Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

TEORI-TEORI, FUNGSI DAN PENDEKATAN KEPEMIMPINAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

METODELOGI PENELITIAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:

Dr. Nurlina Lina, M.M

Oleh:

WENY ASTRI KRISNAWATI (NIM : 20226013004)


I PUTU ANGGAWIJAYA PUTRA (NIM : 20226013005)
YUDI SAPUTRA (NIM : 20226013017)
YUZMAR AZIZ (NIM: 20226013019)
NEVIN SUSANTI (NIM : 20226013049)
SANTI UTAMI RAHAYU (NIM : 20226013053)

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PALEMBANG
2022

i
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas segala

limpahan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Teori-

Teori, Fungsi Dan Pendekatan Kepemimpinan”.

Dalam penyusunan makalah atau materi ini, tidak sedikit hambatan

yang kami hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam

penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, bimbingan Ibu

Dr. Nurlina Lina, M.M. Sehingga, kendala- kendala yang penulis hadapi

teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas

dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para

mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi Manajemen Pendidikan

Universitas PGRI Palembang.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

KATA PENGANTAR.............................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 2

1.3 Tujuan........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 3

2.1 Pengertian Kepemimpinan....................................................... 3

2.2 Pengertian Teori Kepemimpinan.............................................. 3

2.3 Berbagai macam Teori Kepemimpinan.................................... 4

2.4 Berbagai Macam Pendekatan Studi Kepemimpinan................ 7

BAB III PENUTUP................................................................................. 23

3.1 Kesimpulan............................................................................... 23

3.2 Saran......................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua orang adalah pemimpin, mungkin ungkapan itulah yang

patut kita tunjukan ketika muncul pertanya siapakah pemimpin yang

sesungguhnya, kita kadang tidak sadar bahwa setiap manusia adalah

pemimpin, minimal pemimpin bagi dirinya sendiri. Banyak contoh nyata

dalam realita kehidupan sekeliling kita sosok pemimpin-pemimpin yang

sukses dalam mengemban amanahnya sebagai pembawa aspirasi warga

masyarakat. Salah satu contoh yang ada tak jauh dari kita yaitu Ibu Tri

Rismaharini yang merupakan Wali Kota Surabaya wanita pertama yang

menjabat untuk periode 2010-2015.

Sebelum menjabat sebagai wali kota, ia menduduki posisi sebagai

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Di bawah

kepemimpinannya sebagai Kepala DKP hingga wali kota saat ini,

Surabaya menjadi kota yang bersih dan asri. Bahkan kota yang mendapat

sebutan Kota Pahlawan ini berhasil meraih kembali Piala Adipura 2011

untuk kategori kota metropolitan setelah lima tahun berturut-turut tak lagi

memperolehnya.

Serta berbagai prestasi lainnya baik di dunia politik maupun

pendidikan sebagai cerminan suksesnya estafet kepemimpinan. Jika kita

telaah lebih jauh tentu dalam setiap kepemimpinan kita memerlukan apa

yang kita sebut sebagai pedoman, yang kita gunakan sebagai acuan

1
dalam pengambilan keputusan atau kebijakan baik berupa teori-teori dari

ilmuan terdahulu maupun berbagai pendekatan yang implementatif untuk

kita terapkan dalam proses belajar-mengajar kita nantinya, sebagi calon

guru pendidikan agama islam.

Untuk itu pemakalah mencoba menguraikan sebuh tema mengenai

teori-teori munculnya kepemimpinan dan juga pendekatan studi

pendidikan, yang semoga dengan makalah ini dapat semakin memperkuat

kemampuan kita sebagai calon pendidik dalam mengkoordinir berbagai

kegiatan belajarmengajar kita nantinya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian kepemimpinan itu?’

2. Apakah yang dimaksud dengan tori kepemimpinan?

3. Apa sajakah macam-macam teori kepemimpinan?

4. Apa sajakah macam-macam pendekatan dalam kepemimpinan?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mampu memahami pengertian kepemimpinan.

