dari
Sudut Pandang Seseorang”
i
“Pengharapan yang Berasal
dari
Sudut Pandang Seseorang”
Bhikkhu Revata
ii
Namo tassa bhagavato arahato
sammā sambuddhassa
Penerbit:
Yayasan Hadayavatthu - Jakarta
iii
Didedikasikan untuk semua Saṅgha
yang telah mempertahankan ajaran asli Sang Buddha
dan
menjaga-Nya tetap murni selama berabad-abad
iv
SABBADĀNAṂ DHAMMADĀNAṂ JINĀTI
Pemberian Dhamma
melampaui semua pemberian lainnya
S e b u ah P e m b e r i a n – T i d a k u n t u k D i j u a l
v
vi
Daftar Isi
vii
Objek Terakhir Meditasi Vipassanā sebelum
Pencerahan Sempurna ………………………………………………........ 37
Kekotoran Batin yang Dihancurkan oleh Pengetahuan
Akan Jalan Pertama ……………………………………………………....... 40
Sakkāya-diṭṭhi ……………………………………………………...………...... 42
Bukti Kekuatan Supranatural ……………………….………….…..... 46
Jhāna sebagai Pendukung Pencerahan Sempurna ……….. 49
Pergi Menemui Lima Petapa ………………………..……………...... 53
Persepsi ……………………………………………………………………….….... 56
Lima Petapa Mendengar Dhamma ……………………….…….… 57
Membedakan Ajaran Benar dari Ajaran Salah ……………... 59
Pencapaian Sukha dengan Sukha ………..……………………....... 62
Dua Jenis Praktisi Vipassanā ………………………………...……….. 68
Pertarungan Vipassanā ………………………………………………....... 77
Empat Jenis Manusia …………………………………………………...... 81
Fenomena Batin dan Materi Hakiki ………………………..…..… 86
Sebab Akibat Yang Bergantungan ……………………………....... 97
Pertanyaan dan Jawaban Terpilih ……………………….........….... 107
Aspirasi dan Pelimpahan Jasa …………………..…...…………….....
. 189
Singkatan-singkatan ……………………………………………………..... 191
Budddhavandanā …………………………………………………………..... 192
viii
Ucapan Terima Kasih
Bhikkhu Revata
Pa-Auk Angthong, Thailand
(16th September 2015)
ix
Kata Pengantar
Pengharapan!
Anda mengharap. Kita mengharap. Setiap orang
mengharap. Ini adalah hal yang lumrah bagi kita semua.
Kita hidup dalam harapan dan pengharapan. Tidak ada
seorang pun yang tak mempunyai pengharapan dalam
hidupnya! Dengan cara yang sama, tidak ada seorang pun
yang tak mempunyai sudut pandang! Pengharapan dan
sudut pandang mempunyai suatu hubungan mutualisme,
hubungan sebab akibat. Jika sudut pandang kita berbeda,
pengharapan kita akan berbeda sebagai konsekuensinya.
Pengharapan dan tindakan kita sangat ditentukan oleh
sudut pandang kita.
Sudut pandang kita berbeda-beda dari waktu ke waktu
yang disebabkan oleh banyak alasan. Ini kadang-kadang
karena mendengarkan sesuatu berulang-ulang, atau karena
tradisi, atau kadang-kadang karena penafsiran. Perbedaan-
perbedaan ini kadang-kadang karena pemikiran, latar
belakang, pendidikan, atau kadang-kadang karena tempat
di mana kita tinggal. Sudut pandang kita berbeda-beda
kadang-kadang karena waktu dan kondisi, dan kadang-
kadang karena mengikuti apa yang diyakini oleh banyak
orang. Kadang-kadang sudut pandang kita berbeda-beda
karena rasa suka maupun rasa tidak suka kita.
Sudut pandang tidaklah lebih dari sebuah perspektif. Sudut
pandang semata-mata bukanlah merupakan suatu
kebenaran. Hanya ketika ketidaktahuan, atau tidak
mengetahui kebenaran bisa dimusnahkan, maka visi baru
yang bukan merupakan sudut pandang baru bisa dicapai.
Kita seharusnya tidak memegang erat sudut pandang apa
pun dalam hidup kita. Sebaliknya kita seharusnya
menyeimbangkannya ketika harus diseimbangkan. Kita
seharusnya meningkatkan sudut pandang kita, ketika kita
x
harus meningkatkannya, dan kita harus melepasnya ketika
kita tahu sudut pandang kita itu salah.
Dalam buku ini, saya berbagi dengan pembaca bagaimana
sang Bodhisatta berlatih dengan menganggap apa yang
benar sebagai salah dan apa yang salah sebagai benar, dan
bagaimana beliau akhirnya melepas apa yang salah dan
meningkatkan sudut pandang beliau, sehingga beliau bisa
menapak jalan benar dalam pencarian kebenaran.
Kita juga adalah orang yang memegang apa yang salah
sebagai benar dan apa yang benar sebagai salah, bukan
hanya dalam kehidupan ini saja, tetapi juga di keseluruhan
lingkaran kelahiran kembali kita.
Ketika kamma buruk kita berbuah, kita berpikir apa yang
salah sebagai benar, dan apa yang benar sebagai salah.
Inilah apa yang saya bagikan kepada pembaca di dalam
buku ini.
Tanpa berpegang pada sudut pandang apa pun …
Semoga Anda semua bisa membaca buku “Pengharapan
yang Berasal dari Sudut Pandang Seseorang” ini dengan
pikiran terbuka dan mendapatkan banyak manfaat dari
buku ini.
Semoga Anda semua dapat berlatih ajaran sejati dari Sang
Buddha!
Semoga Anda semua terbebas dari semua penderitaan!
Bhikkhu Revata
Pa-Auk Angthong, Thailand
(15th September 2015)
xi
xii
Catatan Penerjemah
Sebuah buku Dhamma yang bermutu tinggi, bukan hanya
bisa membuat pembacanya sekedar mendapatkan
pengetahuan, tetapi juga memancing keinginan
pembacanya melakukan pendalaman dengan perenungan
dan penyelidikan lebih lanjut; dan bahkan bisa memotivasi
pembacanya untuk mempraktikkan ajaran-ajaran yang
disampaikan dalam kehidupan sehari-hari dan tekun
berlatih meditasi untuk pengembangan batin ke arah yang
lebih luhur. Menurut pendapat saya, buku “Pengharapan
yang Berasal dari Sudut Pandang Seseorang” karangan
Sayadaw U Revata ini, telah memenuhi kriteria ini.
Buku ini terdiri dari dua bagian, bagian pertama berisi
ceramah dan bagian kedua adalah tanya dan jawab yang
dipilih dengan cermat. Dalam ceramah ini, Sayadaw U
Revata menekankan pentingnya suatu sudut pandang yang
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pendidikan, tradisi,
tempat kita tinggal dan lain sebagainya, karena sudut
pandang bisa memengaruhi pengharapan dan tindakan
kita. Sudut pandang yang salah bisa merugikan seseorang,
sedangkan sudut pandang yang benar bisa meningkatkan
seseorang.
Beliau menjelaskan bahkan sudut pandang sang Bodhisatta
berbeda dengan sudut pandang Sang Buddha. Secara
terperinci, beliau memaparkan bagaimana sang Bodhisatta
berlatih hingga merealisasi Kebuddhaan. Bagaimana sang
Bodhisatta dengan sudut pandang yang salah berlatih
dengan keras selama enam tahun, dan akhirnya
menggunakan jhāna-dhamma pertama hingga jhāna-
dhamma keempat untuk merealisasi Pencerahan Sempurna
di bawah Pohon Bodhi. Hal-hal seperti ini, kebanyakan
dari kita jarang mengetahuinya. Selain itu, beliau juga
memaparkan banyak hal yang memperkaya pengetahuan
kita, misalnya tentang pentingnya mempunyai aspirasi
xiii
untuk mengakhiri penderitaan, tentang pentingnya
konsentrasi, meditasi samatha dan vipassanā.
Dalam bagian tanya dan jawab, Sayadaw U Revata
membahas dengan sangat indah dan komprehensif hal-hal
yang umum di kalangan Buddhis seperti mettā, puñña,
pāramī, empat brahmavihārā, pelimpahan jasa, dan juga
hal-hal yang lebih spesifik seperti di manakah kelahiran
terbaik di saṃsāra, penolakan terhadap Abhidhamma,
Nibbāna, dan lain sebagainya.
Di bagian tanya dan jawab ini kita bisa memetik banyak
pelajaran bermanfaat yang bisa kita terapkan dalam
hubungan kita dengan keluarga dan orang lain, sehingga
memungkinkan tercipta hubungan yang lebih harmonis,
serta mendorong kita untuk selalu berusaha mempunyai
kesadaran, berlatih meditasi dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga ketika waktunya matang kita bisa berlatih meditasi
lebih intensif untuk sementara waktu ataupun permanen.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan banyak
terima kasih secara khusus kepada Y.M. Bhante
Ñāṇukkaṃsa yang telah memberikan banyak masukan dan
koreksi yang sangat berharga dalam penerjemahan ini,
kepada Sdr. Yauw Sie Miauw yang telah memformat dalam
bentuk buku, dan kepada semua donator baik pribadi
maupun yayasan yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu.
Semoga buku ini bisa membuat kita mempunyai suatu
sudut pandang yang benar. Sādhu, Sādhu, Sādhu …
Bogor, 21 Oktober 2017,
Salam penuh mettā,
Penerjemah,
Agus Wiyono
xiv
xv
xvi
BERDASARKAN CERAMAH
Sudut Pandang
Pada hari ini, saya akan memberikan sebuah ceramah.
Judul dari ceramah yang akan saya berikan adalah
“Pengharapan yang Berasal dari Sudut Pandang
Seseorang”. Seperti yang Anda semua ketahui, kita semua
tidak mempunyai sudut pandang yang sama; kita semua
mempunyai sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang
kita berbeda tergantung pada bagaimana kita tumbuh,
pendidikan yang kita terima, dan pengetahuan yang kita
dapatkan dari belajar. Sudut pandang kita berbeda
tergantung dari pengetahuan kita. Disebabkan perbedaan-
perbedaan dalam sudut pandang, pengharapan kita sebagai
akibatnya juga akan berbeda. Dikarenakan mempunyai
sudut pandang yang berbeda, kita kemungkinan berpikir,
mengharapkan, dan juga berharap secara berbeda satu
sama lainnya.
Meskipun Anda menyadari bahwa orang berbeda dalam
sudut pandang, tetapi Anda mungkin tidak menyadari
bahwa sudut pandang sang Bodhisatta sebelum Pencerahan
Sempurna berbeda dengan sudut pandang beliau setelah
menjadi Buddha. Di sini apa yang ingin saya jelaskan
secara khusus pada Anda semua adalah bagaimana sang
Bodhisatta, Sang Buddha dan murid-murid-Nya
memegang sudut pandang yang berbeda dalam hidup
1
mereka. Saya ingin menjelaskannya dalam ceramah hari
ini, ’Pengharapan yang Berasal dari Sudut Pandang
Seseorang’.
Sudut pandang sang Bodhisatta dan sudut pandang Sang
Buddha adalah berbeda. Banyak Buddhis yang tidak
menyadari hal ini. Jadi untuk berbagi pengetahuan ini
dengan Anda semua, saya ingin menanyakan satu
pertanyaan pada Anda: “Apakah sang Bodhisatta langsung
bertemu dengan ajaran benar begitu beliau melepaskan
kehidupan duniawi? Seperti yang Anda semua ketahui,
beliau menjalani kehidupan sebagai seorang pangeran di
sebuah istana. Dikarenakan desakan spiritual yang muncul
padanya, beliau meninggalkan istana dan melepaskan
kehidupan duniawi ketika berumur dua puluh sembilan
tahun.
_______________________
3
Saya akan menjelaskan lebih lanjut, sehingga Anda bisa
melihat cacat dan bahaya yang melekat pada kesenangan
indera. Apa yang menjadi tujuan utama bagi hampir semua
manusia di dunia ini? Kesenangan indera. Kesenangan
indera adalah tujuan tertinggi setiap orang di dunia. Tidak
ada yang melebihi ini. Mereka tidak bisa pergi di luar ini.
Ini adalah tujuan yang terpenting.
Mengapa kita mendapatkan pendidikan sejak muda? Kita
pergi ke sekolah dan universitas untuk mendapatkan
pendidikan, karena semakin baik pendidikan yang kita
peroleh, maka kemungkinan semakin tinggi posisi dalam
hidup kita, dan oleh karena itu kesenangan indera yang kita
peroleh akan semakin besar. Ini hanya secara umum dan
belum tentu benar untuk semua orang. Jadi sejak muda,
kita sudah mempersiapkan diri untuk pencapaian duniawi
seperti memperoleh keuntungan, menjadi terkenal, dan
seterusnya.
Di sini saya ingin Anda semua untuk mempertimbangkan
dengan mendalam: mana yang lebih lama, waktu yang
diperlukan bagi kita mencapai tujuan duniawi, atau waktu
yang kita habiskan menikmati kesenangan indera? Pikirkan
berapa banyak waktu yang kita perlukan untuk persiapan.
Kita melakukan banyak usaha. Kita menghabiskan banyak
waktu dan usaha untuk mencapai tujuan duniawi kita.
Tetapi ketika kita sudah mencapai tujuan itu, waktu yang
kita habiskan menikmati kesenangan itu pendek dan cepat
berlalu.
Kebanyakan apa yang Anda lakukan sepanjang jalan
berusaha menggapai tujuan Anda itu adalah tak bajik.
Waktu yang Anda habiskan menikmati kesenangan indera,
yang juga singkat, adalah tak bajik juga. Di antara kelahiran
dan kematian, kita kebanyakan hidup dalam rumah
4
keserakahan, dalam rumah kebencian, dan dalam rumah
delusi, kebanggaan, keirihatian, dan kekikiran. Rumah
seperti ini adalah benar-benar buruk bagi kita. Meskipun
kita tinggal dalam sebuah bangunan yang kita sebut dengan
rumah, tempat tinggal kebanyakan dari kita yang
sesungguhnya adalah rumah keserakahan, kebencian,
delusi, kebanggaan, keirihatian, dan kekikiran. Kekotoran
batin utama ini ada pada kita sejak kita lahir, dan mereka
mengganggu sepanjang hidup kita. Sayangnya kita semua
berada dalam genggaman mereka. Mereka sebenarnya
adalah rumah kita yang sesungguhnya. Kitab Penjelas
Makna Dhammapada mengatakan: ’Bagi yang lalai,
keempat alam penderitaan adalah seperti rumah tetap
mereka.’2
Seperti yang kita semua ketahui, kita jarang menetap lama
di tempat-tempat di mana kita hanya sebagai pengunjung
atau tamu. Adalah alami bagi kita untuk kembali ke rumah
kita. Dengan cara yang sama, alam manusia dan dewa
adalah tempat di mana kita berkunjung untuk sementara
waktu, hanya apabila waktunya matang. Cepat atau lambat
kita harus mengemas kekotoran batin kita dan kembali ke
rumah kita yang sesungguhnya di suatu tempat di empat
alam penderitaan.
Jadi semua perbuatan yang telah kita lakukan dan semua
kamma yang telah kita kumpulkan sepanjang jalan
menggapai tujuan kesenangan indera adalah perbuatan
dan kamma yang tak bajik. Ketika kamma yang tak bajik ini
membuahkan hasil, kita akan menderita di empat alam
penderitaan.
_____________________
2 Kitab Penjelas Makna pada Dhp. 1 Cakkhupālattheravatthu (Cerita
tentang Cakkhupalā Thera): ‘Pamattassa ca nāma cattāro
apāyāsakagehasadisā’.
5
Inilah cacat dan bahaya yang melekat pada kesenangan
indera. Inilah sesuatu yang hampir semua manusia biasa
tak menyadarinya. Oleh karena itu, hanya berpikir
bagaimana menikmati tujuan kesenangan indera, mereka
menghabiskan banyak waktu, bahkan hampir seluruh hidup
mereka, mencoba mencapai tujuan kesenangan indera
mereka, yang mana sangat cepat berlalu.
7
dalam kesenangan indera. Mereka yang memilih jalan
menghindar dari cacat dan bahaya kesenangan indera,
memulai sebuah perjalanan untuk bebas (nissaraṇa) dari
kesenangan indera.
Bukan hanya di kehidupan terakhir beliau saja sang
Bodhisatta melepaskan kehidupan duniawi, tetapi juga di
banyak kehidupan yang tak terhitung jumlahnya; apakah
sebagai seorang kaya atau seorang raja, beliau banyak
melepas makhluk hidup dan benda mati, serta memilih
jalan melepas kehidupan duniawi.
Ada orang yang mempunyai sudut pandang hanya melihat
kebahagiaan dalam kesenangan indera, dan kemudian ada
orang yang mempunyai sudut pandang hanya melihat cacat
dan bahaya dalam kesenangan indera. Apakah sudut
pandang itu sama? Sudut pandang mana yang mempunyai
kekuatan yang lebih besar? Mereka yang melihat cacat dan
bahaya kesenangan indera mempunyai kekuatan mental
lebih kuat, sehingga memungkinkan mereka untuk
menghindar dari cacat dan bahaya ini. Itulah sebabnya
mereka cukup berani melepaskan pengejaran kesenangan
indera.
Coba pikirkan betapa sulitnya melepaskan sesuatu yang
kita inginkan atau sesuatu yang sudah kita upayakan
dengan keras untuk kita miliki. Jadi, kita harus mengagumi
mereka yang berani melepas semua kepemilikan mereka,
orang-orang yang mereka cintai, dan semua makhluk hidup
dan benda mati, sehingga mereka bisa mencari Dhamma.
Kecuali Anda melihat cacat dan bahaya dalam kesenangan
indera, Anda tidak akan kuat bertahan terhadap daya tarik
dari apa yang Anda dambakan, ketika Anda berlatih
meditasi. Anda masih melihat kebahagiaan di dalamnya. Ini
8
sama seperti sudut pandang dari seorang pria dari luar
negeri yang bertemu dengan saya; saya akan ceritakan pada
Anda bagaimana perasaan yang dia ungkapkan, tentang
pengalaman pribadinya.
Dia mengatakan dia sudah menghabiskan waktu beberapa
tahun di sekolah dan universitas di tiga negara yang
berbeda, dan mendapati bahwa hidup tidaklah sedamai
seperti yang dia harapkan. Dia dan orang di sekitarnya
tidak pernah puas dengan apa yang mereka miliki dan
sering bertengkar satu sama lain. Dia berkata, ”Tetangga
saya selalu bertengkar dengan saya, meskipun saya
menginginkan kedamaian dan bisa bersahabat dengan
mereka. Hidup adalah begitu rumit.
Anda bisa melihat bahwa pria itu dibingungkan oleh
perbuatannya sendiri dan perbuatan orang yang ada di
sekitarnya. Dia menderita. Dia mulai sedikit melihat cacat
dalam kesenangan indera, tetapi masih dengan pikiran yang
bingung. Dia berkata: ’Sampai tahap tertentu saya sudah
mengerti bahwa tidak ada seorang pun yang bisa merasakan
kedamaian sejati, kecuali dia mengikuti Buddha, Dhamma,
dan Saṅgha. Jalan yang telah ditemukan oleh Sang Buddha
adalah cara terbaik untuk menjalani hidup dengan damai.
Pengertiannya hanyalah ‘sampai suatu tingkat tertentu.’
Persepsinya tentang cacat dalam kesenangan indera masih
lemah; dia masih mencari kebahagiaan dalam kesenangan
indera. Oleh karena itu, dia tidak bisa memilih cara hidup
yang bisa membuatnya lepas dari semua penderitaan.
Anda masih belum melihat cacat maupun bahaya dalam
kesenangan indera, sehingga perjalanan Anda dalam
mengupayakan berakhirnya penderitaan masih penuh
dengan penderitaan. Karena batin Anda masih cenderung
untuk kembali ke rumah, kembali pada orang yang dicintai,
9
atau kembali ke toko atau kios Anda, atau perusahaan
Anda, banyak penderitaan menunggu Anda! Tetapi bagi
mereka yang melihat cacat dan bahaya kesenangan indera
dan bagi yang ingin lepas dari bahaya itu, melangkah pada
jalan menuju pada berakhirnya penderitaan, akan
memunculkan kebahagiaan. Apakah Anda berada pada
jalan menuju penderitaan, atau apakah Anda berada pada
jalan menuju kebahagiaan? Sekarang Anda untuk
sementara berada pada jalan menuju kebahagiaan. Benar?
Ya, saya sangat gembira bahwa Anda bisa mengambil jalan
menuju pada kebahagiaan yang sesungguhnya. Meskipun
jika ini hanya untuk waktu yang pendek, ini tetap
merupakan sebuah sebab pendukung yang besar untuk
perealisasian Nibbāna. Dan, cepat atau lambat, ini akan
menjadi sebab pendukung untuk mencapai akhir
penderitaan. Coba pikirkan betapa sulit jauh dari orang
yang kita cintai, terpisah dari makhluk hidup dan benda
mati yang kita lekati, walaupun hanya untuk sementara
waktu dan hanya dalam waktu yang pendek saja! Sekarang
Anda semua sedang memupuk kesempurnaan (pāramī)
dengan melepas kehidupan duniawi untuk sementara
waktu, melepas apa pun yang Anda cintai, baik makhluk
hidup maupun benda mati. Pelepasan Anda akan menjadi
sebab pendukung bagi Anda untuk melepas kehidupan
duniawi sepenuhnya dalam kehidupan yang akan datang
untuk merealisasi Nibbāna.
Jadi, sekarang saya akan melanjutkan apa yang ingin saya
sampaikan tentang sang Bodhisatta.
10
Guru Pertama
Setelah pelepasan kehidupan duniawi-Nya, beliau men-
datangi dua guru. Apakah Anda ingat siapakah mereka?
Āḷāra Kālāma dan Udaka Rāmaputta. Dari guru pertama,
Āḷāra Kālāma, sang Bodhisatta belajar beberapa teknik
meditasi. Apakah Anda ingat itu apa? Beliau belajar tujuh
pencapaian di bawah bimbingan Āḷāra Kālāma. Tahukah
Anda apa tujuh pencapaian itu?
Seandainya Anda akan berlatih meditasi kasiṇa.3 Jika Anda
berhasil berlatih kasiṇa putih, mengambil kasiṇa putih
sebagai objek, Anda bisa mencapai konsentrasi terserap
jhāna pertama, jhāna kedua, jhāna ketiga, dan jhāna
keempat. Itu semua adalah jhāna bermateri (rūpa-jhāna).
Dengan landasan jhāna bermateri, Anda bisa melanjutkan
pada jhāna tak-bermateri (arūpa-jhāna). Anda bisa berlatih
jhāna dengan landasan ruang tak-terbatas
(ākāsānañcāyatana-jhāna), dengan landasan kesadaran tak-
terbatas (viññāṇañcāyatana-jhāna), dan dengan landasan
kekosongan (ākiñcaññāyatana-jhāna). Ini adalah tujuh
pencapaian jhāna yang dipelajari dan dilatih sang
Bodhisatta di bawah bimbingan guru pertama beliau, Āḷāra
Kālāma. Sang Bodhisatta bisa menguasai mereka hanya
dalam waktu beberapa hari saja. Āḷāra Kālāma sangat
kagum pada sang Bodhisatta yang bisa menguasai tujuh
pencapaian itu hanya dalam waktu singkat, padahal Āḷāra
Kālāma sendiri membutuhkan waktu yang panjang berlatih
hingga sukses. Disebabkan kekagumannya, Āḷāra Kālāma
memberikan separuh dari murid-muridnya pada sang
_____________
3 Ada sepuluh objek yang dipakai dalam meditasi kasiṇa: kasiṇa tanah,
kasiṇa air, kasiṇa api, kasiṇa angin, kasiṇa warna hitam, kasiṇa warna
kuning, kasiṇa warna merah, kasiṇa warna putih, kasiṇa sinar, dan
kasiṇa ruang.
11
Bodhisatta dan meminta beliau untuk menjadi guru
mereka.
Apa yang dilakukan sang Bodhisatta pada saat itu? Sang
Bodhisatta berpikir, ’Ini bukanlah untuk perealisasian
Dhamma, ini bukanlah untuk kehilangan ketertarikan, ini
bukanlah jalan untuk mengakhiri penderitaan, ini bukanlah
jalan untuk Pencerahan Sempurna.’ Untuk alasan itu,
beliau tidak menerima tawaran dari guru beliau itu. Beliau
meninggalkan guru pertama beliau. Sekarang di sini tolong
diingat sudut pandang dari sang Bodhisatta. Beliau
menganggap bahwa itu bukan jalan untuk kehilangan
ketertarikan, bukan jalan untuk mengakhiri penderitaan,
bukan jalan untuk Pencerahan Sempurna; oleh karena itu
beliau meninggalkan guru pertama beliau dan menemui
guru lainnya, guru kedua beliau.
Guru Kedua
Siapa guru kedua beliau? Udaka Rāmaputta. Apa yang dia
ajarkan pada sang Bodhisatta? Dia mengajarkan semua
delapan pencapaian. Pencapaian kedelapan adalah jhāna
dengan landasan bukan persepsi, maupun bukan-tanpa-
persepsi (nevasaññānāsaññāyatana-jhāna). Dalam waktu
singkat, dalam dua atau tiga hari, Bodhisatta kita bisa
menguasai delapan pencapaian ini dengan sangat mudah.
Apa yang Anda pikirkan? Apakah guru kedua Bodhisatta
telah menguasai delapan pencapaian ini ketika dia
mengajarkannya pada sang Bodhisatta? Banyak Buddhis
tidak tahu tentang ini. Udaka Rāmaputta telah belajar
bagaimana berlatih delapan pencapaian ini dari gurunya,
tetapi dia sendiri sebenarnya tidak bisa memperoleh
pencapaian yang sama, pada saat dia mengajarkannya pada
12
sang Bodhisatta. Jadi ketika Udaka Rāmaputta melihat
muridnya, sang Bodhisatta, bisa mencapai delapan
pencapaian itu dalam waktu yang sangat singkat, dia sangat
kagum pada beliau. Apa yang kemudian dia lakukan? Dia
memberikan semua murid-muridnya pada sang Bodhisatta
dan meminta beliau untuk menjadi gurunya.
Bagaimana menurut Anda? Apakah mudah bagi Anda
sebagai seorang guru untuk memberikan semua murid
Anda pada murid Anda sendiri? Tidak, ini adalah hal yang
sangat sulit dilakukan. Tetapi Āḷāra Kālāma dan Udaka
Rāmaputta tidak mempunyai perasaan iri hati dan kikir
terhadap sang Bodhisatta, yang lebih baik dari mereka
sendiri. Mereka adalah guru yang agung pada masa itu.
