Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“MANAJEMEN OLAHRAGA”

Judul Materi : Teori Teori Kepemimpan

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

Viki Azizah A42121105


Jeferson Dasa A42121195
Junaedi gunawan A42120210
Akbar rizki A42121075
Rifki A42121155
Iin asharo putri A42121190
Riki saputra A42121070
Aarsenius Resky.I A42119204
Muh. Iqrawan. T A42118279

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN PROGRAM STUDI


PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
UNIVERSITAS TADULAKO
2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah Manajemen olahraga ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palu, 6 Maret 2024

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang…...........................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................2
C. Tujuan Makalah.............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan............................................................3
B. Pengertian Teori Kepemimpinan..................................................4
C. Macam macam Teori Kepemimpi.................................................6
D. Berbagai Macam Pendekatan Studi Kepemimpinan...............................6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan....................................................................................10
B. Saran.............................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua orang adalah pemimpin, mungkin ungkapan itulah yang patut kita tunjukan
ketika muncul pertanya siapakah pemimpin yang sesungguhnya, kita kadang tidak sadar
bahwa setiap manusia adalah pemimpin, minimalpemimpin bagi dirinya sendiri. Banyak
contoh nyata dalam realita kehidupan sekeliling kita sosok pemimpin-pemimpin yang
sukses dalam mengemban amanahnya sebagai pembawa aspirasi warga masyarakat.
Salah satu contoh yang ada tak jauh dari kita yaitu Ibu Tri Rismaharini yang merupakan
Wali Kota Surabaya wanita pertama yang menjabat untuk periode 2010-2015. Sebelum
menjabat sebagai wali kota, ia menduduki posisi sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan
Pertamanan (DKP). Di bawah kepemimpinannya sebagai Kepala DKP hingga wali kota
saat ini, Surabaya menjadi kota yang bersih dan asri. Bahkan kota yang mendapat
sebutan Kota Pahlawan ini berhasil meraih kembali Piala Adipura 2011 untuk kategori
kota metropolitan setelah lima tahun berturut-turut tak lagi memperolehnya.
Serta berbagai prestasi lainnya baik di dunia politik maupun pendidikan sebagai
cerminan suksesnya estafet kepemimpinan. Jika kita telaahlebih jauh tentu dalam setiap
kepemimpinan kita memerlukan apa yang kita sebut sebagai pedoman, yang kita
gunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan baik berupa teori-
teori dari ilmuan terdahulu maupun berbagai pendekatan yang implementatif untuk kita
terapkan dalam proses belajar-mengajar kita nantinya, sebagi calon guru pendidikan
agama islam.
Untuk itu pemakalah mencoba menguraikan sebuh tema mengenai teori-teori
munculnya kepemimpinan dan juga pendekatan studi pendidikan, yang semoga dengan
makalah ini dapat semakin memperkuat kemampuan kita sebagai calon pendidik dalam
mengkoordinir berbagai kegiatan belajar- mengajar kita nantinya.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian kepemimpinan itu?’
2. Apakah yang dimaksud dengan tori kepemimoinan?
3. Apa sajakah macam-macam teori kepemimpinan?
4. Apa sajakah macam-macam pendekatan dalam kepemimpinan?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian kepemimpinan.
2. Mahasiswa mampu memahami pengertian teori kepemimpinan.
3. Mahasiswa mampu memahami berbagai teori kepemimpinan.
4. Mahasiswa mampu memahami berbagai Pendekatan dalam
kepemimpinan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1982:83), mendefinisikankepemimpinan
sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau
kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”.
Pengertian kepemimpinan menurut Goerge R. Terry (1972:458) adalah
“Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri orang seorang atau pemimpin,
mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas
untuk mencapai yang diinginkan pemimpin”.
Sedangkan James A.F. Stoner (1982:468) mendefinisikan kepemimpinan sebagai
berikut: “Kepemimpinan manajerial sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas hubungan tugas anggotakelompok”.

B. Pengertian Teori Kepemimpinan


Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin
dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis,
sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin,
tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 1994:
27).
Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin dan
konsep-konsep kepemimpinannya, persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat utama
pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan.
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan
interprestasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan.