2. Mahasiswa mampu memahami pengertian teori kepemimpinan.

3. Mahasiswa mampu memahami berbagai teori kepemimpinan.

4. Mahasiswa mampu memahami berbagai Pendekatan dalam

kepemimpinan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan

Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1982:83), mendefinisikan

kepemimpinan sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah proses

mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk

mencapai tujuan dalam situasi tertentu”.

Pengertian kepemimpinan menurut Goerge R. Terry (1972:458)

adalah “Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri orang

seorang atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk

bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang

diinginkan pemimpin”.

Sedangkan James A.F. Stoner (1982:468) mendefinisikan

kepemimpinan sebagai berikut: “Kepemimpinan manajerial sebagai

proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas hubungan tugas

anggota kelompok”.

2.2 Pengertian Teori Kepemimpinan

Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri

perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan

menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya

kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok

dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 1994:

27).

3
Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seri perilaku

pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, persyaratan menjadi

pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta

etika profesi kepemimpinan.

Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan

penjelasan dan interprestasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan.

2.3 Berbagai macam Teori Kepemimpinan

Teori-teori munculnya seseorang pemimpin adanya tiga teori, yaitu:

1. Teori Genetis;

2. Teori Sosial;

3. Teori Ekologis.

Berikut diuraikan masing-masing dari teori tersebut:

1. Teori Genetis

Inti dari ajaran teori ini tersimpul dalam sebutan : “leaders are born

and not made”. Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan menjadi

pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan

yang alami. Pemimpin itu tidak dibuat melainkan dilahirkan. Jadi dapat

dikatakan bahwa pemimpin itu ada dengan membawa bakat-bakat

memimpin yang luar biasa sejak ia dilahirkan.

Dalam teori ini dikatakan bahwa dia ditakdirkan untuk menjadi

pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaiamanapun juga.

Seseorang bisa menjadi pemimpin karena kelahirannya. Sejak ia lahir,

bahkan sejak ia di dalam kandungan, ia telah ditakdirkan untuk menjadi

4
pemimpin. Pelbagai pengalaman dalam hidupnya akan semakin

melengkapinya untuk menjadi pemimpin di kemudian hari. Teori ini

mengatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena

keturunan.

Karena orang tuanya menjadi pemimpin, maka anaknya juga

menjadi pemimpin. Kalau orang tuanya dulu tidak menjadi pemimpin,

maka dipandangnya orang tidak cakap menjadi pemimpin. Teori ini

biasanya dianut dan hidup dikalangan kaum bangsawan. Misalnya di

Yogyakarta yang dapat menjadi Sultan (Kepala Daerah Istimewa

Yogyakarta) hanyalah keturunan Sultan Yogyasaja. Seseorang bisa

menjadi pemimpin karena mewarisi posisi atau jabatan kepemimpinan dari

orang tuanya.

Teori ini biasanya berlaku pada zaman dinasti kekaisaran atau

kerajaan. Kadang-kadang yang bersangkutan tidak memenuhi syarat

untuk bisa menjadi pemimpin, tetapi karena ketentuan dinasti itulah, maka

ia tetap bisa menjadi pemimpin. Tidak heran jika kemudian timbul pelbagai

masalah akibat ketidakmampuan tersebut.

2. Teori Sosial

Inti ajaran teori sosial ini ialah bahwa “leaders are made and not

born”, jadi merupakan kebalikan dari teori genetis. Teori ini

mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa

menjadi pemimpin apabila memang disiapkan dan diberikan pendidikan

atau pengalaman yang cukup, di samping juga atas kemauannya sendiri.

5
Teori ini mengungkapkan bahwa pemimpin itu disiapkan, di didik,

dan di bentuk melalui pelatihan dan tidak begitu saja dilahirkan. Setiap

orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan

serta didorong oleh kemauan dari diri sendiri.

Seseorang bisa menjadi pemimpin karena pembentukan. Jika ia

memiliki keinginan yang kuat, sekalipun ia tidak dilahirkan sebagai

seorang pemimpin, ia bisa menjadi seorang pemimpin yang efektif.

Pemimpin yang baik mengembangkan dirinya melalui proses tiada henti

baik dalam belajar mandiri, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Pada

hakikatnya semua orang sama dan dapat menjadi pemimpin. Tiap-tiap

orang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja memiliki

kesempatan atau tidak.