Apa yang kemudian direnungkan sang Bodhisatta? Apa
yang dipertimbangkan sang Bodhisatta? Beliau berpikir,
’Delapan pencapaian ini adalah bukan untuk kehilangan
ketertarikan, bukan jalan untuk mengakhiri penderitaan,
bukan untuk perealisasian Empat Kebenaran Mulia, bukan
jalan untuk Pencerahan Sempurna.’ Jadi, beliau berpikir,
’Sekarang waktunya bagi saya sendiri untuk mencari suatu
jalan untuk Pencerahan Sempurna’, beliau lalu
meninggalkan guru keduanya.
Sekarang tolong diingat sudut pandang sang Bodhisatta.
Apa yang dipikirkan beliau? ‘Ini bukan jalan untuk
kehilangan ketertarikan, ini bukan jalan untuk mengakhiri
penderitaan, ini bukan jalan untuk merealisasi Empat
Kebenaran Mulia, ini bukan jalan untuk Pencerahan
Sempurna.’
13
Latihan Keras
Apa yang dilakukan sang Bodhisatta setelah itu? Beliau
memutuskan untuk berlatih dengan keras. Berapa lama
beliau melakukan latihan keras? Selama enam tahun.
Bagaimana menurut Anda? Apa yang menjadi sudut
pandang sang Bodhisatta pada saat itu? Apakah sang
Bodhisatta berpikir bahwa ini adalah jalan menuju
Pencerahan Sempurna? Sudah tentu beliau berpikir,’Ini
adalah jalan menuju pada Pencerahan Sempurna. ”Itulah
sebabnya mengapa beliau melakukan latihan keras. Ini
adalah sudut pandang beliau pada saat itu; beliau masih
belum menjadi seorang yang telah mencapai Pencerahan
Sempurna pada saat itu. Pikiran beliau masih diliputi oleh
ketidaktahuan. Lagi pula, karena kamma buruk beliau
sedang berbuah, sehingga beliau berlatih secara salah tetapi
berpikir sedang berlatih dengan benar. Mengapa beliau
sampai berlatih dengan keras selama enam tahun?
14
Sahabat dekatnya, Ghaṭīkāra pengrajin tembikar, mengajak
beliau pergi menemui Buddha Kassapa.4
‘Apa manfaatnya pergi bertemu dengan orang berkepala
botak itu? Kata Brahmana Jotipāla. Beliau tidak tertarik.
Untuk kelima kalinya, Ghaṭīkāra mengajak beliau berkali-
kali, dengan mengatakan, ”Sahabatku, adalah baik pergi
dan bertemu dengan Buddha Yang Tercerahkan
Sempurna. Beliau adalah guru manusia, dewa, dan
brahmā, dan dihormati oleh mereka semua.’
Akhirnya, sambil membujuk sahabatnya, Ghaṭīkāra
menarik sabuk Jotipāla dan berkata, ’Sahabatku, kamu
harus pergi.’ Tetapi Jotipāla lagi-lagi menolak.
Akhirnya, si pengrajin tembikar Ghaṭīkāra menarik simpul
pada rambut Brahmana Jotipāla sambil memaksa dia untuk
menemui Buddha Kassapa.
Dalam kehidupan itu Ghaṭīkāra terlahir di sebuah keluarga
kasta rendah. Dia adalah pengrajin tembikar. Keluarga
brahmana seperti Jotipāla adalah kasta tinggi.
Brahmana Jotipāla kemudian merasa takut dan berpikir,
’Mengapa orang yang terlahir dalam kasta rendah sampai
berani menarik simpul rambutku? Pastilah ada sesuatu
pada Buddha Kassapa ini.’
Pada saat pertama kali pengrajin tembikar Ghaṭīkāra
mengajaknya, Jotipāla berkata, ’Apalah gunanya pergi
menemui orang yang gundul itu? Menjadi seorang Yang
Tercerahkan Sempurna adalah pencapaian yang sangat
sulit. Bagaimana mungkin dia adalah seorang Buddha?’
____________
Lima Pengikut
Apakah Anda ingat pada lima pengikut sang Bodhisatta?
Ada lima petapa yang menjadi pengikut beliau ketika itu.
Pada saat keenamnya tinggal dan berlatih bersama, dan
kelima petapa melihat sang Bodhisatta berlatih dengan cara
yang luar biasa keras untuk waktu yang lama, pengharapan
timbul dalam pikiran kelima orang tersebut, dan mereka
berpikir, ’Oh, sang Bodhisatta akan segera menjadi seorang
Buddha. Oh, sang Bodhisatta akan menjadi seorang
Buddha hari ini. Oh, sang Bodhisatta akan menjadi seorang
Buddha besok pagi.’ Ini dikarenakan latihan beliau begitu
kerasnya, sehingga mereka mempunyai sudut pandang
seperti itu. Pengharapan yang muncul dari sudut pandang
pada saat itu adalah berbeda dengan apa yang terjadi
kemudian. Lalu, ketika sang Bodhisatta meninggalkan
latihan super keras selama enam tahun itu, apa yang
dilakukan oleh kelima pengikut itu? Mereka meninggalkan
sang Bodhisatta. Ketika sang Bodhisatta meninggalkan
latihan salah ini, lima pengikut itu kemudian pergi
meninggalkan sang Bodhisatta.
Sekarang Anda mengerti? Sudut pandang mereka berbeda.
Sudut pandang sang Bodhisatta dan sudut pandang lima
petapa itu berbeda pada saat itu. Awalnya sang Bodhisatta
berpikir bahwa latihan yang keras adalah cara yang benar,
17
sehingga beliau melakukan latihan keras selama enam
tahun. Pada saat itu lima pertapa juga berpikir bahwa ini
adalah cara yang benar. Mereka mempunyai pengharapan
yang besar bahwa sang Bodhisatta akan menjadi seorang
Buddha dengan cepat. Ketika sang Bodhisatta
meninggalkan latihan yang keras, mereka juga
meninggalkan sang Bodhisatta. Dalam Riwayat Agung Para
Buddha (Mahābuddhavaṃsa), Mahāthera Tipitakadhara
Mingun Sayadaw mencatat bagaimana kelima petapa itu
meninggalkan sang Bodhisatta lima belas hari sebelum
beliau mencapai Pencerahan Sempurna. Apakah Anda
ingat hari ketika sang Boddhisatta menjadi Yang
Tercerahkan? Itu terjadi pada hari bulan purnama Vesākha.
Jadi hari ketika lima petapa itu meninggalkan sang
Bodhisatta adalah lima belas hari sebelum Pencerahan
Sempurna beliau. Ini disebutkan dalam Riwayat Agung
Para Buddha oleh Mahāthera Tipitakadhara dari
Myanmar.
Apakah sudut pandang mereka ketika mereka
meninggalkan sang Bodhisatta? Mereka berpikir, ’Sekarang
sang Bodhisatta memilih cara untuk keduniawian, dan
meninggalkan cara untuk Pencerahan Sempurna. Jika dia
memilih cara untuk keduniawian, bagaimana dia bisa
menjadi seorang yang Tercerahkan Sempurna? Bahkan
dengan berlatih sangat keras selama enam tahun saja, dia
tidak bisa mencapai Kebuddhaan, bagaimana mungkin
dengan memilih cara keduniawian dia bisa menjadi seorang
Buddha? Berpikir seperti itu, mereka meninggalkan sang
Bodhisatta. Sekarang Anda mengerti? Sebelumnya, mereka
mengharapkan bahwa cara yang sang Bodhisatta tempuh
akan mengarahkan beliau pada Pencerahan Sempurna; ini
adalah pengharapan yang berasal dari sudut pandang
mereka. Di masa lampau di Majjhimadesa, atau India
18
Tengah, orang memercayai bahwa seseorang yang ingin
mencapai pencerahan harus melakukan latihan super keras,
dan bahwa itu adalah satu-satunya cara untuk pencerahan.
Jadi ini adalah sudut pandang mereka. Berdasarkan sudut
pandang mereka, pengharapan mereka muncul. Mereka
kemudian meninggalkan dan mengabaikan sang
Bodhisatta.
Jika kita ingin mengetahui dan melihat Dhamma yang
sejati, jika kita ingin mengetahui apa ajaran sejati dari Sang
Buddha, dan jika kita memutuskan untuk mengikuti kata-
kata Sang Buddha, mungkin ada orang yang tidak bisa
menerima keputusan kita, mungkin ada orang yang akan
mengeluh tentang kita, dan mungkin ada orang yang akan
mencari kesalahan pada kita. Pada saat itu, kita perlu
meniru sang Bodhisatta, dan tetap teguh pada jalan yang
seharusnya kita ikuti.
20
beliau sebagai seorang bodhisatta yang sudah dipastikan
menjadi seorang Buddha, beliau masih berpikir apa yang
benar sebagai salah, dan apa yang salah sebagai benar.
Berbagai sudut pandang yang berbeda terjadi di pikiran
beliau, sehingga pengharapan beliau juga berbeda-beda.
Apa yang beliau lakukan di Hutan Sāla? Beliau berlatih
delapan pencapaian, beliau berlatih empat belas cara, dan
kemudian beliau mencapai lima jenis kekuatan
supranatural. Beliau bisa berlatih kekuatan supranatural ini
dengan mudah, bukan karena beliau sudah belajar dari
kedua guru beliau itu, tetapi karena beliau sudah
melatihnya berulang kali dalam kehidupan-kehidupan
lampau beliau sebagai seorang bodhisatta, ketika beliau
sedang menyempurnakan pāramī. Apakah Anda mengerti?
Anda perlu mengerti ini. Ini bukan disebabkan oleh
bimbingan kedua guru itu sehingga beliau bisa berlatih dan
mencapai kekuatan supranatural dengan cepat, tetapi ini
dikarenakan beliau telah berlatih di dalam banyak
kehidupan lampau.
Seperti Anda ketahui, sang Bodhisatta mencapai kekuatan
supranatural dalam banyak keberadaan sebelumnya,
meskipun beliau tidak mempunyai seorang guru pun. Itu
disebabkan pāramī yang telah beliau kumpulkan dalam
banyak keberadaan. Tetapi ketika kamma buruk beliau
merintangi, beliau tidak mempunyai gagasan bagaimana
melanjutkan latihan dari delapan pencapaian. Ketika
rintangan akibat kamma buruk tertekan, beliau tahu
bagaimana melanjutkan dari mana sekarang beliau berada.
Betapa anehnya! Apakah Anda mengerti? Lima pengikut
itu berbeda dalam sudut pandang dengan sang Bodhisatta.
Sudut pandang mereka adalah berbeda. Mereka
mempunyai sudut pandang yang berbeda.
21
Kekuatan Supranatural Pertama
Apa yang dilakukan sang Bodhisatta pada hari bulan
purnama Vesākha? Beliau mendatangi Pohon Bodhi, dan
duduk di bawah Pohon Bodhi, lalu beliau berlatih
kesadaran pada napas (ānāpānasati). Beliau mencapai
konsentrasi terserap jhāna pertama, kedua, ketiga, dan
keempat, dan kemudian beliau berlatih satu dari kekuatan
supranatural dengan landasan delapan pencapaian itu. Jadi
beliau menggunakan ānāpāna untuk mencapai semua
keempat jhāna bermateri di bawah Pohon Bodhi pada hari
bulan purnama Vesākha, dan beliau kemudian melanjutkan
berlatih meditasi. Dengan landasan delapan pencapaian,
beliau melanjutkan berlatih satu dari kekuatan
supranatural, mengingat kehidupan lampau – dalam
bahasa Pāḷi, pubbenivāsa-abhiññāṇa. Dengan kekuatan
supranatural ini, beliau bisa mengingat banyak kehidupan
lampau beliau. Sekarang apakah Anda mengerti? Ketika
rintangan yang disebabkan kamma buruk telah lenyap,
beliau tahu bagaimana melanjutkan meditasi beliau dengan
benar, dikarenakan beliau telah dipastikan menjadi seorang
Buddha. Ketika kamma bajik beliau matang, beliau tahu
bagaimana melanjutkan sendiri, tanpa bantuan dari
makhluk lain atau guru mana pun, dan semata-mata
dengan usaha dan pemahaman beliau sendiri.
Jadi dengan kekuatan supranatural ini, beliau mengetahui
dan melihat kehidupan-kehidupan lampau beliau secara
terperinci. Untuk setiap kehidupan lampau, beliau tahu
nama beliau, beliau tahu suku beliau, beliau tahu di mana
beliau tinggal, beliau tahu keluarga beliau, beliau tahu
umur ketika meninggal – beliau bisa mengingat setiap detil
dari banyak kehidupan lampau. Apakah Anda ingat tentang
kehidupan dimana beliau menerima nubuat pasti dari
22
Buddha Dīpaṅkara? Itu terjadi empat periode tak terhitung
dan seratus ribu kappa yang lalu. Beliau menerima nubuat
pasti ketika sebagai Petapa Sumedha. Beliau bisa
mengingat kehidupan-kehidupan yang tak terhitung
banyaknya, sebelum kehidupan itu. Beliau bisa mengingat
setiap detilnya. Sang Buddha menyatakan bahwa kita
mempunyai kehidupan-kehidupan lampau. Pernyataan ini
bukan merupakan produk imajinasi Beliau; ini adalah apa
yang Beliau ketahui dan lihat dengan menembus langsung
kehidupan-kehidupan lampau Beliau dengan kekuatan
supranatural. Harap diingat bahwa Anda juga mempunyai
kesempatan untuk melatih kekuatan supranatural seperti
itu. Anda juga mempunyai kesempatan yang sama untuk
mengetahui kehidupan lampau Anda secara langsung
dengan setiap detilnya jika Anda bisa mendapatkan
pencapaian-pencapaian seperti itu. Sang Buddha
mengajarkan Dhamma bukan dengan berimajinasi, tetapi
hanya dengan mengetahui secara langsung. Sang Buddha
mengatakan bahwa Dhamma mempunyai kualitas untuk
memahami diri sendiri – ‘Datang dan lihat, datang dan
lihat.’5 Anda bisa melakukannya dalam kehidupan ini,
bahkan di umur ini, jika Anda mempunyai kemauan, dan
jika Anda benar-benar ingin bertindak untuk kebaikan
Anda sendiri. Tetapi sudut pandang Anda harus berubah
jika masih belum merupakan sudut pandang yang benar.
Dengan kekuatan supranatural ini, dengan pubbenivāsa-
abhiññāṇa, beliau bukan hanya mengetahui banyak
kehidupan lampau beliau secara detil, tetapi beliau juga
mengetahui sesuatu yang lebih mendalam. Beliau
merealisasi fenomena batin hakiki dan fenomena materi
_____________
5 Lihat DN.II.5 Janavasabhasuttaṃ (DN 18.27 Ceramah Tentang
Janavasabha), di antaranya: ‘Svākkhāto bhagavatādhammo sandiṭṭhiko
akāliko ehipassiko opanayyiko paccattaṃ veditabboviññūhi.’
23
hakiki dengan kekuatan supranatural ini. Apa yang
diketahui dan dilihat beliau dengan kekuatan supranatural
ini? Beliau mengetahui dan melihat fenomena batin dan
materi hakiki dengan pencapaian ini. Apakah pengetahuan
itu? Ada enam belas tingkatan pengetahuan vipassanā.
Yang pertama dari ini adalah nāmarūpa-paricchedañāṇa,
pengetahuan melihat fenomena batin dan materi hakiki.
Jadi kita bisa mengatakan bahwa di waktu malam jaga
pertama, Sang Buddha mencapai kekuatan supranatural
mengingat kehidupan lampau; atau kita bisa mengatakan
bahwa Beliau mencapai pengetahuan vipassanā pertama,
pengetahuan melihat fenomena batin dan materi hakiki.
Pengetahuan ini adalah dari sudut pandang pengetahuan
vipassanā.
Ada Empat Kebenaran Mulia. Dari sudut pandang Empat
Kebenaran Mulia, apa yang telah direalisasi beliau pada
waktu malam jaga pertama itu? Beliau merealisasi Empat
Kebenaran Mulia Pertama. Ini adalah Kebenaran Mulia
Tentang Penderitaan. Apakah penderitaan? ‘Saṃkhittena
pañcupādānakkhandhā dukkhā’- Secara singkat, lima
agregat kemelekatan adalah penderitaan.6 Apa itu lima
agregat kemelekatan? Secara singkat, fenomena batin hakiki
dan fenomena materi hakiki. Itu adalah Kebenaran Mulia
Pertama. Itulah sebabnya mengapa kita bisa mengatakan
bahwa, pada malam jaga pertama, sang Bodhisatta, belum
sebagai seorang Buddha, mengetahui dan melihat Empat
Kebenaran Mulia Pertama.
______________
24
Kekuatan Supranatural Kedua
Beliau kemudian melanjutkan dengan kekuatan
supranatural lainnya. Beliau mencapai kekuatan
supranatural kedua pada malam jaga kedua. Itu adalah
dibbacakkhuabhiññāṇa, kekuatan supranatural Mata-dewa.
Dengan pencapaian ini, beliau mengetahui dan melihat
makhluk yang meninggal. Beliau mengetahui dan melihat
makhluk yang akan terlahir sesuai dengan kamma baik dan
kamma buruk mereka. Bagian dari kekuatan supranatural
Mata-dewa adalah merealisasi atau mencapai
yathākammūpaga-ñāṇa – pengetahuan merealisasi atau
mengetahui kelahiran kembali sesuai dengan hukum
kamma. Pada malam jaga kedua, dengan pencapaian
kekuatan supranatural Mata-dewa, beliau menyadari bahwa
kebaikan akan mendapat kebaikan dan keburukan akan
mendapat keburukan.7 Beliau mengetahui dan melihat
______________
7 Lihat MN.I.1.4 Bhayabheravasuttaṃ (MN 4 Ceramah tentang
Ketakutan dan Kengerian):
So dibbena cakkhunā visuddhena atikkantamānusakena satte
passāmi cavamāne upapajjamāne hīne paṇīte suvaṇṇe dubbaṇṇe
sugate duggate yathākammūpage satte pajānāmi – ‘ime
vata bhonto sattā kāyaduccaritena samannāgatā vacīduccaritena
samannāgatā manoduccaritena samannāgatā ariyānaṃ
upavādakā micchādiṭṭhikā micchādiṭṭhikammasamādānā;
te kāyassa bhedā paraṃ maraṇā apāyaṃ duggatiṃ
vinipātaṃ nirayaṃ upapannā. ime vā pana bhonto sattā kāyasucaritena
samannāgatā vacīsucaritena samannāgatā manosucaritena samannāgatā
ariyānaṃ anupavādakā sammādiṭṭhikā
sammādiṭṭhikammasamādānā; te kāyassa bhedā
paraṃ maraṇā sugatiṃ saggaṃ lokaṃ upapannā’ti.
Dengan Mata-dewa, yang murni dan melebihi kemampuan manusia,
Aku melihat makhluk lenyap dan muncul kembali, inferior dan
superior, rupawan dan buruk rupa, beruntung dan tak beruntung. Aku
memahami bagaimana makhluk-makhluk berlalu tergantung pada
25
penyebab kelahiran kembali di suatu alam bahagia dan
penyebab kelahiran kembali di suatu alam penderitaan.
Beliau mengetahui dan melihat bahwa tidak ada sesuatu
apa pun yang disebut sesosok makhluk pencipta. Makhluk-
makhluk diciptakan oleh kamma mereka sendiri.
Beliau mengetahui dan melihat hukum kamma, bukan
dengan imajinasi, tetapi dengan penembusan langsung.
Itulah sebabnya Sang Buddha mengatakan.’Taṃ kho
panāhaṃ, bhikkhave, nāññassa samaṇassa vā brāhmaṇassa
vā sutvā vadāmī, api ca yadeva sāmaṃ ñātaṃ sāmaṃ diṭṭhaṃ
sāmaṃ viditaṃ tadevāhaṃ vadām – Bhikkhu, Aku
memberitahu ini bukan sebagai sesuatu yang Aku dengar
dari petapa atau brahmana lainnya. Aku memberitahu
kalian ini sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh Aku
ketahui, lihat, dan temukan sendiri.’8
Ini adalah juga apa yang bisa Anda lihat dan ketahui
dalam kehidupan ini, jika Anda mengikuti kata-kata Sang
Buddha, dan jika Anda berlatih sīla, samādhi, dan paññā –
latihan moralitas, latihan konsentrasi, dan latihan vipassanā
secara sistematis, tahap demi tahap. Dalam hal ini,
kita sangatlah beruntung. Dikarenakan kemunculan Sang
______________
.. perbuatan mereka, demikianlah: ‘Makhluk-makhluk ini berperilaku
buruk dengan jasmani, ucapan, dan pikiran, mencaci Orang Suci, salah
dalam pandangan mereka, yang memberi pengaruh pada pandangan
salah dalam tindakan mereka, setelah hancurnya tubuh, setelah
kematian, muncul kembali di alam penderitaan, pada suatu tempat
tujuan yang buruk, dalam keruntuhan, bahkan di neraka; tetapi
makhluk-makhluk yang bertindak bajik dengan jasmani, ucapan, dan
pikiran, tak mencaci Orang Suci, benar dalam pandangan mereka, yang
memberi pengaruh pada Pandangan Benar dalam tindakan mereka,
setelah hancurnya tubuh, muncul kembali di suatu tempat tujuan yang
baik, bahkan di alam surga.
8 MN.III.3.10 Devadūtasuttaṃ (MN 130 Ceramah Tentang Duta
Surgawi).
26
Buddha di dunia ini, dan dikarenakan Sang Buddha
menemukan kebenaran ini dengan penembusan langsung,
kita bisa belajar, kita bisa mempelajari, dan kita bisa
berlatih Dhamma yang sejati.
Jadi dengan kekuatan supranatural ini, sang Bodhisatta
memahami hukum kamma. Dari sudut pandang
pengetahuan vipassanā, apa yang telah dicapai oleh beliau?
Meditasi Vipassanā
Perkenankan saya mengajukan pertanyaan: Apakah objek
meditasi vipassanā? Nāma (fenomena batin) dan rūpa
(fenomena materi), dan juga sebab dan akibatnya. Jadi
objek meditasi vipassanā adalah Kebenaran Mulia Pertama
– fenomena batin dan materi hakiki – dan Kebenaran
Mulia Kedua – sebab dan akibatnya. Tolong ingat ini
dalam pikiran Anda.
Saya tidak tahu apa sudut pandang Anda. Sebelum Anda
mendengarkan Dhamma ini, apa sudut pandang Anda?
Sekarang Anda mengerti? Sang Bodhisatta telah merealisasi
Kebenaran Mulia Pertama – fenomena batin dan materi
hakiki – dan Kebenaran Mulia Kedua – sebab dan
akibatnya – yang merupakan objek vipassanā, meditasi
vipassanā. Hanya setelah itu sang Bodhisatta, yang akan
menjadi Buddha, berlatih meditasi vipassanā di waktu
malam jaga ketiga. Apakah Anda mengetahui ini? Apakah
Anda pernah mendengar ini? Ya, inilah apa yang Anda
27
semua perlu ketahui. Jadi sang Bodhisatta berlatih meditasi
vipassanā tahap demi tahap, dimulai dengan sammasana-
ñāṇa. Sammasana-ñāṇa berarti Pengetahuan Menyeluruh,
pengetahuan perenungan karakteristik umum
ketidakkekalan, penderitaan, tanpa-diri ketika melihat
kemunculan dan kelenyapan fenomena batin dan materi
hakiki, bersama dengan sebab dan akibatnya.
Setelah itu beliau melanjutkan dengan tingkatan berikutnya
dari pengetahuan vipassanā, dimulai dengan udayabbaya-
ñāṇa. Apakah yang dimaksud dengan udayabbaya-ñāṇa?
Udayabbaya-ñāṇa adalah pengetahuan perenungan
kemunculan dan kelenyapan fenomena. Ini dikembangkan
dalam tiga tingkatan: samudaya-dhammānupassī, vaya-
dhammānupassī, dan samudaya-vaya-dhammānupassī.
Samudaya dhammānupassī adalah perenungan sifat alami
kemunculan fenomena. Vaya-dhammānupassī adalah
perenungan sifat alami kelenyapannya. Samudaya-vaya-
dhammānupassī adalah perenungan sifat alami baik
kemunculan maupun kelenyapan fenomena. Setelah itu
sang Bodhisatta melanjutkan dengan pengetahuan
vipassanā berikutnya, bhaṅga-ñāṇa, Pengetahuan
Perenungan-Kelenyapan, yang mana hanya menekankan
kelenyapan dan mengabaikan kemunculan, sehingga sang
Bodhisatta merenungkan ketidakkekalan, penderitaan, dan
tanpa-diri dengan hanya mengamati kelenyapan fenomena
batin dan materi hakiki, juga sebab dan akibatnya.
Apakah Anda ingat apa itu dua belas faktor Sebab Akibat
yang Bergantungan? Mereka adalah:
avijjā – ketidaktahuan
saṅkhārā – bentukan berkehendak
viññaṇa – kesadaran
nāma -rūpa – batin-materi
saḷāyatana – enam landasan indera
phassa – kontak
_____________
33
Apakah Anda ingin menjadi seorang murid kepala Sang
Buddha? Tahukah Anda berapa lama yang Anda perlukan
untuk memenuhi pāramī menjadi seorang murid kepala?
Satu periode tak-terhitung dan seratus ribu kappa.
Pada zaman Sang Buddha, ada banyak murid agung. Bagi
yang ingin menjadi murid agung seorang Buddha, mereka
perlu memenuhi pāramī selama seratus ribu kappa.
Anda ingin menjadi yang mana? Apakah Anda hanya ingin
menjadi seorang murid biasa saja? Waktu yang diperlukan
(berapa banyak kehidupan) tidaklah disebutkan. Mungkin
Anda bisa mengakhiri penderitaan dalam dua atau tiga
kehidupan. Namun, jika aspirasi Anda tidak cukup kuat, ini
akan memerlukan waktu yang lebih lama. Jika Anda tidak
mempunyai aspirasi apa pun sama sekali untuk mengakhiri
penderitaan suatu hari di masa yang akan datang, maka
Anda mungkin masih belum bisa mengakhiri penderitaan
bahkan setelah periode waktu yang lama yang diperlukan
seorang bodhisatta untuk memenuhi sepenuhnya pāramī
yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Buddha.
Mengapa? Karena Anda belum membuat aspirasi apa pun
untuk menjadi seorang murid biasa yang bisa mengakhiri
penderitaan sebagai seorang Arahat.
Apakah Anda ingin menjadi seorang murid biasa? Menjadi
seorang murid biasa berarti menjadi seorang Arahat. Apa
yang Anda perlukan untuk menjadi seorang Arahat? Anda
perlu bermeditasi. Anda perlu mengembangkan
konsentrasi. Sang Buddha mengatakan bahwa bagi mereka
yang ingin mengetahui dan melihat Dhamma sebagaimana
adanya, atau mereka yang ingin mengetahui dan melihat
Empat Kebenaran Mulia sebagaimana adanya, perlu untuk
mengembangkan konsentrasi. Sang Buddha mengatakan
bahwa inilah cara untuk mengakhiri penderitaan.
