yang bagus serta
mengisi kembali energi kita. Jika dengan cara demikian melafal Amituofo
untuk satu kurun waktu tertentu, anda akan menyadari di dalam nama
Budda ada jasa kebajikan yang tak terbayangkan.

38 
 
Cahaya Pembebasan

Jika kita dapat melepaskan kerisauan kita,


membebaskan nya sampai habis, maka akan
memancarkan “cahaya pembebasan” yang terjalin
dengan Buddha.

39 
 
Buddha Amitabha juga adalah Buddha Cahaya
Pembebasan

Kita tahu bahwa salah satu nama lain dari Buddha Amitabha adalah
“Cahaya Pembebasan”. Ketika kita melafal huruf “A”, kita harus dengan
rileks mengeluarkan suara ini, dengan sendirinya akan meredakan
kejenuhan, penderitaan, dan kerisauan kita. Jika kita dapat melepaskan
kerisauan kita, membebaskan nya sampai habis, maka akan
memancarkan “cahaya pembebasan” yang terjalin dengan Buddha.

40 
 
Cahaya Sukacita

Insan yang melafal Amituofo dengan setulusnya akan


melafal keluar cahaya kebijaksanaan Buddha, cahaya
kedamaian, melafal keluar cahaya tanpa batas Buddha,
ini bukan bisa dipahami oleh praktisi yang melafal
Amituofo dengan tergesa-gesa dan asal-asalan.

41 
 
Buddha Amitabha juga adalah Buddha “Cahaya
Sukacita”.

Salah satu nama Buddha Amitabha yang lainnya adalah “Buddha


Cahaya Sukacita”, ketika kita melafal sampai huruf “Mi”, ibarat senyum
yang keluar dari hati, mulut juga seperti Buddha yang sedang tersenyum,
tersenyum keluar sukacita dari jiwa KeBuddhaan kita, makin melafal
makin suci bersukacita. Melafal Amituofo, setiap hurufnya memiliki
kemampuan untuk mencabut penderitaan dan memunculkan kebahagiaan,
tergantung apakah pikiran kita terfokus atau tidak, satu persatu huruf
dilafal dengan jelas dan penuh hormat. Insan yang melafal Amituofo
dengan setulusnya akan melafal keluar cahaya kebijaksanaan Buddha,
cahaya kedamaian, melafal keluar cahaya tanpa batas Buddha, ini bukan
bisa dipahami oleh praktisi yang melafal Amituofo dengan tergesa-gesa
dan asal-asalan.

42 
 
Jasa kebajikan Buddha

Jasa kebajikan Buddha adalah tak terhingga maha


besar, ketika kita melafal Amituofo, jasa kebajikan Nya
benar-benar mengalir seluruhnya kepada kita, menjadi
milik kita.

43 
 
Melafal Amituofo menjadikan jasa kebajikan Buddha
sebagai jasa kebajikan diri sendiri,ibarat makan buah
memperoleh seluruh saripatinya

Dalam ceramah Master Ou-yi tertera bahwa melafal Amituofo


adalah menjadikan jasa kebajikan Buddha sebagai jasa kebajikan diri
sendiri. Banyak praktisi yang telah pernah mendengarkan ceramah ini,
namun sangat sedikit yang benar-benar percaya dan menyelaminya.
Jasa kebajikan Buddha adalah tak terhingga maha besar, ketika kita
melafal Amituofo, jasa kebajikan Nya benar-benar mengalir seluruhnya
kepada kita, menjadi milik kita, hal ini sangat bagus sekali, sampai kita
tidak berani menanggungnya. Dalam Saddharma Pundarika Sutra
tertera sebuah perumpamaan : Ada seorang anak yang sejak kecil telah
terpisah dari ayahnya, mereka telah terpisah selama 50 tahun. Anak ini
berkelana, miskin dan tidak memiliki cita-cita.

Pada suatu hari dia berkelana sampai di depan pintu rumah papanya
yang kaya raya, papa yang sedang berada di dalam rumah begitu
melihatnya langsung dapat mengenali anak kandungnya yang sedang
berdiri di depan pintu, namun anak itu sudah terbiasa berkelana dan
hidup miskin. Melihat rumah orang kaya yang begitu mewah dan megah,
anak itu jadi tak berani masuk ke dalam, ingin melarikan diri. Papa segera
memanggilnya kembali, ingin dia mewarisi harta kekayaannya. Anak itu
malah mengira orang yang menghampirinya ingin cari gara-gara, dan akan
merugikan dirinya, menjadi panik, kemudian jatuh pingsan!

44 
 
Sesungguhnya asalkan anak itu bersedia menerima dan
bertanggung jawab, maka langsung dapat mewarisi seluruh harta
kekayaan papa nya. Kita melafal Amituofo juga sama jika telah
memahami teorinya. Praktisi yang berani langsung menerima dan
bertanggung jawab, dalam setiap lafalan Amituofo dapat menerima
seluruh jasa kebajikan Buddha. Ini bisa diibaratkan petani yang menanam
buah, yang harus menjalani tahapan yang penuh penderitaan, setelah
buahnya panen, kita hanya menerima, dan begitu mulai memakannya kita
telah memperoleh gizi yang terkandung di dalamnya. Seluruh tahapan
sejak awal sampai panen, seluruh suka duka ada dalam buah tersebut,
yang sudi mengkonsumsinya maka akan memperoleh semuanya.

Buddha Amitabha diibaratkan sebagai sang petani, jasa kebajikan


yang dilatihnya terpusat dalam nama Nya, seperti buah yang telah
masak, asalkan kita melafal nama Buddha, maka ibarat telah dapat
memakan buah tersebut, sehingga memperoleh hasil dari pelatihan diri
Buddha. Buddha sudi memberikan semua buah hasil jerih payah pelatihan
diri Nya kepada kita secara gratis, inilah maha maitri karuna Buddha
yang tak terbayangkan.

45 
 
Keyakinan mendalam adalah kekuatan
besar

Insan yang belum pernah bermaitri karuna pada orang


lain, tentunya akan sulit memahami Buddha yang bisa
begitu bermaitri karuna, tanpa pamrih memperlakukan
diri kita dengan begitu baik.