6
C. Berbagai macam Teori Kepemimpinan
Teori-teori munculnya seseorang pemimpin adanya tiga teori, yaitu:
1. Teori Genetis;
2. Teori Sosial;
3. Teori Ekologis.
Berikut diuraikan masing-masing dari teori tersebut:
1. Teori Genetis
Inti dari ajaran teori ini tersimpul dalam sebutan : “leaders are born and not
made”. Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia telah
dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan yang alami. Pemimpin itu tidak dibuat
melainkan dilahirkan. Jadi dapat dikatakan bahwa pemimpin itu ada dengan membawa
bakat-bakat memimpin yang luar biasa sejak ia dilahirkan. Dalam teori ini dikatakan
bahwa dia ditakdirkan untuk menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang
bagaiamanapun juga.
Seseorang bisa menjadi pemimpin karena kelahirannya. Sejak ia lahir, bahkan
sejak ia di dalam kandungan, ia telah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Pelbagai
pengalaman dalam hidupnya akan semakin melengkapinya untuk menjadi pemimpin di
kemudian hari. Teori ini mengatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena
keturunan. Karena orang tuanya menjadi pemimpin, maka anaknya juga menjadi
pemimpin. Kalau orang tuanya dulu tidak menjadi pemimpin, maka dipandangnya orang
tidak cakap menjadi pemimpin. Teori ini biasanya dianut dan hidup dikalangan kaum
bangsawan. Misalnya di Yogyakarta yang dapat menjadi Sultan (Kepala Daerah
Istimewa Yogyakarta) hanyalah keturunan Sultan Yogyasaja. Seseorang bisa menjadi
pemimpin karena mewarisi posisi atau jabatan kepemimpinan dari orang tuanya. Teori
ini biasanya berlaku pada zaman dinasti kekaisaran atau kerajaan. Kadang-kadang yang
bersangkutan tidak memenuhi syarat untuk bisa menjadi pemimpin, tetapi karena
ketentuan dinasti itulah, maka ia tetap

7
bisa menjadi pemimpin. Tidak heran jika kemudian timbul pelbagai masalah akibat
ketidakmampuan tersebut.
2. Teori Sosial
Inti ajaran teori sosial ini ialah bahwa “leaders are made and not born”, jadi
merupakan kebalikan dari teori genetis. Teori ini mengetengahkan pendapat yang
mengatakan bahwa setiap orang bisamenjadi pemimpin apabila memang disiapkan dan
diberikan pendidikan atau pengalaman yang cukup, di samping juga atas kemauannya
sendiri.
Teori ini mengungkapkan bahwa pemimpin itu disiapkan, di didik, dan di bentuk
melalui pelatihan dan tidak begitu saja dilahirkan. Setiap orang bisa menjadi pemimpin
melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan dari diri sendiri.
Seseorang bisa menjadi pemimpin karena pembentukan. Jika iamemiliki keinginan yang
kuat, sekalipun ia tidak dilahirkan sebagai seorang pemimpin, ia bisa menjadi seorang
pemimpin yang efektif. Pemimpin yang baik mengembangkan dirinya melalui proses
tiada henti baik dalam belajar mandiri, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Pada
hakikatnya semua orang sama dan dapat menjadi pemimpin. Tiap-tiap orang
mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja memiliki kesempatan atau tidak.
3. Teori Ekologis
Teori ini timbul sebagai reaksi terhadap teori genetis dan teorikejiwaan/sosial
yang pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi seorang
pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir telah memiliki bakat kepemimpinan, dan
bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan
pengalaman- pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut
bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Teori genetis berpendapat, bahwa orang
menjadi pemimpin karena memang sudah ditakdirkan dan teori kejiwaan/sosial
mengemukakan bahwa kepemimpinan itu bukan ditakdirkan, akan tetapi dibentuk oleh
pengaruh

8
lingkungan, maka teori ekologis mengakui kedua-duanya, artinya bahwa seseorang itu
hanya akan bisa menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir telah memiliki
bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat itu kemudian diasah melalui pendidikan.

Semua teori di atas dapat digunakan dalam pemunculan seorang pemimpin,


tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Seseorang yang memang “ditakdirkan”
sebagai pemimpin pun, jika tidak bersedia mengembangkan diri dalam pelbagai proses
yang melengkapi dirinya, tidak akan bisa memimpin dengan baik. Tetapi semua bakat
pemimpin itu tidak ada gunanya jika ia tidak diberi kesempatan untuk memimpin.
Adanya kesempatan yang diberikan akan sangat menolong. Menurut Ordway Tead,
timbulnya seorang pemimpin itu karena:
1. Membentuk diri sendiri (self constituted leader, self made man, born leader).
2. Dipilih oleh golongan. Ia dipilih karena jasa-jasanya, karena
kecakapannya, keberaniannya dan sebagainya terhadap organisasi.
3. Ditunjuk oleh atasan. Ia menjadi pemimpin karena dipercaya dan disetujui
oleh pihak atasan.