34
Anda semua bisa mengakhiri penderitaan dalam
kehidupan ini juga. Jika Anda mengembangkan konsentrasi
hingga jhāna keempat, konsentrasi ini, pencapaian ini, akan
membuat Anda mengetahui dan melihat fenomena batin
dan materi hakiki, yang mana adalah Kebenaran Mulia
Pertama; sebab dan akibatnya yang mana adalah
Kebenaran Mulia Kedua; Nibbāna, yang mana adalah
Kebenaran Mulia Ketiga; dan Kebenaran Mulia Keempat
yang mana adalah jalan menuju berakhirnya penderitaan.
Semua ini bisa direalisasi. Ini berarti bahwa jika Anda
mengembangkan konsentrasi di kehidupan ini, dan jika
Anda berlatih dengan rajin, menghabiskan cukup banyak
waktu, berlatih di bawah bimbingan seorang guru yang
berkualitas, Anda bisa mencapai Pengetahuan akan Jalan
dan Buah Pertama dalam kehidupan ini. Betapa agungnya
ini!
Sekarang, saya bertemu dengan banyak di antara Anda
yang lahir dalam kehidupan ini dengan pāramī yang baik,
dan bisa berlatih dengan baik dalam waktu yang singkat.
Jadi Anda harus memanfaatkan waktu berharga yang Anda
miliki di kehidupan ini, ketika ajaran sejati Sang Buddha
masih ada bersama kita, dan masih tumbuh subur di dunia.
Kembali ke cakupan vipassanā Sang Buddha, seperti yang
sudah saya jelaskan, adalah seratus ribu crore sistem dunia
yang dikenal dengan ānā-khetta, lingkup wewenang dari
sang Bodhisatta. Ketika sang Bodhisatta merenungkan sifat
alami sesungguhnya dari makhluk hidup di setiap alam
semesta dan mencakup tiga periode waktu – masa lalu,
masa kini, dan masa yang akan datang – beliau menjadi
memahami sepenuhnya bahwa tidak peduli betapa
banyaknya manusia, dewa, dan brahmā di setiap alam
semesta, mereka bisa diringkas menjadi dua belas faktor
35
paṭicca-samuppāda, Sebab Akibat yang Bergantungan.
Dengan cara yang sama, ketika beliau merenungkan sifat
alami sesungguhnya dari dewa, manusia, dan brahmā yang
tinggal di sistem dunia lainnya, dan mencakup tiga
periode waktu – masa lalu, masa kini, masa yang akan
datang, sama dengan makhluk di alam semesta ini, dua
belas faktor paṭicca-samuppāda yang sama membentuk
objek dari meditasi vipassanā.
Jadi, ini adalah cakupan sang Bodhisatta untuk
perealisasian Dhamma dan pencapaian Pencerahan
Sempurna. Sang Bodhisatta telah merenungkan hingga ke
jangkauan yang luas seperti itu.
Dengan melakukan ini, pengetahuan vipassanā beliau
menjadi semakin matang tahap demi tahap. Apakah Anda
tahu apa objek terakhir beliau, sehingga bisa membuat
beliau mencapai tujuan beliau? Apakah ada yang tahu itu
apa? Apakah objek terakhir yang dipergunakan untuk
merenungkan ketidakkekalan, penderitaan, dan tanpa-diri
untuk pencerahan beliau?
Anda mungkin mempunyai sudut pandang yang berbeda.
Jika Anda kekurangan pandangan benar tentang ini, Anda
mungkin tidak bisa mengetahui jalan yang menuju pada
Nibbāna. Anda mungkin juga tidak bisa memilih
pandangan yang benar. Anda mungkin dengan keliru akan
mengingat kata-kata yang salah dari guru-guru generasi
yang akan datang.
36
Objek Terakhir Meditasi Vipassanā sebelum
Pencerahan Sempurna
Sekarang, saya akan berbagi dengan Anda semua tentang
objek terakhir apa yang mendahului langsung Pencerahan
sang Bodhisatta. Kitab Penjelas Makna Upakkilesa Sutta
menjelaskan sebagai berikut:11 Ketika pengetahuan
vipassanā beliau matang, sang Bodhisatta memasuki jhāna
pertama. Ini tidaklah disebutkan dengan spesifik apakah
jhāna-nya berlandaskan meditasi ānāpāna atau
berlandaskan meditasi kasina. Itu tidak disebutkan di sana.
Tetapi banyak Mahathera berpendapat bahwa ini
berlandaskan meditasi ānāpāna. Jadi mari kita asumsikan
ini berlandaskan meditasi ānāpāna. Sang Bodhisatta
memasuki jhāna pertama dan setelah keluar dari jhāna
pertama, beliau memperhatikan kelenyapan jhāna-dhamma
pertama, tiga puluh empat bentukan mental dari jhāna
pertama. Mengamati kelenyapan jhāna-dhamma pertama,
beliau merenungkan ketidakkekalan, penderitaan, dan
tanpa-diri berkali-kali, hingga pengetahuan vipassanā beliau
matang. Lalu Pengetahuan akan Jalan Pertama muncul,
diikuti oleh Pengetahuan akan Buah Pertama.
Sekarang Anda sudah tahu objek yang beliau renungkan
untuk pencapaian Jalan Pertama. Apakah itu? Jhāna-
dhamma pertama. Kemudian beliau melanjutkan pada
pencapaian kedua. Beliau memasuki jhāna kedua. Keluar
dari jhāna kedua, dan mengamati kelenyapan jhāna-
dhamma kedua, beliau merenungkan ketidakkekalan,
penderitaan, dan tanpa-diri. Lalu ketika pengetahuan
______________
37
vipassanā beliau matang, beliau mencapai Pengetahuan
akan Jalan dan Buah Kedua.
Apa yang dihancurkan oleh Pengetahuan akan Jalan
Pertama? Pengetahuan akan Jalan Pertama menghancurkan
pandangan salah akan diri, keragu-raguan, dan
kemelekatan pada praktik-praktik salah.12 Sang Bodhisatta
menghancurkan ketiga ketidakmurnian ini dengan tuntas
tanpa sisa. Apa yang dihancurkan oleh Jalan akan
Pengetahuan Kedua? Jalan akan Pengetahuan Kedua tidak
menghancurkan kekotoran batin apa pun. Namun,
kekotoran batin yang masih kuat pada Pemasuk Arus
dilemahkan oleh Jalan akan Pengetahuan Kedua. Ia
mengurangi kemampuan dan kekuatan dari
ketidakmurnian pikiran.
Lalu sang Bodhisatta melanjutkan dan memasuki jhāna
ketiga. Keluar dari jhāna ketiga, beliau merenungkan
ketidakkekalan, penderitaan, dan tanpa-diri, mengamati
kelenyapan jhāna-dhamma ketiga. Ketika pengetahuan
________________
12 Sīlabbata-parāmāsa dalam bahasa Pāḷi. Ini adalah kemelekatan yang
didorong oleh pandangan salah bahwa latihan-latihan tertentu adalah
perlu dan cukup untuk pencapaian kesucian. Di masa lampau, ada
banyak petapa dan penganut aliran lain yang melakukan cara latihan
meniru kebiasaan perilaku anjing dan sapi, yang diarahkan dengan
salah oleh pandangan salah bahwa latihan-latihan ini akan mengarah
pada kesucian. Dewasa ini, ada banyak yang tampak seperti latihan
Buddhis, tetapi tidak sesuai dengan ajaran asli Sang Buddha, yang
menyatakan bahwa Jalan Mulia Berunsur Delapan secara keseluruhan
adalah satu-satunya praktik yang mengarah pada kesucian. Praktik
tiruan Buddhis ini bisa dianggap sebagai praktik salah (sīlabbata).
Dengan perealisasian Pengetahuan akan Jalan Pertama, Pemasuk Arus
mengetahui dengan keyakinan mutlak bahwa tidak ada latihan lain
selain Jalan Mulia Berunsur Delapan yang mengarah pada kesucian.
Demikianlah dia telah menghancurkan secara permanen dan tanpa sisa
kemelekatan apa pun akan latihan-latihan salah.
38
vipassanā beliau matang, beliau mencapai Pengetahuan
akan Jalan dan Buah Ketiga. Bisakah Anda memberitahu
saya apa yang dihancurkan Pengetahuan akan Jalan Ketiga?
Kesenangan nafsu indera dan kemarahan dihancurkan
dengan tuntas, tanpa sisa. Apakah Anda bisa
membayangkan betapa murni pikiran sang Bodhisatta pada
saat itu? Namun beliau masih belum mencapai Pencerahan
Sempurna.
Lalu beliau melanjutkan ke Pengetahuan akan Jalan dan
Buah Keempat dengan pertama-tama memasuki jhāna
keempat. Keluar dari jhāna keempat, beliau berlatih
dengan mengamati kelenyapan jhāna-dhamma keempat,
dan merenungkan ketidakkekalan, penderitaan, dan tanpa-
diri berulang-ulang. Ketika pengetahuan vipassanā beliau
matang, beliau mencapai Pengetahuan akan Jalan dan
Buah Keempat yang bersekutu dengan Pengetahuan
Mahatahu. Beliau menjadi seorang yang Tercerahkan
Sempurna.
39
berakar dalam keberlangsungan arus batin kita, sejak awal
saṃsāra yang tak diketahui dan tidak bisa diketahui.
________________
41
Sakkāya-diṭṭhi
Ketika Anda masih sebagai seorang manusia biasa, Anda
mungkin masih mempunyai pandangan salah: Anda
memegang kemarahan sebagai milik Anda, keserakahan
sebagai milik Anda, kebanggaan sebagai milik Anda, delusi
sebagai milik Anda, iri hati sebagai milik Anda, dan
kekikiran sebagai milik Anda. Anda melakukan ini semua
karena sakkāya-diṭṭhi, pandangan salah akan diri.
Ketika Anda mencapai Pengetahuan akan Jalan Pertama,
pandangan salah akan diri dihancurkan sepenuhnya. Untuk
mencapai Pengetahuan akan Jalan Pertama, Anda harus
menghancurkan sepenuhnya pandangan salah ini dan juga
membebaskan diri Anda dari semua tingkatan kekotoran
batin (kilesa) yang bisa mengantar Anda pada kelahiran
kembali di alam-alam penderitaan. Anda tidak lagi
menganggap kemarahan sebagai milik Anda, keserakahan
sebagai milik Anda, kebanggaan sebagai milik Anda, delusi
sebagai milik Anda, iri hati sebagai milik Anda, atau
kekikiran sebagai milik Anda. Tidak lagi. Dengan
menghancurkan pandangan salah ini, Anda mencapai
pandangan benar dalam hal ini.
Sebagai manusia biasa, jika mereka mendengar seseorang
mengeluh tentang mereka, apa yang biasanya terjadi?
Mereka merasa marah. Jadi sebagai manusia biasa dalam
situasi itu, Anda merasa sangat marah, karena Anda
berpikir kemarahan adalah kemarahan Anda. Betul?
Kemudian Anda ingin menanggapi dengan cara yang sama,
karena Anda berpikir, ’Aku marah!’ Pandangan akan “aku”
ini, pandangan akan ‘milikku’ ini cukup kuat untuk
menjadi penyebab jatuh di empat alam penderitaan.
42
Ketika seseorang memandang rendah Anda, atau jika Anda
dalam posisi yang sangat tinggi, Anda merasa bangga pada
diri sendiri. Anda berpikir, ’Aku adalah! Aku adalah! dan
dalam hati mengatakan pada yang lain ‘Apakah kamu tahu
siapakah aku?’ Pandangan salah ini – Aku, aku, milikku,
milikku – cukup kuat untuk menyebabkan Anda jatuh di
empat alam penderitaan.
Mereka yang Sotāpanna, Pemasuk Arus, tidak mempunyai
pandangan salah ini lagi. Mereka masih mempunyai
kemarahan, karena masih belum menghancurkan
kemarahan. Mereka mempunyai keserakahan, karena
mereka masih belum memusnahkan keserakahan. Jika
seseorang mengeluh tentang mereka, mereka mungkin
merasa marah. Tetapi mereka tidak menganggap
kemarahan sebagai milik mereka. Apakah ini baik atau
buruk? Betapa baiknya ini! Mereka tidak terlibat dalam
pandangan salah itu. Mereka melihat kemarahan menyiksa
mereka. Sudut pandang mereka telah berubah. Betapa
indahnya ini! Apakah Anda tidak menginginkan seperti itu?
Jadi, di sini Anda semua perlu mengerti bahwa kemarahan,
keserakahan, delusi, kebanggaan, iri hati, kekikiran, dan
keragu-raguan, ini semua dengan diperkuat oleh sakkāya-
diṭṭhi - pandangan salah akan diri, akan menyebabkan Anda
menderita di empat alam penderitaan. Dikarenakan Anda
menganggap kekotoran batin sebagai milik Anda, Anda
ingin bertindak sesuai dengan pandangan salah itu. Anda
ingin membalas dendam. Anda ingin menanggapi
kemarahan, kebanggaan, dan juga keirihatian, kekikiran itu.
Seseorang yang menjadi seorang Sotāpanna sudah
sepenuhnya tidak mempunyai pandangan salah seperti itu.
Pemasuk Arus tidak akan menanggapi dengan menganggap
kemarahan sebagai kemarahan mereka. Sotāpanna melihat
43
apa yang terjadi, dan berpikir, ’Oh, kemarahan datang di
permukaan pikiran. Kemarahan menyiksa saya.’ Dia tidak
menggenggam, dia tidak melibatkan diri dengan kemarahan
itu. Jadi dia tidak akan melakukan perbuatan buruk, baik
dengan jasmani maupun ucapan.
Mungkin masih ada perbuatan buruk dengan mental yang
sangat halus. Tetapi kamma-nya tidak akan pernah
menyebabkan dia jatuh di empat alam penderitaan. Ini
dikarenakan Pemasuk Arus tidak lagi mempunyai sakkāya-
diṭṭhi. Ini adalah sangat penting bagi Anda semua untuk
mengetahui ini, jika Anda ingin terbebas dari penderitaaan
di empat alam penderitaan.
Apakah Anda tidak ingin memusnahkan sakkāya-diṭṭhi?
Adalah sangat berbahaya mempunyai sakkāya-diṭṭhi.
Kecuali Anda memusnahkannya, tidak ada seorang pun
yang bisa menjamin bahwa Anda tidak akan jatuh di empat
alam penderitaan setelah kehidupan ini, ataupun seseorang
yang bisa menjamin bahwa Anda akan terlahir di suatu
alam bahagia. Tidak ada seorang pun yang bisa
memberikan jaminan seperti itu.
Kekotoran batin berikutnya yang perlu diperhatikan adalah
keragu-raguan (vicikicchā). Seseorang yang mencapai
Pengetahuan akan Jalan Pertama menghancurkan
ketidakmurnian lainnya, yang disebut keragu-raguan.
Apakah seseorang ragu-ragu tentang Pengetahuan
Mahatahu Sang Buddha, atau ragu-ragu tentang Dhamma,
atau ragu-ragu tentang Persamuan Saṅgha Mulia, atau
ragu-ragu tentang tiga latihan, ragu-ragu tentang
kehidupan lampau, ragu-ragu tentang kehidupan yang akan
datang, ragu-ragu tentang kehidupan lampau dan akan
datang, atau ragu-ragu tentang hukum kamma – semua
keragu-raguan ini telah dihancurkan sepenuhnya tanpa sisa
44
dengan pencapaian Jalan Pertama, dengan pencapaian
Pengetahuan akan Jalan Pertama. Anda tidak akan
mempunyai keragu-raguan seperti itu lagi.
Pengetahuan akan Jalan Pertama juga menghancurkan
sīlabbataparāmāsa, kemelekatan pada latihan salah.
Pengetahuan akan Jalan Pertama telah membuat Anda
mengerti dengan keyakinan mutlak bahwa tidaklah
mungkin merealisasi Dhamma melalui latihan lain di luar
Jalan Mulia Berunsur Delapan.
Ketiga ketidakmurnian ini dihancurnya sepenuhnya tanpa
sisa sampai keakar-akarnya dengan Pengetahuan akan Jalan
Pertama.
Saya akan menerangkan dengan menggunakan sebuah
contoh. Seandainya ada sebuah tong sampah yang penuh
dengan sampah, sangat berat dan sangat bau. Anda
membuka tutupnya dan mengambil sebagian sampah
keluar. Jadi sekarang tong itu tidak seberat atau sebau
sebelumnya.
Dengan cara yang sama, batin ketika Anda lahir sangatlah
berat dan bau. Apakah Anda tahu seberat dan sebau apa
itu? Sangatlah bau, kekotoran batin sangat bau dan sangat
berat. Kekotoran batin membuat Anda merasa berat setiap
hari. Anda membawa tong sampah ke mana-mana dari pagi
hingga malam hari.
Ketika Anda mencapai Pengetahuan akan Jalan Pertama,
ketiga ketidakmurnian itu dihancurkan. Ini mirip dengan
sebagian sampah yang dikeluarkan dari tong sampah itu.
Pada saat itu, batin Anda tidak sebau sebelumnya, dan tak
seberat sebelumnya. Ia menjadi lebih ringan. Betapa
indahnya ini! Anda dilahirkan kembali dengan batin yang
baru di dalam badan tua Anda.
45
Apakah ini baik? Sangatlah baik! Tidakkah Anda ingin
menghancurkan kekotoran batin ini? Ini adalah tujuan
pertama kita dalam berlatih meditasi. Jika Anda sudah
mencapai konsentrasi terserap jhāna, Anda bisa
mengharapkan untuk memperoleh pencapaian yang dalam
seperti itu, dan memusnahkan ketidakmurnian seperti itu
dari akarnya tanpa sisa dalam kehidupan ini.
Sekarang mari kita kembali membicarakan tentang
perbedaan dalam pengharapan yang berasal dari perbedaan
dalam sudut pandang.
47
semua dengan cara ini.’ Tanpa mencapai kekuatan
supranatural, bisakah beliau berbicara seperti itu? Ini
adalah alasan ketiga.
____________________
48
Jadi berapa banyak alasan yang Anda lihat? Empat alasan.
Anda mendengar bagaimana sang Bodhisatta berbicara
tentang kehidupan beliau sebagai Raja Vessantara. Jika
beliau belum mencapai kekuatan supranatural, bisakah
beliau berbicara tentang kehidupan lampau beliau? Untuk
alasan ini, penjelasan yang ada di Kitab Sub-Penjelas
Makna Jinālaṅkāra adalah masuk akal. Demikianlah, sudut
pandang sang Bodhisatta sendiri tidaklah sama dari waktu
ke waktu. Seperti yang pernah saya sampaikan pada Anda
semua, ketika kamma buruk menghalangi, beliau berpikir
bahwa delapan pencapaian bukanlah cara untuk
Pencerahan Sempurna, bukanlah cara untuk mengakhiri
penderitaan. Ya, seperti yang sudah saya jelaskan pada
Anda semua, hanya mencapai delapan pencapaian tidaklah
cukup untuk mengakhiri penderitaan.
49
Sembilan, Anda bisa menemukan Jhāna Sutta.17 Apa yang
dikatakan Sang Buddha dalam Sutta itu?
Paṭhamampāhaṃ, bhikkhave, jhānaṃ nissāya āsavānaṃ
khayaṃ vadāmi;
dutiyampāhaṃ, bhikkhave, jhānaṃ nissāya āsavānaṃ
khayaṃ vadāmi;
tatiyampāhaṃ, bhikkhave, jhānaṃ nissāya āsavānaṃ
khayaṃ vadāmi;
catutthampāhaṃ, bhikkhave, jhānaṃ nissāya āsavānaṃ
khayaṃ vadāmi;
ākāsānañcāyatanampāhaṃ, bhikkhave, nissāya
āsavānaṃ khayaṃ vadāmi;
viññāṇañcāyatanampāhaṃ, bhikkhave, nissāya
āsavānaṃ khayaṃ vadāmi;
ākiñcaññāyatanampāhaṃ, bhikkhave, nissāya
āsavānaṃ khayaṃ vadāmi;
nevasaññānāsaññāyatanampāhaṃ, bhikkhave, nissāya
āsavānaṃ khayaṃ vadāmi.
50
jhāna tak-bermateri (arūpa jhāna) yang dipelajari sang
Bodhisatta di bawah bimbingan Āḷāra Kālāma. Apa yang
dikatakan oleh sang Bodhisatta setelah beliau menguasai
jhāna tak-bermateri dengan landasan ruang tak-terbatas?
Beliau mengatakan, ’Ini bukan untuk penghancuran noda-
noda; ini bukan cara untuk mengakhiri penderitaan.’ Itu
adalah sudut pandang beliau pada saat itu. Tetapi setelah
Pencerahan-Nya, sebagai seorang Buddha, apa yang
dikatakan Beliau? Beliau mengatakan:
51
Jadi, kemudian, apakah sudut pandang sang Bodhisatta
dan sudut pandang Sang Buddha sama? Tidak. Oleh
karena itu, jika kita tidak mempunyai pengertian benar,
sudut pandang kita akan berbeda dengan sudut pandang
ketika kita nantinya sudah mencapai pengertian benar.
Sebagai seorang bodhisatta, beliau dipastikan menjadi
Buddha Yang Tercerahkan atas usaha-Nya sendiri. Beliau
sudah pasti akan mencapai pencerahan. Beliau mempunyai
kemampuan mencapai pencerahan sendiri, tanpa bantuan
dan tanpa bimbingan siapa pun. Tetapi, karena kamma
buruk lampau beliau berbuah, kemampuan untuk
pencerahan dengan usaha sendiri ini terhalangi. Beliau
tidak tahu bagaimana menggunakan delapan pencapaian
itu sebagai objek meditasi vipassanā ketika beliau berlatih
di bawah kedua guru itu.
Saya sebelumnya telah menyampaikan pada Anda semua
tentang objek meditasi terakhir sang Bodhisatta. Apakah
itu? Jhāna-dhamma pertama untuk Jalan dan Buah
Pertama, jhāna-dhamma kedua untuk Jalan dan Buah
Kedua, jhāna-dhamma ketiga untuk Jalan dan Buah Ketiga,
dan jhāna-dhamma keempat untuk Jalan dan Buah
Keempat. Bagaimana beliau berlatih ini?
Beliau memasuki jhāna pertama, dan setelah keluar dari
jhāna, beliau merenungkan, mengamati kelenyapan jhāna-
dhamma pertama. Jika Anda tahu bagaimana merenungkan
semua jhāna-dhamma pertama, ini bisa untuk
penghancuran noda-noda (batin). Dengan cara yang sama,
jika Anda memasuki jhāna tak-bermateri pertama – dengan
kata lain, jika Anda memasuki pencapaian kelima – dan
setelah keluar dari sana, jika Anda mengamati kelenyapan
jhāna-dhamma kelima, merenungkan ketidakkekalan,
penderitaan, dan tanpa-diri, ini bisa untuk penghancuran
52
noda-noda batin. Tetapi sang Bodhisatta tidak mengetahui
bagaimana menggunakan jhāna-dhamma sebagai objek
vipassanā. Itulah sebabnya pada saat itu beliau mempunyai
sudut pandang bahwa ini bukanlah untuk penghancuran
noda batin, ini bukanlah cara untuk mengakhiri
penderitaan, ini bukanlah cara untuk menjadi seorang
Buddha.
Namun, ketika waktunya matang bagi sang Bodhisatta
untuk mengambil objek meditasi terakhir beliau, yang bisa
membuat beliau mencapai Pengetahuan akan Jalan dan
Pengetahuan akan Buah dan Kebuddhaan, beliau berlatih
vipassanā dengan mengambil jhāna-dhamma sebagai
objeknya. Mengamati kelenyapan jhāna-dhamma, dan
merenungkan ketidakkekalan, penderitaan, dan tanpa-diri,
beliau mencapai secara berurutan Pengetahuan akan Jalan
dan Pengetahuan akan Buah tahap demi tahap. Sebelum
fajar, beliau mencapai Pencerahan Sempurna di bawah
Pohon Bodhi.
53
Apa yang dilakukan kelima petapa itu ketika mereka
melihat dari kejauhan, Sang Buddha yang datang
mendekati? Mereka membuat kesepakatan, akan
mengatakan, ’Sahabat, Petapa Gotama’ – Anda lihat,
mereka merujuk pada Beliau bukan sebagai ‘Sang Buddha’,
tetapi sebagai ‘Petapa Gotama’ – ‘Petapa Gotama sedang
mendekati. Petapa Gotama telah meninggalkan latihan
keras. Dia telah berubah dengan mengejar empat
kebutuhan pokok. Dia telah berbalik kembali pada
perolehan empat kebutuhan pokok. Kita jangan memberi
penghormatan pada Petapa Gotama. Kita jangan
menyambutnya. Kita jangan mengambil mangkok-dana
dari tangannya. Bagaimanapun, kita akan menyediakan
sebuah tempat duduk untuknya, jika dia
menginginkannya.’
Mengetahui keadaan pikiran kelima petapa itu, Sang
Buddha memancarkan cinta kasih yang terutama ditujukan
secara langsung pada mereka (odissaka mettā). Semakin
dekat Sang Buddha mendatangi, mereka tersentuh oleh
kemuliaan dan kekuatan Sang Buddha (buddhatejo
ānubhāva), dan mendapati mereka tidak sanggup untuk
melaksanakan kesepakatan yang telah mereka buat
sebelumnya, sehingga kelima petapa itu pergi menyambut
Sang Buddha. Satu orang mengambil mangkok dari
tangan-Nya, satu lainnya menyediakan tempat duduk
untuk Beliau, satu lainnya menyediakan air, satu lainnya
menempatkan sebuah papan, dan satu lainnya membawa
satu pot air untuk mencuci kaki Beliau.
55
Persepsi
Apakah persepsi Anda? Persepsi apa yang Anda pegang? Ini
adalah suatu hal yang kita semua perlu pikirkan dalam-
dalam. Di sini saya ingin bertanya pada Anda sebuah
pertanyaan: Manakah yang lebih banyak di dunia ini,
jumlah orang yang memegang persepsi salah, atau jumlah
orang yang memegang persepsi benar? Kelompok mana
yang lebih banyak – mereka yang memegang persepsi
buruk, atau mereka yang memegang persepsi baik?
Dalam hal ini Sang Buddha mengatakan, ’Persepsi adalah
penderitaan.’18 Semakin buruk persepsi yang kita miliki,
semakin kita menderita. Dalam era modern ini, orang
mempunyai banyak persepsi buruk, karena pengembangan
kesenangan indera di dunia ini.
Ketika Anda berlatih meditasi, Anda menjadi sangat tahu
bagaimana persepsi menyiksa Anda. Alih-alih bermeditasi,
Anda ingat ini, Anda ingat itu. Apakah penyebabnya?
Penyebabnya adalah persepsi Anda. Kadang-kadang Anda
teringat pada seseorang yang melakukan kesalahan pada
Anda, sehingga Anda menjadi marah, sehingga Anda
menderita. Semakin buruk persepsi yang Anda punyai,
semakin banyak Anda menderita. Oleh karena itu, mulai
hari ini, kita harus mempelajari ajaran Sang Buddha agar
mempunyai persepsi benar, pengertian benar, dan
pengetahuan benar untuk perealisasian Dhamma.