46 
 
Insan yang semakin bermaitri karuna bersumbangsih.
semakin dapat memahami Hati Buddha --- keyakinan
mendalam adalah kekuatan besar.

Insan yang belum pernah bermaitri karuna pada orang lain,


tentunya akan sulit memahami Buddha yang bisa begitu bermaitri
karuna, tanpa pamrih memperlakukan diri kita dengan begitu baik. Maka
itu dalam kehidupan keseharian insan yang semakin dapat
bersumbangsih tanpa pamrih, tampaknya begitu menderita kerugian,
sesungguhnya dia telah meraih banyak keuntungan. Karena insan yang
semakin dapat bermaitri karuna bersumbangsih maka akan semakin
dapat memahami Hati Buddha yang maitri karuna, tahapan “keyakinan”
juga akan semakin meningkat, keyakinan yang semakin mendalam, maka
kekuatan yang berasal dari keyakinan akan semakin besar.

47 
 
Gandenglah tangan Buddha Amitabha

Sekarang gandenglah tangan Buddha Amitabha,


tentu saja tak perlu lagi merisaukan masalah kelahiran
dan kematian, saat sekarang juga bersukacita, saat
menjelang ajal akan lebih bersukacita lagi.

48 
 
Terlahir ke Alam Sukhavati bukan berarti kematian,
namun adalah tiada kemunduran lagi, hidup dalam
Alam Buddha yang penuh kebahagiaan (channel pikiran
berubah, tayangan siaran juga berubah)

Kami menekankan sekali lagi : terlahir ke Alam Sukhavati bukan


berarti setelah mati baru bisa pergi, namun adalah semasih hidup
seketika juga dapat pergi. Alam Sukhavati tiada penderitaan, alam yang
penuh dengan kebahagiaan nan suci, adalah alam cahaya maitri karuna
Buddha Amitabha. Alam Sukhavati dan alam saha kita ini tidak disekat
oleh tembok pemisah, pertengahannya juga tidak ada garis pemisah.
Alam Sukhavati dan alam saha ibarat seperti satu televisi yang berbeda
channel dan acara siaran. Walaupun berada sama dalam satu televisi,
namun acaranya sangat berbeda. karena channel yang dipancarkan oleh
pikiran yang berbeda, maka tayangan nya juga tidak sama.

Maka sama pula halnya kita hidup di ruang ini, ada orang yang hidup
di kegelapan, ada yang melafal Amituofo sampai begitu tenang dan
bahagia, ini adalah dunia pemikiran yang berbeda, dunia kehidupan yang
berbeda. Jika seseorang semasih hidupnya melewati hari-hari dengan
risau dan gelap, ketika ajalnya sampai, untuk mendadak bisa melompat
ke alam bahagia, tentu saja akan agak sulit. Kami hanya mengatakan
“agak sulit”, namun juga bukan sebuah hal yang mustahil. Karena
seseorang jika tiba-tiba telah tercerahkan, bersedia mengganti
siarannya, segera mengganti nomor channel tv, tentu saja masih bisa.

49 
 
Begitu selesai mengganti nomor channel, maka gambar tayangan juga
segera berubah.

Namun seseorang jika ingin sampai saat menjelang ajal baru


mendadak tercerahkan, juga harus memiliki tenaga untuk menggganti
channel siaran tv, kesempatan ini sangat sedikit, dapat dikatakan
sangat sedikit orang yang memiliki kesempatan ini, sebaiknya kita mulai
sekarang dan seketika ini juga menyetel channel siaran kita agar
menampilkan tayangan gambar Alam Sukhavati yang suci dan indah
menakjubkan, sehingga kita langsung dapat hidup di Alam Buddha
Amitabha yang sungguh berbahagia, dengan melafal Amituofo untuk
menenangkan pikiran kita, menikmati cahaya suci. Sekarang gandenglah
tangan Buddha Amitabha, tentu saja tak perlu lagi merisaukan masalah
kelahiran dan kematian, saat sekarang juga bersukacita, saat menjelang
ajal akan lebih bersukacita lagi.

50 
 
Jangan salah paham pada Buddha
Amitabha!

Maka itu kita melafal sepatah Amituofo didalamnya


sudah terkandung makna tanpa batas, ucapan selamat
yang tak terhingga.

51 
 
Jangan salah paham pada Buddha Amitabha!

Kata umum terindah dan menakjubkan di seluruh alam


semesta : Amituofo!

Sepatah ucapan manusia yang paling terbaik adalah “Amituofo”,


ada orang yang begitu mendengarnya langsung ingin tertawa, meniru
gaya ucapan di tv : “Shan-zai, shan-zai!” ; ada pula orang yang begitu
mendengar langsung merasa risau dan berkata : “Saya kan belum mati,
mengapa anda melafal Amitufo dihadapanku?” Dia menganggap
Amituofo diperuntukkan untuk orang mati dimana digunakan oleh para
biarawan untuk mendoakan orang mati, ini adalah pandangan yang
sungguh salah. Sebenarnya apa makna kata Amituofo? Pertama kita
bahas dulu kata “Amita” yang terdiri dari 3 huruf ( A-Mi-Tuo) , tiga huruf
ini diterjemahkan dari Bahasa Sansekerta, yang artinya “tak terhingga”.

Apa yang dimaksud dengan tak terhingga? Yakni banyak sekali


sampai tak terhitung, termasuk cahaya tanpa batas, cahaya tanpa
batas adalah segala yang indah menakjubkan dalam ruang yang tak
terhingga; juga meliputi usia tanpa batas, segala yang indah
menakjubkan dalam waktu yang tanpa batas. Kemudian ada lagi huruf
“Buddha”, yang sering kita dengar, namun juga selalu
mencampurbaurkan Buddha dengan sebagian dewa dan malaikat
sehingga tidak dibedakan dengan jelas. Sesungguhnya Buddha bukanlah
dewa malaikat, Buddha artinya yang telah mencapai penerangan
sempurna. Beliau telah mencapai pencerahan tentang alam semesta,

52
aturan kehidupan manusia, dan lagipula maitri karuna Nya,
kebijaksanaan Nya setelah melalui pelatihan diri, telah berkembang
sampai tahap sempurna tanpa rintangan.

