Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AGAMA HINDU

BENTUK PENERAPAN BHAKTI SEJATI


DALAM KEHIDUPAN

OLEH
NI NYOMAN ASTI TRIDINATA

SMA NEGERI 1 RANDANGAN


TAHUN AJARAN 2022/2023
1
KATA PENGANTAR

           Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Bentuk
Penerapan Bhakti Sejati dalam Kehidupan” ini dengan tepat waktu. Penulis juga
berterima kasih kepada Bapak Guru Nengah Buderasa, selaku guru mata pelajaran
Agama Hindu yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga dapat
menambah wawasan kami mengenai “Bentuk Penerapan Bhakti Sejati dalam
Kehidupan”sebagai materi pembelajaran pada mata pelajaran Agama Hindu.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun orang
yang membaca ini nantinya. Sebelumnya, penulis memohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan ataupun kesalahan lainya, serta penulis
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam


pengembangan ilmu pengetahuan dan bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Atas
perhatiannya, terima kasih.

Randangan, 20 Februari 2023

Penulis
Ni Nyoman Asti Tridinata

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ 1

KATA PENGANTAR......................................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................4

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 4

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 5

2.1 Bentuk-Bentuk Penerapan Ajaran Bhakti Sejati Dalam Kehidupan.....5

BAB III SIMPULAN DAN SARAN..................................................................13


3.1 Simpulan................................................................................................13
3.2 Saran ......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bhakti sejati adalah sujud, memuja, hormat setia, taat, memperhambakan diri
dan kasih sayang, sebenarnya, tekun, sungguh-sungguh berdasarkan rasa, cinta, dan
kasih yang mendalam memuja Ida Sang Hyang Widhi atau yang dipujanya. Bhakti
sejati merupakan pemujaan yang dilakukan seseorang kepada yang dipujanya dengan
sungguh-sungguh dan penuh rasa hormat, cinta kasih yang mendalam untuk
memohon kerahayuan bersama. Sebagai umat beragama Hindu hendaknya kita selalu
menerapkan Bhakti Sejati dalam kehidupan, oleh karena itu kita perlu mengetahui
apa sajakah bentuk-bentuk penerapan bhakti sejati dalam kehidupan itu sendiri.

Dalam Kitab Bhagavata Purana VII.5.23 menyebutkan ada 9 jenis bhakti


kehadapan Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan
istilah Nawa Widha Bhakti dimana penerapannya sangat penting dilaksanakan
sehingga Sewaka Dharma dalam proses perjalanannya dapat membantu membentuk
karakter atau kepribadian yang berkualitas, berkepribadian, mawas diri, berbesar hati,
membuka diri, dan berbagi, santun, ramah, arif, bijaksana,, toleran, memiliki cinta
kasih sayang, dan harmonis.

1.2 Rumusan Masalah


Apa sajakah bentuk-bentuk penerapan ajaran bhakti sejati dalam kehidupan?

1.3 Tujuan Pembahasan


Melalui penugasan dan kerjasama tim, siswa dapat memahami materi tentang
“Bentuk Penerapan Bhakti Sejati dalam Kehidupan.”

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bentuk-Bentuk Penerapan Ajaran Bhakti Sejati Dalam Kehidupan

Berikut ini dipaparkan bentuk-bentuk penerapan ajaran Bhakti Sejati, sebagai


berikut:

A. Mendengarkan sesuatu dengan baik “Srawanam”

Arah gerak vertikal dari bhakti adalah umat mau dan mampu mendengar.


Dalam hal ini masyarakat hendaknya meyakini dan mendengarkan sabda-sabda
suci dari Tuhan baik yang tersurat maupun tersirat dalam kitab suci atau aturan-
aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan upacara.

Sedangkan arah gerak horizontal, bhakti untuk mendengar ini hendaknya


masyarakat dalam hidup dan kehidupannya selalu menanamkan rasa bhakti
untuk mau belajar mendengarkan nasehat dan menghormati pendapat orang lain
serta belajar untuk menyimak atau mendengarkan pewartaan tentang sesamanya
dan lingkungannya.  

Sifat dan sikap ini akan dapat menumbuhkan karakter Ketuhanan di


lingkungan keluarga itu, seperti; sifat, sikap dan karakter saling hormat-
menghormati, sujud, cinta kasih sayang, pengabdian, pelayanan, berfikir yang baik
dan suci, berkata yang baik dan suci, berbuat yang baik dan suci serta teguh dalam
melaksanakan disiplin spiritual.  

