Disusun Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
berkah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Management Leadership yang
berjudul “Kepemimpinan Asta Brata”. Dalam rangka menyelesaikan tugas makalah ini, kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini serta Ibu Dr. Robiyati Podungge, S.pd., MAP sebagai dosen mata
kuliah yang telah memberikan tugas dan membimbing kami.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
BAB 1.......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN........................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN............................................................................................................................ 4
2.1 PENGERTIAN, SEJARAH, DAN FILOSOFI DARI ASTA BRATA......................................4
2.2 KONSEP KEPEMIMPINAN MENURUT AJARAN ASTA BRATA......................................4
2.3 AJARAN ASTA BRATA DAN BAGIAN BAGIANNYA.........................................................5
BAB III......................................................................................................................................... 9
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................................9
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................ 9
3.2 Saran................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 10
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
memiliki delapan sifat dewa didalam dirinya yang disebut sebagai Astra Brata (Suciartini, 2020).
Hal tersebut menunjukan bahwa sebuah kepemimpinan spiritual itu tidak lepas kaitannya
dengan THK yang bersumber dari ajaran Asta Brata. Ajaran Asta Brata merupakan sebuah
ajaran yang diberikan oleh Sri Rama kepada Wibhisana sebagai raja yangmenggantikan
kakaknya yakni Rahwana di Alengka Pura. Dalam bahasa Sansekerta, kataAsta yang berarti
delapan (8) dan Brata berarti perilaku atau tindakan pengendalian diri,maka dari itu, Asta Brata
berarti delapan tipe kepemimpinan yang merupakan delapan sifatkemahakuasaan Tuhan dalam
ajaran kepemimpinan agama Hindu yang perlu diterapkan sertadijadikan pedoman dalam diri
seorang pemimpin. Yang pertama yakni Indra Brata, yakniseorang pemimpin patut dapat
memberikan kesejahteraan kepada anggota atau bawahannya.Selanjutnya, Yama Brata yakni
seorang pemimpin patut dapat menciptakan dan menegakkan Hukum serta memberikan
hukuman secara adil kepada orang yang bersalah. Lalu ada Surya Brata yakni seorang
pemimpin patut dapat memberikan penerangan yang adil serta meratakepada bawahannya.
Yang keempat, Candra Brata yakni seorang pemimpin patutmemperlihatkan wajah
yang tenang agar bawahan atau anggotanya yakin pada kebesaranjiwa pemimpinnya. Bayu
Brata yakni seorang pemimpin patut dapat mengetahui dengan menyelidiki keadaan yang
sebenarnya. Lalu ada yang disebut dengn Kuwera Brata yakni seorang pemimpin patut
bijaksana dalam menggunakan dana dalam artian tidak boros serta tidak merugikan
bawahannya. Selanjutnya, Baruna Brata yakni seorang pemimpin patut dapat
memberantas segala jenis penyakit dan kriminalitas. Yang terakhir, Agni Brata yakni seorang
pemimpin patut dapat menjadi motivasi dan tauladan dengan tumbuhnya sifat ksatriadi dalam
dirinya. Kepemimpinan yang dapat menghantarkan kelompok yang dipimpinnya
mencapai kebahagiaan secara lahir dan batin akan direalisasikan apabila konsep
kepemimpinan spiritual atas dasar THK ini sendiri dilaksanakan dengan berlandaskan pada
konsep ajaran kepemimpinan yang dikenal dengan istilah Asta Brata yang mana, berjalannya
kepemimpinan yang menekankan pada adanya kedamaian dan kerukunan di dalam kehidupan.
Maka dari itu,etika yang diperlukan dalam menjadi landasan bagi jiwa seorang pemimpin yakni
konsep Asta Brata dan Tri Hita Karana.