Buddha bukan saja mencerahkan diri sendiri telah mencapai kondisi


yang pasti bersukacita, bahkan Beliau juga bertekad agar semua makhluk
juga tak perlu menderita lagi selamanya seperti diri Nya, dapat terlepas
dan bebas. Maka itu Buddha tanpa henti menggunakan pikiran maitri
karuna dan kebijaksanaan untuk mengajari dan menyelamatkan para
makhluk. Maka itu kita melafal sepatah Amituofo didalamnya sudah
terkandung makna tanpa batas, ucapan selamat yang tak terhingga.
Karena artinya adalah cahaya tanpa batas dan usia tak terhingga,
maitri karuna dan kebijaksanaan tanpa batas, pencerahan tanpa batas,
sukacita tak terhingga. Coba anda pikirkan, di antara ucapan kita adakah
yang lebih baik daripada ini?

Ada orang yang beranggapan Amituofo biasanya dilafal oleh para lansia,
mana ada anak muda yang melafal? Kenyataannya, orang yang memiliki
pemahaman sangat menyadari bahwa Amituofo tidak boleh tidak dilafal.
Saat kini banyak mahasiswa yang melafal Amituofo, bahkan selalu lebih
tulus daripada para lansia. Karena mereka telah menyelami ajaran
Buddha, memahami bahwa sepatah Amituofo ini ternyata begitu
mendalam, begitu indah menakjubkan.

53
Doa berkah yang tiada batas

Kita saling mengucapkan sepatah Amituofo yang


berarti doa berkah yang tiada batas kepada diri masing-
masing.

54 
 
Mulut mengucapkan kata yang penuh
keberuntungan “Amituofo”
----- mengundang kebahagiaan tiada batas.

Ada sebagian orang begitu mendengar insan lain menyebut


Amituofo, dia langsung menyambut : “Duh sorry ya, tolong kecilkan
sedikit suara anda, bila kedengaran orang lain jadi tak enak lho”. Coba
anda pikirkan, mulut kita ini berani mengucapkan kata apa saja, seperti
sekarang ini sedang trend kata “melukai syaraf otak”, “sungguh sakit
kepala”. Coba pikirkan kata “melukai syaraf otak” mana bagus? Kita
tidak mengerti artinya maka sembarangan mengikuti orang lain
mengucapkannya, juga tidak menggunakan otak untuk berpikir sejenak,
kapankah baru terjadi syaraf otak terluka? Contohnya : kepala
terbentur saat kecelakaan mobil, bila terluka maka akan mengenai
syaraf otak, atau tekanan darah tinggi dan stroke maka akan melukai
syaraf otak, kondisi badan mati sebelah sungguh menyedihkan, apanya
yang bagus!

Mengapa kata tak beruntung ini suka diucapkan orang awam,


namun tidak menyadarinya. Justru malah sebaliknya kata seperti
“Amituofo” yang begitu bagus mengapa tidak melafalnya setiap saat,
bukankah ini sudah terbalik? Lagipula setiap waktu berpapasan orang-
orang akan menanyakan “Apa kabar”, “Anda sudah makan?” Tak peduli
jawabannya iya atau tidak, sudah makan atau belum juga tidak
mengandung makna yang berarti. Lebih baik kita saling mengucapkan
sepatah Amituofo yang berarti doa berkah yang tiada batas kepada diri

55 
 
masing-masing, agar kita saling mendoakan masa depan yang gemilang,
usia panjang, mendoakan keberuntungan yang tak terhingga, ini adalah
makna tiada batas dari sepatah Amituofo. Juga dapat saling
mengingatkan harus menggunakan kebijaksanaan untuk menyelesaikan
masalah, mengingatkan kita untuk saling memperlakukan satu sama lain
dengan maitri karuna, saling memotivasi setiap saat dan di mana saja
untuk memperoleh pencerahan, bukankah ini sangat bagus?

56 
 
Setiap saat tercerahkan

Kekuatan Buddha meliputi kemampuan penyembuhan


yang tiada batas, juga meliputi kemampuan
penyembuhan cahaya dan usia tanpa batas.

57 
 
Melafal Amituofo ---- mengingatkan diri sendiri,
menghadap cahaya cemerlang, setiap saat tercerahkan

Mengingatkan diri sendiri, menggunakan potensi


jiwa KeBuddhaan yang tanpa batas, mengarah pada
alam nan suci

Saat melafal Amituofo adalah juga mengingatkan diri sendiri untuk


setiap waktu menghadap ke arah cahaya cemerlang, setiap ruang
tercerahkan, jangan sampai disesatkan oleh bermacam-macam khayalan
palsu di dunia ini. Kita anak muda jika selalu melafal Amituofo, maka
perasaan pun mudah tenang, juga dapat mengembangkan kebijaksanaan
kita yang terselubung; dalam mengerjakan sesuatu juga akan lancar,
berkah dan kebijaksanaan akan berkembang.

Ketika kita menderita sakit, jika dapat dengan tulus melafal


Amituofo, maka hati kita dapat terjalin dengan kebijaksanaan Buddha
yang bebas tanpa rintangan; juga dapat merasakan kekuatan
pemberkatan dari Buddha. Kekuatan Buddha meliputi kemampuan
penyembuhan yang tiada batas, juga meliputi kemampuan penyembuhan
cahaya dan usia tanpa batas. Di bawah pemberkatan kekuatan Buddha,
penyakit di dalam tubuh akan cepat sembuh. Jika saat sakit dapat
melafal Amituofo, maka hati akan dipenuhi sukacita dan maitri karuna,
walau tubuh menderita sakit namun pikiran takkan ikut menderita, walau
ada sakit namun takkan menjadi rintangan, bahkan lebih bersemangat

58 
 
daripada orang biasa, lebih bersukacita meneladani Buddha Amitabha
mempersembahkan hidup ini untuk bersumbangsih.

Andaikata jalinan jodoh kita dengan dunia ini telah berakhir, ketika
ajal menjelang dapat dengan setulusnya melafal Amituofo, maka Buddha
Amitabha akan datang menjemput kita ke Alam Sukhavati, selamanya
takkan mengalami penderitaan lahir, tua, sakit dan mati, ini adalah
manfaat terbaik dari melafal Amituofo.