B. Bersyukur  (mensyukhuri atas anugrah-Nya) “Vedanam”

Dalam ajaran ini Vedanam berarti bagaimana cara kita bersyukur terhadap


keberadaan diri kita. Maksudnya disini, kita hidup di dunia ini adalah sebagai
ciptaan Tuhan yang lahir karena karma yang kita buat terdahulu. Umat Hindu telah

5
meyakini hal tersebut. Jadi bagaimanapun keadaan kita dilahirkan di Bumi ini, kita
harus tetap bersyukur dan bhakti kepada-Nya. Kita anggap apa saja yang kita
miliki, kita punya, nikmati dll, itu semua adalah atas karunianya. Sehingga jika
semua umat menyadari hal ini yaitu ajaran Vedanam, niscaya kehidupannya yang
dijalani akan terasa indah dan tanpa beban. Ingat kita terlahir menjadi manusia
adalah utama, yang artinya kita bisa memperbaiki dan menyelamatkan diri kita
sendiri dari perputaran kelahiran kembali/punarbhawa.

C. Menembangkan, melantumkan, menyanyikan gita/kidung “Kirtanam”

Kirtanam, adalah bhakti dengan jalan melantunkan Gita (nyayian atau kidung
suci memuja dan memuji nama suci dan kebesaran Tuhan), bhakti ini juga
diarahkan menjadi dua arah gerak vertical maupun arah gerak horizontal. Arah
gerak vertical melakukan bhakti kirtanam untuk menumbuhkan dan
membangkitkan nilai-nilai spiritual yang ada dalam jiwa setiap individu manusia,
dengan bangkitnya spiritual dalam setiap individu akan dapat meredam melakukan
pengendalian diri dengan baik, jiwa lebih tenang, tentram dan tercerahi, sistuasi
dan kondisi ini akan dapat membantu keluar dari kekusutan mental dan kegelapan
jiwa. Sehingga dapat dijadikan modal dasar untuk menciptakan kesalehan dan
keharmonisan individual yang damai dan bahagia.

Arah gerak horizontal masyarakat manusia berusaha selalu untuk


melantunkan bhakti kirtanam yang dapat menyejukan perasaan hati orang lain dan
lingkungannya. Kepada sesama atau anggota masyarakat yang lainnya tidak hanya
melantunkan atau melontarkan kritikan dan cemohan tetapi selalu belajar untuk
melatih diri untuk memberikan saran, solusi yang terbaik bagi kepentingan
bersama dalam keberagamaan, kehidupan sehari-hari tentang kemanusiaan,
kebersamaan, persatuan dan perdamaian, serta memberikan pengakuan dan
penghargaan atau pujian akan keberhasilan dan prestasi yang telah dicapai
terhadap sesama atau anggota masyarakat yang lain.

6
D. Selalu mengingat nama Tuhan “Smaranam”

Smaranam, adalah bhakti dengan jalan mengingat. Arah gerak vertical dari
bhakti ini adalah dalam menjalani dan menata kehidupan ini masyarakat manusia
sepatutnya selalu melatih diri untuk mengingat, mengingat nama-nama suci Tuhan
dengan segala Kemahakuasaaannya, dan selalu untuk melatih diri untuk mengingat
tentang intruksi dan pesan atau amanat dari sabda suci Tuhan kepada umat
manusia yang dapat dijadikan sebagai pedoman atau pegangan hidup dalam hidup
di dunia dan di alam sunya (akhirat) nanti.

Arah gerak secara horizontal dari bhakti ini apabila dikaitkan dengan isu-isu
pluralisme, kemanusiaan, perdamaian, demokrasi dan gender maka sepatutnya
masyarakat manusia selalu berusaha untuk mengingat kembali tragedi dan
penderitaan kemanusiaan, musibah dan bencana alam, dll, yang diakibatkan oleh
konflik-konflik atau pertikaian, kesewenang-wenangan, diskriminasi, dan tindakan
kekerasan yang lainnya antara individu yang satu dengan individu yang lain
ataupun antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain yang tidak atau
kurang memahami dan menghargai indahnya sebuah kebhinekaan dan pluralisme.

Harapannya dengan mengingat tragedi, penderitaan, musibah dan bencana


yang diakibatkan itu masyarakat manusia selalu mewartakan dan mengingatnya
sebagai bekal untuk mengevaluasi dan merepleksi diri akan indahnya kebhinekaan
dan pluralisme apabila masyarakat manusia mampu mengkemasnya dalam satu
bingkai yaitu bingkai kebersamaan, persatuan dan kedamaian. Iklim saling bhakti
Smaranam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia yang ditanamkan di
awali dilingkungan keluarga sehingga tumbuh karakter Ketuhanan dalam setiap
anggota keluarga sebagai modal dasar guna mewujudkan kesalehan dan
keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya.