_________________
58
Apakah ada sudut pandang yang telah berubah di
kehidupan Anda? Apakah ada sudut pandang yang
sebelumnya Anda pikir benar, tetapi sekarang Anda
menganggapnya salah? Apakah Anda masih memegang di
pikiran Anda suatu sudut pandang yang menganggap apa
yang salah sebagai benar? Apakah Anda masih memegang
di pikiran Anda, suatu sudut pandang yang menganggap
apa yang benar sebagai salah?
Dalam hidup, kita masing-masing memegang suatu sudut
pandang, dan kita menggunakan sudut pandang itu. Kita
tidak bisa dengan mudah melepasnya. Beberapa dari kita
mempertahankannya hingga kita mati, tidak tahu bahwa
kita sebenarnya memegang sesuatu yang salah tetapi
berpikir itu benar. Yang paling utama, yang paling penting
dalam hidup adalah mengetahui cara yang benar untuk
mengakhiri penderitaan. Dewasa ini, di seluruh dunia,
mereka yang tertarik dengan pelatihan meditasi berlatih
dengan berbagai metode, dan mereka yang mengajarkan
meditasi mengajar dengan metode yang berbeda-beda.
62
Suatu saat, Pangeran Bodhirājakumāra mendatangi Sang
Buddha. Pangeran itu menjelaskan pandangannya tentang
sukha (kebahagiaan) kepada Sang Buddha. Apakah Anda
ingin mendengarkan kata-kata dia dalam bahasa Pāḷi?
‘Mayhaṃ kho, bhante, evaṃ hoti: Na khosukhena sukhaṃ
adhigantabbaṃ, dukkhena kho sukhaṃ adhigantabbaṃ’.
Tuan, saya mempunyai sudut pandang ini: Kita tidak bisa
mencapai sukha (kebahagiaan) dengan cara sukha. Kita bisa
mencapai sukha hanya dengan cara dukkha.20 Ini adalah
sudut pandang Pangeran Bodhirājakumāra.
64
benar bahwa latihan keras yang berat bukanlah cara untuk
mencapai sukha yang adi-duniawi itu. Ketiga, namun,
dengan cara jhāna sukha, kegembiraan dan kebahagiaan
konsentrasi terserap, seseorang bisa benar-benar mencapai
Magga Sukha dan Phala Sukha. Itu adalah visi dari Buddha
Yang Tercerahkan Sempurna. Demikianlah sudut pandang
sang Bodhisatta dan visi Sang Buddha berbeda total.
Dewasa ini, saya dan juga Anda semua sudah berlatih
banyak metode meditasi yang berbeda-beda. Kadang-
kadang, atau bahkan sering kali, kita sudah menghabiskan
waktu duduk dengan perhatian penuh, mengerahkan
perhatian pada rasa sakit fisik yang luar biasa. Benarkah?
Ini adalah latihan dengan dukkha. Apakah Anda pikir bisa
mencapai sukha dengan cara itu? Ini adalah sesuatu yang
perlu kita hindari.
Sang Buddha mengajarkan Jalan Tengah, Majjhima
Paṭipadā. Ini menghindari ekstrim kāmasukhallikānuyoga
(tenggelam dalam kesenangan indera) di satu sisi dan
ekstrim attakilamathānuyoga penyiksaan diri di sisi lain. Ini
adalah dua ektrim yang tak diinginkan dan tak bermanfaat.
Kita perlu menghindari keduanya.
65
Sudut pandang Anda sebagai manusia biasa adalah satu
hal, tetapi sudut pandang Anda sebagai orang suci adalah
hal lain. Dhamma merubah Anda. Dhamma meningkatkan
Anda. Dhamma mengubah Anda menjadi orang yang
berbeda. Anda terlahir dengan batin yang tua. Ketika Anda
menjadi seorang suci, batin Anda menjadi sebaliknya. Anda
akan menjadi seorang yang dilahirkan baru dengan badan
yang lama, tetapi dengan batin yang baru. Apakah ini
bagus? Sangat bagus!
Sudut pandang Anda akan berubah pada saat itu. Dhamma
adalah kekuatan yang bisa mengubah Anda. Dhamma
begitu kuat! Tetapi Anda harus mengetahui Dhamma
sejati, bukan Dhamma tiruan. Apa yang dikatakan Sang
Buddha? ‘Selama emas tiruan tidak muncul di dunia, emas
sejati akan tetap ada di dunia ini. Ketika emas tiruan
muncul di dunia, maka emas sejati akan lenyap di dunia
ini. Dengan cara yang sama, Dhamma sejati tidak akan
lenyap selama tiruan dari Dhamma sejati belum muncul di
dunia ini. Tetapi ketika Dhamma tiruan muncul di dunia,
Dhamma sejati akan lenyap.’21
Suatu hari bumi ini akan hancur. Kehancuran dunia terjadi
kadang-kadang disebabkan oleh air, kadang-kadang oleh
api, kadang-kadang oleh angin. Air, api, dan angin
sangatlah kuat, sehingga mereka bisa menghancurkan
seluruh bumi ini. Tetapi meskipun air, api, dan angin
begitu kuat hingga bisa menghancurkan bumi, mereka
tidak bisa menghancurkan ajaran Sang Buddha. Menurut
Sang Buddha, hanya seorang ‘manusia tak berguna’ –
dalam bahasa Pāḷi, moghapurisa – bisa memengaruhi kehan-
____________
21 SN.II.5.13 Saddhammapatirūpakasuttaṃ (SN 16.13 Ceramah
tentang Tiruan dari Dhamma Sejati).
66
curan ajaran Sang Buddha.22 Dengan istilah ‘manusia tak
berguna’, atau moghapurisa, Sang Buddha tidak bermaksud
merujuk pada umat awam. Yang dimaksud dengan
‘moghapurisa’ oleh Sang Buddha adalah para bhikkhu yang
tidak mengatakan tentang kebenaran, dan mengajarkan
Dhamma tiruan. Adalah bhikkhu jenis ini yang akan
menghancurkan ajaran Sang Buddha. Tidak ada seorang
pun yang bisa menghancurkan Dhamma, kecuali orang
yang ditahbiskan, karena merekalah yang bertanggung
jawab membabarkan Dhamma. Jika mereka gagal
membabarkan Dhamma sejati, mereka akan berakhir
dengan menghancurkan ajaran Sang Buddha.
____________
22 Sama seperti sebelumnya.
67
Dua Jenis Praktisi Vipassanā
Guru meditasi di banyak negara dewasa ini mengajarkan
adalah memungkinkan untuk mengakhiri penderitaan
tanpa mengembangkan konsentrasi. Apakah Anda setuju
dengan pendapat ini? Bahkan di Myanmar, di mana
Dhamma seakan-akan tumbuh subur, masih banyak yang
memegang sudut pandang seperti ini dan yang
mengajarkan bahwa tidaklah perlu mengembangkan
konsentrasi.
Apa yang diajarkan Sang Buddha setelah Pencerahan
Sempurna-Nya? ‘Samādhiṃ, bhikkhave, bhāvetha.
Samāhito, bhikkhave, bhikkhu yathābhūtaṃ pajānāti’ –
‘Bhikkhu, kembangkanlah konsentrasi. Seseorang yang
terkonsentrasi mengetahui dan melihat hal-hal sebagaimana
adanya.’23 Siapa yang mengatakan ini? Sang Buddha. Apa
yang dikatakan oleh Sang Buddha? Beliau mengatakan
bahwa seseorang yang terkonsentrasi mengetahui dan
melihat Dhamma, Kebenaran, sebagaimana adanya. Dan
Sang Buddha melanjutkan: ‘Kiñca yathābhūtaṃ pajānāti?
Idaṃ dukkhan’ti yathābhūtaṃ pajānāti’ - ‘Apa yang dia
ketahui dan lihat sebagaimana adanya? Dia mengetahui dan
melihat sebagaimana adanya, ’Ini adalah penderitaan.’
73
vipassanā murni. Jadi jika Anda ingin berlatih meditasi
vipassanā setelah mengembangkan konsentrasi, Anda
pertama-tama perlu mengembangkan konsentrasi terserap
jhāna. Setelah mengembangkan konsentrasi terserap jhāna,
Anda melanjutkan dengan berlatih meditasi empat unsur,
sebagai meditasi rūpa. Jadi apa kesamaan dan apa
perbedaan di antara kedua jenis praktisi ini?
Perbedaannya adalah praktisi vipassanā murni tidak
mempunyai konsentrasi terserap jhāna, sedangkan praktisi
jenis lainnya berlatih meditasi vipassanā setelah
mengembangkan konsentrasi terserap jhāna terlebih
dahulu. Tetapi ketika mereka memulai vipassanā, apakah
mereka sama atau berbeda? Mereka adalah sama.
Perbedaannya adalah hanya dalam hal konsentrasi terserap
jhāna – yang satu mencapainya terlebih dahulu dan yang
lainnya tidak. Tetapi ketika mereka melakukan meditasi
vipassanā, keduanya perlu memulai dengan meditasi
empat unsur.
Saya ingin menjelaskan lebih lanjut. Mereka yang sudah
mengembangkan konsentrasi terserap mempunyai pilihan
lain untuk memulai meditasi vipassanā. Jika mereka ingin
mulai dengan meditasi nāma daripada meditasi rūpa,
mereka mempunyai kemampuan untuk melakukannya.
Mengapa? Mereka telah mencapai konsentrasi terserap
jhāna, jadi mereka tahu bagaimana melihat faktor-faktor
jhāna; oleh karena itu mereka bisa melihat jhāna-dhamma
sebagai meditasi nāma. Dalam jhāna pertama, ada tiga
puluh empat bentukan mental. Jadi mereka bisa melihat
itu, dan bisa mengambil nāma sebagai titik awal vipassanā
mereka. Atau mereka bisa memulai dengan meditasi rūpa.
Itulah sebabnya mengapa mereka mempunyai dua pilihan.
Bagaimanapun, bagi makhluk yang berada di alam lima
74
agregat, fenomena batin muncul bergantung pada
fenomena materi. Menurut Visuddhimagga, mereka yang
ingin melihat fenomena batin harus lebih dulu melihat
fenomena materi hakiki secara menyeluruh. Untuk alasan
ini, meskipun samathayānika mempunyai dua pilihan,
memulai dengan meditasi empat unsur adalah pilihan yang
lebih baik ketika mereka berlatih meditasi vipassanā.
Suddhavipassanāyānika tidak mempunyai pilihan lain,
tetapi memulai dengan meditasi empat unsur. Jadi mereka
keduanya sama, ketika mereka memulai meditasi vipassanā.
Titik awal vipassanā adalah sama bagi keduanya, yaitu
meditasi empat unsur.
Perkenankan saya mengajukan pertanyaan lain. Seandainya
Anda ingin menyeberangi sebuah sungai atau laut. Anda
bisa menyeberangi sebuah sungai atau laut dengan sebuah
kapal – ini adalah satu pilihan. Pilihan lain adalah
menyeberang dengan berenang. Yang mana Anda lebih
suka? Menyeberang dengan sebuah kapal, sudah tentu!
Betapa lelah jadinya dan betapa beratnya menyeberang
dengan berenang! Jadi berlatih meditasi vipassanā murni
adalah sangat mirip dengan menyeberangi lautan dengan
berenang, sedangkan berlatih meditasi vipassanā setelah
mengembangkan konsentrasi ibarat seperti menyeberangi
lautan saṃsāra dengan sebuah kapal. Sangatlah damai!
Sesungguhnya, saya telah mengajar orang lokal dan orang
asing lebih dari tiga belas tahun. Saya telah menjadi saksi
mata perbedaan di antara kedua jenis praktisi ini. Secara
umum, mereka yang berlatih meditasi vipassanā setelah
mengembangkan konsentrasi merasa sangat nyaman.
Mereka merasa lancar, mereka merasakan suka. Mereka
yang langsung berlatih meditasi vipassanā tanpa
konsentrasi terserap harus memulai langsung dengan
75
meditasi empat unsur. Secara umum, kebanyakan dari
mereka mengalami kesulitan. Seperti yang sudah saya
sampaikan pada Anda semua, ini adalah pengamatan
secara umum. Namun ini berbeda bagi mereka yang sudah
pernah berlatih meditasi empat unsur dengan sukses di
kehidupan lampau. Mereka bisa berlatih meditasi empat
unsur dengan sukses dalam waktu singkat. Jadi, secara
umum, praktisi vipassanā murni mengalami kesulitan
dalam latihan mereka, tetapi bagi yang sudah
mengembangkan konsentrasi terserap bisa berlatih meditasi
empat unsur dengan lancar, tanpa kesulitan apa pun,
dalam waktu singkat, dan dengan sukses.
Tetapi jika Anda ingin menjadi seorang praktisi vipassanā
murni, saya tidak akan mencari kesalahan dengan Anda.
Saya akan mengajar Anda. Jika Anda telah mengumpulkan
pāramī dengan berlatih meditasi empat unsur di waktu
lampau, saya akan mengajar Anda, karena akan mudah
bagi Anda. Tetapi Anda hanya akan mengetahui apa objek
meditasi Anda di masa lampau, pada saat saya mengajar
Anda, dan hanya ketika Anda berlatih dengan sungguh-
sungguh. Hanya pada saat itu saya baru bisa
mengetahuinya, dan begitu juga Anda. Jika Anda berhasil
dengan meditasi ānāpāna dalam waktu singkat, kita bisa
mengatakan bahwa Anda sudah berlatih dengan sukses di
kehidupan lampau. Jika Anda bisa berlatih meditasi empat
unsur dengan sukses dalam waktu yang singkat, sudah
tentu Anda juga sudah pernah berlatih meditasi empat
unsur di kehidupan lampau.
Oleh karena itu, ketika kita sedang bermeditasi, kita
seharusnya mempunyai pemikiran seperti ini: ”Jika kita
lahir di kehidupan ini dengan pāramī yang cukup, kita akan
mencapai pencapaian tertinggi setelah mengikuti ajaran
76
sejati Sang Buddha.’ Jika Anda tidak mengikuti ajaran sejati
Sang Buddha, apa yang telah Anda pupuk di kehidupan
lampau tidak akan berfungsi, dan tidak akan membuahkan
hasil.
Kenapa tidak? Jalan menuju ke Nibbāna hanya bisa
diketahui ketika Sang Buddha muncul di dunia. Jika Anda
tidak mengikuti jalan yang diajarkan Sang Buddha,
bagaimana Anda bisa merealisasi Dhamma sebagaimana
adanya? Meskipun Anda mungkin sudah berlatih di
kehidupan lampau, Anda masih harus mengikuti apa yang
diajarkan Sang Buddha di kehidupan ini. Seandainya Anda
lahir di kehidupan ini tidak dengan pāramī yang cukup;
tetapi Anda mempunyai kesempatan berlatih ajaran sejati
Sang Buddha dalam kehidupan ini, Anda sedang memupuk
pāramī untuk perealisasian Anda di kehidupan yang akan
datang. Oleh karena itu, hal yang paling penting adalah
berlatih ajaran sejati Sang Buddha, bukan Dhamma tiruan.
Pertarungan Vipassanā
Kita sedang membahas nasihat Sang Buddha bahwa sukha
tidak bisa dicapai dengan dukkha; sukha hanya bisa dicapai
dengan sukha. Bagaimana sudut pandang Anda dalam hal
ini?
Dalam pengertian praktis, saat berjuang sepanjang jalan
mencari Dhamma dengan berlatih meditasi, kita telah
mengamati duka sebagai suatu objek meditasi dengan
harapan bahwa kita bisa merealisasi Dhamma hanya
dengan mengamati duka, rasa sakit dan ketidaknyamanan
yang muncul di badan. Ini adalah apa yang telah kita
lakukan di waktu yang lalu. Apakah Anda setuju dengan
ini? Jika Anda melanjutkan dengan cara seperti ini untuk
77
waktu yang lama, pada akhirnya Anda akan mendapati
tidak ada kebahagiaan dalam latihan meditasi Anda. Anda
hanya akan mengalami duka, jadi apa yang akhirnya akan
Anda lakukan? Anda akan semakin takut berlatih meditasi;
Anda ingin meninggalkan meditasi. Anda tidak akan bisa
melanjutkan, karena meditasi hanya memberi Anda begitu
banyak duka dan bukannya suka. Jadi ketika Sang Buddha
mengatakan, ’Sukha tidak bisa dicapai dengan dukkha;
sukha hanya bisa dicapai dengan sukha’, apa sesungguhnya
yang dimaksud oleh Beliau?
Bagi seorang samathayānika, yang berlatih meditasi
vipassanā setelah mencapai konsentrasi terserap jhāna,
mereka bisa memasuki konsentrasi terserap dan tinggal di
sana tanpa kesakitan atau ketidaknyamanan di tubuh
mereka untuk waktu satu jam, dua jam, atau bahkan tiga
jam. Mengapa? Karena, dalam keadaan konsentrasi
terserap, mereka merasakan suka selama waktu duduk
tergantung pada penguasaan yang telah mereka latih.
Dengan landasan konsentrasi terserap, mereka melanjutkan
pada latihan meditasi vipassanā. Jadi saya akan menjelaskan
ini secara singkat pada Anda semua. Setelah
mengembangkan konsentrasi, seperti yang dikatakan oleh
Sang Buddha, seseorang yang terkonsentrasi mengetahui
dan melihat Kebenaran sebagaimana adanya.
Meditator seperti itu akan mengetahui dan melihat
Kebenaran Mulia Pertama, yang mana adalah fenomena
batin hakiki dan fenomena materi hakiki, dan Kebenaran
Mulia Kedua, yaitu sebab dan akibatnya. Setelah
merealisasi dua Kebenaran Mulia ini, seseorang bisa
memulai meditasi vipassanā. Ketika Anda akan mulai
berlatih meditasi vipassanā, Anda perlu melakukannya
tahap demi tahap.
78
Pertama Anda perlu memperhatikan kemunculan dan
kelenyapan fenomena dari Kebenaran Mulia Pertama dan
Kebenaran Mulia Kedua. Lalu Anda harus
merenungkannya sebagai tidak kekal, penderitaan, dan
tanpa-diri. Ketika pengetahuan vipassanā Anda matang,
Anda harus melanjutkan pada udayabbaya-ñāṇa,
pengetahuan vipassanā yang memusatkan perhatian pada
kemunculan dan kelenyapan fenomena. Dengan melakukan
ini pengetahuan vipassanā Anda akan menjadi matang.
Lalu Anda harus melanjutkan pada bhaṅga-ñāṇa – yang
menekankan pada kelenyapan, dengan mengabaikan
kemunculannya – dan Anda akan melihat kelenyapan
fenomena yang sangat cepat sepanjang waktu. Apakah
Anda sedang melakukan meditasi jalan atau meditasi
duduk atau meditasi berdiri atau meditasi sambil berbaring,
Anda lanjutkan dengan mengamati kelenyapan yang
berlangsung terus menerus dan sangat cepat itu. Sementara
pengetahuan vipassanā Anda belum matang dan belum
cukup kuat untuk merealisasi Nibbāna, Anda akan merasa
lelah, bukan secara fisik tetapi secara mental, karena Anda
melihat fenomena kelenyapan terus menerus.
Apa nasihat yang diberikan Sang Buddha pada murid
Beliau, ketika mereka mengalami ini? Beliau memberi
nasihat pada mereka untuk memasuki konsentrasi terserap.
Menurut nasihat Sang Buddha, jika pengetahuan vipassanā
Anda belum matang, Anda akan merasakan kelelahan
secara mental karena Anda secara terus menerus melihat
fenomena yang lenyap dengan cepat sepanjang waktu.
Anda seperti seorang tentara yang bertempur melawan
musuh. Dikarenakan dia bertempur dengan musuhnya
untuk waktu yang lama, dia akan merasa lelah dan lapar,
sehingga tidak mempunyai cukup energi di badannya untuk
melanjutkan; jadi dia harus menarik diri dan beristirahat,
dia harus makan dan membuat badannya segar kembali
79
dan kuat lagi. Ketika dia merasa segar dan kuat, dia akan
keluar dari benteng pertahanannya dan bertempur lagi
dengan musuhnya.25
Dengan cara yang sama, ketika Anda berlatih meditasi
vipassanā menurut ajaran Sang Buddha, Anda akan sampai
pada melihat kelenyapan dhamma terkondisi yang cepat
dan terus menerus secara ekstrim sepanjang waktu. Ini
seakan-akan Anda berada dalam pertempuran vipassanā;
pada suatu titik Anda akan merasa lelah dan perlu untuk
memulihkan tenaga Anda. Sang Buddha menasihati Anda
untuk memasuki benteng pertahanan Anda pada saat itu.
Silakan memasuki konsentrasi terserap dan beristirahat di
sana, dan membuat diri Anda merasa segar dan kuat lagi.
Ketika Anda secara mental merasa segar dan kuat lagi,
Anda harus bertempur lagi dengan musuh Anda. Anda
harus keluar dari benteng pertahanan jhāna Anda. Anda
harus melanjutkan pertempuran vipassanā Anda.
Jadi dengan cara ini tidak akan ada duka secara fisik
maupun mental apa pun. Ini hanyalah kelelahan mental
yang perlu diseimbangkan kembali, karena pengetahuan
vipassanā yang masih belum cukup kuat. Dan dikarenakan
pengetahuan vipassanā yang belum cukup kuat, maka
masih belum memungkinkan melakukan terobosan untuk
merealisasi Nibbāna.
Bagaimanapun, berlatih dengan cara ini, yang sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi, tidak akan menimbulkan
dukkha. Hanya ada sukha. Dengan cara ini, praktisi harus
menghabiskan waktu yang panjang berusaha dengan keras
mencapai Pengetahuan akan Jalan dan Pengetahuan akan
__________________________
81
Sang Buddha mengajarkan bahwa ada empat jenis
manusia.26 Jenis pertama, ugghaṭitaññū, bisa mencapai
Pengetahuan akan Jalan dan Pengetahuan akan Buah hanya
dengan mendengar sebuah syair yang sangat pendek.
Apakah Anda ingat dua Murid Kepala yang menjadi
Sotāpanna setelah mendengar sebuah syair yang sangat
pendek dari Y.M. Assaji? Apakah Anda ingin menguji
apakah Anda bisa mencapai Pengetahuan akan Jalan dan
Pengetahuan akan Buah? Maka dengarkanlah:
_________________
26 Empat jenis manusia tercatat di AN.IV.4.3 Ugghaṭitaññū-suttaṃ
(AN 4.133 Ceramah tentang Seseorang yang Cepat Paham).
Penjelasan di sini diambil dari Puggalapaññatti dan Kitab Penjelas
Maknanya (disarikan dan diterjemahkan oleh Bhikkhu Bodhi):
(a) Ugghaṭitaññū – Orang yang cepat paham adalah orang yang
mana penembusan Dhamma-nya (dhammābhisamaya) terjadi
bersamaan dengan sebuah ungkapan. Ugghaṭita berarti
terbukanya pengetahuan(ñāṇugghāṭana); artinya seseorang
paham begitu pengetahuannya terbuka, bersamaan dengan
sebuah ungkapan, atau segera setelah (sebuah pernyataan
Dhamma) diungkapkan. Penembusan terjadi bersamaan dengan
pengetahuan akan Dhamma tentang Empat Kebenaran.
(b) Vipañcitaññū – Orang yang memahami melalui penjelasan
rinci adalah seseorang yang penembusan Dhamma-nya terjadi
pada saat makna dari apa yang dinyatakan dengan singkat
sedang dianalisis dengan detil. Ini adalah orang yang bisa
mencapai Kearahatan setelah suatu ungkapan singkat diberikan,
dan maknanya dianalisis dengan detil.
(c) Neyya – Orang yang dibimbing adalah orang yang
menembus Dhamma secara bertahap, setelah melalui instruksi,
perhatian yang saksama, dan bergantung pada teman-teman
baik.
(d) Padaparama – Orang yang mana kata-kata adalah batas
maksimalnya, adalah orang yang – meskipun banyak mendengar,
banyak melafalkan, banyak menghafal, dan banyak mengajar –
tidak bisa mencapai penembusan Dhamma dalam kehidupan itu.
82
Ye dhammā hetuppabhavā,
Tesam hetuṃ tathāgato āha. 27
Apakah ada orang yang mencapai Pengetahuan akan Jalan
dan Pengetahuan akan Buah? Tidak ada seorang pun?
Anda bisa mengatakan, ‘Bhante, tolong kesampingkan dulu
tentang pencapaian Pengetahuan akan Jalan dan
Pengetahuan akan Buah; kami bahkan tidak mengerti apa
artinya itu!’ Sementara bagi dua Murid Kepala itu, mereka
berdua menjadi Sotāpanna sebelum syair yang dilafalkan
sampai pada kata ‘āha’.
84
Saya pikir ada banyak di antara Anda yang sudah
mendengar atau membaca Dhammacakkappavattana Sutta.
Anda harus bertanya pada diri Anda sendiri, ’Apakah saya
sudah mencapai Pengetahuan akan Jalan dan Pengetahuan
akan Buah?’ Bagi Anda yang belum pernah mendengar
atau membaca sutta ini, ketika nanti Anda pulang ke
rumah, tolong cari sutta itu, lalu baca dan cobalah.
Tanyakan pada diri sendiri, ’Bisakah saya menjadi seorang
Sotāpanna setelah mendengar atau mendengarkan
penjelasan terperincinya? Jika setelah membaca seluruhnya
sekali Anda belum menjadi seorang Sotāpanna, tolong baca
seratus kali, atau bahkan seribu kali. Tetapi sudah pasti
Anda tidak akan mencapai Pengetahuan akan Jalan dan
Buah Pertama.
‘Me-du-yin, me-du-neh.’
85
menyatu, mereka akan mencapai Jalan dan Buah di
kehidupan ini. Ini adalah manusia jenis ketiga.
Dewasa ini, banyak yang masuk kelompok manusia jenis
ketiga ini. Bahkan di antara Anda semua, banyak yang akan
membuktikan sebagai neyya puggala, tetapi Anda masih
perlu melatih tiga latihan ini secara sistematis tahap demi
tahap untuk perealisasian Dhamma dan pencapaian
Pengetahuan akan Jalan dan Pengetahuan akan Buah
dalam kehidupan ini.
Yang terakhir, manusia jenis keempat, adalah padaparama.
Tidak peduli sekeras apa pun dia mencoba dan tidak peduli
berapa banyak waktu yang dia habiskan bermeditasi dalam
kehidupan ini, dia tidak akan bisa mencapai konsentrasi
terserap jhāna, ataupun bisa mencapai Pengetahuan akan
Jalan dan Pengetahuan akan Buah dalam kehidupan ini.
Latihan yang dia lakukan hanyalah untuk memupuk pāramī
dan untuk perealisasian Dhamma di masa yang akan
datang. Ini adalah manusia jenis keempat.