59 
 
Makna “Sukhavati”

Alam tersebut dapat dikatakan sebagai alam yang


terindah dan paling agung di alam semesta, di mana di
sana tiada kejahatan dan penderitaan, hanya ada
kebahagiaan suci yang tiada batas, maka itu disebut
Sukhavati.
60 
 
Jiwa sejati teguh dan suci adalah makna “arah barat”

Jiwa sejati tiada penderitaan, hanya merasakan


kebahagiaan, adalah makna “Sukhavati”

Di alam semesta ini ada banyak Buddha, pada awalnya Mereka juga
sama dengan kita serupa makhluk biasa, kemudian Mereka mencapai
pencerahan, pelatihan diri Mereka telah sempurna, mengembangkan
keluar jiwa KeBuddhaan yang memang sudah ada maka disebut menjadi
Buddha. Contohnya : Buddha Sakyamuni, Buddha Bhaisajyaguru adalah
Buddha. Buddha Amitabha juga adalah salah satu Buddha, nama Nya
adalah “Amita”, Buddha ini di masa lalu ketika melatih diri, pernah
mengikrarkan tekad : jika ada orang yang pernah mendengar nama Nya,
timbul keyakinan, bersukacita berniat menuju ke Alam Nya, walaupun
hanya sempat mendengar nama Nya di saat menjelang ajal, dan sudi
melafal sepuluh kali nama Buddha, Buddha Amitabha akan
menjemputnya ke Alam Sukhavati.

Apa yang dimaksud dengan “Alam Sukhavati”? Guru sesepuh


memberitahukan kita : Arah barat mewakili jiwa sejati kita yang teguh
dan suci, karena adalah alam yang terwujud dari jiwa KeBuddhaan nan
suci yang dikembangkan oleh pelatihan diri Buddha Amitabha, maka itu
disebut arah barat. Mengapa disebut “Sukhavati”? Alam tersebut
dapat dikatakan sebagai alam yang terindah dan paling agung di alam

61 
 
semesta, di mana di sana tiada kejahatan dan penderitaan, hanya ada
kebahagiaan suci yang tiada batas, maka itu disebut Sukhavati.

Buddha Amitabha ibarat kepala sekolah, mendirikan sekolah terbaik,


mengatur para Bodhisattva Mahasattva yang serupa dengan
Bodhisattva Avalokitesvara yang mulia untuk menjadi guru kita dan
sahabat sekolah, yang senantiasa mendampingi kita, menemani kita
bermain, belajar dalam suasana penuh sukacita, kita bisa mendengarkan
kicauan burung jelmaan bernyanyi, irama semilir angin yang menghembusi
daun pepohonan, melihat bunga yang memancarkan cahaya, sampai
berenang di kolam juga dapat tercerahkan.

62 
 
Berkah dan kebijaksanaan

Walaupun Alam Sukhavati merupakan kenyataan yang


benar adanya, namun hanya insan yang memiliki berkah
dan kebijaksanaan yang mencukupi barulah berani
meyakini dan menerimanya.

63 
 
Insan yang memiliki berkah dan kebijaksanaan,
barulah dapat meyakini Hati Buddha dan kejadian
menakjubkan.

Insan dengan pikiran ternoda dan tidak memiliki


berkah, hanya bisa mempercayai bencana dan
kejahatan

Kejadian yang terjalin dengan hati sendiri lebih mudah dapat


dipercaya, sedangkan yang beda jauh dengan tingkatan sendiri lebih sulit
dipercaya, ini adalah hal yang pasti. Seperti Alam Sukhavati yang
merupakan kabar yang amat baik, hanya insan yang memiliki berkah yang
besar baru dapat meyakini Nya, barulah dapat menerima undangan
Buddha Amitabha untuk bersekolah di Alam Sukhavati. Sebagian otak
orang lebih terkotori, juga mengalami kemunduran, lebih mempercayai
kabar berita segala kejahatan yang dimuat di suratkabar, bencana, dan
kejadian yang mengerikan, kekurangan kekuatan berkah untuk
mempercayai hal yang baik ini, malah akan menganggap ini adalah
dongeng.

Ini seperti orang jaman kuno tidak percaya bahwa pesawat


antariksa dapat mendarat di bulan, juga ibarat penduduk asli Afrika
tidak percaya bahwa di dunia ini ada benua yang bernama Amerika, juga
tak bisa menyalahkan bila mereka tak percaya, karena “keyakinan”

64 
 
memerlukan kebijaksanaan, juga memerlukan berkah yang mencukupi.
Bila saat itu Columbus tidak memiliki kebijaksanaan, percaya bahwa di
samudera yang begitu luas masih ada daratan lain, dia juga tidak akan
mengadakan petualangan dengan kapal laut, sehingga menemukan Benua
Amerika. Jika belum pernah mendermakan maitri karuna, tentunya juga
akan meragukan dermawan maitri karuna Buddha.

Andaikata saya ingin menghadiahkan anda sebungkus jeruk,


mungkin anda takkan merasa curiga dan bersedia menerimanya. Namun
jika saya mengatakan saya memiliki sebuah rumah di Amerika, lengkap
dengan tamannya juga supir mobil dan mobilnya dengan tanpa syarat
ingin dihadiahkan kepada anda, tentunya anda akan terkejut, merasa
curiga jika saya memiliki maksud terselubung, mungkin anda tidak berani
menerimanya. Karena seumur hidup anda jika tidak pernah dermawan
terhadap orang lain, tentu saja anda merasa curiga pada sikap
dermawan saya. Kita sebagai makhluk yang kurang memiliki maitri
karuna yang serupa Buddha, maka itu juga selalu merasa ragu pada
maitri karuna Buddha, tidak berani menerima maitri karuna Buddha.
Walaupun Alam Sukhavati merupakan kenyataan yang benar adanya,
namun hanya insan yang memiliki berkah dan kebijaksanaan yang
mencukupi barulah berani meyakini dan menerimanya.