7
E. Menyembah, sujud, hormat di Kaki Padma “Padasevanam”

Padasevanam artinya “melayani”. Dalam artian bagaimana cara kita melayani


mahkluk lain. Padasevanam meyakini bahwa mahkluk lain yang ada ini adalah
sebagai perwujudan Tuhan. Misalkan saja jika kita dapat melayani orang lain baik
itu orang yang lagi sakit, tertimpa musibah, dan orang yang lagi membutuhkan
sebuah pertolongan, itu sudah disebut dengan Padasevanam. Dalam kehidupan ini
masih ada orang yang belum bisa dan belum dapat mengaplikasikan ajaran Nawa
Wida Bakti yang di sebut dengan Padasevanam ini.

Padasevanam, adalah bhakti dengan jalan menyembah, sujud, hormat di Kaki


Padma. Arah gerak vertikal dalam bhakti ini masyarakat manusia dalam menjalani
dan menata kehidupannya sepatutnya selalu sujud dan hormat kepada Tuhan,
hormat dan sujud terhadap intruksi dan pesan/amanat dari hukum Tuhan (rtam).
Arah gerak horizontal masyarakat manusia untuk selalu belajar dan menumbuhkan
kesadaran untuk menghormati para pahlawan dan pendahulunya, pemerintah dan
peraturan perundang-undangan yang telah dijadikan dan disepakati sebagai sumber
hukum, para pemimpin, para orang tua dan yang tidak kalah penting juga
hormat/sujud kepada ibu pertiwi. Karena dengan adanya kesadaran untuk saling
menghormati inilah kita akan bisa hidup berdampingan dalam kebhinekaan dan
pluralisme, sehingga terwujud kebersamaan, perastuan, kesalehan dan
keharmonisan sosial. Iklim saling bhakti padasevanam ini sangat dibutuhkan oleh
masyarakat kita sehingga sejak dini semestinya ditanamkan untuk menumbuhkan
karakter Ketuhanan di lingkungan keluarga sebagai modal dasar guna mewujudkan
kesalehan dan keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya.

F. Bersahabat dengan Tuhan “Sukhyanam”
Sakhyanam, adalah tahapan atau bagian ke-8 dalam ajaran Nawa Widha
Bhakti yang artinya itu adalah, memperlakukan pujaannya/Tuhan sebagai sahabat
dan keluarga. Di sini kalau kita cari intinya sekali bahwa jika kita menganggap

8
Tuhan itu adalah teman atau keluarga, pasti rasa hormat dan bhakti yang kita miliki
menjadi lebih besar. Ini menumbuhkan rasa senang dan rasa memiliki yang sangat
besar terhadap-Nya. Dengan rasa senang dan rasa memiliki Tuhan, kita akan terus
menerus setiap saat akan memuja keagungan dan kemurahan beliau.
Kita akan merasa lebih dekat dengan-Nya, jadi jika hal ini kita aplikasikan,
Tuhan itu akan disadari selalu ada didalam kegiatan keseharian kita. Penerapan
semua jalan Nawa Wida Bhakti ini bisa menjadi proses penyatuan atau proses
kembalinya kita ke asal semula yaitu Tuhan.
Sakhyanam, adalah bhakti dengan jalan kasih persahabatan, mentaati hukum
dan tidak merusak sistim hukum. Baik arah gerak vertikal dan horizontal, baik
dalam kehidupan matrial dan spiritual (jasmani dan rohani) masyarakat manusia
agar selalu berusaha melatih diri untuk tidak merusak sistem hukum, dan selalu
dijalan kasih persahabatan. Iklim saling bhakti Sukhanyam ini sangat dibutuhkan
oleh masyarakat kita untuk menumbuhkan karakter Ketuhanan mulai dari
lingkungan keluarga dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai matra dan sebagai
modal dasar guna mewujudkan kesalehan dan keharmonisan sosial dalam
kehidupan sosial kemasyarakatannya.
G. Berpasrah Diri Memuja Para Bhatara-Bhatari dan Para Dewa sebagai
Manifestasi Tuhan “Dahsyam”

Berpasrah diri dihadapan para bhatara-bhatari sebagai pelindung dan para


dewa sebagai sinar suci Tuhan untuk memohon keselamatan dan sinarnya disetiap
saat adalah sifat dan sikap yang sangat baik. Dahsyam, adalah bhakti dengan jalan
mengabdi, pelayanan, dan cinta kasih sayang dengan tulus ikhlas terhadap Tuhan.