D. Berbagai Macam Pendekatan Studi Kepemimpinan


1. Teori Pendekatan Sifat (TraithApproachTheory)
Pendekatan ini berdasarkan pada sifat seseorang yang dilakukan dengan
cara:

1) Membandingkan sifat yang timbul sebagai pemimpin dan bukan


pemimpin.
2) Membandingkan sifat pemimpin yang efektif dengan pemimpin yang
tidak efektif.
Teori awal tentang sifat-sifat pemimpin dapat ditelusuri kembali
sejak zaman Yunani Kuno dan Roma. Ketika itu orang percaya bahwa
pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan. Teori ini disebut teori The

9
Great Man. Menurut teori ini, jika seseorang dilahirkan sebagai pemimpin,
maka ia akan menjadi pemimpin.
Penelitian tentang pemimpin efektif dan tidak efektif mengemukakan bahwa
pemimpin yang efektif tidak berdasarkan pada sifatmanusia tertentu, tetapi terletak pada
seberapa jauh sifat seorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang dihadapinya.
Sifat-sifat yang dimiliki oleh pemimpin yang efektif antara lain: ketakwaan, kejujuran,
kecerdasan, keikhlasan, kesederhanaan, keluasan pandangan, komitmen, keahlian,
keterbukaan, keluasan hubungan sosial, kedewasaan, dan keadilan.
Pendekatan sifat-sifat berpendapat bahwa pemimpin itu dilahirkan buka
diciptakan (leader are born, not built), artinya seseorang telah membawa bakat
kepemimpinan sejak dilahirkan buka di didik atau di latih. Pemimpin yang dilahirkan
tanpa melalui diklat sudah dapat menjadi pemimpin yang efektif. Pelatihan
kepemimpinan hanya bermanfaat bagi mereka yang memang telah memiliki sifat-sifat
kepemimpinan. Artinya, seseorang yang tidak memiliki sifat dan bakat kepemimpinan
yang dibawa sejak lahir, tidak perlu dilatih kepemimpinan karena akan sia-sia.
Menurut Kouzes dan Posner, dari 20 sifat-sifat pemimpin yang
ditemukan, mayoritas responden memilih empat sifat teratas, yaitu:
a. Honest (kejujuran)
Kejujuran lebih sering dipilih dibandingkan sifat yang lain.
kejujuran juga berhubungan dengan nilai dan etika. Kita menghargai
pemimpin yang mempunyai pendirian tentang prinsip yang penting,
dan menolak pemimpin yang tidak yakin pada diri mereka sendiri. Kita
tidak bisa percaya pada pemimpin yang tidak bisa menunjukan nilai-
nilai, etika, dan standar mereka.
b. Forward Looking (mempunyai pandangan jauh ke depan)
Pemimpin diharapkan mempunyai rasa terhadap arah dan perhatian
terhadap masa depan organisasi. Jelas bahwa pemimpin harus tahu ke

10
mana mereka akan pergi membawa organisasi jika mereka berharap
orang lain bersedia bergabung dalam menjalankan organisasi.
Yang dimaksud dengan kemampuan memandang ke depan ini
adalah kemampuan seorang pemimpin untuk menetapkan atau memilih
tujuan. Seorang pemimpin diharapkan punya orientasi yang baik
menuju masa depan.
c. Inspiring (inspirasi)
Kita mengharapkan seorang pemimpin yang antusias, penuh
semangat, dan berpandangan positif tentang masa depan, mereka
diharapkan mampu memberikan inspirasi. Tidak cukup hanya
mempunyai impian tentang masa depan, tetapi juga dapat
menyampaikan wawasan dengan cara tertentu yang antusias, berenergi.
Selain itu, sikap positif dari pemimpin dapat mengubah konteks
pekerjaan sehingga lebih barmakna. Salah satu penentu kualitas
seorang pemimpin adalah mampu memberikan inspirasi.
d. Competent (cakap)
Kecakapan pemimpin tidak harus mengacu pada kemampuan
pemimpin dalam teknologi, inti operasi. Bahkan, jenis kecakapan yang
dituntut rasanya bervariasi sesuai dengan kedudukan pemimpin dan
keadaan organisasi. Akan tetapi, pemimpin tidak perlu mempunyai
kecakapan yang sama dengan bawahan. Yang lebih penting pemimpin
harus mempunyai waktu untuk belajar dan bekerja sebelum membuat
perubahan dan keputusan yang berpengaruh pada setiap orang dalam
organisasi. Namun bagaimanapun, selalu ada kecenderungan yang
menunjukan perlunya kecakapan teknis pemimpin.
Pemimpin yang baik dalam jasa profesional mempunyai sedikit
tanggung jawab klien secara langsung, tetapi harus memiliki kecakapan
seperti konsultan. Kecakapan yang perlu bagi pemimpin disebut sebagai
“kecakapan nilai tambah”. Kecakapn fungsional diperlukan, tetapi belum
cukup, harus ada nilai tambah. Punya catatan prestasi meraih kemenangan
adalah satu cara untuk disebut cakap. Keunggulan dalam keahlian