3. Teori Ekologis

Teori ini timbul sebagai reaksi terhadap teori genetis dan

teorikejiwaan/sosial yang pada intinya berarti bahwa seseorang hanya

akan berhasil menjadi seorang pemimpin yang baik apabila pada waktu

lahir telah memiliki bakat kepemimpinan, dan bakat tersebut kemudian

dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan pengalaman

pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut

bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Teori genetis berpendapat,

bahwa orang menjadi pemimpin karena memang sudah ditakdirkan dan

teori kejiwaan/sosial mengemukakan bahwa kepemimpinan itu bukan

ditakdirkan, akan tetapi dibentuk oleh pengaruh lingkungan, maka teori

6
ekologis mengakui kedua-duanya, artinya bahwa seseorang itu hanya

akan bisa menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir telah

memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat itu kemudian diasah

melalui pendidikan.

Semua teori di atas dapat digunakan dalam pemunculan seorang

pemimpin, tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Seseorang yang

memang “ditakdirkan” sebagai pemimpin pun, jika tidak bersedia

mengembangkan diri dalam pelbagai proses yang melengkapi dirinya,

tidak akan bisa memimpin dengan baik. Tetapi semua bakat pemimpin itu

tidak ada gunanya jika ia tidak diberi kesempatan untuk memimpin.

Adanya kesempatan yang diberikan akan sangat menolong.

Menurut Ordway Tead, timbulnya seorang pemimpin itu karena:

1. Membentuk diri sendiri (self constituted leader, self made man, born

leader).

2. Dipilih oleh golongan. Ia dipilih karena jasa-jasanya, karena

kecakapannya, keberaniannya dan sebagainya terhadap

organisasi.

3. Ditunjuk oleh atasan. Ia menjadi pemimpin karena dipercaya dan

disetujui oleh pihak atasan.

2.4 Berbagai Macam Pendekatan Studi Kepemimpinan

1. Teori Pendekatan Sifat (TraithApproachTheory)

Pendekatan ini berdasarkan pada sifat seseorang yang dilakukan

dengan cara:

7
1) Membandingkan sifat yang timbul sebagai pemimpin dan bukan

pemimpin.

2) Membandingkan sifat pemimpin yang efektif dengan pemimpin

yang tidak efektif.

Teori awal tentang sifat-sifat pemimpin dapat ditelusuri kembali

sejak zaman Yunani Kuno dan Roma. Ketika itu orang percaya bahwa

pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan. Teori ini disebut teori The Great

Man. Menurut teori ini, jika seseorang dilahirkan sebagai pemimpin, maka

ia akan menjadi pemimpin.

Penelitian tentang pemimpin efektif dan tidak efektif

mengemukakan bahwa pemimpin yang efektif tidak berdasarkan pada

sifat manusia tertentu, tetapi terletak pada seberapa jauh sifat seorang

pemimpin dapat mengatasi keadaan yang dihadapinya. Sifat-sifat yang

dimiliki oleh pemimpin yang efektif antara lain: ketakwaan, kejujuran,

kecerdasan, keikhlasan, kesederhanaan, keluasan pandangan, komitmen,

keahlian, keterbukaan, keluasan hubungan sosial, kedewasaan, dan

keadilan.

Pendekatan sifat-sifat berpendapat bahwa pemimpin itu dilahirkan

buka diciptakan (leader are born, not built), artinya seseorang telah

membawa bakat kepemimpinan sejak dilahirkan buka di didik atau di latih.