2
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian, sejarah, dan filosofi dari asta brata,
2. Untuk mengetahui konsep kepemimpinan menurut ajaran astra brata
3. Untuk mempelajari mengenai ajaran serta bagian-bagian yang terdapat di astra
brata
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN, SEJARAH, DAN FILOSOFI DARI ASTA BRATA
Asta brata merupakan ajaran kepemimpinan yang diberikan oleh Sri Rama kepada
Gunawan Wibhisana sebelum memegang tahta kerajaan alengka pura pasca kemenangan Sri
Rama melawan Rahawana. Istilah astra brata sendiri berasal dari kitab hukum Hindu yang
berbahasa Sansekerta, Manawa Bhirgu yang diajarkan oleh Manu atau pemuka agama Hindu.
Asta brata berasal dari gabungan dua kata, yakni asta memiliki arti delapan, dan brata memiliki
asrti laku atau pedoman (Suyami, 2008).
Ajaran astra brata ditemukan di dalam beberapa teks Jawa kuno lain, yaitu dalam serat
Nitisruti dan serat Pustakaraja Purwa. Pada perkembangannya, ajaran Asta Brata juga
dipentaskan dalam pementasan wayang kulit untuk media pengenalan kepada masyarakat
mengenai nilai-nilai kepemimpinan jawa. Ajaran dari asta brata perlahan mengalami perubahan,
dari yang dulunya berupa ajaran mengenai tuntunan agar raja bisa berperilaku seperti para
Dewa, berubah menjadi tuntunan agar masyarakat bisa berperilaku seperti pemimpin dengan
meneladani simbolisasi sifat-sifat alam.
Dalam filosofi kepemimpinan hindu dikenal asta brata. Asta brata merupakan contoh
kepemimpinan hindu yang terdapat dalam Itihasa Ramayana. Asta brata yaitu delapan tipe
kepemimpinan yang merupakan sifat dari sang Mahakuasa. Asta brata ini berisi wejangan atau
nasehat kepemimpinan yang diberikan oleh Sri Rama kepada adiknya Bharata saat
menggantikan dirinya sewaktu mengasingkan diri di hutan selama 12 tahun. Asta brata telah
dilaksanakan oleh Sri Krisna, Yudhistira, Empu Kuturan (saat di Bali sewaktu dipercayakan
sebagai Bhagawanta atau penasehat Raja) begitu juga Sri Rama, yang mengandung arti
mengenai delapan sikap mental raja tang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, Indra Brata,
Yama Brata, Surya Brata, Candra Brata, Bayu Brata, Kuwera Brata, Baruna Brata, dan Agni
Brata.
4
pada ajaran astra brata. konsep kepemimpinan berasal dari budaya Indonesia adalah
kepemimpinan model Jawa, atau yang lebih dikenal dangan ajaran Asta (Astha) Brata. Secara
etimologis kata Asta Brata berasal dari bahasa Sansekerta, Asta berarti delapan; dan Brata:
berarti laku atau pedoman. Jika digolongkan kedalam klasifikasi, ajaran kepemimpinan Asta
Brata dapat digolongkan kedalam pendekatan trait, mengacu pada sifat sifat apa saja yang
harus dimiliki pemimpin. Konsep ajaran kepemimpinan Asta Brata berkembang dalam berbagai
macam variasi. Ajaran Asta Brata salah satunya dipaparkan dalam Serat Rama), yang
dikisahkan sebagai wejangan Rama kepada Wibisana untuk memimpin kerajaan Ngalengka.
Serat Rama merupakan gubahan dari Ramayana Kakawin yang ditulis dalam bahasa Jawa
modern oleh Yasadipura I (1729-1803 M) seorang sastrawan Jawa kuno yang berasal dari
Kasunanan Surakarta Versi cerita Ramayana lain, salah satunya yang paling populer adalah
Ramayana karangan Walmiki. Namun ajaran Asta Brata tidak ditemukan di Ramayana versi
Walmiki, ajaran ini hanya ditemukan di Ramayana versi Jawa (Serat Rama).
