Disusun Oleh :
Kelompok 8 :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat Rahmat-
Nya kami memperoleh keberhasilan untuk menyelesaikan makalah Tri Hita Karana yang berjudul
“THK Sebagai Etika Kepemimpinan”.
Kami tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya nantinya menjadi laporan yang lebih baik lagi.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Pengantar Manajemen kami yaitu Bapak Prof. Dr. I Wayan Rasna M. Pd. Yang telah membimbing
dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
sebagaimana mestinya bagi yang membutuhkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
memanfaatkan lingkungan dengan bijak, memberikan alasan bahwa hidup manusia tergantung
pada alam, menyimpulkan kebahagiaan hidup ditentukan oleh kemampuan mengadaptasi diri
dan memanfaatkan hukum alam, mengembangkan keingintahuan terhadap fenomena dan
hakikat alam dan melakukan kegiatan yang menunjukkan kepedulian terhadap alam.
3.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui maksud dari konsep
kepemimpinan dan etika kepemimpinan Tri Hita Karana
3.4 Manfaat
1. Bagi Pembaca
Makalah ini menjadi sumber referensi dan informasi untuk mengetahui lebih dalam
mengenai Tri Hita Karana terutama pada etika kepemimpinan THK
2. Bagi Penulis
Makalah ini memperdalam wawasan penulis mengenai pemahaman tentang etika
kepemimpinan THK dalam mata kuliah Tri Hita Karana.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Secara etimologi, pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi dan membujuk
pihak lain agar melakukan tindakan untuk mencapai tujuan bersama. Kumpulan para pemimpin
disebut pimpinan. Istilah pimpinan juga digunakan untuk menunjukkan hasil
memimpin. Menurut Manz dan Sims (1989), pemimpin yang paling tepat adalah yang dapat
memimpin orang lain untuk memimpin dirinya sendiri. Sebagai pemimpin, dia harus memiliki
kemampuan dan tanggung jawab untuk mengontrol dan membimbing dirinya sendiri menuju
sebuah perubahan yang lebih baik dan benar.
Menurut Kartono (2008), munculnya seorang pemimpin didukung dengan tiga teori
berikut.
3
Berikut terdapat 8 tipe kepemimpinan, antara lain:
a. Tipe karismatik. Tipe karismatik memiliki energi, daya tarik, dan wibawa yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain. Dia dipandang memiliki kekuatan
gaib dan superhuman sebagai karunia Tuhan, mampu menginspirasi, berani, dan
yakin pada pendiriannya sendiri.
c. Tipe militeristik. Tipe ini meniru gaya militer, dengan ciri-ciri: lebih banyak
menggunakan perintah, menginginkan kepatuhan mutlak, senang formalitas,
menuntut disiplin keras tidak menghendaki saran apalagi kritik dan komunikasi
bersifat satu arah.
d. Tipe otokratis atau otoritatif. Tipe otoriter mendasarkan diri pada kekuasaan
yang dimilikinya, ingin menonjol sendiri, tidak pernah diskusi dengan bawahan,
dan bersifat eksklusif.
e. Tipe Laissez-Faire. Tipe ini praktis tidak memimpin karena membiarkan anak
buahnya bertindak sendiri-sendiri. Akibatnya, pemimpin tidak memiliki
wibawa dan tidak mampu mengontrol bawahan.
f. Tipe populis. Pemimpin jenis ini mampu membangun solidaritas orang banyak
dan berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang masih tradisional.
h. Tipe demokratis. Tipe ini berorientasi pada hubungan dengan anak buah
sehingga semua memiliki tanggung jawab internal dan mampu bekerja sama
4
secara baik. Pemimpin berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat kerja
sama demi tercapainya tujuan.
5
ideal yang dapat dijadikan panutan bagi bawahannya, dipercaya, dihormati, dan
mampu mengambil keputusan terbaik.
6
mengomunikasikan, mendelegasikan, dan membuat kondisi yang kondusif
dalam mewujudkan arus perubahan tersebut.
7
b. Kepemimpinan menurut agama Buddha
Menurut Nabi Konfusius, memimpin itu adalah berjalan dengan lurus. Agar
dapat bertindak lurus, seorang pemimpin harus memiliki sifat: 1) Cinta kasih; 2)
Menegakkan kebenaran, keadilan, dan kewajiban; 3) Menunjukkan kesusilaan
dan kepantasan; 4) Bijaksana; 5) Dapat dipercaya. Dengan demikian, seorang
pemimpin menurut ajaran konfusianisme harus memiliki nilai intelektualitas
tinggi, disertai moralitas dan etika yang baik.