Pemimpin yang dilahirkan tanpa melalui diklat sudah dapat menjadi

pemimpin yang efektif. Pelatihan kepemimpinan hanya bermanfaat bagi

mereka yang memang telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan. Artinya,

8
seseorang yang tidak memiliki sifat dan bakat kepemimpinan yang dibawa

sejak lahir, tidak perlu dilatih kepemimpinan karena akan sia-sia. Menurut

Kouzes dan Posner, dari 20 sifat-sifat pemimpin yang ditemukan,

mayoritas responden memilih empat sifat teratas, yaitu:

a. Honest (kejujuran)

Kejujuran lebih sering dipilih dibandingkan sifat yang lain. kejujuran juga

berhubungan dengan nilai dan etika. Kita menghargai pemimpin yang

mempunyai pendirian tentang prinsip yang penting, dan menolak

pemimpin yang tidak yakin pada diri mereka sendiri. Kita tidak bisa

percaya pada pemimpin yang tidak bisa menunjukan nilainilai, etika,

dan standar mereka.

b. Forward Looking (mempunyai pandangan jauh ke depan)

Pemimpin diharapkan mempunyai rasa terhadap arah dan perhatian

terhadap masa depan organisasi. Jelas bahwa pemimpin harus tahu ke

mana mereka akan pergi membawa organisasi jika mereka berharap

orang lain bersedia bergabung dalam menjalankan organisasi.

Yang dimaksud dengan kemampuan memandang ke depan ini adalah

kemampuan seorang pemimpin untuk menetapkan atau memilih tujuan.

Seorang pemimpin diharapkan punya orientasi yang baik menuju masa

depan.

c. Inspiring (inspirasi)

Kita mengharapkan seorang pemimpin yang antusias, penuh

semangat, dan berpandangan positif tentang masa depan, mereka

9
diharapkan mampu memberikan inspirasi. Tidak cukup hanya

mempunyai impian tentang masa depan, tetapi juga dapat

menyampaikan wawasan dengan cara tertentu yang antusias,

berenergi.

Selain itu, sikap positif dari pemimpin dapat mengubah konteks

pekerjaan sehingga lebih barmakna. Salah satu penentu kualitas

seorang pemimpin adalah mampu memberikan inspirasi.

d. Competent (cakap)

Kecakapan pemimpin tidak harus mengacu pada kemampuan

pemimpin dalam teknologi, inti operasi. Bahkan, jenis kecakapan

yangdituntut rasanya bervariasi sesuai dengan kedudukan pemimpin

dan keadaan organisasi. Akan tetapi, pemimpin tidak perlu mempunyai

kecakapan yang sama dengan bawahan. Yang lebih penting pemimpin

harus mempunyai waktu untuk belajar dan bekerja sebelum membuat

perubahan dan keputusan yang berpengaruh pada setiap orang dalam

organisasi. Namun bagaimanapun, selalu ada kecenderungan yang

menunjukan perlunya kecakapan teknis pemimpin.

Pemimpin yang baik dalam jasa profesional mempunyai sedikit

tanggung jawab klien secara langsung, tetapi harus memiliki kecakapan

seperti konsultan. Kecakapan yang perlu bagi pemimpin disebut sebagai

“kecakapan nilai tambah”. Kecakapn fungsional diperlukan, tetapi belum

cukup, harus ada nilai tambah. Punya catatan prestasi meraih

kemenangan adalah satu cara untuk disebut cakap. Keunggulan dalam

10
keahlian memimpin itu merupakan dimensi lain dari kecakapan.

Kemampuan untuk menantang, memberi inspirasi, memungkinkan,

menjadi teladan, dan mendorong juga harus ditunjukan jika pemimpin

ingin dipandang mampu oleh bawahannya.

Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, menurut

Sondang P.Siagian adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya.

2. Berpengetahuan luas.

3. Mempunyai keyakinan bahwa organisasi yang dipimpinnya akan

berhasil.

4. Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas dari tujuan

yang hendak dicapai.

5. Memiliki stamina (daya kerja) yang besar.

6. Gemar dan cepat mengambil keputusan

7. Obyektif dalam arti dapat menguasai emosi dan mempergunakan

rasio.

8. Adil dalam memperlakukan bawahan.

9. Menguasai prinsip-prinsip human relations.

10. Menguasai teknik-teknik berkomunikasi.

11. Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat dan guru terhadap

bawahannya.

12. Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek

kegiatan organisasi.