Arah gerak vertical dari bahkti ini masyarakat manusia dalam menjalani dan
menata kehidupannya, untuk selalu melatih diri dan secara tulus ikhlas untuk
mengahturkan mengabdikan, pelayanan kepada Tuhan, karena hanya kepada
Beliaulah umat manusia dan seluruh sekalian alam beserta isinya berpasrah diri
memohon segalanya apa yang harapkan untuk mencapai kebahagian di dunia dan

9
di akhirat. Arah gerak horizontal masyarakat manusia kepada sesama dan
lingkungan hidupnya untuk selalu mengabdi, memberikan pelayanan dan cinta
kasih sayang dengan tulus ikhlas untuk kepentingan bersama tentang kemanusiaan,
kelestarian lingkungan hidup dan kedamaian di tengah-tengah kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Iklim saling bhakti Dasyam ini sangat
dibutuhkan oleh masyarakat manusia baik dilingkungan keluarga lebih-lebih
dikehidupan sosial kemasyarakatannya.

Dahsyam artinya menganggap pujaannya sebagai tamu, majikan dan kita


sebagai pelayan. Dahsyam meyakini bahwa tamu yang hadir dihadapannya atau
yang ada ini adalah sebagai perwujudan Tuhan. Didalam menempuh kehidupan
yang tentunya sangat utama ini, jika kita tidak menyadari “Dahsyam”, sepertinya
rasa bhakti yang kita miliki terhadap-Nya itu sangat kecil dan hanya seberapa saja.
Mestinya jika kita yakin bahwa kita adalah ciptaan-Nya, kita juga harus bisa
menyadari Tuhan itulah yang harus kita layani dan sembah. Pelayanan tulus iklas
dengan perasaan tunduk hati kepada Tuhan pahalanya sangat besar. Mulai saat ini
kita harus yakin bahwa apapun yang kita kerjakan dan apapun yang kita miliki itu
semua adalah dinikmati oleh Tuhan itu sendiri. Jadi dengan jalan bhakti terhadap-
Nya kita bisa melakukan Pelayanan yang bersifat rohani. Seperti misalnya contoh
umum kita lihat pada asram-asram pemujaan Tuhan itu sendiri dalam wujud
personifikasi yang diyakini sebagai personalitas tertinggi Tuhan, yang didalamnya
terdapat orang-orang yang sedang melakukan Pelayanan dan mempelajari Kitab
Sucinya. Kalau bisa kita telusuri Pelayanan bhaktinya sangat tinggi terhadap Arca,
Guru Kerohanian, Penyembah Tuhan dll. Itulah perlu kita tingkatkan pada masa
hidup dijaman Kaliyuga ini.

H. Memuja Tuhan dengan Sarana Arca “Arcanam”

Arcanam, adalah bhakti dengan jalan perhormatan terhadap simbol-simbol


atau nyasa Tuhan seperti membuat Pura, Arca, Pratima, Pelinggih, dll, bhakti

10
penguatan iman dan taqwa, menghaturkan dan pemberian persembahan terhadap
Tuhan.

Arah gerak vertikal masyarakat manusia dalam menjalani dan menata


kehidupannya untuk selalu menghaturkan dan menunjukan rasa hormat, sujud,
cintakasih sayang, pelayanan, pengabdian kepada Tuhan dengan iman dan taqwa
kuat dan teguh dengan jalan menghaturkan sebuah persembahan sebagai bentuk
ucapan terimakasih atas tuntunan, bimbingan, perlindungan, kekuatan, kesehatan
dan setiap anugrah yang diberikan Tuhan kepada seluruh sekalian alam.

Arah gerak horizontal masyarakat manusia terutama kepada sesama dan


lingkungannya dalam kehidupannya untuk selalu belajar untuk memberikan
pelayanan, pengabdian, cinta kasih sayang, penguatan dan pemberian penghargaan
kepada orang lain. Contoh, Pemerintah, pemimpin dan atau anggota masyarakat
hendaknya memberikan pengabdian, pelayanan, cinta kasih sayang dan
penghargaan kepada pemerintah dan pemimpinnya demikian pula sebaliknya
kepada dan oleh rakyatnya yang telah menunjukan dedikasinya tinggi terhadap
segala aspek kehidupan demi kemajuan dan perbaikan situasi dan kondisi bersama
dan sekalian alam tentang kemanusiaan, kelestarian lingkungan dan perdamaian.
Karena pemimpin yang baik menghargai rakyatnya, demikian juga sebaliknya.
Iklim saling bhakti Arcanam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia di
lingkungan keluarga dan dikehidupan masyarakat umum. Hal ini akan dapat
menumbuhkan karakter Ketuhanan mulai dari lingkungan keluarga dan selanjutnya
dapat dijadikan sebagai matra dan sebagai modal dasar guna mewujudkan
kesalehan dan keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya.

