Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi


Wasa, karena atas asung kerta warenugraha-Nya kami dapat
menyelesaikan Buku Panduan Mentoring Hindu 2020/2021.
Kami menyadari bahwa isi buku panduan ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak.
Semoga buku panduan yang kami buat ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi peserta mentoring.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om.

Bandung, 24 Agustus 2020

Tim Penyusun

i
TATA TERTIB PESERTA MENTORING 2020/2021

1. Peserta Mentoring 2020 merupakan seluruh mahasiswa Hindu di


tingkat 1, Telkom University.
2. Kegiatan Mentoring 2020 dilaksanakan secara daring melalui Google
Meet dan Google Classroom.
3. Peserta Mentoring 2020 diwajibkan mengenakan atasan berkerah
selama kegiatan Mentoring.
4. Peserta Mentoring 2020 diwajibkan hadir tepat waktu dan mengisi
presensi yang telah disediakan, disarankan hadir 15 menit sebelum
kegiatan Mentoring dimulai.
5. Jika terlambat menghadiri kegiatan Mentoring, peserta Mentoring
2020 akan dikenakan pengurangan poin/nilai.
6. Peserta Mentoring 2020 diwajibkan menyalakan kamera selama
kegiatan Mentoring.
7. Peserta Mentoring 2020 diperbolehkan minum, namun dilarang
makan selama kegiatan Mentoring.
8. Perizinan terkait ketidakhadiran dalam kegiatan Mentoring 2020,
maksimal 6 jam sebelum kegiatan Mentoring dimulai.

*Hal-hal lain yang belum diatur dalam pedoman peraturan tata tertib ini
akan ditentukan kemudian dengan sepengetahuan peserta.

ii
PELANGGARAN DAN SANKSI
1. Segala jenis perizinan yang menyebabkan peserta tidak hadir atau telat
mendapatkan tugas akademik tambahan nantinya.
2. Pelanggaran terhadap pakaian yang tidak sesuai akan dicatat dan
ditindaklanjuti oleh Tim Mentor 2020/2021.

iii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


TATA TERTIB PESERTA MENTORING 2020/2021 .......................... ii
PELANGGARAN DAN SANKSI ......................................................... iii
Daftar Isi ................................................................................................ iv
Modul 1 ................................................................................................... 1
Modul 2 ................................................................................................... 4
Modul 3 ................................................................................................... 9
Modul 4 ................................................................................................. 11
Modul 5 ................................................................................................. 15
Modul 6 ................................................................................................. 17
Modul 7 ................................................................................................. 20

iv
Modul 1
Kepemimpinan Hindu

Tujuan :
1. Peserta mentoring mengenal dan memahami konsep
kepemimpinan dalam ajaran agama Hindu.
2. Peserta mentoring mampu mengimplementasikan ajaran Niti
Sastra dalam kehidupan sehari-hari.

Deskripsi :
Kitab atau susastra Hindu yang banyak mengulas tentang konsep
kepemimpinan termasuk etika dan moral di dalamnya disebut
dengan kitab “Niti Sastra”. Kata ini berasal dari Kata Sanskerta
“niti” yang berarti bimbingan, dukungan, bijaksana, kebijakan, dan
etika. Sedangkan “sastra” berarti perintah atau ajaran.
Dari pemahaman etimologis tersebut maka “niti sastra” dapat
diartikan sebagai keseluruhan sastra yang memberikan ketentuan,
bimbingan, arahan bagi umat manusia dalam berbagai aspek
kehidupan agar menjadi lebih teratur, terarah, dan lebih baik.
Kepemimpinan Hindu juga banyak
mengacu pada tatanan alam semesta. Adapun
konsep-konsep kepemimpinan Hindu yang
banyak diajarkan antara lain : Sad
Warnaning Rajaniti, Catur Kotamaning
Nrpati, Tri Upaya Sandi, Pañca Upaya Sandi,
Asta Brata, Nawa Natya, Pañca Dasa
Paramiteng Prabhu, Sad Upaya Guna, Pañca
Satya dan lain-lain.