11
Sifat-sifat Pemimpin menurut George R. Terry (1972) adalah

sebagai berikut:

• Intelligence (Kecerdasan)

• Initiative (Inisiatif)

• Energy of drive (Kekuatan atau giat bekerja)

• Emotional maturity (Kedewasaan emosi)

• Communicative skill (Kemahiran berkomunikasi)

• Persuasive (Yang meyakinkan)

• Self-assurance (Kepercayaan diri)

• Perceptive (Cerdik, cepat tanggap)

• Creative (Memiliki daya cipta)

• Social participation (Keterlibatan dalam kelompok)

2. Pendekatan Tingkah Laku

Pendekatan ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari

dari pola tingkah laku bukan dari sifat-sifat pemimpin karena sifat

seseorang kadang menipu penglihatan, sehingga sulit di identifikasi

secara pasti. Frielder (Mintorogo,1996) menyataka bahwa menjadi

seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kepribadiannya.

Seseorang menjadi pemimpin karena dalam tempat dan situasi yang

tepat, atau karena berbagai faktor seperti umur, pendidikan, pengalaman,

serta latar belakang keluarga dan kekayaan.

12
Menelaah perilaku kepemimpinan dapat diidentifikasi dari dua

aspek yaitu dari fungsi kepemimpinan yang dijalankan dan dari gaya

ditunjukkan pemimpin.

a. Fungsi kepemimpinan

Organisasi terdiri atas sekelompok orang, yang digerakkan

oleh seorang pemimpin. Kepemimpinan akan terjadi secara efektif

apabila pemimpin dapat menjalankan dua fungsi utama, yaitu 1,

fungsi berkaitan dengan tugas (task related) dan 2, fungsi yang

berkaitan dengan pembinaan kelompok atau fungsi social (group

maintenance).

Fungsi tugas memudahkan dan mengkooardinasikan usaha

kelompok dan memilih,mendefinisikan dan memecahkan masalah

bersama. Fungsi sosial membantu kelompok agar berjalan dengan

lancar, menengahi perbedaan pendapat, meredam konflik, dan

dapat memancarkan perasaan hangat dan empatik kepada

anggota.

b. Gaya kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dalam

memperagakan kepemimpinanya. Terdapat dua gaya kepemimpinan yaitu

gaya dengan orientasi tugas (task oriented) dan gaya dengan orientasi

pada anggota (employe-oriented).

Beberapa gaya kepemimpinan2 :

13
1) Gaya dasar kepemimpinan Terdapat empat gaya dasar

kepemimpinan yaitu otoriter, pseudo demokratis, laissez faire, dan

demokratis

 Otoriter (authoritatif); yaitu gaya kepemimpinan yang menekankan

pada kekuasaan dan kepatuhan secara mutlak.

 Pseudo demokratis; yaitu gaya kepemimpinan yang menekankan

pada penciptaan situasi yang memberi kesan demokratis, padahal

pemimpin sangat mampu menggiring pikiran/ide anggota untuk

mengikuti kehendaknya.

 Laissez faire; gaya kepemimpinan yang tidak menunjukkan

kemampuan pemimpin karena ia membiarkan organisasi dan

anggota melaksanakan kegiatanya masing-masing tanpa dalam

satu arah kebijakan yang jelas dari pemimpin.

 Demokratis; gaya kepemimpinan yang menekankan pada

hubungan interpersonal yang baik.

2) Teori X dan Teori Y

Teori x dan y dari McGregor adalah kumpulan anggapan tentang

sifat-sifat manusia yang dikategorikan menjadi dua yaitu tipe X dan. Pada

toeri ini gaya kepemimpinanya dipengaruhi oleh anggapan-anggapan

seorang pemimpin tentang sifat dasar manusia.

Manusia X memiliki pembawaan kurang baik, malas bekerja dan

tidak ada motivasi untuk berprestasi. Memperlakukan orang tipe ini harus

dengan kepemimpina otoriter.

14
Manusia Y sebaliknya, memiliki tanggung jawab dan tidak ingin

embuat citra diri negative dengan tidak terealisasikan tugas dan tanggung

jawab. Gaya kepemimpinan yang sesuai untuk manusia tipe Y adalah

demokratis.