Leroy Eims (dalam Permadi, 1996) menyebutkan adanya dua belas ciri
kepemimpinan yang efektif menurut Alkitab, 1) Bertanggung jawab; 2)
Bertumbuh didukung kerendahan hati; 3) Memberi teladan; 4) Mampu
membangkitkan semangat; 5) Bertindak efisien; 6) Memperhatikan kebutuhan
anak buah; 7) Cakap berkomunikasi; 8) Berorientasi sasaran; 9) Bersikap tegas;
10) Cerdik; 11) Mempersatukan; 12) Terampil untuk mengajak.
Menurut agama Islam, seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat positif dan
menunjukkan kelebihan dibandingkan orang-orang yang dipimpinnya
(Permadi, 1996) sebagai berikut. 1) Beriman dan bertakwa; 2) Sehat jasmani dan
rohani; 3) Terampil dan berpengetahuan; 4) Memiliki kelebihan batin; 5)
Pemberani; 6) Bersikap adil dan jujur; 7) Bijaksana; 8) Demokratis; 9)
8
Penyantun (sopan santun dan suka memberi santunan); 10) Memahami keadaan
masyarakat; 11) Ikhlas dan rela berkorban; 12) Sederhana; 13) Istiqamah
(tekun), 14) Akhlakul Karimah (Akhlak Mulia).
9
demi berbuat sesuatu. Kewibawaan merupakan kelebihan, keunggulan,dan
keutamaan sehingga mampu mengatur orang lain dan orang tersebut patuh kepada
pemimpinnya. Kemampuan segala daya, kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan
atau keterampilan teknis dan sosial yang dianggap melebihi kemampuan para
bawahannya. Ketiga unsur tersebut harus dimiliki oleh seorang pemimpin sebagai
pembeda dengan para bawahannya.
a. Ing ngarso sung tulado. Artinya, didepan anak buahnya sang pemimpin harus
mampu memberikan contoh sehingga layak dijadikan panutan. Misalnya,
seorang pemimpin harus cerdas, berkata sopan, berpenampilan sederhana dan
berwibawa.
b. Ing madyo mangun karso. Artinya, ditengah anak buah, pemimpin harus mampu
memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat mereka dalam meraih
tujuan organisasi. Misalnya, pemimpin membangun optimisme masyarakat
dalam meraih cita-cita, membangkitkan kreativitas masyarakat dan menggalang
semangat dan kebanggan sebagai warga negara atau anggota organisasi.
d. Maju tanpa bala. Artinya, seorang pemimpin harus berani maju tanpa
didampingi oleh anak buahnya, bahkan berani berkorban demi kepentingan
bawahannya. Untuk itu, pemimpin harus pandai berdiplomasi, pemberani, dan
sudah selesai dengan dirinya sendiri.
10
e. Sakti tanpa aji. Artinya, seorang pemimpin tidak suka dipuji atau disanjung,
meskipun telah banyak meraih keberhasilan dalam melaksanakan program-
program kerjanya.
Kekawin Ramayana gubahan Mpu Yogiswara sekitar tahun 925 M memuat ajaran
kepemimpinan yang diwejangkan oleh Sri Rama kepada Wibhisana ketika akan
dinobatkan menjadi Raja Alengka (sekarang Sri Langka) menggantikan Rahwana.
Ajaran kepemimpinan tersebut dinamai Astra Brata karena terdiri atas delapan
prilaku utama. Delapan prilaku tersebut mengambil sifat atau laku alam yakni.
1. Laku hujan
11
2. Laku gunung
Gunung menunjukkan sifat kokoh, tetap ada pendirian dan berwibawa. Seorang
pemimpin perlu menunjukkan kewibawaan, menindak siapa saja yang bersalah.
Siapa pun yang terbukti melakukan tindakan kesalahan harus ditindak sesuai
hukum yang berlaku. Dengan demikian, seorang pemimpin harus bertindak adil
dalam menetapkan dan menegakkan hukum, terutama kepada para oknum yang
bertindak mengganggu keamanan dan keutuhan negara.
3. Laku matahari
4. Laku rembulan
12
5. Laku angin
6. Laku bumi
7. Laku samudra
Laut atau samudra memiliki karakter penyabar, berwawasan luas, dan menjadi
muara dari banyak aliran sungai. Walaupun menerima seluruh air sungai yang
bermuara di pantainya, air laut tidak pernah berubah menjadi air tawar,
sebaliknya tetap asin. Demikian juga berbagai sampah yang dikirim ke laut,
semuanya dikembalikan ke pantai. Fenomena ini mengajarkan kepada
13
pemimpin agar selektif menerima masukan, dan bilamana perlu mengembalikan
masukan-masukan yang tidak bermanfaat (sampah). Pemimpin harus memiliki
pandangan yang luas bagaikan luasnya samudra, pikirannya harus dinamis
seperti permukaan laut, namun jiwanya harus tenang bagai dasar samudra.