Tidak menjadi persoalan apakah kita adalah manusia jenis
ketiga atau jenis keempat, kita harus berlatih dengan rajin
dan sistematis tahap demi tahap, sesuai dengan ajaran Sang
Buddha dalam kehidupan ini. Jika kita adalah manusia jenis
ketiga, kita mungkin merealisasi Dhamma dalam
kehidupan ini. Namun jika kita adalah manusia jenis
keempat, latihan kita bisa membuat kita merealisasi
Dhamma di waktu yang akan datang.
87
meditasi yang telah diajarkan Sang Buddha ketika Beliau
mengajarkan meditasi vipassanā? Beliau mengajarkan dua
objek. Apakah kedua objek itu? Mereka adalah nāma dan
rūpa.
Ketika Sang Buddha mengajarkan meditasi rūpa, apa yang
diajarkan Sang Buddha secara rinci? Beliau mengajarkan
meditasi empat unsur. Perkenanlah saya mengutip dari
Kitab Sub Penjelas Makna lagi:‘Duvidhañhi kammaṭṭhānaṃ
rūpakammaṭṭhānaṃ arūpakammaṭṭhānañca’ – ketika Sang
Buddha mengajarkan vipassanā, Beliau mengajarkan
meditasi rūpa dan meditasi nāma. ‘Tattha bhagavā
rūpakammaṭṭhānaṃ kathento saṅkhepamanasikāravasena vā
vitthāramanasikāravasena vā catudhātuvavatthānaṃ kathesi’
– ketika Sang Buddha mengajarkan meditasi rūpa, Beliau
mengajarkan meditasi empat unsur baik dengan metode
singkat maupun terperinci.
88
sinar itu selama satu jam, Anda bisa mencapai konsentrasi
jelang.
Jika Anda melanjutkan melihat empat unsur di balok sinar
itu, ia akan pecah menjadi partikel yang sangat kecil yang
disebut rūpa kalāpa. Ini adalah sangat, sangat kecil. Apakah
Anda pernah melihat rūpa kalāpa? Apakah Anda ingin
melihatnya? Jika begitu, Anda harus mengikuti cara yang
diajarkan Sang Buddha dan harus berlatih seperti yang
diajarkan Beliau. Apakah yang harus Anda latih? Anda
harus berlatih meditasi empat unsur. Jika Anda sudah
mengembangkan konsentrasi melalui latihan meditasi
empat unsur, Anda akan melihat partikel yang sangat kecil
ini. Meskipun kebanyakan dari Anda belum melihatnya,
saya ingin Anda semua paling tidak mengerti sebagian. Jadi
saya akan memberi Anda sebuah contoh. Tetapi saya tidak
yakin apakah Anda bisa mengerti contoh saya ini atau
tidak.
Apakah Anda menonton televisi di rumah Anda? Saya tidak
tahu jenis telivisi apa yang Anda miliki; itulah sebabnya
mengapa saya mengatakan pada Anda saya tidak yakin
apakah Anda bisa mengerti atau tidak. Ketika Anda
menyalakan sebuah televisi kuno, apakah yang Anda lihat
di layarnya sebelum acara dimulai? Titik-titik yang sangat
kecil, bukan? Apakah mereka besar atau kecil? Mereka
kecil. Ya, kita bisa mengatakan mereka adalah kecil, tetapi
Anda masih bisa melihat mereka dengan mata telanjang.
Ini adalah kecil, tetapi Anda masih bisa melihat mereka
dengan mata yang tanpa bantuan. Jika Anda membagi satu
dari titik kecil pada layar itu sebanyak seratus kali, seribu
kali, ia akan mirip dengan partikel yang sangat kecil itu.
Apakah Anda tahu tentang atom? Apakah Anda pernah
melihat sebuah atom? Sebelum abad kedua puluh, ilmuwan
menganggap atom adalah unit terkecil dari materi. Ini
89
adalah pemikiran mereka di masa lalu. Kemudian di akhir
abad ke sembilan belas dan awal abad kedua puluh,
ilmuwan mendapati bahwa mereka masih bisa memecah
atom menjadi proton, elektron, dan neutron. Kapan
mereka akhirnya bisa memecah atom menjadi proton,
elektron, dan neutron? Akhir abad ke sembilan belas dan
awal abad kedua puluh. Jadi proton, elektron, dan neutron
ini disebut partikel sub-atomik. Partikel yang sangat kecil
yang diajarkan Sang Buddha, dan yang ditembus oleh Sang
Buddha, dan yang perlu Anda semua tembus disebut rūpa
kalāpa, dan sangat mirip dengan partikel sub-atomik itu.
Kapan Sang Buddha menembusnya? Dua ribu enam ratus
tahun yang lalu, dan tanpa menggunakan alat apa pun.
Beliau merealisasi rūpa kalāpa tanpa bantuan alat apa pun,
dan tanpa memerlukan sebuah laboratorium, tetapi hanya
dengan pertolongan konsentrasi.
Pada hari bulan purnama Vesākha, sang Bodhisatta
mendatangi Pohon Bodhi dan berlatih ānāpāna hingga
jhāna keempat, dan beliau kemudian melanjutkan dengan
meditasi kasina, delapan pencapaian, dan empat belas cara,
hingga pencapaian kekuatan supranatural. Beliau mencapai
pubbenivāsa-abhiññāṇa, kemampuan mengingat kembali
banyak kehidupan lampau beliau. Ini adalah apa yang
dicapai beliau di waktu malam jaga pertama. Dengan
kekuatan supranatural itu beliau mencapai perealisasian
batin paling hakiki dan materi paling hakiki. Jadi sang
Bodhisatta menembus partikel-partikel kecil ini 2.600
tahun yang lalu di bawah Pohon Bodhi, tidak seperti
partikel sub-atomik, tanpa menggunakan mikroskop apa
pun atau alat lainnya atau laboratorium apa pun.
90
Selama bertahun-tahun, mengajar di Pa-Auk, saya telah
mengajar banyak praktisi luar negeri dan lokal. Saya
menginstruksikan mereka pertama-tama untuk
mengembangkan konsentrasi dan kemudian melihat
partikel-partikel kecil ini. Tidakkah Anda ingin melihatnya?
Apakah saya mempunyai kesempatan untuk mengajarkan
Anda Dhamma yang dalam ini? Saya berharap mempunyai
kesempatan untuk mengajarkan ini pada Anda semua.
Anda semua sangatlah beruntung mendengar Dhamma
seperti ini. Sangatlah langka kemunculan seorang Buddha
di dunia ini. Sangatlah langka bisa mendengar Dhamma.
Sangatlah langka terlahir sebagai seorang manusia.
Sangatlah langka sebagai manusia yang mempunyai
keyakinan terhadap Buddha, Dhamma, dan Saṅgha.
Sangatlah langka kesempatan berlatih meditasi. Sangatlah
langka merealisasi Dhamma sebagaimana adanya. Sekarang
Anda menemui banyak kesempatan seperti ini. Apakah
yang sedang Anda lakukan? Apakah yang paling penting
bagi Anda? Untuk merealisasi Dhamma. Jika begitu, apa
yang perlu Anda lakukan? Anda harus mengembangkan
konsentrasi, dengan hanya fokus pada objek utama latihan
Anda. Tidak ada yang lainnya.
Sang Buddha mengatakan, ‘Tumhehi kiccamātappaṃ,
akkhātāro tathāgatā’– ‘Akulah yang menunjukkan jalan,
kalian harus menjalaninya sendiri.’ 28 Sang Buddha tidak
_________________
28 Dhp. 276:
Tumhehi kiccaṃ ātappaṃ, akkhātāro Tathāgatā.
Paṭipannā pamokkhanti, jhāyino mārabandhanā.
Kalian sendirilah yang harus berjuang dengan sungguh sungguh;
para Tathāgata hanya menunjukkan jalan. Para meditator yang
melangkah pada sang Jalan terbebas dari jeratan Māra.
91
bisa membuat Anda merealisasi pencapaian apa pun. Sang
Buddha menunjukkan pada Anda bagaimana caranya
berlatih agar memperoleh pencapaian itu. Sang Buddha
melakukan bagian-Nya dengan menunjukkan jalan.
Sekarang Anda perlu melakukan bagian Anda.
92
Rūpa kalāpa ini adalah partikel-partikel yang diajarkan oleh
Sang Buddha dan ditembus oleh Sang Buddha. Menurut
ajaran Sang Buddha, tidak ada pria, tidak ada wanita, tidak
ada pohon, tidak ada gunung, tidak ada gedung; yang ada
hanyalah partikel-partikel kecil yang muncul dan lenyap
dengan sangat cepat sepanjang waktu.
Sekarang Anda mungkin masih mempunyai keragu-raguan.
Jika begitu, yakinlah bahwa tidak ada yang salah dengan
Anda. Mengapa seperti itu? Karena Anda masih belum
mengembangkan konsentrasi. Anda masih belum
mengarahkan diri Anda untuk berlatih dengan tujuan
melihat partikel-partikel kecil ini. Seandainya ada meditator
yang bisa melihat partikel-partikel kecil ini sekarang; jika
meditator seperti itu menutup mata dan mengamati empat
unsur dari orang di sekitar mereka di sini, mereka hanya
akan melihat partikel-partikel kecil di mana-mana. Jika
mereka mengamati empat unsur di gedung ini, mereka
hanya melihat partikel-partikel kecil. Jika mereka
memperhatikan empat unsur di sekitar ruangan, mereka
hanya melihat partikel-partikel kecil. Mereka tidak melihat
pria, wanita, gedung, gunung, pohon – hanya partikel-
partikel kecil. Semuanya menjadi sama. Pada saat seperti
itu Anda tidak akan tidak setuju dengan Sang Buddha.
Anda akan setuju dengan Sang Buddha.
Apa yang dikatakan oleh Sang Buddha? Beliau
mengatakan, “Aku tidak mau berdebat dengan siapa pun di
dunia ini. Adalah mereka yang ingin berdebat dengan-
Ku.’29 Mengapa? Orang di dunia ini tidak mempunyai
_________________
96
Sang Buddha menemukan cara yang dalam dan luar biasa
ini, Dhamma, 2600 tahun yang lalu tanpa laboratorium apa
pun dan tanpa alat apa pun. Beliau merealisasi Dhamma
ini hanya melalui latihan Beliau, dan dengan bantuan sinar
konsentrasi, dengan bantuan sinar kebijaksanaan. Anda
semua perlu mempunyai sudut pandang ini agar bisa
merealisasi Dhamma. Jadi seandainya Anda sudah
merealisasi fenomena batin dan materi hakiki, itu berarti
Anda sudah menembus Kebenaran Mulia Pertama. Tolong
diingat, jika Anda belum menembus fenomena batin dan
materi hakiki dengan cara ini, Anda belum menembus
Dhamma seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha. Jika
Anda belum menembus hal-hal ini, Anda mungkin masih
tidak setuju dengan Sang Buddha. Hanya ketika Anda
melihat dengan cara seperti yang dilihat Sang Buddha,
barulah Anda tidak akan mempermasalahkannya lagi
dengan Sang Buddha. Tetapi cakupan kebijaksanaan Anda
tidak akan sama dengan kepunyaan Beliau. Sang Buddha
melihat secara lengkap; Anda tidak akan melihat secara
lengkap, tapi hanya sebagian saja. Sang Buddha
mengatakan bahwa orang biasa akan melihat secara parsial,
suatu penglihatan yang tidak akan setara dengan
penglihatan seorang Buddha. Tetapi dengan penglihatan
parsial ini sudah cukup untuk membuat seseorang menjadi
suci.31 Tanpa perealisasian seperti itu, Anda tidak akan
pernah merealisasi Kebenaran Mulia Pertama. Untuk saat
ini, saya tidak akan menerangkan lebih lanjut tentang
fenomena batin hakiki. Saya akan menjelaskan lebih banyak
hanya ketika saya mempunyai kesempatan mengajarkan
Anda bagaimana menembus fenomena batin hakiki.
_______________
100
Dalam kehidupan lampau kelima, kembali ke masa
lampaunya, dia adalah sesosok brahmā. Bagaimana
seseorang bisa terlahir di alam brahmā? Ini hanya
mungkin setelah mencapai konsentrasi jhāna. Anda bisa
terlahir kembali di alam brahmā, hanya apabila Anda bisa
mempertahankan penguasaan jhāna hingga saat terakhir
sebelum Anda meninggal. Jika Anda bisa mempertahankan
konsentrasi terserap jhāna kedua pada saat menjelang ajal
dalam kehidupan ini, Anda akan terlahir di alam brahmā
kedua. Anda tidak perlu mengambil konsepsi dalam sebuah
rahim. Sesosok brahmā akan langsung muncul, dengan
bentuk badan yang lengkap. Sesaat setelah kesadaran
kematian muncul, brahmā itu muncul di sana dengan
badan yang lengkap. Ini adalah sesuatu yang tidak bisa
Anda lihat dengan mata telanjang. Dan juga tidak ada guru
religius lainnya yang bisa mengajarkan hal ini selain Sang
Buddha. Jika Anda secara sistematis berlatih dengan cara
yang diajarkan Sang Buddha, Anda bisa menembus bahwa
ada alam brahmā, ada alam dewa, ada alam neraka dan
seterusnya. Jadi yogi itu bisa melihat kehidupan lampau
kelimanya sebagai sesosok brahmā .
Brahmā tidak mempunyai unsur translusen hidung,
mereka tidak mempunyai unsur translusen lidah, dan
mereka tidak mempunyai unsur translusen tubuh. Mereka
hanya mempunyai unsur translusen mata dan unsur
translusen telinga. Mereka ingin mempunyai unsur
translusen mata karena mereka ingin melihat Sang Buddha.
Mereka ingin mempunyai unsur translusen telinga karena
mereka ingin mendengar Dhamma.
Berapa banyak duka yang harus kita alami dengan
mempunyai unsur translusen hidung? Berapa banyak duka
yang kita alami dengan memiliki unsur translusen lidah?
101
Betapa sibuknya Anda sebagai seorang manusia karena
unsur translusen lidah ini! Berapa banyak duka yang Anda
alami karena unsur translusen tubuh ini! Betapa baiknya
jika Anda tidak mempunyai unsur-unsur translusen
tersebut! Apakah Anda setuju? Apakah Anda melihat duka
di dalamnya? Jika Anda tidak melihat duka tersebut, Anda
tidak bisa terlahir kembali di alam brahmā, karena Anda
tidak akan berlatih dengan baik.
Brahmā tidak mengkonsumsi makanan apa pun. Makanan
mereka adalah kebahagiaan yang muncul dengan memasuki
jhāna. Apakah ini bagus? Mereka tidak perlu memasak,
tidak perlu mencari uang – betapa bagusnya ini! Sangat
bagus! Jadi dalam kehidupan lampau itu, yogi itu berlatih
konsentrasi terserap jhāna sebagai sesosok brahmā.
Sayangnya, dia tidak bisa mempertahankan konsentrasi
terserap jhāna-nya saat menjelang ajalnya. Sebaliknya,
objek terakhir yang muncul di pikirannya adalah gambaran
Sang Buddha. Apakah ini baik? Apakah ini baik atau
buruk? Ya, ini adalah objek yang sangat, sangat superior.
Ini bukan hanya gambaran Sang Buddha; ini adalah
penampakan Sang Buddha sesungguhnya yang dia lihat.
Mengambil gambaran itu sebagai objek saat menjelang ajal,
dia sangatlah berbahagia.
Dalam kehidupan selanjutnya, kehidupan lampau
keempatnya, dia terlahir sebagai seorang laki-laki dan
menjadi seorang raja di keberadaan itu. Apakah Anda
ingin menjadi seorang raja? Mungkin ada seseorang di sini
yang ingin menjadi seorang raja. Jadi sebagai seorang raja,
dia mengumpulkan kamma baik maupun kamma buruk;
namun, dikarenakan dia terlahir di alam manusia sebagai
seorang laki-laki dan seorang raja setelah dia meninggal di
alam brahmā, saya percaya dia mempunyai tabiat yang
102
sangat baik. Oleh karena itu dia memupuk banyak kamma
yang sangat baik di kehidupannya itu sebagai seorang raja.
Pada saat itu, ada seekor sapi rupawan yang dipelihara di
kerajaan sang Raja. Sapi itu sangat rupawan. Ketika sang
Raja pergi ke sana untuk melihat sapi itu, dia merasakan
suatu kasih sayang yang kuat terhadapnya. Dia menjadi
melekat pada sapi itu. Ketika Raja itu hampir meninggal,
objek terakhir yang muncul di pintu pikirannya bukanlah
suatu kamma bajik, tetapi sayangnya, sapi yang rupawan
itu. Dia meninggal dengan kemelekatan pada sapi itu. Lalu,
dia terlahir sebagai seekor sapi jantan di kehidupan
selanjutnya, kehidupan lampau ketiganya. Tetapi meskipun
dia terlahir sebagai seekor sapi jantan, dia memupuk
banyak kamma baik, karena karakter baik dan tabiat baik
memengaruhi sapi jantan itu.
Suatu hari pemilik sapi jantan itu berniat melakukan
perbuatan bajik. Jadi si sapi jantan menarik pedati yang
penuh dengan banyak barang. Dalam pengalaman Anda,
bahkan sebagai manusia yang mempunyai kecerdasan
seperti kita sendiri, ketika kita harus membawa barang
berat, apakah kita berbahagia? Kita tidak akan berbahagia.
Tetapi meskipun sapi jantan ini terlahir sebagai seekor
binatang bodoh dikarenakan kamma yang tak beruntung
yang muncul pada saat menjelang ajal di kehidupan
sebelumnya, ia tetap terlahir dengan tabiat baik sehingga
memengaruhi sapi itu dengan kuat. Dia sangat bahagia
ketika dia menarik pedati itu, yang penuh dengan banyak
barang untuk persembahan. Keadaan pikiran baik muncul
pada sapi jantan itu. Sungguh beruntung bagi sapi itu, ini
menjadi kamma yang muncul pada saat menjelang ajalnya.
Apa yang terjadi pada keberadaan selanjutnya? Dalam
103
kehidupan lampau keduanya, dia terlahir sebagai seorang
laki-laki dan menjadi seorang tukang kayu.
Suatu hari, sebagai seorang tukang kayu dengan tabiat baik,
dia membangun sebuah jembatan kecil sehingga orang dan
pedati sapi bisa lewat. Ini juga adalah suatu perbuatan
bajik. Itu menjadi kamma yang muncul pada saat
menjelang ajal di kehidupan itu. Dalam keberadaan
selanjutnya, yang mana adalah kehidupan lampau sebelum
saat ini, dia terlahir sebagai seorang laki-laki lagi, dan dia
sangatlah kaya. Dikarenakan manusia tidaklah abadi, suatu
hari dia mendekati saat meninggal. Untunglah pada saat
menjelang ajal orang kaya itu, objek terakhir yang muncul
adalah mempersembahkan makanan pada tiga bhikkhu.
Apakah itu kamma baik atau kamma buruk? Ini adalah
kamma baik. Pada saat itu dia membuat aspirasi berikut:
’Semoga dengan perbuatan bajik ini, saya bisa menembus
Dhamma seperti yang telah ditembus oleh Bhante-bhante
ini.’ Apakah ini baik? Dikarenakan kamma seperti itu, di
dalam kehidupan saat ini dia bisa bermeditasi dengan
sangat baik, dan dengan dukungan latihan sebelumnya
sebagai sesosok brahmā, sehingga dia bisa mencapai
konsentrasi terserap jhāna. Dan dikarenakan aspirasinya
untuk menembus Dhamma, dia bisa menembus Dhamma
dengan sangat dalam di kehidupan ini.
Saya menghubungkan semua ini untuk membantu Anda
mengerti Kebenaran Mulia Kedua. Jika Anda ingin
merealisasi Dhamma, jika Anda ingin mencapai
Pengetahuan akan Jalan, dan Pengetahuan akan Buah
dalam kehidupan ini, inilah apa yang perlu Anda semua
mengerti, karena jika Anda tidak merealisasi Kebenaran
Mulia Pertama dan Kebenaran Mulia Kedua, Anda tidak
bisa berlatih vipassanā sejati. Jadi setelah merealisasi
104
Kebenaran Mulia Pertama dan Kedua, Anda bisa memulai
meditasi vipassanā.
Sang Bodhisatta berlatih meditasi vipassanā di bawah
Pohon Bodhi setelah merealisasi Kebenaran Mulia Pertama
di malam jaga pertama dan Kebenaran Mulia Kedua di
malam jaga kedua melalui dua kekuatan supranatural, lalu
setelah berlatih meditasi vipassanā di malam jaga ketiga,
sebelum fajar, beliau mencapai pencapaian akhir yang
bersekutu dengan Kemahatahuan. Ini adalah jalan menuju
Nibbāna. Inilah sudut pandang yang Anda semua harus
pegang. Tujuan Anda haruslah mengetahui dan melihat
Dhamma sebagaimana adanya. Jika sudut pandang Anda
tidak sesuai dengan ini, maka tidak peduli berapa banyak
Anda mencoba, berapa banyak waktu yang Anda habiskan,
atau berapa keras Anda mengerahkan diri Anda, Anda
tidak akan pernah merealisasi Nibbāna .
Jadi, peganglah Pandangan Benar, ketahuilah ajaran sejati
Sang Buddha….
Semoga Anda semua berlatih meditasi dalam kehidupan
ini!
Semoga Anda semua merealisasi Dhamma sebagaimana
adanya dalam kehidupan ini!
Dan semoga Anda semua bisa melihat Nibbāna dan
mengakhiri penderitaan dalam kehidupan ini!
Ārambhatha nikkamatha,
Yuñjatha buddhasāsane.
Dhunātha maccuno senaṃ,
Naḷāgāraṃva kuñjaro.
105
Bekerja keraslah untuk pencapaian pembebasan,
Kerahkan diri Anda ketika Ajaran sejati Sang Buddha
masih tumbuh subur!
Singkirkan tentara Kematian,
Bagaikan seekor gajah menghancurkan pondok alang-
alang.34
Sadhu! Sadhu! Sadhu!
_________________
109
Dana Tepat-waktu
Pertanyaan: Bhante menjelaskan bahwa ketika kita
melakukan dāna, sīla, dan bhāvanā (kedermawanan,
moralitas, dan meditasi), kita sedang memenuhi pāramī.
Jadi dalam hal dāna, bisa tolong Bhante jelaskan, dengan
memberikan sebuah contoh, kepada siapa kita harus
memberikan dana dan jenis dana apa yang harus kita
berikan, sehingga itu menjadi pāramī dan bukan hanya
sekedar kamma bajik?
Jawaban: Seperti yang sudah saya sampaikan pada Anda,
perbuatan baik apa pun yang Anda lakukan, apakah
memberikan dana atau melatih moralitas atau bermeditasi,
jika Anda melakukan ini dengan niat untuk mengakhiri
penderitaan, itu akan menjadi pemupukan pāramī.
Mengikuti nasihat ini, silakan lakukan jenis dana apa pun
yang ingin Anda lakukan.
Tetapi Anda semua mengetahui syair ini: ‘Sabbadānaṃ
dhammadānaṃ jināti’ – ‘Pemberian Dhamma melampaui
semua pemberian lainnya.’35 Oleh karena itu, jika Anda
mempunyai kemampuan untuk melakukan pemberian
Dhamma, Anda seharusnya mencoba melakukan itu.
Meskipun jika Anda tidak bisa memberikan Dhamma
dengan sebuah ceramah seperti orang yang ditahbiskan,
Anda masih bisa memberikan buku atau rekaman audio
Dhamma pada mereka yang belum mengerti Dhamma dan
mereka yang mencintai Dhamma. Ini juga adalah suatu
cara memberi yang melebihi semua pemberian lainnya.
35 Dhp. 354.
110
pemberian Dhamma adalah bentuk pemberian yang
tertinggi.
____________________
114
Tiratana. Hanya sampai titik itu yang akan dilakukan oleh
Sang Buddha, tidak akan melebihi itu; usaha Beliau hanya
untuk itu saja. Mettā adalah melakukan sesuatu yang
bermanfaat sesuai dengan kemampuan seseorang, dan
bukan apa yang kita inginkan.
Kadang-kadang Sang Buddha akan melihat seseorang yang
siap untuk mengambil lima moralitas. Tanpa
mempertimbangkan berapa mil jauhnya orang itu berada,
Sang Buddha akan pergi ke sana dan menjelaskan
Dhamma, tidak untuk alasan lainnya, untuk memberikan
kesempatan orang itu mengambil lima moralitas.
Kadang-kadang Sang Buddha akan melihat seseorang yang
bisa menjadi Sotāpanna hanya jika dia mendengar
Dhamma. Jadi dengan welas asih agung dan cinta kasih
besar, Sang Buddha akan pergi ke sana untuk kebaikan
orang itu. Beliau akan mengajarkan Dhamma yang cocok
dan sesuai untuk orang itu dan menjelaskannya. Kemudian
orang itu akan mencapai Pengetahuan akan Jalan dan Buah
Pertama setelah mendengar Dhamma. Sang Buddha
bertindak sesuai dengan apa yang bisa dilakukan orang itu.
Itulah sebabnya mengapa mettā bukanlah melakukan apa
yang ingin kita lakukan; mettā adalah melakukan kebaikan
sesuai dengan kemampuan orang lain.
Oleh karena itu, Anda semua perlu mengerti bagaimana
menerapkan mettā yang sesungguhnya pada Anda sendiri.
Konflik antara teman, antara orang tua dan anak terjadi
karena tidak mengetahui bagaimana menerapkan mettā
dengan cara yang benar. Hampir semua orang tua ingin
anak mereka melakukan apa yang mereka inginkan; yang
lebih tua ingin junior mereka melakukan apa yang mereka
inginkan. Sebaliknya, kita harus selalu mempertimbangkan
kemampuan mereka yang menjadi objek dari mettā kita.
115
Jika Anda benar-benar ingin menerapkan mettā Anda
dengan cara yang benar, saya ingin mengingatkan Anda
semua tentang apa yang sudah saya sampaikan pada Anda
tentang seni menerima – Anda harus menerima situasi
sebenarnya dari tiap individu. Berdasarkan itu, Anda
seharusnya baru bertindak untuk kebaikan mereka. Anda
perlu menerima mereka sebagaimana adanya. Maka Anda
baru bisa bertindak sesuai dengan apa yang bisa mereka
lakukan. Hanya dengan demikian kedua pihak, mereka dan
Anda akan mendapatkan kebahagiaan. Jika kita tidak
menerapkan mettā dengan cara yang masuk akal dan benar,
kita akan menderita untuk usaha-usaha kita. Kita akan
bertindak dengan pengharapan, dan pengharapan adalah
sumber utama dari depresi.
Empat Brahmavihārā
Pertanyaan: Bagaimana kita mengembangkan mettā,
karuṇā, muditā, dan upekkhā (cinta kasih, welas asih,
kegembiraan simpati, dan ketenangseimbangan) dalam
kehidupan sehari-hari agar mempunyai banyak cinta kasih
dan welas asih dan bisa diterima oleh setiap orang?