3) Manajemem dari Rensis Likert (Likert’s Management System)

Ia mengemukakan bahwa pengawas yang berorientasi pada

karyawan mempunyai semangat kerja dan produktifitas lebih baik

daripada yang berorientasi pada pekerjaan. Berdasarkan dua kategori

dasar tersebut, disusun empat model tingkatan efektifitas manajemen;

Sistem 1, Pemimpn membuat keputusan sendiri tentang pekerjaan dan

memerintah anggota untuk melaksanakannya berdasar

standard an metode yang telah ditetapkan.

Sistem 2, pemimpin membuat keputusan sendiri dan memerintahkannya

kepada anggota tapi mulai memberi kebebasan kepada

anggota untuk memberikan komentar terhadap perintah

perintah.

Sistem 3, pemimpin membuat keputusan dan perintah setelah dilakukan

diskusi. Pelaksanaan tugas dilakukan berdasarkan cara

anggotanya.

Sistem 4, anggota dipartisipasikan secara penuh dan diberi kepercayaan

untuk mengembangkan organisasi.

4) W.J. Reddin dalam “The 3-D Theory”

15
W.J membagi gaya kepemimpinan dalam tiga orientasi yaitu Task

Oriented, Relationship Oriented, dan Effectiveness Oriented. Dikenal

sebagai teori 3 dimensi.

Dari ketiga orientasi tersebut menghasilkan 8 gaya kepemimpinan;

 The deserter, tidak terlihat adanya perhatian dan pelaksanaan

terhadap tiga orientasi kepemimpinan.

 The bureaucrat, pemimpin yang hanya mempunyai sifat efektif

saja dengan orientasi tugas yang rendah.

 The missionary, pemimpin yang hanya berorientasi pada hubungan

saja, sedangkan orientasi tugas dan keefektifan rendah

 The development, pemimpin yang menekankan efektifitas

organisasi dengan orientasi hubungan yang tinggi, dan orientasi

tugas yang rendah.

 The autocrat, pemimpin yang menekankan pada tugas, sangat

kurang memperhatikan karyawanya dan efektifitas organisasi.

 The benevolent autocrat, pemimpin yang menekankan efektifitas

dengan tugas cukup tinggi, sedang orientasi hubungan yang

rendah.

 The compromiser, pemimpin kurang memperhatikan efektifitas

pekerjaan tapi berorientasi tugas dan hubungan yang memadai.

 The executive, pemimpin yang melaksanakan ketiga orientasi

kepemimpinan.

16
Beberapa teori kepemimpinan yang memakai pendekatan tingkah

laku antara lain:

1. Teori Kepemimpinan yang dikembangkan oleh Universitas

Michigan;

2. Teori kepemimpinan derdasarkan dinamika kelompok;

3. Studi kepemimpinan Ohio State University

1.) Teori Kepemimpinan yang dikembangkan oleh Universitas Micchigan.

Studi kepemimpinan Universitas Michigan yang dipelopori oleh

Gibson dan Ivancevich, mengidentitikasi dua bentuk perilaku pemimpin

yaitu : Perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan (The Job

Centered) dan bentuk Perilaku kepemimpinan terpusat pada bawahan

(The Employee centered)

. Pusat Riset Micihigan University melakukan suatu penelitian.

Penelitian ini mengidentifikasikan dua konsep yakni orientasi produksi

(production orientastion) dan orientasi bawahan (employee orientation).

Pemimpin yang menekankan pada orientasi bawahan sangat

memperhatikan bawahan, di mana mereka merasa bahwa setiap

karyawan itu penting, dan menerima karyawan sebagai pribadi.

Sedangkan pemimpin yang berorientasi pada produksi sangat

memperhatikan hasil dan aspek-aspek kerja untuk kepentingan

organisasi, dengan tanpa menghiraukan apakah bawahan senang atau

17
tidak. Kedua ini hampir sama dengan tipe otoriter dan tipe demokrtatis.

(Wahjo Sumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia, 1987:66.)

2.) Teori Kepemimpinan Berdasarkan Dinamika Kelompok (Dorwin

Cartwright & Alvin Zander) Menurut model ini, terdapat dua macam

perilaku kepemimpinan, yaitu:

a) Pencapaian beberapa sasaran kelompok khusus, identik dengan

perilaku pemimpin yang mengutamakan tugas.

b) Pemeliharaan dan penguatan kelompok itu sendiri, identik dengan

perilaku pemimpin yang mengutamakan hubungan antar orang.