1
Asta Brata merupakan konsep yang paling umum digunakan
jika membahas kepemimpinan dalam hindu. Asta Brata ini
merupakan delapan landasan sikap mental bagi seorang pemimpin.
Adapun delapan bagian Asta Brata tersebut adalah :
1. Indra Brata : Kepemimpinan bagaikan Dewa Indra atau Dewa
Hujan; Di mana hujan itu berasal dari air laut yang menguap.
Dengan demikian seorang pemimpin berasal dari rakyat harus
kembali mengabdi untuk rakyat.
2. Yama Brata : Kepemimpinan yang bisa menegakkan keadilan
tanpa pandang bulu bagaikan Sang Hyang Yamadipati yang
mengadili Sang Suratma.
3. Surya Brata : Kepemimpinan yang mampu memberikan
penerangan kepada warganya bagaikan Sang Surya yang
menyinari dunia.
4. Candra Brata : Mengandung maksud pemimpin hendaknya
mempunyai tingkah laku yang lemah lembut atau
menyejukkan bagaikan Sang Candra yang bersinar di malam
hari.
5. Bayu Brata : Mengandung maksud pemimpin harus
mengetahui pikiran atau kehendak (bayu) rakyat dan
memberikan angin segar untuk para kawula alit atau wong cilik
sebagimana sifat Sang Bayu yang berhembus dari daerah yang
bertekanan tinggi ke rendah.
6. Baruna Brata : Mengandung maksud pemimpin harus dapat
menanggulangi kejahatan atau penyakit masyarakat yang
timbul sebagaimana Sang Hyang Baruna membersihkan segala
bentuk kotoran di laut.

2
7. Agni Brata : Mengandung maksud pemimpin harus bisa
mengatasi musuh yang datang dan membakarnya sampai habis
bagaikan Sang Hyang Agni.
8. Kwera Brata : Mengandung maksud seorang pemimpin harus
selalu memikirkan kesejahteraan rakyatnya sebagaimana bumi
memberikan kesejahteraan bagi umat manusia dan bisa
menghemat dana sehemat-hematnya seperti Sang Hyang
Kwera dalam menata kesejahteraan di kahyangan.

3
Modul 2
Mantra Persembahyangan & Mantra Sehari-hari

Tujuan :
1. Peserta mentoring mengenal dan memahami konsep mantra
dalam ajaran agama Hindu.
2. Peserta mentoring mampu melafalkan mantra persembahyangan
& mantra sehari-hari.

Deskripsi :

Mantra berasal dari bahasa Sanskerta


yaitu “man” yang memiliki arti pikiran dan
“tra” yang artinya pembebasan. Jadi Mantra
adalah kegiatan membebaskan pikiran yang
diyakini mempunyai kekuatan, sebagai
sebagai sarana memusatkan pikiran menuju
alam kebahagiaan spiritual Tuhan/Sang
Hyang Widhi
Berikut mantra yang umum digunakan dalam persembahyangan
(Mantra Kramaning Sembah / Panca Sembah) :
1. Sembah Tanpa Sarana/Bunga :
Om àtmà tattwàtmà sùddha màm swàha
Artinya: Oh Hyang Widhi, atma atau jiwa dan kebenaran,
bersihkanlah diri hamba.
2. Sembah Kehadapan Hyang Siwa Raditya :
Om Adityasyà param jyoti
rakta tejo namo’stute

4
sweta pankaja madhyastha
bhàskaràya namo’stute
Artinya: Oh Hyang Widhi, Sinar Hyang Surya Yang Maha
Hebat. Engkau bersinar merah, hamba memuja-Mu. Hyang
Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba
memuja-Mu yang menciptakan sinar matahari berkilauan.
3. Sembah Kehadapan Ista Dewata :
Om nama dewa adhisthanàya
sarwa wyapi wai siwàya
padmàsana eka pratisthàya
ardhanareswaryai namo namah
Artinya: Oh Hyang Widhi, yang bersemayam pada tempat yang
luhur, kepada Hyang Siwa yang berada di mana-mana, kepada
dewata yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai di
suatu tempat, kepada Ardhanaresvari hamba memuja.
4. Sembah Kehadapan Seluruh Dewa/Samodaya:
Om anugraha manoharam
dewa dattà nugrahaka
arcanam sarwà pùjanam
namah sarwà nugrahaka
Dewa-dewi mahàsiddhi
yajñanya nirmalàtmaka
laksmi siddhisca dirghàyuh
nirwighna sukha wrddisca
Artinya: Oh Hyang Widhi, pemberi anugrah, anugrah
pemberian Dewata, pujaan dari segala pujaan, hamba memuja-
Mu sebagai pemberi segala anugrah. Kemahasiddhian dari para
Dewa dan Dewi berwujud yadnya suci. Kebahagiaan,

5
kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan,
kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani.
5. Sembah Tanpa Sarana/Bunga :
Om Dewa suksma paramà cintyàya nama swàha.
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om
Artinya: Oh Hyang Widhi, hamba memuja-Mu yang tidak
terpikirkan. Semoga damai, damai, damai selalu.