Arcanam ini artinya “bhakti dengan memuja Arca”. Maksudnya disini yakni


bhakti dengan cara memuja pratima sebagai media penghubung dan penghayatan
kepada Tuhan. Kita ketahui bersama bahwa Tuhan itu bersifat abstrak/nirguna,
susah kita menebak dan menghayalkan perwujudan tuhan karena sesungguhnya

11
tuhan itu tak berwujud. Jadi untuk menguatkan keyakinan kita kehadapannya, kita
diberi jalan memuja-Nya dengan mewujudkan beliau ataupun manifestasi beliau
dengan Arca. Dengan jalan ini, jika rasa bhakti yang kita miliki untuk-Nya
sangatlah besar tidak dipungkiri lagi kita melayani dan menyembah Tuhan melalui
perwujudan suci yang disebut dengan Arca akan menjadi lebih nyata dan
memberikan perasaan rohani yang sangat dalam.

I. Berpasrah Total kepada Tuhan “Sevanam atau Atmanividanam”

Sevanam atau Atmanividanam adalah bhakti dengan jalan berlindung dan


penyerahan diri secara tulus ikhlas kepada Tuhan. Arah gerak vertikal dan
horizontal dari bhakti ini masyarakat kita selalu berpasrah diri dengan kesadaran
dan keyakinan yang mantap untuk selalu berjalan di jalan Tuhan, berlindung dan
penyerahan diri secara tulus ikhlas kepada Tuhan, sesama dan lingkungan
hidupnya atau kepada ibu pertiwi, baik dalam kehidupan duniawi (nyata) maupun
kehidupan sunya (niskala). Iklim saling bhakti Atmanivedanam ini sangat
dibutuhkan oleh masyarakat manusia baik dalam kehidupan sosial dan kehidupan
spiritualnya.

Atmanividanam yang artinya bhakti dengan kepasrahan total kepada Tuhan.


Tahapan ini adalah tahapan terakhir dalam ajaran suci Nawa Wida Bhakti. Dalam
perjalanan kehidupan manusia pada zaman Kali Yuga ini, jalan Atmanividanam
yang dianggap sulit untuk diaplikasikan karena kuatnya ikatan material yang
mengikat dirinya. Mulailah kita melakukan pelayanan dan mempersembahkan
apapun yang kita miliki, kita terima, nikmati dan lain-lain itu hanya untuk-Nya.
Karena hanya beliaulah yang pada akhirnya sebagai penikmat segalanya, baik itu
adalah kebahagiaan dan penderitaan kita harus bisa mempersembahkan untuk-Nya.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa bentuk


bentuk penerapan bhakti sejati dalam kehidupan antara lain: Mendengarkan
sesuatu dengan baik “Srawanam”, Bersyukur (mensyukhuri atas anugrah-Nya)
“Vedanam” , Menembangkan, melantumkan, menyanyikan gita/kidung
“Kirtanam”,Selalu mengingat nama Tuhan “Smaranam”, Menyembah, sujud,
hormat di Kaki Padma “Padasevanam”, Bersahabat dengan Tuhan “Sukhyanam”,
Berpasrah Diri Memuja Para Bhatara-Bhatari dan Para Dewa sebagai Manifestasi
Tuhan “Dahsyam”, Memuja Tuhan dengan Sarana Arca “Arcanam”, Berpasrah
Total kepada Tuhan “Sevanam atau Atmanividanam”.

3.2 Saran

Sebaiknya, kita sebagai umat Hindu lebih bisa memahami dan menerapkan
bentuk- bentuk ajaran bhakti sejati dikehidupan. Mengingat bhakti sejati
merupakan bagian penting dari umat Hindu serta banyaknya manfaat yang bisa
didapat apabila mengamalkan bentuk-bentuk penerapan bhakti sejati dalam
kehidupan sehingga juga dapat mendekatkan diri kita kepada Tuhan Yang Maha
Esa/Ida Sang Hyang Widhi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Mudana, I Nengah dan I GN Dwaja. 2016. Pendidikan Agama Hindu dan


Budi Pekerti Kelas XI. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud: Jakarta.

Adhi Ketut. 2017. Bhakti Sejati Dalam


Ramayana.http://wisdanarananda.blogspot.com/2017/04/bhakti-sejati-dalam-
ramayana.html?m=1. Diakses pada Rabu, 10 Februari 2021.

14

Anda mungkin juga menyukai