3.) Studi Ohio State

Penelitian oleh Ohio State University mengidentifikasikan dua

kelompok perilaku yang mempengaruhi efektifitas kepemimpnan, yaitu

struktur kepemrakarsaan (initiating structure) yang berorientasi tugas dan

pertimbangan (consideration) berorientasi pada manusia.

Kepemrakarsaan menuntut pemimpin melakuakn pengaturan mulai

penetapan arah sampai prosedur kerja. Sedangkan pertimbangan

menggambarkan hubungan yang hangat antara pemimpin dan anggota.

Gaya kepemimpinan yang efektif adalah tingkat pertimbanagn yang tinggi,

sehingga menimbulkan kepuasan kepada karyawan.

18
3. Pendekatan Kepemimpinan Situasional

Teori ini dikembangkan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard. Teori

ini dapat membantu untuk melihat ciri-ciri bawahan (subordinates) didalam

suatu gaya kepemimpinan. Teori Hersay dan Blachard ini terkenal dengan

teori lingkaran hidup dari kepemimpinan (life cycle theory of leadership)5 .

Teori ini memberikan sumbangan untuk memahami tingkat kematangan

dari anggota-anggota kelompok yang merupakan factor penting di dalam

situasi dalam rangka menentukan keefektifan dari gaya kepemimpinan.

Pengertian kematangan disini ditunjukan kepada tugas spesifik/tertentu

yang disajikan. Jadi teori ini berdasar pada pandangan bahwa

kepemimpinan yang efektif itu bergantung pada tingkat kematangan anak

buah yang dipimpinnya dalam melaksanakan tugas tertentu. Di samping

itu bergantung pula pada kemauan pemimpin dalam menyesuaikan sikap

orientasinya terhadap tugas pekerjaan tersebut dan hubungan pribadi

dalam kelompok. Hal yang perlu dipahami ialah posisi pemimpin dalam

mengatur gaya kepemimpinannya.

 Apabila gaya kepemimpinan berorientasi pada tugas pekerjaan,

maka arahan hanya dari pemimpin atau komunikasi satu arah, yang

disebut gaya direktif.

 Apabila gaya kepemimpinan berorientasi pada hubungan dengan

anak buah, maka terjadi komunikasi dua arah antara pemimpin dan

19
terpimpin, gaya ini adalah gaya demokrasi, disebut pula gaya

suportif.

Berikut proses kepemimpinan tersebut:

1) Kalau anak buah itu makin matang, maka pemimpin itu hendaknya

mengurangi tingkat struktur tugas, selanjutnya meningkatkan

perhatiannya terhadap orientasi hubungan pribadi di dalam

kelompok.

2) Kemudian bilamana seseorang atau anak buah itu sudah mencapai

rata- rata kematangan, maka pemimpin hendaknya mengurangi

struktur tugas dan meningkatkan hubungan dalam kelompok.

3) Selanjutnya dibiarkan berkembang sampai pada tingkat

kematangan penuh, yang diarahkan agar anak buah itu bisa berdiri

sendiri dalam melaksanakan tugas tersebut dengan sikap

mentalnya yang matang pula.

Apabila sudah ada pada tingkat tersebut, maka anak buah itu, baik

secara individu maupun kelompok, tidak lagi memerlukan dukungan sosio-

emosional, supervisi tidak diperlukan secara ketat, pemimpin sudah dapat

mendelegasikan wewenangnya pada anak buahnya. Di lain pihak, anak

buah akan merasa bahagia, karena tugas yang dilakukannya itu

menghasilkan kepuasan hatinya.

Dari uraian diatas, maka teori kepimimpinan yang situasional ini

menekankan pada keserasian dan kesesuaian antara gaya kepemimpinan

20
dengan tingkat kematangan anak buah. Jadi, hakikat teori ini adalah

sebagai berikut:

1) Tingkat kematangan anak buah dalam organisasi dapat

ditingkatkan melalui proses pelaksanaannya.