Selain mantra persembahyangan diatas, adapula mantra yang


dapat dipanjatkan sehari-hari contohnya yaitu, mantra sebelum
memulai berkegiatan, mantra sebelum makan, mantra saat
menghaturkan banten/sesajen saat perayaan Hari Raya Saraswati, dan
lain sebagainya.
1. Mantra Memulai Kegiatan:
Om Awighnam Astu Namo Sidham
Om Sidhirastu Tad Astu Swaha
Artinya : Ya Tuhan, Semoga Atas Berkenanmu, Tiada Suatu
Halangan Bagi Hamba Memulai Pekerjaan Ini Dan Semoga
Berhasil Baik
2. Mantra Selesai Bekerja/Bersyukur:
Om Dewa Suksma Parama Acintya Ya Namah Swaha,
Sarwa Karya Prasidhantam
Om Santih, Santih, Santih, Om
Artinya : Ya Tuhan, Dalam Wujud Parama Acintya Yang Maha
Gaib Dan Maha Karya, Hanya Atas Anugrahmulah Maka
Pekerjaan Ini Berhasil Dengan Baik. Semoga Damai, Damai Di
Hati, Damai Di Dunia, Damai Selamanya

6
3. Mantra Memulai Belajar
Om Purwe Jato Brahmano Brahmacari Dharmam
Wasanas Tapasodatistat Tasmajjatam Brahmanam
Brahma Iyestham Dewasca Sarwe Amrttna Sakama
Artinya : Ya Tuhan, Muridmu Hadir Dihadapanmu, Oh
Brahman Yang Berselimutkan Kesaktian Dan Berdiri Sebagai
Pertama, Tuhan, Anugrahkanlah Pengetahuan Dan Pikiran Yang
Terang. Brahman Yang Agung, Setiap Mahkluk Hanya Dapat
Bersinar Berkat Cahayamu Yang Senantiasa Memancar
4. Mantra Memohon Inspirasi
Om Prano Dewi Saraswati Wajebhir Wajiniwati Dhinam
Awinyawantu
Artinya : Ya Tuhan Dalam Manifestasi Dewi Saraswati, Hyang
Maha Agung Dan Maha Kuasa, Semoga Engkau Memancarkan
Kekuatan Rohani, Kecerdasan Pikiran, Dan Lindungilah Hamba
Selama-Lamanya
5. Mantra Memohon Kecerdasan
Om Pawakanah Saraswati Wajebhir Wajiniwati Yajnam
Wastu Dhiyawasuh
Artinya : Ya Tuhan, Sebagai Manifestasi Dewi Saraswati, Yang
Maha Suci, Anugerahilah Hamba Kecerdasan Dan Terimalah
Persembahan Hamba Ini
6. Mantra Saraswati :
Om, Saraswati namostu bhyam Warade kama rupini
Siddha rastu karaksami Siddhi bhawantume sadam.
Artinya : Om, Dewi Saraswati yang mulia dan maha
indah,cantik dan maha mulia. Semoga kami dilindungi dengan