Sebagai dokter yang menghadapi para pasien yang akan menjelang


ajal, saya telah sering melihat sebagian orang karena satu niat pikiran
“yakin” , bersedia menuju Alam Sukhavati juga sudi melafal Amituofo,
saat ajalnya tiba, sungguh telah melihat Buddha Amitabha muncul
dihadapannya menjemputnya ke Alam Sukhavati, berkah yang sangat

65 
 
bagus ini dan Alam Sukhavati yang indah menakjubkan, sungguh telah
diperolehnya, ini sungguh merupakan keberuntungan dan bahkan terlalu
mudah. Untuk menwujudkan hal ini tidaklah sulit, kesulitannya ada pada
faktor keyakinan.

66 
 
Membiasakan diri melafal Amituofo

Dalam keseharian harus selalu melafal Amituofo.

67 
 
Mengapa dalam keseharian harus selalu melafal
Amituofo?

Ada insan yang berkata : “Jika demikian halnya, maka saya akan
menanti sampai saat menjelang ajal baru melafal Amituofo, buat apa
setiap saat harus melafal Nya?”, coba anda pikirkan, mengapa dalam
keseharian kita harus senantiasa melafal Amituofo? Ibaratnya seorang
anak, sejak kecil tidak memiliki kebiasaan belajar menulis, ucapan papa
mama, dan gurunya juga tidak diturutinya, asalkan ada waktu luang
nonton tv, atau main-main di luar, jika demikian mana mungkin bisa lulus
ujian masuk perguruan tinggi? Maka itu dalam keseharian seketika juga
harus membiasakan diri melafal Amituofo, begitu melafal Amituofo
seketika juga pikiran kita menjadi tenang, hati kita menjadi terang,
dapat dikatakan langsung memasuki kondisi batin Alam Sukhavati.

Ketika kondisi tubuh kita masih baik dan sehat, jika tidak melatih
ketrampilan melafal Amituofo dengan baik, sebagian orang ketika
menghadapi saat ajal akan sangat menderita. Contohnya di rumah sakit,
setiap hari saya melihat pasien yang menghadapi ajalnya, jika bukan
mengalami rasa sakit yang luar biasa, kesakitan tanpa henti, juga tak
mampu berbicara, tidak bisa menelan makanan, tidak bisa tidur, ada
yang sangat sulit bernafas, satu nafas saja tidak mampu ditariknya,
apalagi ingin berkonsentrasi melafal Amituofo merupakan hal yang sulit,
namun juga bukan hal yang tidak mungkin, cuma agak sulit, harus memiliki
tekad yang demikian kuat barulah dapat melakukannya. Kita kembali
mengatakan bahwa dalam sepuluh penyebab kematian terbesar, urutan
pertama adalah penyakit kanker, sebagian penyakit ini menimbulkan
68 
 
siksaan yang sangat menderita, kecuali dalam keseharian pasien itu
tekun melafal Amituofo, dalam pemberkatan kekuatan Buddha barulah
ada kemungkinan tidak menderita.

Sebagian pasien yang tidak melafal Amituofo akan sangat


menderita, sangat bersedih. Coba anda pikirkan, dalam keseharian hanya
digigit nyamuk saja sudah merasa sangat risau, insan yang tidak mampu
menenangkan pikiran untuk melafal Amituofo, andaikata suatu hari
mengalami kesakitan yang luar biasa, apakah masih dapat menenangkan
diri melafal Amituofo? Mungkin saja mengalami pendarahan besar, panik
sampai gemetaran, ingin melafal Amituofo dengan tenang adalah sangat
sulit. Apalagi penyakit darah tinggi, jika sampai terserang stroke maka
akan mengalami koma dan tak sadarkan diri. Sebagian kejadian, diantara
sepuluh orang ada sembilan orang yang dapat dikatakan saat menjelang
ajalnya berada dalam keadaan tak sadarkan diri, tidak dapat menjadi
pengendali diri sendiri. Atau mengalami kecelakaan atau bencana,
meninggal karena kecelakaan lalu lintas, pesawat terbang jatuh,
meninggal dalam kebakaran, ini merupakan kematian secara tragis. Anda
pikirkan saja, kecelakaan yang tragis ini, mana mungkin bisa tenang
melafal Amituofo? Kecuali bila anda melatih sampai tahap tak peduli
dalan keadaan sepanik apa pun, niat pikiran pertama yang muncul adalah
Amituofo, barulah ada kemungkinan dalam kecelakaan darurat dapat
melafal keluar Amituofo.

Maka itu melafal Amituofo dalam keseharian adalah pelatihan,


setiap saat mengingatkan diri sendiri harus memiliki hati maitri karuna
yang cemerlang. Contohnya, kita harus mengetahui : jika ada kebakaran

69 
 
maka harus segera menelepon 119 maka mobil pemadam kebakaran
segera tiba, andaikata kita sama sekali tidak tahu jika terjadi kebakaran
harus menelepon siapa baru ada yang datang memberi pertolongan, juga
sangat keras kepala berpikir : “Ah! Biarkan saja kebakaran itu, itu karena
sedang sial”. Atau diri sendiri merasa : “Tidak mungkin! Saya takkan
begitu sial tertimpa bencana kebakaran!” Karena tidak suka pada
bencana api, makanya sengaja tak mempedulikannya, juga tidak
mengingat nomor telepon apa yang harus dihubungi baru ada
pertolongan dari orang lain, namun bila benar-benar terjadi maka akan
sangat merepotkan. Atau ketika tetangga anda yang mengalaminya,
anda juga tidak tahu bagaimana cara membantunya.

Dulu di Tainan, ada orang yang merasa begitu panik ketika terjadi
perisitwa kebakaran, juga tidak tahu barang apa yang harus
diselamatkan keluar, pikirannya begitu panik dan kalut, ambil yang ini tak
betul, ambil yang itu juga salah, tukar punya tukar, akhirnya membawa
sebuah pispot keluar, ini adalah kejadian nyata, kita jangan
menertawakan orang lain. Di rumah sakit saya melihat kondisi banyak
pasien yang menjelang ajalnya, tidak pernah melihat orang yang tak
pernah melafal Amituofo bisa begitu tenang dan nyaman, dengan wajah
yang penuh senyuman meninggal dunia. Sebagian orang meninggal
dengan sangat menderita, begitu takut dan panik, dengan orang yang
membawa pispot menerobos keluar tidaklah berbeda.