Konsep Aasta Brata dalam kitab Manawa Dharma Sastra menjelaskan bahwa pemimpin
bertindak sesuai dengan karakter para Dewa yang kemudian menjadi tolok ukur kepemimpinan
pada masa tersebut dan tidak semuanya melambangkan elemen alam. Ketika Islam memasuki
Jawa nilai- nilai ini disesuaikan dengan prinsip ajaran Agama Islam, yang kemudian konsep
Dewa di Asta Brata diubah menjadi delapan unsur alam. Sifat atau watak alam tersebut
merupakan simbolisasi sifat- sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam
kontes budaya Jawa.
1) Indra Brata
Indra Brata, yaitu cara kepemimpinan yang mengikuti sifat Dewa Indra sebagai Dewa hujan.
Dalam hubungan ini hendaknya para pemimpin seperti air yang berasal dari bawah terus
menguap dan turun kembali menjadi hujan untuk memberi hidup semua makhluk di dunia ini.
Makna yang terkandung dari pernyataan ini ialah bahwa seorang pemimpin hendaknya jangan
5
lupa pada rakyat yang di pimpinnya. Hendaklah mereka selalu memperjuangkan rakyat untuk
bebas dari penderitaan dan bahagia lahir batin. Seorang pemimpin hendaklah mengikuti ajaran
Indra Brata, karena Indra Brata memberikan ketauladan sifat yang baik seorang pemimpin
untuk dapat memberikan bimbingan kepada masyarakat, bawahannya serta untuk dirinya agar
selalu berusaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan.
2) Yama Brata
Yama Brata, yaitu para pemimpin hendaknya mengikuti sifat-sifat Dewa Yama. Dalam
hubungan ini para pemimpin diharapkan menegakkan hukum secara benar dan adil, yang
bersalah menurut hukum, harus dihukum dan yang tidak bersalah harus dilindungi. Hendaklah
para pemimpin tidak memiliki sifat pilih kasih dalam menegakkan hukum, karena hal itu akan
dapat merugikan masyarakat dan Negara yang dipimpinnya. Dalam menegakkan hukum
kepada rakyat yang bersalah hendaknya para pemimpin harus tegas dan konsekuen serta tidak
memandang status maupun kedudukan sosial. Sehingga ketertiban dan keamanan di
masyarakat dapat ditegakkan. Ajaran Yama Brata ini juga diharapkan agar pemimpin mengajak
seluruh rakyatnya untuk selalu mematuhi hukum yang berlaku sehingga ketertiban dan
keamanan dapat terlaksana dengan baik.
3) Surya Brata
Surya Brata, yaitu para pemimpin hendaknya mampu memberikan penerangan secara benar,
adil dan merata kepada seluruh warga negaranya. Dalam hubungan ini pula hendaknya para
pemimpin selalu berhati-hati dalam mengeluarkan keputusan, seperti layaknya matahari yang
sangat berhati-hati dalam menyerap air yang ada di muka bumi ini. Pemimpin hendaknya pula
dapat meniru prilaku matahari yang terus bekerja setiap hari yang selalu menerangi jagad raya
walaupun gumpalan embun mengalangi sinarnya, matahari selalu terbit dengan berjalan dari
timur ke arah barat menuju peraduannya. Matahari pun tidak pernah mengharapkan balasan
akan kerja kerasnya (tanpa keterikatan). Adapun penerangan yang dimaksud dalam hal ini
yaitu, pemimpin hendaknya selalu memberikan informasi yang benar kepada rakyatnya
mengenai jalannya kepemimpinan yang di pimpinnya tanpa menutupi hal apapun. Pemimpin
juga berkewajiban untuk meningkatkan taraf hidup rakyatnya.