Jawaban: Adalah sangat penting untuk berlatih empat
kediaman luhur ini (brahmavihārā) dalam hidup kita,
sehingga bisa meningkatkan kepribadian setiap individu
dengan cara yang dipuji oleh para bijak. Kita perlu berlatih
empat kediaman luhur untuk menghindari tersesat ke
dalam ektrim-ekstrim; kita memerlukan kualitas empat
kediaman luhur ini untuk hidup dengan pikiran seimbang.
Mereka yang tahu bagaimana melatih empat kediaman
luhur ini adalah benar-benar bisa melakukan kebaikan
untuk mereka sendiri dan kebaikan yang lainnya. Ada
116
beberapa orang yang tahu bagaimana memberi manfaat
untuk mereka sendiri maupun orang lain, karena mereka
tahu bagaimana menerapkan empat kediaman luhur ini
dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Kediaman luhur pertama, mettā, sudah dijelaskan dalam
pertanyaan sebelumnya. Apakah Anda masih ingat? Saya
akan mengulanginya seandainya Anda tidak ingat.
Jadi apakah mettā? Mettā adalah tindakan untuk kebaikan
seseorang dan orang lain. Berbuat untuk kebaikan yang
lainnya adalah mettā. Tetapi ‘berbuat untuk kebaikan orang
lain menurut apa yang saya inginkan’ adalah bukan mettā
yang sesungguhnya, ataupun bukanlah mettā yang
sesungguhnya dengan mengatakan, ’Saya akan berbuat
untuk kebaikan orang lain dengan memberi apa yang ingin
saya berikan.’ Mettā adalah berbuat untuk kebaikan orang
lain, setelah mengamati dengan saksama apa yang bisa
dilakukan dan dibutuhkan orang itu, apa kelemahan dan
kekuatan orang itu. Semua ini perlu dipertimbangkan, dan
setelah itu baru kita membantu orang itu sesuai dengan
kebutuhannya.
Jika kita menaruh terlalu banyak penekanan pada apa yang
kita ingin mereka lakukan dan apa yang kita ingin mereka
capai, maka akan muncul konflik antara kita dan mereka.
Orang tua mempunyai mettā terhadap anak mereka. Tetapi
kebanyakan orang tua di dunia ingin anak laki-laki dan
perempuan mereka menjadi seperti ini atau seperti itu. Ya,
ini adalah harapan baik orang tua untuk anak-anaknya.
Meskipun mereka menginginkan anak laki-laki dan anak
perempuan mereka menjadi seperti ini dan seperti itu,
mereka perlu mengamati dengan penuh perhatian. Jika
mereka menginginkan anak mereka menjadi sesuatu, dan
117
setelah mengamati mereka mengetahui anak mereka
mempunyai potensi menjadi apa yang diharapkan orang tua
mereka, itu adalah sangat bagus. Mereka seharusnya
mendukung anak mereka dengan cara seperti itu. Jika apa
yang diharapkan orang tua terhadap anak mereka kebetulan
sama dengan apa yang bisa dicapai anaknya, orang tua
boleh menekankan pada apa yang mereka harapkan
terhadap anak mereka. Dalam situasi seperti ini, semuanya
akan baik-baik saja.
Namun, kadang-kadang, apa yang diharapkan orang tua
untuk dicapai anak mereka, tidak sama dengan apa yang
bisa dilakukan oleh anak mereka. Dalam hal seperti itu,
orang tua seharusnya menekankan pada apa yang bisa
dilakukan anak mereka. Tinggalkan harapan dan apa yang
mereka inginkan terhadap anak mereka, orang tua
seharusnya mendukung anak mereka sesuai dengan
kemampuan anak mereka. Inilah cara yang benar
menerapkan mettā dalam kehidupan sehari-hari, dalam
kaitannya dengan anak muda kita, murid kita, anak laki-laki
dan perempuan kita.
Saya akan melanjutkan dengan poin lain. Seringkali orang
di dunia memilih tidak melakukan sesuatu yang benar-
benar bermanfaat bagi yang lainnya, karena mereka takut
bahwa orang lain salah paham atau tidak suka dengan
tindakannya.
Kadang-kadang ada sesuatu yang bisa kita lakukan untuk
kebaikan orang lain. Ini bisa berupa sesuatu yang kita
ucapkan pada mereka; tetapi bila kita menyampaikannya
secara langsung, ini mungkin akan membangkitkan
ketidaksenangan mereka. Mereka mungkin menjadi sangat
marah pada saat itu. Namun, dalam situasi semacam ini,
kita perlu bertindak, menerima semua kemungkinan reaksi
118
mereka, karena kita tahu mereka akan sangat bahagia
dengan tindakan kita di waktu yang akan datang. Setelah
menimbang manfaat yang akan mereka terima di waktu
yang akan datang, kita perlu segera bertindak, meskipun
mereka mungkin tidak suka dengan tindakan kita saat ini.
Ini adalah cara orang bijak yang telah bertindak, sedang
bertindak sekarang, dan akan bertindak di waktu yang akan
datang. Anda sendiri perlu menyesuaikan tindakan Anda
dengan situasi yang ada dengan cara seperti ini.
Kemampuan Anda melakukan dengan cara demikian akan
bergantung pada pengalaman hidup dan tingkat pengertian
Anda.
Namun, jika tidak benar-benar perlu mengambil tindakan
langsung yang mungkin akan mengundang ketidaksukaan,
kita seharusnya lebih memilih suatu rangkaian tindakan
yang bisa diterima. Jadi kita bisa memenuhi kehendak kita
dengan suatu cara yang lebih bisa diterima. Ketika kita
tahu bahwa kita tidak mempunyai pilihan lain selain
bertindak dengan cara yang khusus itu, kita seharusnya
berani melakukannya dengan berpikir untuk kebaikan
orang lain. Dengan mettā, dan bukan dengan kebencian
ataupun kebanggaan, kita seharusnya mengatakan atau
melakukan apa yang diperlukan secara langsung. Ini adalah
juga cara bertindak untuk kebaikan orang lain. Meskipun
bagi banyak orang, sangatlah sulit melihat waktu yang tepat
dan situasi yang tepat untuk melakukannya.
Itu juga cara yang diterapkan Sang Buddha ketika dirasa
perlu. Kendatipun perlu bertindak langsung, akan sangat
bermanfaat apabila kita bisa memilih kata-kata yang tepat.
Kita tidak seharusnya menggunakan kata-kata kasar, tetapi
sebaliknya kita seharusnya mengucapkan kata-kata yang
lembut di telinga pendengarnya. Ini adalah penting.
119
Bagaimana dengan karuṇā? Karuṇā adalah welas asih
terhadap makhluk menderita. Penampakan orang yang
sedang menderita kesakitan fisik atau mental akan
menggoncangkan pikiran para bijak. Ini adalah sifat alami
pikiran para bijak. Para bijak tidak bisa tahan melihat
penderitaan yang lainnya. Jadi mereka ingin melakukan
sesuatu dan mereka ingin membantu dengan cara apa pun
yang bisa mereka lakukan. Ketika mereka melihat makhluk
menderita, paling tidak secara mental mereka
mengharapkan makhluk itu baik adanya, jika mereka tidak
mampu meringankan penderitaan mereka melalui tindakan
dengan jasmani dan ucapan.
Pada umumnya, ketika orang melihat seseorang melakukan
sesuatu yang salah, mereka membenci atau tidak menyukai
orang itu. Sebenarnya, jika seseorang melakukan sesuatu
yang salah, orang itu akan menderita atas perbuatan salah
nya. Alih-alih merasa tidak suka atau marah terhadap dia,
kita seharusnya mengembangkan welas asih terhadapnya.
Kita tidak perlu menghukum dia. Dia akan dihukum oleh
perbuatan salahnya. Dia akan menderita di waktu yang
akan datang. Jika memungkinkan, kita seharusnya
menasihati dia untuk tidak bertindak dengan cara itu. Kita
seharusnya mengembangkan sebanyak mungkin welas asih
terhadap mereka yang berbuat salah, apakah terhadap kita
atau orang lain. Hanya dengan demikian kita akan
menemukan jalan untuk membantu mereka.
Untuk bisa menerapkan mettā terhadap yang lainnya
dengan efektif dalam hidup kita, kita perlu
mengembangkan welas asih dan menunggu waktu yang
tepat untuk bertindak demi kebaikan mereka. Kadang-
kadang terjadi bahwa meskipun kita benar-benar ingin
berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk orang yang kita
120
jumpai, waktunya masih belum tepat. Kita perlu menunggu
satu tahun, dua tahun, atau bahkan tiga tahun.
Kadang-kadang kita ingin mengatakan sesuatu, tetapi
waktunya masih belum tepat. Mereka masih belum siap,
jadi kita perlu bersabar. Kita perlu menunggu dengan sabar
hingga waktunya tepat untuk mengatakan sesuatu. Ini bisa
memerlukan waktu yang lama agar kesempatan yang tepat
itu muncul. Kita perlu berlatih kesabaran jika kita ingin
bertindak untuk kebaikan yang lainnya.
Jika kita terlalu menekankan pada apa yang kita ingin
mereka lakukan, kita tidak akan bertindak dengan mettā.
Kita akan bertindak dengan lobha (keserakahan). Cara
memperlakukan orang lain seperti ini juga kosong dari
welas asih. Karena kita tidak mengamati dengan saksama,
kita tidak benar-benar mengerti apa yang mungkin bisa
dilakukan orang lain itu. Kita tidak mengetahui
kemampuan maupun potensinya. Lalu tindakan kita malah
mungkin menyebabkan penderitaan padanya. Tanpa welas
asih, kita tidak bisa benar-benar berbuat untuk kebaikan
orang lain. Welas asih dan mettā harus bekerja saling
berdampingan.
Selanjutnya adalah muditā, kegembiraan simpati atau
mengembangkan penghargaan dan kebahagiaan melihat
kesuksesan orang lain. Ketika kebanyakan orang di dunia
ini mendengar bahwa seseorang sukses atau mendengar
keuntungan atau kemahsyuran orang lain, alih-alih merasa
bahagia, mereka merasa iri. Cara bertindak seperti ini
adalah lawan dari muditā, kegembiraan simpati.
Ketika Anda mendengar tentang kesuksesan teman Anda,
bagaimana perasaan Anda? Apakah Anda mengatakan,
‘Sādhu! Sādhu! Sādhu’? Jika Anda bisa mengatakan
121
‘Sādhu! Sādhu! Sādhu!’ itu sangatlah bagus; Anda melatih
muditā. Namun, jika sebaliknya Anda merasa iri hati, ini
akan menyulitkan Anda.
Menurut ajaran Sang Buddha, tidak ada sesuatu pun
terjadi tanpa sebab-sebab. Bahkan jika kita ingin menjadi
makmur, kita tidak akan bisa menjadi makmur, tidak
peduli betapa keras atau berapa lama kita mencoba, jika
belum memupuk pāramī di masa lampau yang menjadi
sebab, prasyarat bagi kita menjadi makmur. Tidak ada
sesuatu yang terjadi tanpa sebab-sebab. Oleh karena itu,
jika Anda melihat seseorang berhasil, kesampingkan dulu
kebiasaan lama merasa iri hati, dan tolong ubah pikiran
Anda segera. Kembangkanlah kebahagiaan terhadap
kesuksesannya. Pertimbangkanlah, mengertilah,
renungkanlah hukum kamma, dan ingat bahwa tidak ada
yang terjadi tanpa sebab-sebab. Ada sebab-sebab untuk
kesuksesannya. Berbahagialah dengan kesuksesan itu.
Hanya dengan cara ini Anda melatih muditā. Apa pun
situasi yang ada pada Anda, tolong ubah dan tingkatkan
cara berpikir Anda. Hanya dengan demikian Anda akan
maju dari hari ke hari.
Jika kita tidak mengembangkan kegembiraan simpati ketika
kita menyaksikan kesuksesan orang lain, dan jika kita
sebaliknya menjadi iri hati, kita memupuk kamma buruk
yang akan membuahkan hasilnya di waktu yang akan
datang. Ketika kamma seperti ini berbuah, kita tidak akan
mempunyai banyak teman. Tetapi jika kita berbahagia dan
mengembangkan kegembiraan simpati ketika melihat
kesuksesan orang lain, ini akan memberikan kebahagiaan
saat ini dan mendorong kematangan keadaan pikiran Anda,
dan ini juga akan membawa kebahagiaan di waktu yang
akan datang. Oleh karena itu, kita semua perlu
122
mengembangkan kegembiraan simpati dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Latihan mettā, karuṇā, dan muditā saja, tanpa dukungan
upekkhā, ketenangseimbangan, tidaklah efektif. Meskipun
Anda ingin berbuat baik untuk orang lain, dan meskipun
Anda ingin mengurangi penderitaan seseorang, dan
meskipun Anda ingin orang lain sukses, tidak semua bisa
terjadi sesuai dengan harapan mettā Anda, tidak semua
bisa sesuai dengan harapan karuṇā Anda, tidak semua bisa
sesuai dengan harapan muditā Anda. Hal-hal hanya terjadi
sesuai dengan kamma orang lain itu. Mengerti bekerjanya
hukum kamma seperti ini adalah cara kita mengembangkan
ketenangseimbangan pada diri sendiri dan orang lain. Kita
tidak bisa benar-benar berbuat untuk manfaat orang lain,
tanpa dukungan latihan ketenangseimbangan terhadap diri
sendiri dan orang lain. Tanpa ketenangseimbangan pada
diri sendiri dan orang lain, kita tidak bisa memberi manfaat
untuk orang lain dalam jangka waktu panjang. Kita akan
menderita lantaran kurangnya ketenangseimbangan
terhadap diri sendiri dan orang lain, dan kurangnya
ketenangseimbangan terhadap hasil yang diinginkan dan
tak diinginkan yang mungkin terjadi sepanjang jalan kita
berbuat kebaikan untuk orang lain.
127
Kemudian mereka menyadari bahwa rencana yang ingin
mereka lakukan adalah suatu hal yang sangat buruk. Sang
Buddha mempunyai welas asih agung; Beliau ingin
mencegah mereka melakukan kamma buruk dan membuat
mereka tidak jadi melakukan perbuatan buruk yang akan
berakibat sangat buruk pada mereka, sehingga Sang
Buddha menolong mereka dengan menjelaskan Dhamma,
yang merupakan apa yang ingin mereka ketahui sebelum
mereka bisa mengajukan pertanyaan. Tersentuh dan
terinspirasi, mereka mengangkat kedua telapak tangan yang
dikatupkan sebagai penghormatan dan mengambil
perlindungan, dengan mengatakan, ‘Buddhaṃ saraṇaṃ
gacchāmi. Dhammaṃ saraṇaṃ gacchāmi. Saṅghaṃ saraṇaṃ
gacchāmi.’ Apakah ada seseorang yang memaksa mereka
mengambil perlindungan pada Sang Tisarana? Sang
Buddha tidak pernah memaksa mereka untuk melakukan
itu, bukan?
128
Pencipta Dunia?
Pertanyaan: Siapa pencipta dunia dan makhluk yang
tinggal di dalamnya?
Jawaban: Bagaimana pendapat Anda? Siapa pencipta dunia
ini? Apakah Anda mempunyai sudut pandang bahwa
Tuhan-lah pencipta dunia? Jika Anda mempunyai sudut
pandang ini, maka Tuhan akan menjadi penyebab
penderitaan bagi Anda.
Tuhan bukanlah pencipta. Tuhan tidak menciptakan dunia
ataupun Tuhan tidak menciptakan kita manusia atau
makhluk hidup di dunia. Adalah kita manusia yang
menciptakan Tuhan. Tidak ada seorang pun yang
menciptakan makhluk hidup.
Kesalahan kebanyakan orang di dunia ini terletak pada
ketidaktahuan akan kebenaran. Tidak mengetahui
kebenaran adalah penyebab semua penderitaan kita,
penyebab semua masalah kita. Karena ketidaktahuan, kita
melakukan perbuatan bajik maupun tak bajik. Karena
kamma bajik dan tak bajik, kita mengembara di lingkaran
kelahiran kembali.
Dikarenakan tidak mengetahui kebenaran, yaitu
ketidaktahuan, dan karena kekotoran batin, orang
melakukan banyak perbuatan tak bajik, sehingga mereka
saling merugikan satu sama lain.
Ketika kekotoran batin makhluk di dunia menjadi
berlebihan dan sangat serius, rentang usia mereka menjadi
semakin pendek. Berbagai kriminalitas dilakukan oleh
orang yang pikirannya diliputi oleh ketidaktahuan dan
kekotoran batin mereka sangatlah kuat.
129
Kelahiran di alam manusia dan alam dewa adalah
disebabkan oleh kamma bajik yang berakar pada
ketidaktahuan (tidak mengetahui kebenaran). Kelahiran di
alam setan kelaparan, alam binatang, dan alam neraka
adalah disebabkan oleh kamma tak bajik dan
ketidaktahuan. Kelahiran di alam brahmā adalah juga
disebabkan oleh ketidaktahuan, kemelekatan, dan
perbuatan bajik.
Kecuali kita menghancurkan ketidaktahuan dengan
sepenuhnya dan tanpa sisa, dunia ini dan makhluk di
dalamnya akan terus ada.
Dengan kemelekatan pada kehidupan manusia, orang
bepergian memupuk kamma bajik. Untuk alasan ini,
mereka terlahir di alam manusia lagi. Ini juga sama halnya
dengan kelahiran di alam dewa, alam binatang, dan alam
lainnya juga.
Oleh karena itu, penyebab dari penciptaan dan keberadaan
terus menerus di dunia ini adalah ketidaktahuan (tidak
mengetahui kebenaran) dan kekotoran batin yang masih
belum kita hancurkan.
134
Kesenangan Indera di Alam Dewa:
Di mana Dilahirkan Kembali?
Pertanyaan: Di buku Bhante, Bhante menulis bahwa setiap
dewa mempunyai lima ratus bidadari. Setiap dewa
ditemani oleh lima ratus dewi. Tetapi untuk dilahirkan di
alam dewa, seseorang harus memegang delapan sīla.
Dengan memegang delapan sīla agar terlahir di alam dewa
seolah-olah menyiratkan penghindaran dari kesenangan
indera untuk mendapatkan kesenangan indera yang lebih
besar. Ini adalah sulit untuk dimengerti. Sebagai tambahan,
untuk orang suci tingkat pertama, Sotāpanna, nafsu antara
pria dan wanita masih terjadi. Sebagai contoh, Sakka, Raja
Dewa, mempunya dua juta setengah bidadari yang
mengelilingi dia. Sakka sudah menjadi Sotāpanna. Ini
adalah benar-benar sulit dimengerti.
Jawaban: Tidak semua dewa mempunyai lima ratus
bidadari.
Penghindaran diri dari kesenangan indera bukanlah sebab
untuk mendapatkan kesenangan indera yang jauh lebih
besar. Dewa dilahirkan di alam itu sebagai buah dari
kamma bajik yang muncul pada saat menjelang ajal di
kehidupan sebelumnya.
Alam manusia adalah di mana kita mengalami dukkha
(penderitaan) maupun sukha (kebahagiaan). Kelahiran
sebagai manusia adalah buah suatu sebab yang bajik.
Tetapi setelah dilahirkan sebagai manusia dan menjalani
kehidupan manusia, kita mengalami yang baik dan buruk.
Sebaliknya, makhluk neraka sangatlah menderita.
Kelahiran kembali mereka sebagai buah dari suatu sebab
yang tak bajik. Mereka tidak mengalami sukha apa pun
sama sekali, tetapi hanya mengalami dukkha – penderitaan
135
sepenuhnya. Bagi manusia, ada penderitaan dan ada
kebahagiaan, dimana makhluk surgawi hanya mengalami
kebahagiaan saja. Alam mereka adalah alam di mana
makhluk mengalami kebahagiaan menurut kamma baik
mereka. Alam manusia adalah alam di mana kita
mengalami dukkha maupun sukha. Makhluk neraka hanya
mengalami penderitaan saja. Di mana Anda ingin berada?
Dikarenakan alam manusia juga merupakan suatu alam
nafsu indera, mereka yang sudah merealisasi Dhamma
sebagaimana adanya mengetahui dan melihat dukkha yang
mencirikan alam manusia. Tetapi kesenangan indera alam
manusia adalah lebih inferior dibandingkan dengan alam
dewa. Untuk alasan itu, manusia yang melihat cacat dan
bahaya kesenangan indera tidak ingin terlahir di alam
manusia maupun alam dewa. Namun, manusia dengan
kemelekatan kuat pada kesenangan indera ingin dilahirkan
kembali di alam-alam dewa, dimana kesenangan inderanya
jauh melampaui kesenangan di alam manusia.
Beberapa dari murid saya sudah merealisasi Dhamma
sebagaimana adanya. Saya pernah bertanya pada mereka,
’Jika Anda masih belum bisa mengakhiri penderitaan di
kehidupan ini, di mana Anda ingin dilahirkan?’ Mereka
menjawab: ’Saya tidak ingin terlahir sebagai manusia lagi;
manusia mengalami banyak penderitaan. Di sana sini ada
dukkha maupun sukha. Ada banyak kompetisi di dunia ini.
Saya juga tidak ingin terlahir kembali di alam dewa.
Kesenangan indera yang tak tertandingi di sana terlalu
berlebihan. Saya ingin terlahir kembali di alam brahmā.”
Ini adalah pilihan mereka. Mengapa? Karena mereka
mempunyai kemampuan untuk memilih. Mereka bisa
masuk dalam konsentrasi terserap jhāna dan berlatih
penguasaan jhāna, sehingga mereka juga bisa memasuki
136
konsentrasi terserap jhāna dan tinggal di sana hingga saat
menjelang ajal mereka.
Oleh karena itu, ini tergantung pada pilihan Anda.
Sebaliknya, pilihan Anda juga tergantung pada kemampuan
Anda. Jika Anda tidak mempunyai kemampuan seperti itu,
bagaimana Anda bisa terlahir di alam brahmā? Dalam hal
itu Anda hanya mempunyai tiga pilihan: alam-alam dewa,
alam manusia, atau empat alam penderitaan. Di mana
Anda ingin pergi?
137
– belum terlalu banyak sih, tetapi saya sedang belajar.
Bhante barusan menyebutkan, dalam hidup kita, kita harus
tetap penuh kesadaran dan menunggu saat yang tepat tiba,
sampai waktunya matang. Saya sangat tersentuh
mendengar ini. Baru saja tadi sore ini, saya bertanya pada
diri sendiri mengapa kita perlu bermeditasi. Sepertinya kita
perlu bermeditasi agar bisa tetap penuh kesadaran dan
terus melanjutkan memupuk pāramī, sambil menunggu
waktu yang tepat matang. Oleh karena itu, kita seharusnya
mempertahankan kesadaran, melakukan perbuatan bajik,
dan menghindari kejahatan. Saya ingin meyakinkan apakah
pengertian saya ini benar.
Jawaban: Apa yang saya maksud sebelumnya adalah tidak
setiap orang yang lahir di kehidupan ini sudah
mengumpulkan pāramī baik. Baru-baru ini saya sudah
menyampaikan pada Anda semua bahwa di retret ini saya
telah bertemu dengan beberapa orang yang bisa melihat
sinar dan bisa fokus pada sinar itu. Praktisi seperti itu lahir
di kehidupan ini dengan pāramī yang baik. Namun, tidak
setiap orang yang lahir di kehidupan ini, telah
mengumpulkan pāramī baik. Semua manusia terlahir
sebagai manusia karena kamma baik yang membuahkan
hasilnya pada saat menjelang ajal di kehidupan lampaunya.
Ini adalah cara yang seharusnya Anda mengerti
perbedaannya. Dikarenakan retret ini singkat, mereka yang
tidak bisa melihat sinar atau tidak mendapatkan hasil yang
baik seharusnya tidak berpikir bahwa mereka kekurangan
pāramī baik. Ini hanyalah sebuah retret pendek. Mereka
perlu melanjutkan latihan meditasi mereka.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan bahwa tujuan berlatih
meditasi adalah untuk mengetahui kebenaran. Dikarenakan
tidak mengetahui kebenaran dan tidak melihat kebenaran,
138
manusia di dunia ini mempunyai banyak kebingungan dan
banyak keragu-raguan, dan visi mereka tidaklah jelas.
Untuk alasan ini, agar mengetahui dan melihat kebenaran,
kita semua perlu berlatih meditasi. Inilah tujuan
sebenarnya berlatih meditasi.
Mereka yang tidak bisa berlatih meditasi, perlu belajar
Dhamma. Mereka seharusnya mendengarkan Dhamma,
mereka seharusnya membaca Dhamma, dan mereka
seharusnya hidup dalam Dhamma. Mereka seharusnya
penuh kesadaran, dan mereka seharusnya mengatur waktu
untuk berlatih meditasi setiap hari, menunggu waktu
sampai mereka bisa berlatih meditasi sepenuhnya. Jika kita
tetap penuh kesadaran melakukan perbuatan baik dalam
kehidupan sehari-hari, waktunya akan matang sehingga kita
bisa berlatih meditasi untuk perealisasian Nibbana dalam
kehidupan ini.
Namun, seperti yang Anda semua ketahui, berbuat baik
bukanlah sesuatu yang akan terjadi secara otomatis. Anda
perlu mempunyai tekad melakukan kebaikan. Jika Anda
tidak mencoba melakukan perbuatan baik, dan jika Anda
tidak bertekad untuk berlatih meditasi, Anda sebaliknya
akan menghabiskan banyak waktu melakukan hal-hal lain –
hal-hal yang tak bajik. Dengan cara seperti ini, waktunya
tidak akan matang, jika Anda hanya memilih cara yang
umum saja. Namun, waktunya akan matang, jika Anda
memilih cara tak-umum dan mempunyai tekad.
139
Mempertahankan Pikiran Bajik
dalam Kehidupan Sehari-hari
Pertanyaan: Menurut Abhidhamma, di antara semua jenis
pikiran, pikiran yang paling indah adalah yang diikuti
dengan kegembiraan, bersekutu dengan kebijaksanaan, dan
spontan. Pertanyaan saya adalah: Dalam kehidupan sehari-
hari, bagaimana kita bisa membuat pikiran indah ini
muncul terus menerus? Dan bagaimanakah
menghubungkan latihan konsentrasi kita saat ini dengan
pikiran yang paling indah itu?
Jawaban: ‘Pāpasmiṃ ramatī mano’ – ‘Pikiran menyenangi
yang jahat.’ 38 Pikiran kita cenderung pada yang tak bajik,
bilamana kita tidak sedang melakukan perbuatan yang
bajik. Apakah Anda setuju? Lalu bagaimana seharusnya
kita berperilaku dalam kehidupan sehari-hari?
Ketika kita memupuk kamma bajik, kesadaran adalah
faktor pemimpinnya. Untuk bisa melakukan perbuatan
bajik setiap saat, kita perlu mempunyai kesadaran setiap
saat. Berkesadaran artinya kita melakukan perbuatan bajik.