70 
 
Ibarat menelepon 119

Bila kita mengetahui terlebih dulu sebuah kejadian,


pada saat darurat pikiran kita segera dapat menelepon
“Amituofo”, begitu telepon tersambung dengan
sendirinya Buddha dan Bodhisattva akan mengutus
orang untuk memberi pertolongan.
71 
 
Hanya praktisi yang melafal Amituofo dengan
setulusnya, dapat mengetahui saat ajal, bersukacita
bebas tanpa rintangan, memperoleh penjemputan dari
Buddha Amitabha.

Saya hanya pernah melihat umat Buddha yang melatih diri dengan
baik, praktisi yang dalam kesehariannya melafal Amituofo dengan tekun,
terlebih dulu akan mengetahui detik ajalnya, maka itu sangat bebas,
masih sempat pulang ke kampung halaman menikmati pemandangan
alam, mengunjungi sanak saudara dan kerabat dengan gembira, dengan
bebas berpulang.

Kita harus mengerti Amituofo itu ibarat menelepon 119, hal ini
tidak boleh tidak diketahui. Bila kita mengetahui terlebih dulu sebuah
kejadian, pada saat darurat pikiran kita segera dapat menelepon
“Amituofo”, begitu telepon tersambung dengan sendirinya Buddha dan
Bodhisattva akan mengutus orang untuk memberi pertolongan.

72 
 
Jangan karena tak suka

Ada orang yang menganggap makna terlahir ke Alam


Sukhavati sebagai “kematian”, ini adalah
kesalahpahaman yang sangat besar.

73 
 
Jangan karena tak suka hujan maka sengaja tidak
membawa payung

Jangan karena tidak suka kematian maka sengaja


tidak mempersiapkan diri

Kita tahu bahwa jika akan turun hujan, maka saat keluar harus
membawa payung, daripada basah kuyup akibat kehujanan, atau
menderita sakit flu. Andaikata kita karena tidak suka pada hujan maka
sengaja tidak mempersiapkan payung, ketika hujan turun maka harus
basah kuyup, yang harus bersedih juga adalah diri sendiri! Lagipula juga
bukan kebetulan begitu beli payung langsung turun hujan, andaikata
begitu beli payung langsung turun hujan, maka bagus juga bisa langsung
digunakan, lebih baik daripada tersiram hujan dan sakit flu. Dengan
menyediakan payung maka tak perlu lagi takut jika turun hujan.

Anda sekalian jangan salah paham mengira saya sedang menjual


payung, maksudnya melafal Amituofo juga sedemikian, bukan berarti
begitu beli payung langsung turun hujan, hujan juga tergantung pada
jalinan jodoh; juga bukan berarti begitu melafal Amituofo, Buddha
Amitabha langsung datang menjemput kita ke Alam Sukhavati, berniat
lahir ke Alam Sukhavati juga harus melihat jalinan jodoh. Ada orang yang
menganggap makna terlahir ke Alam Sukhavati sebagai “kematian”, ini
adalah kesalahpahaman yang sangat besar. Sesungguhnya terlahir ke
Alam Sukhavati sudah sangat jelas tertulis kata “terlahir”, yakni sejak

74 
 
saat ini maka melewati kehidupan yang tanpa penderitaan lagi,
menikmati kebahagiaan nan suci, melalui kehidupan para Buddha dan
Bodhisattva, bukan berarti kematian. Hal ini dapat kita capai saat kini
juga, semasa masih hidup, juga bisa dicapai pada kelahiran mendatang.

Jika memang hanya dengan satu lafalan Amituofo langsung terjalin


dan Buddha Amitabha muncul di hadapan, sejak saat itu melewati
kehidupan Sukhavati, ini adalah ketrampilan yang paling tulus tiada
taranya. Sebagian orang kurang tulus, banyak yang belum menyingkirkan
sampah batin, maka itu saat melafal Amituofo tak bisa terfokus,
sepertinya di pikirannya masih banyak urusan yang lebih penting
daripada Buddha.

75 
 
Buddha yang terlebih dulu
mengikrarkan tekad

Dikhawatirkan penderitaan apa saja sudi diterima anda,


hanya kebahagiaan Alam Sukhavati, anda tidak berani
menerima Nya.

76 
 
Buddha yang terlebih dulu mengikrarkan tekad untuk
menyelamatkan kita,

asalkan kita yakin dan menerima Nya

Ada orang yang sering mencemaskan apakah ketrampilan sendiri


cukup atau tidak untuk terlahir ke Alam Sukhavati, sesungguhnya kita
berhasil atau tidak terlahir ke Alam Sukhavati, yang penting bukanlah
ditentukan oleh kemampuan diri sendiri; namun yang penting adalah oleh
karena Buddha Amitabha ketika mendirikan Alam Sukhavati, Beliau
mengikrarkan tekad agung, Buddha sangat menyambut kedatangan
semua makhluk ke Alam Sukhavati; selamanya berbahagia dan tiada
penderitaan lagi, sampai mencapai KeBuddhaan. Apabila Buddha
Amitabha tidak mengikrarkan tekad ini, maka betapapun hebatnya
ketrampilan melatih diri yang kita miliki, juga tidak bisa menuju ke sana.

Buddha Amitabha yang terlebih dahulu mengikrarkan tekad untuk


menyelamatkan kita, asalkan kita yakin pada hati maitri karuna Buddha
dan juga bersedia menerima undangan kebaikan dari Buddha, lagipula
terhadap dunia ini telah dapat merelakan segala hal, inilah yang disebut
memiliki “keyakinan” dan juga memiliki “tekad”, ada tekad juga ada
keyakinan, walaupun hanya melafal sepatah Amituofo juga memiliki
kekuatan untuk terlahir ke Alam Sukhavati, tentu saja saat menjelang
ajal dapat melafal sepuluh kali nama Buddha pasti dapat terlahir ke

77 
 
Alam Sukhavati. Maka itu “keyakinan” dan “kekuatan tekad” adalah
faktor utama penentu keberhasilan kita terlahir ke Alam Sukhavati.