7
sesempurna-sempurnanya. Semoga kami selalu dilimpahi
kekuatan.
7. Mantra Dewa Ganesha :
Vakratunda mahakaya, Surya koti sama praba,Nirvignam
kuru me Deva,Sarva kaaryeshu sarvada.
Artinya : O dewa Ganesha, yang belalainya melengkung dan
bertubuh besar, kecemerlangan-Mu seperti jutaan Matahari. O
Dewa, berkatilah aku, selalu bebas dari hambatan dan rintangan
pada setiap usahaku.
8. Mantra Sebelum Makan :
Om Anugraha amrta`di sanjiwani ya namah swaha
Artinya : Oh Hyang Widhi, Semoga makanan ini menjadi
penghidup hamba lahir dan batin yang suci.
9. Mantra Sebelum Tidur
Om asato ma sat gamaya, tamaso ma jyotir gamaya
mrityor mamritam gamaya
Artinya: Tuhan, tuntunlah kami dari jalan sesat ke jalan yang
benar, dari jalan gelap ke jalan yang terang hindarkan kami dari
kematian menuju kehidupan sejati.
10. Mantra Bangun Tidur :
Om utedanim bhagawantah syamota prapitwa uta mandhye
ahnam utodita maghawanta suryasya mayam dewanam
sumantau syama
Artinya : Ya Tuhan, Yang Maha Pemurah, jadikanlah hamba
orang yang selalu bernasib baik pada hari ini, menjelang tengah
hari, dan seterusnya. Semoga para Dewa melindungi diri hamba.

8
Modul 3
Sarana Upacara Agama Hindu

Tujuan :
1. Peserta mentoring mengenal dan memahami konsep sarana
upacara dalam ajaran agama Hindu.
2. Peserta mentoring mampu membuat sarana upacara yang umum
digunakan dalam agama Hindu.

Deskripsi :
Klakat (Kelakat) terbuat dari bambu, dianyam sedemikian rupa
berbentuk segi empat bujur sangkar dengan jenis bermacam-macam
sesuai dengan kebutuhan upacara. Klakat secara umum didalam
ajaran Hindu Bali bisa juga difilosofikan sebagai 3 kerangka agama
Hindu (tattwa, susila, upacara) dimana kalau kita bisa
menggabungkan hal tersebut niscaya keharmonisan didalam hidup
akan bisa kita rasakan. Selain itu, adapula Klakat Sudamala yang
merupakan simbol dari dua kemahakuasaan Sang Hyang Widhi
yang memberikan kekuatan pada Purusa-Prakerti.
Canang sari merupakan upakāra (perlengkapan) keagamaan
umat Hindu di Bali untuk persembahan tiap harinya. Menurut Ida
Pedanda Gede Made Gunung, seorang pedanda Bali, kata "canang"
terdiri atas dua suku kata bahasa Kawi, "ca" ("indah") dan "nang"
("tujuan"). Dengan demikian, pengertian canang dapat djabarkan
menjadi sebuah sarana yang bertujuan untuk memohon keindahan
(sundharam) ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Adapula
kewangen yang merupakan simbol atau perlambang wujud visual &
ketulus ikhlasan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi.

9
Alat & Bahan :
 Bilah bambu  Pisau
 Stapler  Bunga
 Janur  Daun pisang
Langkah kerja :
1. Perempuan : membuat sarana upacara berupa canang
sari& kwangen yang merupakan sarana upacara umum
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Laki-laki : membuat sarana upacara berupa klakat biasa
dan klakat sudamala yang umum digunakan dalam
upacara agama Hindu.
Sarana upacara lainnya adalah ketupat. Ketupat merupakan
salah satu sarana dalam membuat banten yang ada di Bali. Ketupat
yang digunakan di Bali memiliki berbagai jenis yaitu, tipat nasi, tipat
dampulan, dan tipat sirikan, dan lain sebagainya.

10
Modul 4
Kidung

Tujuan:
1. Peserta mentoring mengenal dan memahami konsep nyanyian
suci/kidung dalam ajaran agama Hindu.
2. Peserta mentoring mampu melafalkan kidung secara baik dan
benar menurut agama Hindu.

Deskripsi:
Kidung atau sekar madya merupakan salah satu seni tembang
Bali yang merupakan lagu pemujaan, umumnya dinyanyikan dalam
kaitan upacara, baik upacara adat maupun agama. Kelompok
tembang yang tergolong sekar madya pada umumnya
mempergunakan bahasa Jawa Tengahan, yaitu seperti bahasa yang
dipergunakan di dalam lontar/ cerita Panji atau Malat, dan tidak
terikat oleh Guru Lagu maupun Padalingsa.
Kidung memang tidak bisa dilepaskan dari ritual yadnya, setiap
upacara yadnya tertentu pasti menggunakan gegendingan (kidung)
tertentu pula. Atas dasar demikian, kidung pun dikelompokkan
berdasarkan jenis-jenis yadnya yang ada di Bali. Jenis-jenis kidung
antara lain:
1) Kidung Dewa Yadnya digunakan ketika upacara Dewa
Yadnya
2) Kidung Rsi Yadnya digunakan ketika upacara Rsi Yadnya
3) Kidung Manusa Yadnya digunakan ketika upacara Manusa
Yadnya