8. Laku api
Api merupakan udara yang berpijar dan bersifat membakar. Seorang pemimpin
harus memiliki sifat seperti api, mampu menghanguskan orang-orang jahat, dan
membakar semangat bawahannya untuk meraih tujuan bersama. Dalam konteks
sifat api, pemimpin harus menampilkan dirinya sebagai seorang kesatria dalam
menghadapi musuh-musuh negara (organisasi), sebaliknya bertindak sebagai
rohaniawan (orang suci) pada saat berhadapan dengan orang-orang yang
dipimpinnya.
14
Hasil penelitian pada abad ke-20 menunjukkan hukum-hukum mekanika klasik
Newton ternyata gagal diterapkan pada level atomic. Pada level tersebut yang
berlaku adalah hukum-hukum mekanika kuantum, yang menyatakan tidak ada
sesuatu dapat ditentukan secara pasti, yang ada hanyalah kebohjadian. Dengan
demikian, jagat besar diatir dengan hukum-hukum yang bersifat pasti
(deterministic), sebaliknya pada jagat submikroskopis berlaku asas ketidakpastian.
Dalam kaitan dengan kepemimpinan organisasi, peran yang dapat dimainkan oleh
pemimpin adalah mengordisikan agar kebolehjadian atau peluang terjadinya sesuatu
maksimal.
15
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemimpin (leader) adalah orang yang mampu memengaruhi dan membujuk pihak lain
agar melakukan tindakan untuk mencapai tujuan bersama. Kumpulan para pemimpin disebut
pimpinan. Kepemimpinan (leadership) dimaknai sebagai kemampuan untuk meyakinkan orang
lain supaya bekerja sama dibawah kepemimpinnya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan
tertentu. Kepemimpinnya berlandaskan filosofi THK menekankan adanya keselarasan antara
kedudukan dan tanggung jawab. Asas kepemimpinan THK adalan “sesana manut linggih,
linggih manut sesana”. Artinya,, peranan atau sikap sesuai dengan keududukan dan kedudukan
harus membawa peranan yang sesuai.
3.2 Saran
Pokok bahasan tulisan ini sudah dipaparkan di depan. Besar harapan penulis semoga
tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis
menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempuma. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan agar tulisan ini dapat disusun menjadi lebih baik dan sempurna.
16
DAFTAR PUSTAKA
Dharmayudha, I M. S. & Cantika, I W. K., 1991. Filsafat Adat Bali, Denpasar: Upada Sastra
Hamin, M., 2014. Korelasi antara Hasta Brata (Konsep Kepemimpinan dalam Perspektif
Budaya Jawa) dan Islamic Leadership (Konsep Kepemimpinan dalam Perspektif Islam).
Uhud Albab, 15(1):57-68.
Kartono, A., 2008. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Lulail Yunus, L. J., 2009. Leadership Model Konsep Dasar, Dimensi Kerja, dan Gaya
Kepemimpinan. Malang: UIN-Malang Press.
Northouse, G., 2007. Leadership Theory and Practice. 3rd Ed. Thousand Oak: London, New
Delhe. Sage Publication, Inc.
Permadi, K., 1996. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwadi., 2007. Filsafat Jawa Refleksi Butir- butir Kebijaksanaan Hidup untuk Mencapai
Kesempurnaan Lahir Batin. Yogyakarta: Cipta Pustaka.
Rasim, A., 2014. Tipologi dan Karakter Ideal Kepemimpinan Dunia. Jurnal Lingkaran
Widyaiswara, 1(1): 46-62.
Rivai, V. dan Arifin, A., 2009. Islamic Leadership Membangun Superleadership Melalui
Kecerdasan Spriritual, Jakarta: Bumi Aksara.
17
Satya, V. E., 2018. Strategi Indonesia Menghadapi Industri 4.0. Jakarta. Retrieved from
https://bikinpabrik.id/wp-content/uploads/2019/Info-Singkat-X-9-I-P3DI-Mei-2018-
249.pdf
Sudharta, T. R., 2006. Kepemimpinan Hindu Asta Brata dan Nasihat Sri Rama Lainnya.
Surabaya: Paramita.
Tandes, B., 2007. Astadasa Kottammaning Prabhu. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tichy, N. M. & Devanna, M. A., 1990. The Transformational Leader. New York: John Wiley
& Sons, inc.
Whearley, M. J., 1994. Leadership and the New Science: Learning about Organization from
Orderly Universe. San Fransisco: Berrett-Kohler.
18