◇Dikhawatirkan kita dapat mempercayai segala hal yang tidak


baik, namun hanya Alam Sukhavati hal yang baik ini kita tak berani
meyakini Nya;

 

 ◇Dikhawatirkan mendengar ucapan orang awam yang tidak benar


kita jadi sangat mempercayainya, malah sebaliknya ucapan Buddha yang
benar adanya, kita tidak meyakini Nya;

 ◇Dikhawatirkan penderitaan apa saja sudi diterima anda, hanya


kebahagiaan Alam Sukhavati, anda tidak berani menerima Nya;

Ini sungguh orang yang tidak memiliki berkah!

Apabila insan yang memiliki berkah, begitu mendengar langsung


percaya dan menerima Nya. Sambil melafal Amituofo, sambil
menyambungkan telepon kepada Buddha.

78 
 
Ketrampilan

Ketika difitnah orang, karena kita berniat ke Alam


Sukhavati, maka nama baik di dunia ini dan kejernihan
masalah takkan berpengaruh lagi bagi kita, jika orang
lain menghendakinya, kita berikan saja pada mereka.

79 
 
Apa yang dimaksud dengan “ketrampilan”?

Sebelumnya kita telah pernah membahas bahwa kita sebaiknya


memanfaatkan waktu semasih muda dan sehat untuk mempersiapkan
ketrampilan. Apa yang dimaksud dengan ketrampilan? Yang pasti bukan
ilmu gaib atau kesaktian atau yang aneh-aneh, namun adalah
kemampuan yang seketika juga langsung dapat menenangkan pikiran
melafal Amituofo. Kesimpulannya, tak peduli apapun yang terjadi,
“keyakinan” kita terhadap melafal Amituofo dan “kekuatan tekad”
terlahir ke Alam Sukhavati takkan tergoyahkan, walaupun kehilangan,
namun masih jelas dapat menelepon Buddha Amitabha.

Melafal “ Amituofo” dengan jelas, tak peduli ada perubahan


apapun, tak peduli bagaimana bentuk perasaan, hubungan telepon kita
dengan Buddha Amitabha takkan ada rintangan, senantiasa terhubung
dengan Alam Sukhavati; juga dapat dikatakan tak peduli di dunia ini ada
kejadian baik maupun buruk, kita tetap memiliki keyakinan pada Buddha,
tetap bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, seketika juga dapat
menfokuskan pikiran melafal Amituofo, tidak terpengaruh oleh hal baik
maupun hal buruk sehingga menjadi goyah.

Sesungguhnya di dunia ini terjadi hal yang sebaik apapun,


contohnya : naik pangkat, kaya, bahkan anak anda lulus sarjana, atau
anda terpilih sebagai orang baik hal baik dan dimuat di suratkabar, atau
bahkan suami anda hari ini menghadiahkan anda sebutir berlian yang

80 
 
besar ditambah setangkai bunga untuk anda, namun anda tetap yakin
pada Buddha, melafal Amituofo dan bertekad lahir ke Alam Sukhavati,
takkan karena segala kemewahan dan rezeki yang tidak kekal ini
membuat anda menjadi melekat, takkan karena kesenangan sesaat
maka mengabaikan Buddha, dan mulai tersesat.

Walaupun manusia di dunia ini salah paham pada diri anda,


memandang rendah pada dirimu, bahkan juga menfitnah anda, namun
anda tetap yakin pada Buddha, melafal Amituofo dan bertekad lahir ke
Alam Sukhavati, takkan demi diri sendiri berusaha menjelaskan untuk
memperebutkan pengakuan di dunia ini, ini adalah ketrampilan dari
“keyakinan” dan “tekad”. Jika masih ingin menjelaskannya,
memperebutkan, ini tandanya kita masih begitu peduli pada pandangan
dan pengakuan orang lain terhadap diri kita, masih menganggapnya amat
bernilai, patut diperebutkan, ini yang disebut masih belum merelakan,
tidak sanggup melepaskan. Coba pikirkan, terhadap semua ini saja kita
tak bisa merelakan, tak sanggup melepaskan, manalah mungkin benar-
benar bertekad menuju Sukhavati?

Misalnya anda berniat bermigrasi ke Amerika, sanak saudara anda


di Taiwan harus direlakan barulah bisa berangkat, andaikata masih tidak
merelakan tempat ini, bagaimana bisa jadi berangkat? Mengapa disebut
berniat ke sana? Apakah kita serius telah memiliki tekad, tidak boleh
membohongi Buddha, sesungguhnya tekad kita itu asli atau palsu?
Contohnya, hari ini anda mendadak kehilangan sesuatu, maka menjadi
tak senang, berkata : “Tidak tahu siapa yang mengambil barang milikku!”,
coba pikirkan, jika hanya sebuah benda saja kita tak bisa merelakan,

81 
 
bagaimana mungkin saat menjelang ajal bisa merelakan seluruh dunia dan
menuju Alam Sukhavati? Jika benar memiliki tekad ke Alam Sukhavati,
terhadap segala yang ada di dunia ini baik manusia, urusan dan benda
juga telah merelakannya. Contohnya : ketika difitnah orang, karena kita
berniat ke Alam Sukhavati, maka nama baik di dunia ini dan kejernihan
masalah takkan berpengaruh lagi bagi kita, jika orang lain
menghendakinya, kita berikan saja pada mereka, karena kita yakin pada
Buddha, Buddha mengetahui segalanya, tak mungkin menfitnah kita,
maka itu kita tetap seperti biasa bersukacita melafal Amituofo, takkan
merasa ada tekanan.

82 
 
Ada keyakinan maka takkan cemas

Jika Buddha dan Bodhisattva yang anda yakini itu


tidak sanggup melindungi anak anda, segala urusan
masih harus mengandalkan diri anda untuk
mencemaskannya, mengeluh, jika demikian bukankah
Buddha yang anda yakini itu tak sebanding dengan
kemampuan anda sendiri?
83 
 
Ada keyakinan maka takkan cemas, tak perlu
mengkhayal dan menghasilkan rintangan karma

Yakin akan perlindungan Buddha, pasti akan


melampaui bentuk-bentuk pikiran sendiri.