11
4) Kidung Pitra Yadnya digunakan ketika upacara Pitra
Yadnya
5) Kidung Bhuta Yadnya digunakan ketika upacara Bhuta
Yadnya

Contoh wirama kidung berkaitan dengan Panca Yadnya:


1) Pada upacara Dewa Yadnya ditembangkan kidung:
 Di saat memuja Ida Bhatara: Kawitan Wargasari atau
Wargasari
 Di saat sembahyang menggunakan bunga (muspa):
Mredu Komala atau Totaka
 Di saat memohon tirta (nunas tirta): Wargasari
 Di saat penutupan upacara (nyineb): Warga Sirang
2) Pada upacara Rsi Yadnya ditembangkan kidung:
 Upacara Rsi Bojana: Wilet Mayura, Bramara
Sangupati atau Palu Gangsa.
 Upacara Diksa: Rara Wangi
3) Pada upacara Manusa Yadnya ditembangkan kidung:
 Upacara Raja Swala: Demung sawit
 Upacara Metatah: Kawitan Tantri atau Demung Sawit
 Upacara Mapetik: Malat Rasmi
 Upacara Pawiwahan: Tunjung Biru
4) Pada upacara Pitra Yadnya ditembangkan kidung:
 Di saat menurunkan atau memandikan jenazah:
Sewana Girisa atau Bala Ugu
 Di saat mebawa jenazah ke kuburan (setra): Indra
Wangsa

12
 Upacara mengurug kuburan (gegumuk): Adri
 Upacara Ngeseng Sawa (ngaben): Praharsini
 Upacara Reka Abu: Aji Kembang
 Upacara melarung abu ke laut (nganyut): Sikarini atau
Asti
 Upacara Nyekah (Atma Wedana): Wirat Kalengengan.
5) Pada upacara Bhuta Yadnya ditembangkan: Pupuh Jerum,
Alis-alis Ijo, atau Swaran Kumbang.

Adapun kidung yang umum dinyanyikan pada saat upacara


keagamaan adalah kidung berikut:
1) Kawitan Warga Sari - Pendahuluan sembahyang
Purwakaning angripta rum ning wana ukir.
Kahadang labuh. Kartika penedenging sari.
Angayon tangguli ketur. Angringring jangga mure.
Sukania harja winangun winarne sari.
Rumrumning puspa priyaka, ingoling tangi.
Sampun ing riris sumar. Umungguing
srengganing rejeng
2) Pangayat - Menghaturkan sajen (Kidung Wargasari)
Ida Ratu saking luhur. Kawula nunas lugrane.
Mangda sampun titiang tanwruh. Mengayat Bhatara
mangkin.
Titiang ngaturang pajati. Canang suci lan daksina.
Sami sampun puput. Pratingkahing saji.
Asep menyan majagau. Cendana nuhur dewane,
Mangda Ida gelis rawuh. Mijil saking luhuring
langit.

13
Sampun madabdaban sami. Maring giri meru
reko.
Ancangan sadulur, sami pada ngiring.
Bhatarane saking luhur. Nggagana diambarane.
Panganggene abra murub. Parekan sami mangiring.
Widyadara-widyadari, pada madudon-dudonan,
Prabhawa kumetug. Angliwer ring langit.
3) Nunas tirtha - Mohon tirtha
Turun tirtha saking luhur. nenyiratang pemangkune.
Mekalangan muncrat mumbul. Mapan tirtha mrtajati.
Paican Bhatara sami, panglukatan dasa-mala.
Sami pada lebur. Malane ring gumi.

14
Modul 5
Hari Suci Hindu

Tujuan:
1. Peserta mentoring mengenal dan memahami konsep hari raya
suci bagi umat Hindu.
2. Peserta mentoring memahami berbagai perayaan untuk
menyambut hari raya suci agama Hindu.