11
memimpin itu merupakan dimensi lain dari kecakapan. Kemampuan untuk
menantang, memberi inspirasi, memungkinkan, menjadi teladan, dan
mendorong juga harus ditunjukan jika pemimpin ingin dipandang mampu
oleh bawahannya.
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, menurut
Sondang P.Siagian adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya.
2. Berpengetahuan luas.
3. Mempunyai keyakinan bahwa organisasi yang
dipimpinnya akan berhasil.
4. Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas dari tujuan
yang hendak dicapai.
5. Memiliki stamina (daya kerja) yang besar.
6. Gemar dan cepat mengambil keputusan
7. Obyektif dalam arti dapat menguasai emosi dan mempergunakan
rasio.
8. Adil dalam memperlakukan bawahan.
9. Menguasai prinsip-prinsip human relations.
10. Menguasai teknik-teknik berkomunikasi.
11. Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat dan guru terhadap
bawahannya.
12. Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek
kegiatan organisasi.
Siafat-sifat Pemimpin menurut George R. Terry (1972) adalah
sebagai berikut:
• Intelligence (Kecerdasan)
• Initiative (Inisiatif)
• Energy of drive (Kekuatan atau giat bekerja)
• Emotional maturity (Kedewasaan emosi)
• Communicative skill (Kemahiran berkomunikasi)
• Persuasive (Yang meyakinkan)

12
• Self-assurance (Kepercayaan diri)
• Perceptive (Cerdik, cepat tanggap)
• Creative (Memiliki daya cipta)
• Social participation (Keterlibatan dalam kelompok)
2. Pendekatan Tingkah Laku
Pendekatan ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari
dari pola tingkah laku bukan dari sifat-sifat pemimpin karena sifat
seseorang kadang menipu penglihatan, sehingga sulit di identifikasi secara
pasti. Frielder (Mintorogo,1996) menyataka bahwa menjadi seorang
pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kepribadiannya. Seseorang menjadi
pemimpin karena dalam tempat dan situasi yang tepat, atau karena
berbagai faktor seperti umur, pendidikan, pengalaman, serta latar belakang
keluarga dan kekayaan1.
Menelaah perilaku kepemimpinan dapat diidentifikasi dari dua
aspek yaitu dari fungsi kepemimpinan yang dijalankan dan dari gaya
ditunjukkan pemimpin.
a. Fungsi kepemimpinan
Organisasi terdiri atas sekelompok orang, yang digerakkan oleh
seorang pemimpin. Kepemimpinan akan terjadi secara efektif apabila
pemimpin dapat menjalankan dua fungsi utama, yaitu 1, fungsi
berkaitan dengan tugas (task related) dan 2, fungsi yang berkaitan
dengan pembinaan kelompok atau fungsi social (group maintenance).
Fungsi tugas memudahkan dan mengkooardinasikan usaha
kelompok dan memilih,mendefinisikan dan memecahkan masalah
bersama. Fungsi sosial membantu kelompok agar berjalan dengan
lancar, menengahi perbedaan pendapat, meredam konflik, dan dapat
memancarkan perasaan hangat dan empatik kepada anggota.

13
b. Gaya kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dalam


memperagakan kepemimpinanya. Terdapat dua gaya kepemimpinan
yaitu gaya dengan orientasi tugas (task oriented) dan gaya dengan
orientasi pada anggota (employe-oriented).
Beberapa gaya kepemimpinan2:
1) Gaya dasar kepemimpinan

Terdapat empat gaya dasar kepemimpinan yaitu otoriter,


pseudo demokratis, laissez faire, dan demokratis
 Otoriter (authoritatif); yaitu gaya kepemimpinan yang menekankan
pada kekuasaan dan kepatuhan secara mutlak.
 Pseudo demokratis; yaitu gaya kepemimpinan yang menekankan
pada penciptaan situasi yang memberi kesan demokratis, padahal
pemimpin sangat mampu menggiring pikiran/ide anggota untuk
mengikuti kehendaknya.
 Laissez faire; gaya kepemimpinan yang tidak menunjukkan
kemampuan pemimpin karena ia membiarkan organisasi dan
anggota melaksanakan kegiatanya masing-masing tanpa dalam satu
arah kebijakan yang jelas dari pemimpin.
 Demokratis; gaya kepemimpinan yang menekankan pada
hubungan interpersonal yang baik.
2) Teori X dan Teori Y
Teori x dan y dari McGregor adalah kumpulan anggapan
tentang sifat-sifat manusia yang dikategorikan menjadi dua yaitu
tipe X dan. Pada toeri ini gaya kepemimpinanya dipengaruhi oleh
anggapan-anggapan seorang pemimpin tentang sifat dasar manusia.