4) Candra Brata
Candra Brata yaitu para pemimpin hendaknya selalu dapat memperlihatkan wajah yang tenang
dan berseri-seri dalam tugasnya sehari-hari, sehingga dengan demikian rakyat yang
6
dipimpinnya merasa yakin akan kebesaran jiwa pemimpinnya serta simpati dan penuh rasa
hormat. Disamping itu juga, para pemimpin hendaknya dapat menyebarkan keindahan dan
berusaha memberikan kebahagiaan kepada setiap orang dengan jalan memberantas segala
hal-hal negatif yang menyelimuti jiwanya. Seperti bulan yang berlahan-lahan membebaskan diri
dari kabut malam yang menyelimutinya. Pemimpin juga diharapkan dapat menyejukan rakyat
(peneduh) laksana bulan, maksudnya yaitu menampung segala aspirasi yang diberikan oleh
rakyat dan bawahannya. Apalagi pendapat yang diberikan oleh rakyat merupakan hal yang
positif, untuk kelancaran jalannya kepemimpinan yang sedang berlangsung.
5) Bayu Brata
Bayu Brata yaitu para pemimpin hendaknya selalu mengetahui keadaan dan kemauan rakyat
yang paling bawah dan menderita. Dalam hubungan ini dilukiskan para pemimpin sebagai
Dewa Angin atau Dewa Bayu yang selalu berhembus dari daerah yang bertekanan tinggi ke
daerah yang bertekanan rendah. Para pemimpin hendaknya selalu berada di tengah-tengah
masyarakat yang dipimpinnya untuk memantau kehidupan rakyatnya. Untuk keadaan dan
kehendak rakyatnya, hendaknya pemimpin dapat menampakkan senyum dan sapa yang manis
serta dapat mengetahui motif kesenangan masyarakat sehingga mudah menyelami jiwanya.
Dalam Bayu Brata juga diajarkan agar para pemimpin memiliki daya adaptasi yang tinggi,
merakyat dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang semua rakyatnya. Sehingga para
pemimpin tidak terkesan sebagai orang yang gila akan kedudukan dimana jika sudah berada di
tempat yang tinggi maka akan enggan untuk berkunjung kebawah lagi. Adapun maksud dari
pada pemimpin harus mempunyai daya adaptasi yang tinggi yaitu ketika menjalankan tugasnya
dari suatu daerah ke daerah lain yang menjadi wilayah kekuasaannya, hendaknya para
pemimpin yang baik tanpa harus membanding-bandingkan daerah yang satu dengan daerah
yang lain serta dapat berkomunikasi dengan orang-orang setempat tanpa rasa canggung.
6) Kuwera Brata
Kuwera Brata yaitu para pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat bijaksana dalam
mempergunakan dana, sehingga pembangunan masyarakat yang adil dan makmur dapat
terwujud sebagaimana mestinya. Para pemimpin hendaknya mampu mempergunakan uang
sehemat mungkin, tanpa ada pemborosan, sehingga dengan demikian semua rencana dapat
terwujud. Selain hal tersebut, pemimpin hendaknya pandai dalam menggali potensi wilayah
yang dipimpinnya sehingga dapat menghasilkan dana untuk kelangsungan dan kemakmuran
hidup rakyat yang dipimpinnya. Hal ini sangatlah penting, apalagi seperti zaman sekarang
7
dimana teknologi sudah maju pesat. Berbagai zat yang terdapat di alam dapat dimanfaatkan
untuk menghasilkan dana yang diperlukan dalam segala bidang pembangunan. Namun,
disamping itu para pemimpin tidak boleh lupa untuk melestarikan kembali apa yang telah
diambilnya dari alam sehingga tercipta suatu keseimbangan diantara kehidupan manusia
dengan alamnya. Yang mana jika hal tersebut terwujud maka akan tercipta kehidupan
masyarakat yang makmur dengan di dampingi oleh alam yang bersahabat.
7) Baruna Brata
Baruna Brata yaitu para pemimpin hendaknya memiliki wawasan yang luas, dan sanggup
mengatasi setiap gejolak dengan penuh kearifan. Para pemimpin hendaknya mampu mengatasi
berbagai macam hambatan seperti kekacauan ekonomi, politik, pengangguran, demo dan
sejenisnya. Pemimpin hendaknya pula pandai mencari solusi terhadap berbagai masalah yang
terjadi di masyarakatnya, dengan dibantu oleh para pendampingnya (para menteri) sehingga
masalah tersebut cepat terselesaikan. Merupakan suatu kewajiban bagi pemimpin untuk
memiliki beberapa menteri untuk memberikannya nasehat dalam menyelesaikan berbagai
masalah kepemimpinan untuk kebahagian serta kemakmuran rakyatnya.