Seseorang yang memiliki keyakinan, akan percaya bahwa dengan


melafal Amituofo maka akan ada 25 Bodhisattvaya Mahasattvaya
berada di samping kita melindungi dan menjaga kita, dan lagi para
Budddha di sepuluh penjuru alam juga akan melindungi diri kita, maka itu
orang yang memiliki keyakinan takkan timbul ketakutan pada sesuatu,
juga takkan bertumpuk kerisauannya. Contohnya, hari ini anak anda
terlambat pulang ke rumah dan anda mulai merisaukannya, ingin berkata
ada kejadian buruk apa yang telah menimpanya? Kemudian anda mulai
mengkhayal lagi, mengkhayal keluar seratus macam kejadian tragis
untuk menakuti diri sendiri, inilah orang yang tidak yakin pada Buddha.

Insan yang yakin pada Buddha takkan berkhayal sedemikian,


memikirkan hal-hal yang menyeramkan dan tak berguna, memikirkan
kerisauan yang mengada-ada, kita mengetahui bahwa khayalan akan
menghasilkan rintangan karma, rintangan karma berasal dari khayalan.
Insan yang yakin pada Buddha, anaknya bila terlambat pulang rumah,
maka dia akan menggunakan kesempatan di mana sedang tidak ada

84 
 
orang yang mengganggunya untuk melafal Amituofo, bernamaskara,
dengan sendirinya akan memperoleh perlindungan dari Buddha yang juga
akan menjaga anaknya, tak hanya melindungi keselamatan anaknya,
bahkan juga akan menuntun mereka ke jalan yang terang, lebih baik
daripada diri sendiri terus mencemaskan dan mengeluh.

Coba kita pikirkan, jika Buddha dan Bodhisattva yang anda yakini
itu tidak sanggup melindungi anak anda, segala urusan masih harus
mengandalkan diri anda untuk mencemaskannya, mengeluh, jika demikian
bukankah Buddha yang anda yakini itu tak sebanding dengan kemampuan
anda sendiri? Jika memang tak sebanding kemampuan anda, mana
mungkin Beliau disebut Buddha? Karena itu insan yang benar-benar
yakin pada maha maitri maha karuna Buddha dan kemampuan Buddha
yang penuh kemuliaan, dia akan memahami bahwa perlindungan dari
Buddha lebih penting daripada bentuk-bentuk pikiran sendiri (keluhan),
dia akan menggunakan melafal Amituofo, untuk memperoleh
perlindungan dari Buddha, daripada mencemaskan dan mengeluh, inilah
praktisi yang memiliki keyakinan pada Buddha.

85 
 
Yakin pada Buddha maka hatipun jadi
tenang

Jika bersungguh-sungguh memiliki keyakinan pada


Buddha, maka anda akan dapat melanjutkan melafal
Amituofo dengan tenang, takkan sambil melafal sambil
timbul kerisauan.

86 
 
Yakin pada Buddha maka hatipun jadi tenang,
takkan risau lagi

(Memegang kerisauan, mana mungkin ada tangan


kosong untuk menggandeng tangan Buddha
Amitabha? )

Jika bersungguh-sungguh memiliki keyakinan pada Buddha, maka


anda akan dapat melanjutkan melafal Amituofo dengan tenang, takkan
sambil melafal sambil timbul kerisauan. Yang disebut dengan
“ketenangan pikiran” yakni melepaskan kerisauan dan kecemasan. Ingin
melafal keluar Amituofo tidaklah sulit, anak usia 3 tahun juga bisa
melafal, namun masalahnya tak peduli kapan saja dapat dengan tenang
dan terus melanjutkan melafal Amituofo. Ada orang yang suka
mempertahankan kerisauan, jika menasehati dia agar jangan risau, maka
dia akan menjawab : “Mana mungkin hal ini boleh tidak dirisaukan?”
Bagaikan dunia ini jika tanpa dirinya yang menanggung beban kerisauan,
maka dunia ini tak sanggup lagi melanjutkan kehidupannya.
Sesungguhnya setelah dia merisaukan sepanjang hidupnya apakah ada
yang terselesaikan olehnya? Apa yang dia peroleh?

◇ Insan yang suka risau, dengan sendirinya akan ada banyak hal
yang membuatnya jadi risau. Hal yang tidak dirisaukan orang
lain, dia juga akan merisaukannya;

87 
 
◇ Insan yang suka emosi, dengan sendirinya akan ada banyak
hal yang membuatnya jadi marah, hal yang tidak membuat
orang lain tersinggung, dia juga akan merasa emosi;

◇ Insan yang suka irihati, selalu kalah dari orang lain, baru ada
yang dicemburuinya!

◇ Inilah yang disebut tidak merelakan kerisauan, menggenggam


kerisauan erat-erat.

◇ Tidak merelakan kerisauan, bagaimana mungkin ada tangan


kosong untuk menggandeng tangan Buddha Amitabha?

◇ Jika ingin menggandeng tangan Buddha maka singkirkan dulu


kerisauan di tangan anda.

◇ Dapat menggandeng tangan Buddha Amitabha maka ada


segalanya, segalanya tak perlu dibawa serta, apapun tak
perlu dipegang.

◇ Bukan hanya barang-barang di rumahmu yang tak perlu


dibawa serta, bahkan emas dan perhiasan juga tak perlu
dipegang erat-erat!

88 
 
Orang yang tidak memiliki keyakinan dan tekad walau telah melafal
Amituofo sepanjang hidupnya juga masih begitu berat bebannya,
pikirannya masih banyak kerisauan, juga takkan memperoleh apa-apa!
Insan yang memiliki keyakinan dan tekad akan senantiasa bebas dan
santai, bersukacita melafal Amituofo, tidak hanya merasa kehilangan
sesuatu, bahkan pada kelahiran ini dapat memperoleh fasilitas
kesejahteraan penduduk Alam Sukhavati, menikmati sukacita bersama
Buddha Amitabha, di mana-mana menebarkan semerbak harum citta
Buddha.....

USAI

89 
 
Gatha Pelimpahan Jasa
 

90 
 
Daftar Pustaka
從樂入樂---道證法師講述
http://www.book853.com/show.aspx?id=393&cid=16

91 
 

Anda mungkin juga menyukai