Jika kita sedang tidak melakukan perbuatan bajik, kita akan
melakukan yang tak bajik.
Hanya ada dua hal yang bisa kita lakukan dalam hidup –
apa yang seharusnya kita lakukan dan apa yang seharusnya
_______________
38 Dhp. 116:
Abhittharetha kalyāṇe, pāpā cittaṃ nivāraye.
Dandhañhi karoto puññaṃ, pāpasmiṃ ramatī mano.
Bergegaslah melakukan perbuatan bajik; kendalikan pikiranmu
dari hal jahat.
Dia yang lambat dalam melakukan perbuatan baik, pikirannya
menyenangi kejahatan.
140
tidak kita lakukan. Tidak ada yang lain. Jika kita sedang
melakukan apa yang seharusnya, kita tidak sedang
melakukan apa yang seharusnya tidak. Jika kita sedang
melakukan apa yang seharusnya tidak, kita sedang tidak
melakukan apa yang seharusnya. Oleh karena itu, untuk
bisa melakukan apa yang bajik, atau apa yang seharusnya
kita lakukan, kita harus mempunyai kesadaran. Jika Anda
fokus pada nafas masuk dan nafas keluar, Anda sedang
mempunyai kesadaran. Tanpa mempunyai kesadaran,
Anda tidak bisa melakukannya. Tanpa mempunyai
kesadaran, Anda tidak bisa melakukan dana. Untuk bisa
melakukannya, Anda harus mempuyai kesadaran. Untuk
bisa menjalankan moralitas, Anda perlu mempunyai
kesadaran. Jika Anda tak mempunyai kesadaran, Anda akan
melanggar moralitas. Oleh karena itu, kita perlu
mempunyai kesadaran, agar bisa membuat keadaan pikiran
bajik muncul terus menerus, sesering mungkin.
Beberapa murid saya sudah berhasil berlatih meditasi
dengan baik, dan bisa mengetahui dan melihat fenomena
batin dan materi hakiki. Mereka kemudian diajarkan untuk
melihat kebenaran mutlak internal maupun ekternal. Lalu
mereka melapor pada saya dengan mengatakan, ’Bhante,
pikiran kita sebagai manusia hampir selalu tak bajik.’ Ini
memang seperti itu, jika kita tidak mempunyai perhatian
bijaksana. Perhatian bijaksana bisa benar-benar
dikembangkan, hanya jika Anda mengetahui dan melihat
kebenaran mutlak. Jika Anda tidak mengetahui dan melihat
kebenaran mutlak, Anda kebanyakan akan mempunyai
perhatian tak-bijaksana, sehingga Anda memupuk banyak
sekali kamma tak bajik. Pikiran Anda dengan demikian
bukanlah pikiran indah, melainkan pikiran buruk.
141
Bagaimana Mengganti
Pola Lama dengan Yang Baru
Pertanyaan: Saya baru saja mulai melihat kebenaran yang
benar-benar bisa saya ikuti, tetapi hanya baru-baru ini saja,
kurang lebih dua tahun yang lalu. Sekarang saya berumur
dua puluh tiga. Selama sembilan belas tahun orang selalu
memberitahu saya apa yang harus dilakukan dan
bagaimana berpikir. Setelah mengalami naik turun dalam
hidup, ada sesuatu yang saya mengerti secara intelektual
tentang kebenaran. Bagaimanapun, kadang-kadang, ada
hal-hal kecil yang masih tertinggal dari pola kebiasaan lama
selama sembilan belas tahun hidup saya; mereka masih ada
di sana. Meskipun hal-hal kecil itu tidak benar-benar ada di
sana, saya tidak bisa mencegah adanya perasaan waswas.
Polanya masih ada di sana, menciptakan pemikiran yang
tak perlu dan rumit di dalam; padahal seandainya tidak ada
maka pikiran saya akan jernih. Jadi pertanyaan saya adalah:
Bagaimana saya bisa membentuk pola pikiran baru dan
secara sepenuhnya bisa menghancurkan pola lama yang
datang dari masa lalu, yang tidak saya setujui, dan yang
ingin saya hindari?
Jawaban: Pendidikan yang kita peroleh sejak kita muda
sangat memengaruhi pikiran kita, pemikiran kita, dan cara
kita berpikir. Ini adalah wajar. Namun, Anda hanya perlu
menggunakan pikiran masuk akal; dengan itu, Anda
sekarang bisa memulai suatu perjalanan untuk mengetahui
apa yang seharusnya Anda lakukan dengan cara
membandingkan apa yang sudah Anda pelajari dengan apa
yang sekarang sedang Anda pelajari. Bergantung pada
kebijaksanaan dan akal sehat Anda, Anda melakukan suatu
perjalanan baru. Anda masih belum mempunyai akar yang
kokoh dalam pengetahuan seperti yang seharusnya, jadi
142
kadang-kadang pengetahuan dan pendidikan yang Anda
terima di masa lalu akan memengaruhi Anda. Tolong
terima itu. Anda perlu membedakan dan mencirikan mana
yang masuk pola baru dan mana yang pola lama. Jika Anda
bisa membedakan dan mencirikan antara keduanya ini, itu
sudah cukup. Nanti, jika Anda sudah mengetahui apa yang
perlu dan tidak perlu Anda praktikkan, Anda perlu
bertindak dengan landasan pengetahuan Anda dan
melakukan apa yang perlu Anda praktikkan. Ini akan
menjadi kebiasaan baru Anda. Latihan membuat
sempurna.
Anda sudah menghabiskan waktu yang sangat lama,
sembilan belas tahun, dengan pola yang lama itu, ia akan
bersama Anda seperti kekotoran batin laten yang
tersembunyi. Ia kadang-kadang akan keluar dan muncul ke
permukaan pikiran. Jika Anda bisa membedakan jenis
polanya, saya pikir itu sudah cukup bagi Anda saat ini.
Namun, untuk bisa membuat perubahan yang sempurna,
Anda perlu menembus langsung. Penembusan langsung
adalah satu kekuatan paling penting bagi Anda untuk bisa
mengerti apa itu kebenaran. Penembusan langsung bisa
membuat Anda berubah. Anda tidak bisa diubah oleh siapa
pun atau sesuatu yang eksternal; Anda bisa berubah hanya
dengan bantuan pengetahuan vipassanā Anda,
pengetahuan penembusan langsung Anda. Inilah cara yang
seharusnya Anda lakukan untuk langkah ke depannya. Ini
akan menjadi langkah maju kemuka bagi Anda.
143
Merubah sebuah Pola Lama ke dalam
Pola Baru
Pertanyaan: Saya ingin bertanya tentang mengubah suatu
pola lama ke dalam pola baru. Bhante menyebutkan bahwa
dengan melakukan berulang-ulang, kita bisa mengubah
pola lama dengan pola baru. Apakah pengubahan pola
lama ini berhubungan dengan kecenderungan kebiasaan?
Jawaban: Apa yang saya jelaskan pada Anda semua adalah
kita seharusnya maju sebanyak mungkin yang kita mampu,
dan melakukannya dengan cara yang seharusnya. Kita
mungkin mempunyai banyak pola lama yang masih
tersembunyi. Jika kita tidak mempunyai kesadaran, pola
lama itu akan muncul ke permukaan pikiran; tetapi bila kita
mempunyai kesadaran, kita akan bisa menerapkan pola
baru. Pola lama disebabkan oleh kebiasaan lama, kamma
lampau kita, watak kita, dan kadang-kadang
kecenderungan kita. Semua ini memengaruhi kita dengan
kuat, tetapi jika kita tidak memperbaiki diri saat ini,
tidaklah mungkin bisa berubah sendiri. Kita perlu mencari
jalan untuk memperbaiki diri. Pola lama akan mengganggu
dan memengaruhi Anda, jadi Anda harus mempunyai
kesadaran, dan Anda seharusnya mengabaikan mereka.
Lakukan dan kembangkan pola yang baru. Ini adalah hal
yang perlu kita lakukan. Jika kita tidak melatih diri, kita
tidak akan banyak berbeda dengan binatang.
Oleh karena itu, kita semua perlu menjadi bertambah baik.
Kita semua sudah terlahir berulang kali sebagai binatang di
alam binatang. Itulah sebabnya mengapa kita semua
mempunyai sifat alami binatang. Jika kita tidak melatih diri
dan sebaliknya melakukan apa saja dengan bebas, kita akan
melanjutkan berperilaku seperti binatang.
144
Syarat sebagai Seorang Guru Berkualitas
Pertanyaan: Jika kita ingin mencapai Kearahatan, mencapai
keempat Pengetahuan akan Jalan dan Buah, kita perlu
berlatih di bawah bimbingan seorang guru yang berkualitas.
Apakah persyaratan bagi guru seperti itu? Apakah kita
semua harus pergi ke Vihara Hutan Pa-Auk? Atau apakah
masih memungkinkan menjadi seorang Arahat di tempat
lain?
Jawaban: Sang Buddha adalah guru yang terbaik. Jika Anda
bertemu dengan Sang Buddha, itu adalah yang terbaik. Jika
Anda tidak bisa bertemu dengan Sang Buddha, pilihan
terbaik kedua adalah belajar dari seorang Arahat. Jika Anda
tidak bisa bertemu dengan seorang Arahat, maka seorang
Anāgāmi orang suci ketiga, adalah orang terbaik ketiga yang
bisa menjadi guru Anda. Jika Anda tidak bisa bertemu
dengan seorang Anāgāmi, maka seorang Sakadāgāmi, orang
suci kedua, akan sangat baik. Jika Anda tidak bisa bertemu
dengan seorang Sakadāgāmi, maka seorang Sotāpanna,
orang suci pertama, adalah seorang guru yang sangat baik
untuk Anda. Jika Anda tidak bisa bertemu dengan seorang
Sotāpanna, seseorang yang mengetahui tiga pitaka,
seseorang yang mengetahui dua pitaka, seseorang yang
mengetahui satu pitaka, seseorang yang mengetahui lima
nikāya, seseorang yang mengetahui empat nikāya, tiga
nikāya, dua nikāya, satu nikāya, dengan urutan seperti itu,
akan menjadi seorang guru yang baik untuk Anda.
Di sini, bagaimanapun, kita memerlukan pengetahuan
dalam pengertian praktis, sesuai dengan ajaran Sang
Buddha. Sang Buddha mengatakan di dalam Kūṭāgāra
Sutta:
145
Jika seseorang mengatakan, ’Tanpa membangun
fondasi sebagai dasar, saya akan mendirikan bagian
atas gedung,’ ini adalah tidak mungkin. Jika orang
lainnya mengatakan, ’Setelah membangun fondasi
sebagai dasar, saya akan mendirikan lantai bagian atas
dari sebuah bangunan bertingkat,’ ini adalah
memungkinkan. Dengan cara yang sama, jika
seseorang mengatakan, ’Tanpa mencapai
penembusan pada Empat Kebenaran Mulia, saya
akan mengakhiri penderitaan,’ ini adalah tidak
mungkin. Dan dengan cara yang sama, jika seseorang
mengatakan, ’Setelah menembus Empat Kebenaran
Mulia, saya akan mengakhiri penderitaan,’ ini adalah
memungkinkan.39
Itu adalah penjelasan Sang Buddha pada murid-murid
Beliau. Jika demikian, perkenankan saya bertanya pada
Anda satu pertanyaan: Siapakah yang akan mengetahui,
siapakah yang akan melihat Empat Kebenaran Mulia? Ya,
seseorang yang memiliki konsentrasi akan mengetahui dan
melihat Empat Kebenaran Mulia. ‘Samādhiṃ, bhikkhave,
bhāvetha. Samāhito, bhikkhave, bhikkhu yathābhūtaṃ
pajānāti’ – Bhikkhu, kembangkanlah konsentrasi. Seseorang
yang terkonsentrasi mengetahui dan melihat segala sesuatu
sebagaimana adanya.’40 Dengan kata lain, seseorang yang
terkonsentrasi mengetahui dan melihat Empat Kebenaran
Mulia sebagaimana adanya.
________________
149
Bagaimana dengan fenomena batin? Sang Buddha
mengajarkan delapan puluh sembilan jenis citta dan lima
puluh dua jenis cetasika. Beliau juga mengajarkan rūpa
jhāna-dhamma dan arūpa jhānadhamma. Semua akusala
citta (kesadaran tak bajik) dan kāmāvacara kusala citta
(kesadaran alam nafsu indera bajik) akan muncul pada kita
semua. Demikianlah, jika Anda merasa serakah dan
menginginkan sesuatu atau melekat pada sesuatu,
fenomena batin yang muncul akan berjumlah dua puluh
semuanya jika ia bersekutu dengan perasaan gembira.
Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, Anda
merasa bahagia, bukan? Siapa yang mengajarkan ini? Di
mana Anda bisa menemukan ajaran ini? Hanya di
Abhidhamma. Sang Buddha sudah menghitung jumlah
fenomena batin yang mungkin muncul di pikiran kita. Jika
keadaan pikiran bersekutu dengan pīti, ia akan menjadi dua
puluh. Kadang-kadang Anda memperoleh apa yang Anda
inginkan, tetapi Anda tidak merasa bahagia. Sang Buddha
mengatakan kadang-kadang keserakahan muncul tanpa pīti,
dimana jumlah fenomena batin yang ada di pikiran adalah
sembilan belas. Siapa yang bisa mengajarkan ini? Hanya
Sang Buddha, dan hanya di Abhidhamma.
Sang Buddha mengatakan di dalam Abhidhamma bahwa
seluruh dunia ini terbentuk dari partikel-partikel yang
sangat kecil. Di mana Sang Buddha mengatakan ini? Di
dalam Abhidhamma. Ketika Anda sedang mempraktikkan
meditasi empat unsur, pada suatu saat Anda akan
memecah badan Anda menjadi partikel-partikel yang
sangat kecil. Jika Anda mengarahkan perhatian dengan
meditasi empat unsur pada mahkluk hidup dan benda mati,
baik internal maupun eksternal, Anda akan melihat bahwa
apa pun di sekeliling Anda hanyalah partikel-partikel yang
sangat kecil. Sang Buddha mengatakan tidak ada pria, tidak
150
ada wanita. Tidak ada makhluk hidup ataupun benda mati.
Yang ada hanyalah partikel-partikel yang sangat kecil. Sang
Buddha mengatakan itu, dan untuk bisa melihat mereka
Anda perlu berlatih meditasi empat unsur. Ketika Anda
berlatih meditasi empat unsur, Anda akan mengembangkan
konsentrasi. Ketika Anda sudah mengembangkan
konsentrasi, tubuh Anda akan bersinar. Jika Anda
meneruskan melihat empat unsur di seluruh tubuh Anda, ia
akan menjadi sebuah balok bersinar terang. Jika Anda
melanjutkan melihat empat unsur di balok bersinar terang
itu, Anda akan memecahnya menjadi komponen-
komponen. Anda akan memecah balok bersinar terang itu
menjadi partikel-partikel yang sangat kecil. Pada saat itu,
Anda akan setuju dengan Sang Buddha. Anda tidak akan
berdebat dengan Sang Buddha.
Sang Buddha mengatakan bahwa partikel-partikel yang
sangat kecil itu masih belum merupakan fenomena materi
hakiki. Mereka hanyalah konsep terkecil. Anda perlu
menganalisis fenomena materi hakiki di setiap partikel,
seperti unsur tanah, air, api, angin, warna, bau, rasa,
nutrisi, daya hidup, dan sensitivitas. Menurut Buddha
Abhidhamma, di pintu mata ada kalapa-deka sensitivitas
mata, kalapa-deka sensitivitas tubuh, kalapa-deka penentu
jenis kelamin pria atau jenis kelamin wanita, dan juga
materi hasil-kesadaran, materi hasil-nutrisi, materi hasil-
temperatur, dan kalapa-sembilan daya hidup. Ada tujuh
jenis rūpa di pintu mata.
Sekarang saya akan membiarkan Anda merenungkan dan
mengerti apakah yang diajarkan oleh Sang Buddha adalah
sungguh-sungguh benar atau tidak. Ketika Anda
memandang pada sesuatu dan melihatnya, mengapa Anda
bisa melihatnya? Ini disebabkan Anda mempunyai unsur
151
translusen mata. Objek visual kontak dengan unsur
translusen mata. Hanya pada saat itu kesadaran melihat,
atau kesadaran mata muncul. Silakan sentuh mata Anda.
Apakah Anda merasakan sentuhannya? Mengapa? Karena
ada unsur translusen tubuh. Apakah Anda mengetahui
perbedaan antara mata seorang wanita dan mata seorang
pria? Mereka berbeda! Mungkin Anda tidak menyadari
perbedaan ini sebelumnya, tetapi mereka berbeda! Ini
disebabkan bhāva rūpa (fenomena materi penentu jenis
kelamin) wanita atau bhāva rūpa pria di mata mereka.
Ketika seorang pria melihat pada seorang pria, ketika
seorang wanita melihat pada seorang pria, ketika seorang
pria melihat pada seorang wanita, ketika seorang wanita
melihat pada seorang wanita, Anda akan mengerti
perbedaannya. Mengapa ada perbedaan? Karena bhāva
rūpa. Cara seorang pria bergerak, cara pria berperilaku, dan
cara wanita bergerak dan berperilaku – apakah mereka
sama? Sang Buddha mengatakan bahwa bhāva rūpa wanita
menyebar ke seluruh tubuh wanita itu. Bhāva rūpa pria ada
di seluruh tubuh pria itu. Jadi ini berbeda. Bhāva rūpa
membedakan penampakan dan perilaku seorang pria dari
seorang wanita. Perbedaan perilaku ini disebabkan oleh
bhāva rūpa. Bhāva rūpa ada di setiap pintu. Di mana Anda
bisa menemukan ajaran ini? Hanya di Abhidhamma.
Hingga kurang dari dua ratus tahun yang lalu, ilmuwan
menganggap atom sebagai unit terkecil dari materi. Di
akhir abad kesembilan belas dan awal abad ke dua puluh,
ilmuwan mendapatkan kemampuan untuk memecah atom
menjadi neutron, proton dan elektron. Neutron, proton,
dan elektron disebut partikel sub-atomik. Ilmuwan bisa
memecah atom menjadi proton, neutron, dan elektron
hanya di akhir abad ke sembilan belas dan awal abad ke
dua puluh. Jauh sebelum itu, Sang Buddha sudah melihat
152
bahwa seluruh dunia terbentuk dari partikel-partikel yang
sangat kecil. Beliau telah menembus itu tanpa alat apa pun,
tanpa sebuah laboratorium, dan hanya dengan konsentrasi
Beliau. Berapa tahun yang lalu? Dua ribu enam ratus tahun
yang lalu.
Apa rumus molekul dari air minum? H2O. Dua atom
hidrogen dan satu atom oksigen. Ini adalah apa yang
dikatakan oleh ilmuwan. Sang Buddha mengatakan bahwa
air terbentuk dari delapan fenomena materi. Analisis Sang
Buddha lebih banyak dan lebih mendalam daripada
ilmuwan, bahkan tanpa memakai alat apa pun. Ilmuwan
tidak bisa menganalisis fenomena materi hakiki. Mereka
hanya mengetahui fenomena materi dengan cara yang
dangkal. Semua ajaran kenyataan mutlak ini hanya ada di
Abhidhamma.
Di Thailand, ada kelompok yang menolak Abhidhamma
dan penjelas maknanya. Di antara orang yang ditahbiskan,
satu kelompok tidak menerima Abhidhamma dan penjelas
maknanya. Kelompok lain menerima Abhidhamma dan
penjelas maknanya. Untuk alasan ini, konflik muncul.
Kitab Penjelas Makna menjelaskan bagaimana cara berlatih
meditasi, dan bagaimana mengetahui dan melihat Dhamma
dengan mendalam sebagaimana adanya. Sebelum Anda
mempelajari Abhidhamma, tolong baca ajaran Sang
Buddha di Suttanta. Lalu pelajari Abhidhamma secara
menyeluruh. Setelah itu, baca sutta lagi, dan Anda akan
mendapati bahwa pengertian Anda berubah total.
Dikarenakan Abhidhamma, Sang Buddha disebut Yang
Mahatahu. Jika Anda mengabaikan ajaran Abhidhamma
dan hanya membaca Suttanta, Anda tidak akan melihat
betapa istimewanya pengetahuan Sang Buddha. Hanya
Suttanta saja tidak menyatakan pengertian yang mendalam
153
itu. Tetapi di dalam Abhidhamma, pengetahuannya
sangatlah dalam dan luar biasa. Tidak ada manusia biasa
yang bisa merumuskan ini. Hanya seorang Buddha Yang
Mahatahu yang bisa melakukan itu. Jika Anda mempelajari
Abhidhamma secara menyeluruh, Anda akan menyadari
betapa mendalam dan betapa luar biasa pengetahuan Sang
Buddha.
Apakah Anda tahu Maṅgala Sutta? Ada kalimat di sana
yang berbunyi, ‘Asevanā ca bālānaṃ, paṇḍitānañca sevanā’ –
‘Jangan bergaul dengan yang bodoh; bergaullah dengan
yang bijaksana.’41 Bhikkhu yang ditahbiskan yang menolak
Abhidhamma itu sungguh sangat tak beruntung. Masalah
ini terjadi karena guru mereka, karena bhikkhu itu bergaul
dengan guru-guru yang tidak benar-benar mengerti ajaran
Sang Buddha. Di bawah pengaruh guru mereka, mereka
melanjutkan cara guru mereka, tidak mengetahui bahwa
apa yang diajarkan guru mereka adalah tidak sesuai dengan
ajaran Sang Buddha. Dengan cara ini, tanpa niat buruk,
mereka tanpa sengaja bergaul dengan yang bodoh.
Sehubungan dengan hal ini, ketika sang Bodhisatta sedang
memenuhi pāramī, beliau membuat sebuah aspirasi dan
mengatakan, ’Semoga saya tidak bertemu dengan orang
yang bodoh. Semoga saya tidak mendengar dari orang yang
bodoh. Semoga saya tidak bergaul dengan orang yang
bodoh. Jika saya memerlukan bercakap-cakap dengan
seorang yang bodoh, semoga saya tidak berbahagia dengan
ucapannya, dan semoga saya tidak mengikuti dan bertindak
menuruti ucapannya.’42 Ini sangatlah penting! Kita semua
seharusnya membuat aspirasi ini. Dan sang Bodhisatta me-
____________________
_______________
45 AN.III.2.(7)2.5 Kesamuttisuttaṃ, atau Kālāmasuttaṃ (AN3.65
Ceramah Tentang Kesaputtiyā, atau Ceramah Tentang Kālāma, juga
dikenal sebagai Kālāma Sutta).
156
akan mengatakan, ’Apa yang saya ajarkan adalah benar;
semua ajaran lain adalah salah.’ Semua guru yang pergi ke
sana mengeluh tentang guru yang lain. Masing-masing dari
mereka merendahkan yang lainnya dan mencari kesalahan
mereka. Masing-masing memaksakan bahwa hanya
ajarannya yang benar. Oleh karena itu, ketika Sang Buddha
pergi ke sana Beliau mencerahkan mereka, dengan
mengatakan, ’Kalian seharusnya merasa ragu-ragu tentang
sesuatu yang meragukan. Apabila kalian mengetahui sendiri
apa yang bajik dan apa yang tak bajik, silakan kejar apa
yang bajik dan bertindaklah sesuai dengan itu. ‘Sang
Buddha mengatakan, ’Jangan terima sesuatu karena tradisi,
atau karena diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya, atau karena ini ada di kitab, atau karena
seseorang yang memberi tahu kalian hal itu adalah
seseorang yang kalian hormati.’ Ini adalah kata-kata Sang
Buddha yang diberikan pada mereka, karena kondisi yang
dialami mereka.
160
Di sini, chanda yang kita perlukan dalam meditasi tidak
berhubungan dengan keinginan atau pengharapan yang
berakar dengan kemelekatan. Ini hanyalah semata-mata
harapan untuk objek yang bajik.
Chanda di sini mengacu pada faktor batin yang muncul
dalam keadaan pikiran bajik, ketika kita berlatih meditasi
dan melakukan perbuatan bajik. Ia mungkin bersekutu atau
mungkin tidak bersekutu dengan kebijaksanaan, tapi ia
selalu bersekutu dengan keadaan pikiran bajik, yang bebas
dari keinginan yang berakar dalam keserakahan, dan
pengharapan yang berakar dalam keserakahan. Faktor batin
chanda juga mungkin muncul pada keadaan pikiran tak
bajik yang berakar dalam keserakahan atau kemarahan. Di
sini, chanda adalah keinginan untuk objek tak bajik dan
bukanlah apa yang kita perlukan. Jenis chanda yang kita
perlukan ketika kita melakukan kusala kamma dan latihan
meditasi adalah chanda yang muncul dalam keadaan
pikiran bajik. Keserakahan, keinginan, dan pengharapan
adalah keadaan pikiran dimana keinginan tak bajik muncul
pada Anda semua. Dengan cara ini, dua keadaan ini
tidaklah sama.
164
berbuat demi kebaikan orang banyak, biarkanlah mereka
melepas. Jangan hentikan mereka.
165
pada Anda semua, sang Bodhisatta melepaskan kehidupan
duniawi dalam kehidupan terakhirnya, sebagai Pangeran
Siddhattha, ketika desakan spiritual muncul di batin
beliau. Lalu beliau berlatih meditasi. Saya sudah
menjelaskan pada Anda semua cara sang Bodhisatta
berlatih sehingga mencapai Pencerahan Sempurna. Setelah
beliau menjadi seorang Buddha, pada vassa ke tujuh,
Beliau naik ke alam dewa Tāvaṭimsa untuk mengajarkan
Abhidhamma. Apakah Anda ingat?
Mengapa Sang Buddha naik ke alam dewa mengajarkan
Abhidhamma. Beliau pergi ke sana untuk mengajar ibu
Beliau. Sebagai rasa terima kasih terhadap ibu Beliau, Sang
Buddha naik ke alam Tāvaṭimsa untuk mengajarkannya
Abhidhamma sebagai balasan apa yang sudah dia lakukan
untuk Beliau. Dikarenakan Abhidhamma sangat luas
cakupannya, sangat panjang, dan sangat dalam, tidaklah
mungkin menyampaikan semua ajaran Abhidhamma terus
menerus dalam satu kali duduk di alam manusia. Rentang
hidup dewa dan rentang hidup manusia sangatlah berbeda;
seratus tahun umur manusia sama dengan satu hari di alam
dewa Tāvaṭimsa. Bisakah kita mendengarkan Dhamma
terus menerus selama seratus tahun? Ini tidaklah mungkin.
Oleh karena itu, Sang Buddha memilih alam dewa
Tāvaṭimsa untuk mengajarkan Abhidhamma selama retret-
hujan itu. Karena Sang Buddha adalah seorang manusia,
Beliau perlu makan setiap hari, jadi Sang Buddha turun ke
alam manusia setiap hari untuk mendapatkan makanan
Beliau. Setelah menggunakan kekuatan psikis menciptakan
badan Beliau di alam Tāvaṭimsa, dan membuat badan
ciptaan itu membabarkan Dhamma terus menerus, Beliau
lalu turun ke alam manusia.