2) Pada tingkat kematangan anak buah semacam itu, gaya

kepemimpinan

3) yang berorientasi pada tugas dan orientasi hubungan kelompok

dikurangi.

Kematangan menurut teori ini mengandung dua factor yang saling

berhubungan dalam melaksanakan tugas pekerjaan tertentu, yaitu

sebagai berikut:

1. Kemampuan dan kemauan untuk menetapkan harapan yang cukup

tinggi dengan tujuan yang realistis. Seseorang akan lebih merasa

bergairah untuk mencapai prestasi yang didsarkan pada umpan

balik yang rasional, daripada umpan balik yang emosional dan

imbalan.

2. Kemampuan dan kemauan untuk memikul tanggung jawab dalam

rangka mencapai tujuan mereka.

Pengertian Kemampuan ini ialah:’

1) Kemampuan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tertemtu;

2) Memilihi pengetahuan teknis (pendidikan dan pengalaman)

21
3) Memiliki keterampilan teknis (termasuk kemampuan untuk

meghasilkan pekerjaan dengan bekerja sama dengan orang lain

dalam kelompok, seperti berkomunikasi secara efektif , percaya

terhadap diri sendiri, dan berani berdiri sendiri).

Sedangkan pengertian Kemauan ialah:

1.) Motivasi yang kuat yang timbul dari dalam diri pribadi anak buah;

2.) Keyakinan diri dan percaya dari dalam pribadi anak bauh.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa.

Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri orang seorang

ataupemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerjasama

secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan

pemimpin. Sedangkan Teori kepemimpinan ialah adalah

penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep

kepemimpinannya, persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat utama

pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan.

Bermacam-macam teori kepemimpinan yang ada antara lain, Teori

Genetis, Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin

karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan yang alami,

Teori Sosial, teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan

bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila memang disiapkan

dan diberikan pendidikan /pengalaman yang cukup, di samping juga atas

kemauannya sendiri. Teori Ekologis, teori ini mengemukakan bahwa,

untuk menjadi seorang pemimpin perlu bakat-bakat kepemimpinan, dan

bakat itu perlu dibina agar berkembang melalui pendidikan yang teratur.

23
Berbagai Pendekatan Kepemimpinan antara lain: Teori Pendekatan

Sifat (TraithApproachTheory), Pendekatan ini berdasarkan pada sifat

seseorang, Menurut teori ini, jika seseorang dilahirkan sebagai pemimpin,

maka ia akan menjadi pemimpin, Pendekatan Tingkah Laku, Pendekatan

ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah

laku bukan dari sifat-sifat pemimpin karena sifat seseorang kadang

menipu penglihatan, sehingga sulit di identifikasi secara pasti, menjadi

seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kepribadiannya.

Seseorang menjadi pemimpin karena dalam tempat dan situasi yang

tepat, atau karena berbagai faktor seperti umur, pendidikan, pengalaman,

serta latar belakang keluarga dan kekayaan, Pendekatan Kepemimpinan

Situasional, teori ini berdasar pada pandangan bahwa kepemimpinan

yang efektif itu bergantung pada tingkat kematangan anak buah yang

dipimpinnya dalam melaksanakan tugas tertentu.

3.2 Saran

Dalam makalah ini penulis sadar bahwa masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu diperlukan kritik dan saran dari pembaca sekalian agar

makalah ini dapat lebih baik lagi dan bermanfaat bagi kita semua .

diharapkan juga adanya makalah lain yang menyempurnakan makalah ini

sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

24
DAFTAR PUSTAKA

Engkoswara dan Aan Komariah. AdministrasiPendidikan. Bandung:


Alfabeta. 2011.

Indrafachrudi, Soekarto dan Thalele. Bagaimana Memimpin Sekolah yang


efektif. Bogor: Ghalia Indonesia. 2006.

Kumaidin, Didin dan Imam Machali. Manajemen Pendidikan : Konsep dan


prinsip pengelolaan pendidika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2012.

Engkoswara, dan Aan Komariah. Administrasi pendiddikan,


Bandung:alfabeta. 2012.

Usman, Husain Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta:


PT. Bumi Aksara. 2006.

25

Anda mungkin juga menyukai