Deskripsi:
Hari suci adalah hari yang diperingati atau yang diistimewakan,
karena berdasarkan keyakinan bahwa hari itu mempunyai makna
dan fungsi yang amat sangat penting bagi kehidupan seseorang
(umat), baik karena pengaruhnya maupun karena nilai-nilai yang
terkandung didalamnya sehingga dirasakan perlu untuk diingat,
disucikan, dan dirayakan.
Agama Hindu memiliki
banyak sekali hari raya, baik itu
yang datangnya setiap satu tahun
sekali (berdasarkan sasih), enam
bulan sekali (berdasarkan wuku),
ataupun ada juga yang 14 atau 15
hari sekali (Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon). Hari raya besar umat
Hindu, yang biasanya dirayakan bersama-sama contohnya seperti
Hari Raya Suci Nyepi, Siwaratri, Galungan, Kuningan, Saraswati,
dan Pagerwesi. Begitu banyak Hari Raya Suci Agama Hindu, yang
makna dari perayaan berbagai hari raya ini berbeda-beda, dengan
tujuan yang sama memuja keagungan Hyang Widhi (Tuhan Yang

15
Maha Esa). Secara garis besar waktu pelaksanaan hari suci agama
Hindu diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Berdasarkan atas perhitungan sasih atau pranata masa.
 Hari raya Nyepi : dipercayai merupakan hari
penyucian dewa-dewa yang ada di pusat samudra
yang membawa intisari amerta air hidup.
 Hari raya Siwaratri : hari pemujaan terhadap Sang
Hyang Siwa sekaligus sebagai malam perenungan
dosa.
2. Berdasarkan perhitungan pawukon atau wuku.
 Hari raya Galungan dan Kuningan : dipercayai
sebagai sebagai hari kemenangan Dharma
melawan Adharma.
 Hari raya Saraswati : merupakan hari turunnya
ilmu pengetahuan, sekaligus hari pemujaan pada
Dewi Saraswati sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan
dan Seni.
 Hari raya Pagerwsi : hari ini dirayakan untuk
memuliakan Ida Sanghyang Widhi Wasa dengan
manifestasinya sebagai Sanghyang Pramesti Guru
Selain hari suci, diatas hari suci yang dilaksanakan
berdasarkan pawukon ialah
 Hari raya Budha Kliwon
 Hari raya Tumpek (Saniscara Kliwon)
 Hari raya Budha Wage
 Hari raya Anggara Kasih

16
Modul 6
Meditasi & Yoga

Tujuan :
1. Peserta mentoring mengenal dan memahami konsep meditasi &
yoga menurut ajaran agama Hindu.
2. Peserta mentoring melakukan atau mempraktekan meditasi serta
yoga.

Deskripsi :
Yoga dan Meditasi adalah salah satu cara untuk kita bisa
mendapatkan ketenangan jiwa, perasaan damai dan bisa melepaskan
kita dari rasa stress karena sebenarnya yang dilakukan pada saat kita
melakukan meditas yoga adalah menenangkan pikiran, pemusatan
pikiran, dan pengaturan nafas.
Terdapat beberapa definisi tentang
meditasi. Di antara definisi-definisi
tersebut, ada yang menyebutkan
bahwa meditasi adalah usaha
pemusatan pikiran kepada kesadaran
yang lebih tinggi dengan tujuan untuk memperluhur jiwa. Di dalam
praktek yoga, meditasi sering dilakukan dengan cara mengulang-
ulang di dalam hati suatu mantra tertentu, yang telah diberkati
dengan tenaga spiritual oleh seorang Guru. Dengan mengulang-
ulang mantra tersebut, kekuatan spiritual yang luhur dan suci akan
hadir di dalam diri siswa meditasi untuk memurnikan jiwanya.
Seperti contohnya yaitu melakukan Yoga Namaskara