166
Di sini saya ingin memotong cerita ini menjadi singkat.
Setelah tiga bulan, pengajaran itu selesai. Di akhir masa
retret-hujan, Sang Buddha memutuskan untuk kembali ke
alam manusia. Sang Buddha menyampaikan kepergian
Beliau pada Sakka, Raja para dewa. Beliau berpamitan
secara formal pada Raja dewa itu dengan membiarkan dia
mengetahui bahwa Beliau akan kembali ke alam manusia.
Ini terjadi di hari bulan purnama pada akhir retret-hujan.
Raja dewa itu menciptakan satu set tangga - yang terdiri
dari tiga tangga. Yang satu terbuat dari emas, yang kedua
dari ruby, dan yang ketiga dari perak. Ketiga tangga ini
ditempatkan berdampingan. Tangga emas di sisi sebelah
kanan disediakan untuk para dewa, yang perak di sebelah
kiri disediakan untuk para brahmā, dan tangga ruby di
tengah disediakan untuk Sang Buddha. Dengan cara ini,
ketika Sang Buddha turun dari alam Tāvaṭimsa ke alam
manusia, semua manusia, dewa, dan brahmā bisa melihat
satu sama lainnya. Dewa melihat brahmā dan manusia,
brahmā melihat dewa dan manusia, dan mereka semua bisa
melihat semua makhluk neraka. Manusia melihat semua
brahmā, dewa, dan makhluk di alam neraka. Setiap
makhluk bisa melihat satu sama lain. Ini adalah keajaiban
yang dibuat oleh Sang Buddha. Dengan memancarkan
sinar cahaya enam warna, Sang Buddha turun dari alam
Tāvaṭimsa ke alam manusia. Pada saat itu, tidak ada satu
pun di antara kerumunan penonton, tiga puluh enam
yojana keliling, yang tidak bercita-cita mencapai
Kebuddhaan setelah menyaksikan keagungan dan
kemuliaan Sang Buddha.
Saya akan mengulanginya lagi. Tidak ada seorang pun di
antara kerumunan penonton, tiga puluh enam yojana
keliling, yang tidak mempunyai cita-cita mencapai
167
Kebuddhaan ketika mereka menyaksikan keagungan dan
kemuliaan Sang Buddha.
Anda mungkin juga berada di antara kerumunan itu.
Apakah Anda berpikir begitu?
Bagi saya sendiri, saya pikir saya tidak berada di sana.
Seandainya saya berada di kerumunan itu, saya seharusnya
sudah mengakhiri penderitaan. Saya pikir saya tidak akan
ada di sini bertemu dengan Anda sekarang. Apakah Anda
menyadari bahwa mereka yang mempunyai kesempatan
bertemu dengan seorang Buddha hidup telah memenuhi
pāramī yang besar? Di bawah bimbingan langsung dari
seorang Buddha hidup, kebanyakan orang dengan pāramī
seperti itu akan bisa mengakhiri penderitaan. Oleh karena
itu, saya pikir Anda mungkin sedang berada di tempat lain
pada saat itu. Seandainya kita berada di kerumunan itu dan
melihat keagungan dan kemuliaan Sang Buddha, dan
seandainya kita membuat sebuah aspirasi mencapai
Kebuddhaan, bagaimana menurut Anda? Apakah kita
sudah pasti bisa menjadi Buddha?
Anda mungkin menjawab ‘memungkinkan’ setelah
mengumpulkan pāramī empat periode tak terhitung dan
seratus ribu kappa. Tetapi meskipun setelah empat periode
tak terhitung dan seratus ribu kappa, orang yang bercita-
cita menjadi seorang Buddha masih belum memungkinkan
untuk bisa merealisasinya. Ini hanya memungkinkan bagi
mereka yang sudah menerima sebuah nubuat pasti dari
seorang Buddha hidup. Ketika orang melihat keagungan
dan kemuliaan Buddha Gotamma ketika Beliau sedang
turun dari alam Tāvaṭimsa ke alam manusia, tidak ada
seorang pun di antara mereka yang tidak bercita-cita
mencapai Kebuddhaan, karena ini adalah sebuah
kesempatan langka menyaksikan penampakan seorang
168
Buddha hidup. Namun, tidak ada seorang pun yang
memenuhi persyaratan menjadi seorang Buddha. Tidak
seperti orang-orang itu, Petapa Sumedha sudah memiliki
semua persyaratan untuk pencapaian Kebuddhaan, ketika
beliau bertemu dengan Buddha Dīpaṅkāra. Karena Buddha
Dīpaṅkāra menyadari pāramī orang yang bertemu Beliau,
Beliau mengetahui bahwa kecuali satu orang, tak ada
seorang pun yang hadir pada kesempatan itu memenuhi
persyaratan menerima sebuah nubuat pasti menjadi
seorang Buddha di masa yang akan datang. Hanya Petapa
Sumedha yang menerima sebuah nubuat pasti dari Buddha
Dīpaṅkāra .
Apakah Anda tahu siapa yang bisa menerima sebuah
nubuat pasti? Ada delapan faktor yang diperlukan untuk
menerima sebuah nubuat pasti. 46 Mereka adalah:
1. Menjadi seorang manusia.
2. Menjadi seorang laki-laki.
3. Telah memenuhi semua kondisi yang diperlukan
untuk perealisasian Kearahatan.
4. Bertemu dengan seorang Buddha hidup.
5. Menjadi petapa yang percaya pada hukum kamma.
6. Telah mempunyai pencapaian jhāna dan kekuatan
supranatural tinggi.
7. Siap mengorbankan diri demi kesejahteraan seorang
Buddha
8. Mempunyai pengharapan yang kuat dan baik untuk
Kebuddhaan.
__________________
170
Kebuddhaan menjadi pasti hanya bila sudah menerima
sebuah nubuat pasti dari seorang Buddha, yang sebaliknya
hanya akan datang setelah memenuhi kedelapan kondisi
untuk menerima nubuat pasti itu. Mengetahui bahwa
Sumedha memiliki persyaratan yang dibutuhkan, Buddha
Dīpaṅkāra pergi mendatangi beliau dan berdiri di bagian
kepala Sumedha yang sedang tiarap. Buddha Dīpaṅkāra
menggunakan kekuatan supranatural Beliau melihat ke
masa yang akan datang untuk mengetahui apakah aspirasi
Sumedha menjadi seorang Buddha bisa terpenuhi dan
kemudian menyatakan,’Sumedha akan menjadi seorang
Buddha, Gotama namanya, setelah empat periode tak
terhitung dan seratus ribu kappa.’ Apakah Anda ingin
menjadi seorang Buddha? Saya tidak keberatan jika Anda
menginginkannya. Itu adalah pilihan Anda.
Untuk menjawab penanya, saya perlu menjelaskan lebih
lanjut. Tidakkah Sang Buddha mengajarkan jalan untuk
menjadi seorang Buddha? Atau apakah Sang Buddha
hanya mengajarkan jalan untuk Kearahatan? Ini adalah
pertanyaannya. Apakah Anda ingat hari ketika Sang
Buddha pergi ke tempat asal Beliau untuk mengunjungi
ayah-Nya, Raja Suddhodāna? Sanak keluarganya mengatur
agar yang muda memberi penghormatan pada Sang
Buddha. Namun, mereka yang tua atau orang yang lebih
tua, yaitu paman-paman, saudara laki-laki yang lebih tua,
berpikir demikian, ‘Ia adalah adik laki-lakiku.’ ‘Ia adalah
keponakan laki-lakiku.’ Mereka bisa saja tidak memberi
penghormatan pada Sang Buddha, yang lebih muda dari
mereka. Apa yang lalu dilakukan oleh Sang Buddha? Beliau
berpikir, ’Sanak keluarga-Ku tidak mengetahui siapakah
Sang Buddha. Mereka tidak tahu keagungan Sang
Buddha.’ Lalu Sang Buddha menggunakan kekuatan
supranatural Beliau untuk melakukan keajaiban. Hanya
171
setelah itu setiap orang membungkuk pada Sang Buddha
dengan menangkupkan telapak tangan.
Melihat ini, Y.M. Sāriputta bertanya pada Sang
Buddha,’Oh Buddha Yang Tercerahkan Sempurna, tak
tertandingi dan dihormati oleh semua makhluk di dunia,
bagaimana Anda memenuhi pāramī sehingga menjadi
seorang Buddha? Bagaimana bagi mereka yang ingin
menjadi seorang Buddha memenuhi pāramī sepenuhnya?
Sang Buddha kemudian mengajarkan cara latihan agar bisa
menjadi seorang Buddha. Dari sini kita bisa melihat bahwa
Sang Buddha sesungguhnya telah mengajarkan cara
menjadi seorang Buddha bagi mereka yang mempunyai
aspirasi seperti itu. Kita perlu mengerti bagaimana
memenuhi pāramī menjadi seorang Buddha. Jika Anda
mengikuti jalan yang diajarkan Sang Buddha, Anda
mungkin bisa menjadi seorang Buddha suatu hari. Namun,
setelah memenuhi pāramī menjadi seorang Yang
Tercerahkan Sempurna dan kemudian menjadi seorang
Buddha, tujuan utama Sang Buddha adalah mengajarkan
jalan mengakhiri penderitaan bagi makhluk hidup yang
datang di kehidupan ini dengan pāramī yang baik.
Mengakhiri penderitaan adalah sebagian besar apa yang
diajarkan Sang Buddha pada murid-murid Beliau, tetapi
Sang Buddha juga mengajarkan jalan menjadi seorang
Buddha.
Sangatlah langka menjadi seorang Buddha. Juga sangatlah
langka menjadi seorang bodhisatta sejati. Oleh karena itu,
jika Anda ingin menjadi seorang Buddha, Anda harus
pertama-tama menjadi seorang bodhisatta sejati. Setelah
itu, tolong penuhi pāramī paling sedikit empat periode tak
terhitung dan seratus ribu kappa.
172
Mengakhiri Pencarian yang Tanpa Akhir
Pertanyaan: Jika saya adalah jenis ketiga dari empat jenis
manusia,47 dan karena saya seorang umat awam, apa yang
seharusnya saya hindari dan apa yang seharusnya saya
tingkatkan agar bisa menjadi seorang Sotāpanna?
Jawaban: Apakah Anda ingin merealisasi Pengetahuan akan
Jalan dan Buah Pertama? Jika begitu, Anda perlu
meninggalkan rumah, jika tidak untuk seumur hidup
Anda, paling tidak untuk suatu jangka waktu tertentu. Jika
Anda tidak bisa melepas kehidupan duniawi secara
permanen untuk seluruh hidup Anda, untuk menjadi
seorang Sotāpanna masih memungkinkan, tetapi Anda
perlu berlatih sebagai seorang umat awam dengan
menghabiskan cukup banyak waktu tinggal di sebuah pusat
meditasi. Jika Anda tidak bisa melakukan ini, Anda perlu
mempunyai kesadaran dalam kehidupan sehari-hari Anda.
Anda perlu berlatih meditasi setiap hari di mana pun Anda
berada. Pelajarilah Dhamma, bacalah Dhamma,
dengarkanlah Dhamma lebih banyak. Hiduplah dengan
Dhamma. Kemudian ketika waktunya matang, Anda
mungkin bisa membuat keputusan untuk berlatih meditasi.
Namun, hidup tidaklah pasti. Kematian adalah pasti. Siapa
tahu kapan kita akan meninggal? Oleh karena itu, jika
pikiran Anda cenderung untuk berlatih meditasi, Anda
seharusnya memutuskan membuat persiapan untuk
melakukan itu.
Dalam lingkaran kelahiran kembali, tidak ada bentuk
kehidupan apa pun yang kita belum pernah terlahir. Kita
sudah terlahir sebagai manusia di banyak keberadaan.
___________________
175
miliknya. Dia masih memegang persepsi salah seperti itu
karena pandangan salahnya. Lebih lanjut, sebelum
mencapai Pengetahuan akan Jalan dan Buah, dia masih
menganggap kekotoran batin yang muncul di pikirannya
sebagai kekotoran batinnya – sebagai kemarahannya,
delusinya, keserakahannya, kesombongannya,
keirihatiannya, kekikirannya, dan seterusnya. Dengan cara
ini kammanya diperkuat dengan dukungan sakkāyadiṭṭhi
yang sangat memengaruhinya.
Setelah mencapai Pengetahuan akan Jalan dan Buah, dia
tidak lagi melihat badan sebagai miliknya. Dia tidak
menganggap lima agregat sebagai miliknya. Dia tidak
menganggap semua kekotoran batin sebagai miliknya. Dia
tidak memegang semua kamma yang dia lakukan sebagai
miliknya. Dia sekarang melihat bahwa semua hanyalah
karena sebab dan akibat saja. Jika ada sebab seperti ini dan
itu, akan ada akibat seperti ini dan itu. Tanpa dukungan
pandangan salah sakkaya ditthi, dan tanpa pengaruh
pandangan salah sakkāyadiṭṭhi, kamma buruk tidaklah
sekuat sebelumnya. Mereka menjadi tidak cukup kuat
untuk membuahkan kelahiran kembali di empat alam
penderitaan.
Lebih lanjut, mereka yang telah mencapai Pengetahuan
akan Jalan dan Buah Pertama telah menjadi murni dalam
moralitas. Mereka tidak akan pernah melanggar lima
moralitas. Orang biasa juga menjalankan lima moralitas,
tetapi mereka perlu membuat suatu usaha yang besar
menjalaninya dan menghindari perbuatan-perbuatan buruk
itu. Ada dua kata bahasa Pāli yang ingin saya perkenalkan
pada Anda, puggalabyāpāra dan Dhamma-byāpāra.
Puggalabyāpāra berarti perbuatan seseorang menahan diri,
atau usaha untuk menahan diri. Ini mengacu pada
176
perbuatan yang dilakukan dengan usaha oleh manusia.
Sedangkan kata lainnya, Dhamma-byāpāra berarti
pengendalian diri secara otomatis yang dipengaruhi oleh
kebajikan Dhamma. Ini mengacu pada perbuatan yang
disebabkan oleh kualitas Dhamma. Keduanya ini sangatlah
berbeda. Orang biasa mencoba menghindari perbuatan
salah dengan pertolongan usaha mereka – dengan kata lain,
dengan bantuan puggalabyāpāra. Sebaliknya, Dhamma-
byāpāra sudah ditanamkan dengan kokoh pada mereka
yang mencapai Jalan dan Buah. Disebabkan oleh kekuatan
Dhamma, orang suci tidak akan melanggar lima moralitas.
Pencapaian mereka tidak akan pernah membiarkan mereka
melanggar satu pun lima moralitas ini. Ini adalah Dhamma-
byāpāra.
Lebih lanjut, objek saat menjelang ajal akan selalu baik
pada orang suci, termasuk yang baru tingkat pertama,
seorang Sotāpanna, karena pencapaian mereka. Karena
mereka telah menghancurkan sakkāyadiṭṭhi, semua kamma
buruk mereka tidak lagi didukung oleh sakkāyadiṭṭhi,
sehingga tidak mempunyai kekuatan untuk membuahkan
hasil pada saat menjelang ajal. Sementara kamma buruk
yang dikumpulkan tidak akan membuahkan hasil dalam
bentuk kesadaran penyambung-kelahiran kembali, tetapi
mereka mungkin membuahkan hasil setelah kelahiran
kembali. Dengan cara ini, Sang Buddha dan beberapa
murid-Nya masih harus mengalami penderitaan-
penderitaan tertentu di hidup mereka sebagai akibat dari
kamma buruk yang telah mereka lakukan di masa lampau.
Yang mana lebih kuat? Perbuatan yang disebabkan oleh
usaha manusia (puggalabyāpāra) atau perbuatan yang
disebabkan oleh kualitas Dhamma (Dhamma-byapara)?
Tanpa ragu-ragu, Dhamma-byapara adalah jauh lebih kuat.
177
Semoga Anda semua bisa mempunyai Dhamma-byapara
dalam kehidupan ini.
179
atau lebih. Serupa dengan itu, perenungan pada objek
terakhir untuk pencapaian Pengetahuan akan Jalan dan
Buah adalah juga hanya satu dari tiga karakteristik dari
ketidakkekalan, penderitaan, dan tanpa-diri.
181
Nibbāna bukanlah semacam alam di mana semua Buddha
Yang Tercerahkan Sempurna dan semua Arahat masuk.
Nibbāna sama sekali bukanlah sebuah alam. Hanya ketika
orang suci masih hidup dengan badan fisik barulah mereka
bisa mencapai atau mengalami Nibbāna setiap saat dengan
memasuki pencapaian Buah. Ini adalah sebuah pencapaian
yang bisa mereka alami secara praktis di dalam kehidupan
ini, dan bukan sebuah alam yang mereka masuki setelah
mereka wafat.
182
Jawaban: Pikiran tidak berhenti ketika seorang suci
memasuki Pencapaian Buah (phalasamāpatti) dengan
mengambil Nibbāna sebagai objeknya.
Ini dijelaskan oleh Sang Buddha pada Y.M. Ānanda di
Samadhi Sutta dari Aṅguttara Nikaya di dalam Bab
Sepuluh.48 Y.M. Ānanda bertanya pada Sang Buddha:
‘Bhante, apakah bisa seorang bhikkhu mencapai suatu
keadaan konsentrasi dimana ia tidak memiliki persepsi
akan (1) tanah sehubungan dengan tanah, (2) air
sehubungan dengan air (3) api sehubungan dengan
api (4) udara sehubungan dengan udara (5) landasan
ruang tak-terbatas sehubungan dengan landasan
ruang tak-terbatas (6) landasan kesadaran tak-terbatas
sehubungan dengan landasan kesadaran tak-
terbatas,(7) landasan kekosongan sehubungan dengan
landasan kekosongan, (8) landasan bukan persepsi,
maupun bukan-tanpa-persepsi sehubungan dengan
landasan bukan persepsi, maupun bukan-tanpa-
persepsi, (9) dunia ini sehubungan dengan dunia ini,
atau (10) dunia lain sehubungan dengan dunia lain,
tetapi dia masih mempunyai persepsi?’
‘Dia bisa, Ānanda.’
‘Tetapi bagaimana, Bhante, dia bisa mendapatkan
keadaan konsentrasi seperti itu?’
‘Di sini, Ānanda, seorang bhikkhu memiliki persepsi
demikian: ”Ini adalah damai, ini adalah luhur, yaitu,
__________________
183
penenangan semua aktivitas, pelepasan semua
kepemilikan, penghancuran nafsu keinginan, tanpa
nafsu, kepadaman, Nibbāna.” Adalah dengan cara ini,
Ānanda, seorang bhikkhu bisa mencapai suatu
keadaan konsentrasi seperti itu dimana dia tidak
mempunyai persepsi akan (1) tanah sehubungan
dengan tanah, (2) air sehubungan dengan air (3) api
sehubungan dengan api (4) udara sehubungan dengan
udara (5) landasan ruang tak-terbatas sehubungan
dengan landasan ruang tak-terbatas (6) landasan
kesadaran tak-terbatas sehubungan dengan landasan
kesadaran tak-terbatas,(7) landasan kekosongan
sehubungan dengan landasan kekosongan, (8)
landasan bukan persepsi, maupun bukan-tanpa-
persepsi sehubungan dengan landasan bukan persepsi,
maupun bukan-tanpa-persepsi, (9) dunia ini
sehubungan dengan dunia ini, atau (10) dunia lain
sehubungan dengan dunia lain; tetapi dia masih
mempunyai persepsi.
Dalam sutta berikutnya, Y.M. Ānanda menanyakan
pertanyaan yang sama pada Y.M Sāriputta. Y.M.
Sāriputta menceritakan pengalaman beliau sendiri, yang
mana mirip dengan apa yang sudah digambarkan oleh Sang
Buddha.
Y.M. Ānanda kemudian bertanya untuk klarifikasi lebih
lanjut:
‘Tetapi, persepsi akan apa yang dimiliki oleh
Y.M.Sāriputta?’
Y.M. Sāriputta menjawab dengan memberikan sebuah
perumpamaan:
184
‘Satu persepsi muncul dan persepsi lainnya padam
pada saya: ”Penghentian dari keberadaan adalah
Nibbāna, penghentian dari keberadaan adalah
Nibbāna.’ Sama seperti api ranting pohon yang
terbakar, satu nyala api muncul dan nyala api
lainnya padam, begitulah satu persepsi muncul dan
persepsi lainnya padam pada saya: ”Penghentian
dari keberadaan adalah Nibbāna, penghentian dari
keberadaan adalah Nibbāna.” Pada saat itu, Sobat,
saya memiliki persepsi: ”Penghentian dari
keberadaan adalah Nibbāna.”49
Bagaimana kita bisa mengerti ini? Dengan niat untuk
memasuki Pencapaian Buah, seorang suci memasuki jhāna
pertama kasina tanah. Keluar dari sana, dia merenungkan
ketidakkekalan atau penderitaan, atau tanpa-diri dengan
melihat kelenyapan jhāna-dhamma pertama dari kasina
tanah. Lalu dia mencondongkan pikirannya untuk
memasuki Pencapaian Buah. Dan dia memasukinya
(phalasamāpatti) dengan mengambil Nibbāna sebagai
objeknya.
Pada saat itu, dalam pikirannya tidak ada persepsi akan
tanah sehubungan dengan tanah, tetapi terdapat persepsi
akan Nibbāna. Satu persepsi muncul dan persepsi lainnya
padam pada saat itu. Pencapaian Buah adalah bukan
‘kepadaman persepsi dan perasaan.’ Dengan cara yang
________________
49 AN.X.1.1.7 Sāriputtasuttaṃ (AN 10.7 Ceramah Tentang
Sāriputta): ‘Bhavanirodho nibbānaṃ bhavanirodhaṃnibbānaṃ’ –
‘Penghentian dari keberadaan adalah Nibbāna, penghentian dari
keberadaan adalah Nibbāna’. Kitab Penjelas Makna dari sutta ini
menafsirkannya demikian: ‘Pada saat itu, Sobat, saya memiliki persepsi
yaitu persepsi akan pencapaian Buah.’ Dengan kata lain, apakah
pikiran berhenti saat pencapaian Buah?
185
sama, seorang suci bisa memasuki pencapaian Buah,
mengambil Nibbāna sebagai objeknya, dengan
merenungkan ketidakkekalan, atau penderitaan, atau
tanpa-diri dengan melihat kelenyapan dari dhamma
terkondisi apa pun seperti fenomena materi atau batin
hakiki, atau jhāna dhamma apa pun, internal maupun
eksternal, dan di periode waktu – lampau, kini, atau akan
datang. Ada dhamma terkondisi dan ada Dhamma Tak-
terkondisi. Dhamma terkondisi muncul dan lenyap sangat
cepat sepanjang waktu. Dalam Dhamma Tak-berkondisi,
Nibbāna, fenomena batin dan materi padam secara total.
Jadi pikiran tidak berhenti ketika seorang suci memasuki
Pencapaian Buah. Terdapat persepsi akan Nibbāna.
Beberapa praktisi menyatakan bahwa mereka tidak
mengetahui apa-apa ketika mereka berada di Pencapaian
Buah, dan hanya ketika mereka keluar dari sana mereka
mengetahui bahwa mereka sudah memasuki Pencapaian
Buah. Jika ini demikian, maka mereka tidak mempunyai
persepsi akan Nibbāna pada saat itu. Sesungguhnya,
mereka sudah terjatuh ke dalam keadaan pikiran bhavaṅga,
sehingga mereka tidak mengetahui apa-apa dan tertidur
pulas. Apa yang mereka capai adalah ‘nibbāna tertidur’,
bukan Nibbāna seperti yang dinyatakan dan diajarkan oleh
Sang Buddha.
Idaṃ me puññaṃāsavakkhayāvahaṃhotu.
Idaṃ me puññaṃnibbānassapaccayohotu.
Mama puññabhāgaṃsabbasattānaṃbhājemi;
Te sabbe me samaṃpuññabhāgaṃlabhantu.
189
Semoga jasa kebajikan saya ini
mengarah pada penghancuran noda-noda.
190
Singkatan-Singkatan
Tentang kutipan Catatan kaki
AN Aṅguttara Nikāya
Dhp Dhammapada
DN Dīgha Nikāya
MN Majjhima Nikāya
SN Saṃyutta Nikāya
191
Buddhavandanā
Memberikan Penghormatan
pada Sang Buddha
Buddho Bodhāya deseti, danto yo damathāya ca;
Samathāya santo dhammaṃ, tiṇṇo’va taraṇaya ca;
Nibbuto nibbānatthāya, taṃ lokasaraṇaṃ name
192
Hitvā kāme pabbajjiṃsu
Santo gambhiracintakā
Te tumepya anusikkhāvo
Pabbajitā supesalā
193
Tentang Bhikkhu Revata
Bhikkhu Revata dilahirkan pada tahun 1971 di
Mawlamyine, Myanmar. Beliau mendapatkan gelar sarjana
dari Universitas Yangon tahun 1994, dan mengajar sendiri
teknologi komputer selama lima tahun. Beliau ditahbiskan
sebagai seorang bhikkhu Theravāda di Pa-Auk Tawya
tahun 1999, dengan Y.M. Pa-Auk Sayadaw U Āciṇṇa,
sebagai pembimbingnya. Beliau telah mempelajari literatur
dan Kitab Penjelas Makna Pāḷi, serta fasih berbicara dalam
bahasa Myanmar, Inggris, dan Thailand.
Setelah berlatih meditasi di bawah bimbingan Y.M. Pa-
Auk Sayadaw, Sayadaw U Cittara, dan Sayadaw U Sīla,
pada tahun 2002 beliau mulai mengajar meditasi pada yogi
lokal dan asing, yang ditahbiskan maupun umat awam, dan
saat ini sebagai seorang asisten guru dari Pa-Auk Sayadaw.
Beliau bertanggung jawab dalam pengajaran yogi lokal dan
asing, dan pelatihan praktisi yang berhasil agar bisa
mengajarkan meditasi sendiri.
Seorang meditator dan guru yang dihormati, beliau telah
mengajar dengan intensif di Myanmar maupun di luar
negeri. Beliau telah membimbing retret meditasi di
Tiongkok, Indonesia, Korea Selatan, Latvia, Malaysia,
Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
Beliau telah menulis empat buku dalam bahasa ibunya, tiga
di antaranya bekerja sama dengan Y.M. Pa-Auk Sayadaw.
Sama seperti buku ini, kumpulan lain ajaran dan ceramah
Dhamma beliau telah dicetak dalam bahasa Inggris dengan
judul Awaken, O World! (2006), The Disciple Within (2008),
dan Bearers of the Burden (2011). Ceramah beliau telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Korea, Indonesia,
Thailand, Vietnam, dan Tionghoa.
194
Ajaran-ajaran lain dari Bhikkhu Revata di e-book, audio,
dan dengan format video bisa didapatkan di internet
@www.revata-bhikkhu.org.
195
196