8) Agni Brata
Agni Brata yaitu para pemimpin hendaknya memiliki sifat pemberani dan memiliki dedikasi yang
tinggi dalam mengatasi suatu masalah yang menimpa masyarakatnya. Diibaratkan sebagai
Dewa Agni (Api) yang tidak pernah berhenti membakar benda yang dibakar sehingga menjadi
abu. Para pemimpin juga diharapkan agar meniru sifat api yang selalu berkobar meskipun
berbagai rintangan menghadangnya. Adapun maksudnya yaitu, hendaknya pemimpin memiliki
semangat yang berkobar-kobar seperti api dan tidak pernah putus asa dalam menyelesaikan
semua perkara yang terjadi dalam kepemimpinannya. Agni Brata juga mengajarkan agar
sebelum mengambil keputusan penting yang menyangkut kemakmuran rakyatnya, seorang
pemimpin haruslah terlebih dahulu menyucikan dirinya.
8
BAB III
Terdapat delapan ajaran asta brata yaitu Indra Brata bernilai kesejahteraan, Yama Brata
bernilai hukum dan keadilan, Surya Brata bernilai kepedulian, Candra Brata bernilai etika dan
susila, Bayu Brata bernilai kewaspadaan dan kebugaran, Kuwera Brata bernilai kemakmuran,
Baruna Brata bernilai perlindungan, dan Agni Brata bernilai kecerdasan dan keberanian.
Pada dasarnya, setiap orang adalah seorang pemimpin, minimal bagi diri sendiri atau
orang lain. Sehingga asta brata ini bisa aplikasikan dalam diri setiap pemimpin ini. Jika asta
brata ini bisa di terapkan dengan baik, maka akan berdampak baik bagi diri sendiri dan dapat
ditransfer kepada masyarakat luas.
3.2 Saran
Dalam setiap penulisan, penulis menginginkan sebuah kesempurnaan dalam menyusun
makalah ini, namun kenyataanya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki lagi, hal
ini disebabkan karena masih minimnya pengetahuan yang dimiliki penulis. Maka kritik dan
saran yang bisa membangun para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi
dalam penulisan kedepannya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Adisastra, I. N. S., & Made, Y. A. D. N. (2021). RELEVANSI ASTA BRATA DALAM KEPEMIMPINAN MASA
KINI. Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja, 1(1), 1–13.
Aryawan, I. W. (2021). Penerapan Kepemimpinan Asta Brata dalam Pendidikan dari Sudut Pandang Teori
Konflik. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial, 7(1), 56–66. https://doi.org/10.23887/jiis.v7i1.31628
As’ad, M., Anggoro, W. J., & Virdanianty, M. (n.d.). Studi Eksplorasi Konstrak Kepemimpinan Model Jawa: Asta
Brata. JURNAL PSIKOLOGI, 38(2), 228–239.
Fitri, M. (2021). Pembelajaran Sejarah Berbasis Nilai-Nilai Astha Brata Sebagai Penguatan Sikap
Kepemimpinan Siswa SMA. Social, Humanities, and Education Studies (SHEs), 1, 194–202.
Mumfangati, T. (2012, July 3). ASTHABRATA: FIGUR PEMIMPIN IDEAL. Dinas Perpustakaan Dan Asrip
Daerah Istimewa Yogyakarta. http://dpad.jogjaprov.go.id/article/library/vieww/asthabrata-figur-pemimpin-
ideal-466
Sudarmiati, N. (2020). LANDASAN AJARAN ASTA BRATA DALAM KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI
SMA N 7 LUWU TIMUR. Ilmu Pendidikan, 1(2), 221–232.
10