17
Surya Namaskara adalah rangkain pose yoga yang dilatih
sebagai satu kesatuan, dilakukan secara mengalir dan digabungkan
dengan tehnik bernafas. Surya Namaskara dilakukan untuk
penghormatan terhadap matahari. Adapun cara melakukan gerakan
Surya Namaskara yaitu :
1. Pranamasana (Sikap berdoa)
2. Hasta Uttanasana (Sikap mengangkat kedua tangan)
3. Padahastasana (Sikap tangan ke kaki)
4. Aswa Sancalanasana (Sikap menunggang kuda)
5. Parwatasana (Pose sikap seperti gunung)
6. Ashtanga Namaskara (Sikap memberi salam dengan 8
bagian anggota badan)
7. Bhujangasana (Sikap seperti kobra)
8. Parvatasana (Sikap seperti gunung)
9. Asva Sancalanasana (Sikap menunggang kuda)
10. Padahastanasana(Sikap tangan ke kaki)
11. Hasta Uttanasana (Sikap mengangkat ke dua tangan)
12. Pranamasana (Sikap berdoa)

Selain yoga Surya Namaskara, terdapat pula yang namanya


yoga Candra Namaskara. Praktek Chandra Namaskara adalah
refleksi dari Surya Namaskara (Penghormatan kepada Matahari),
bulan tidak memiliki cahaya sendiri tetapi memantulkan sinar
matahari. Chandra Namaskara paling baik dipraktekkan di malam
hari, terutama saat bulan terlihat. Adapun cara melakukan gerakan
Chandra Namaskara yaitu :
1. Pranamasana
2. Hasta Utthanasana

18
3. Padahastanana
4. Ashwa Sanchalanasana
5. Ardha Chandrasana
6. Parvatasana
7. Ashtanga Namaskara
8. Bhujangasana
9. Parvatasana
10. Ashwa Sanchalanasana
11. Ardha Chandrasana
12. Padahastanana
13. Hasta Utthanasana
14. Pranamasana

19
Modul 7
Pura

Tujuan :
1. Peserta mentoring mengenal dan memahami konsep Pura
sebagai tempat suci agama Hindu.
2. Peserta mentoring mampu mengidentifikasi pura di seluruh
Indonesia beserta jenisnya.

Deskripsi :
Pura adalah tempat suci umat Hindu untuk memuja Sang Hyang
Widhi Wasa. Pura sebagai tempat suci pada umumnya dibagi
menjadi tiga areal dalam satu komplek berbentuk garis horizontal.

Adapun areal pura yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:


1. Jeroan merupakan areal atau bagian terdalam dari pura.
Bagian ini diletakkan atau dibangun pelinggih-pelinggih
utama yang melambangkan alam atas dan Swah Loka.
2. Jaba Tengah merupakan bagian tengah dari pura. Areal ini
melambangkan bagian tengah dari alam semesta yang
disebut Bhwah Loka.

20
3. Jaba Sisi merupakan bagian luar dari pura. Areal ini
melambangkan alam bawah dari alam semesta yang disebut
Bhur Loka.

Berdasarkan karakterisasi dan fungsi dari masing-masing pura


keberadaan pura tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat
macam, antara lain sebagai berikut :
1. Pura Umum atau Pura Kahyangan Jagat
Pura ini memiliki ciri umum sebagai tempat pemujaan
kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa dengan segala
manifestasi-Nya. Pura ini merupakan tempat umum bagi
seluruh umat Hindu yang disebut Pura Kahyangan Jagat.
Adapun yang termasuk Pura Kahyangan Jagat adalah Pura
Sad Kahyangan, Pura Dang Kahyangan, dan pelinggih-
pelinggih Penyawangan seperti yang terdapat pada kantor-
kantor.
2. Pura Teritorial
Pura ini memiliki ciri-ciri kesatuan wilayah sebagai
tempat pemujaan suatu desa pakraman atau adat. Pura
teritorial ini disebut juga Pura Kahyangan Desa.
Penyungsung Pura Kahyangan Desa ini terbatas pada suatu
wilayah tertentu dan disungsung oleh umat (krama) desa
adat atau pekraman yang ada pada wilayah yang
bersangkutan saja.
3. Pura Swagina
Pura Swagina adalah tempat suci umat Hindu untuk
melakukan pemujaan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa
beserta manifestasi-Nya yang para penyungsungnya terikat

21
oleh ikatan swagina atau kekaryaan yang mempunyai
profesi sama dalam sistem mata pencarian hidup.
4. Pura Kawitan atau Pura Keluarga
Pura kawitan adalah pura yang penyungsungnya
ditentukan oleh ikatan wit atau leluhur berdasarkan garis
kelahiran.

22
23

Anda mungkin juga menyukai