14
Manusia X memiliki pembawaan kurang baik, malas
bekerja dan tidak ada motivasi untuk berprestasi. Memperlakukan
orang tipe ini harus dengan kepemimpina otoriter.
Manusia Y sebaliknya, memiliki tanggung jawab dan tidak
ingin membuat citra diri negative dengan tidak terealisasikan tugas
dan tanggung jawab. Gaya kepemimpinan yang sesuai untuk
manusia tipe Y adalah demokratis.
3) Manajemem dari Rensis Likert (Likert’s Management System)
Ia mengemukakan bahwa pengawas yang berorientasi pada
karyawan mempunyai semangat kerja dan produktifitas lebih baik
daripada yang berorientasi pada pekerjaan. Berdasarkan dua
kategori dasar tersebut, disusun empat model tingkatan efektifitas
manajemen;
Sistem 1, Pemimpn membuat keputusan sendiri tentang pekerjaan
dan memerintah anggota untuk melaksanakannya berdasar standard
an metode yang telah ditetapkan.
Sistem 2, pemimpin membuat keputusan sendiri dan
memerintahkannya kepada anggota tapi mulai memberi kebebasan
kepada anggota untuk memberikan komentar terhadap perintah-
perintah.
Sistem 3, pemimpin membuat keputusan dan perintah setelah
dilakukan diskusi. Pelaksanaan tugas dilakukan berdasarkan cara
anggotanya.
Sistem 4, anggota dipartisipasikan secara penuh dan diberi
kepercayaan untuk mengembangkan organisasi.
4) W.J. Reddin dalam “The 3-D Theory”
W.J membagi gaya kepemimpinan dalam tiga orientasi
yaitu Task Oriented, Relationship Oriented, dan Effectiveness
Oriented. Dikenal sebagai teori 3 dimensi.
Dari ketiga orientasi tersebut menghasilkan 8 gaya
kepemimpinan;

15
 The deserter, tidak terlihat adanya perhatian dan pelaksanaan
terhadap tiga orientasi kepemimpinan.
 The bureaucrat, pemimpin yang hanya mempunyai sifat efektif
saja dengan orientasi tugas yang rendah.
 The missionary, pemimpin yang hanya berorientasi pada hubungan
saja, sedangkan orientasi tugas dan keefektifan rendah
 The development, pemimpin yang menekankan efektifitas
organisasi dengan orientasi hubungan yang tinggi, dan orientasi
tugas yang rendah.
 The autocrat, pemimpin yang menekankan pada tugas, sangat
kurang memperhatikan karyawanya dan efektifitas organisasi.
 The benevolent autocrat, pemimpin yang menekankan efektifitas
dengan tugas cukup tinggi, sedang orientasi hubungan yang
rendah.
 The compromiser, pemimpin kurang memperhatikan efektifitas
pekerjaan tapi berorientasi tugas dan hubungan yang memadai.
 The executive, pemimpin yang melaksanakan ketiga orientasi
kepemimpinan.

Beberapa teori kepemimpinan yang memakai pendekatan tingkah laku


antara lain:
1. Tori Kepemimpinan yang dikembangkan oleh Universitas Michigan;
2. Teori kepemimpinan derdasarkan dinamika kelompok;
3. Studi kepemimpinan Ohio State University

1.) Teori Kepemimpinan yang dikembangkan oleh Universitas Micchigan.


Studi kepemimpinan Universitas Michigan yang dipelopori oleh
Gibson dan Ivancevich, mengidentitikasi dua bentuk perilaku pemimpin
yaitu : Perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan (The Job

16
Centered) dan bentuk Perilaku kepemimpinan terpusat pada bawahan (The
Employee centered)3.
Pusat Riset Micihigan University melakukan suatu penelitian.
Penelitian ini mengidentifikasikan dua konsep yakni orientasi produksi
(production orientastion) dan orientasi bawahan (employee orientation).
Pemimpin yang menekankan pada orientasi bawahan sangat
memperhatikan bawahan, di mana mereka merasa bahwa setiap karyawan
itu penting, dan menerima karyawan sebagai pribadi. Sedangkan
pemimpin yang berorientasi pada produksi sangat memperhatikan hasil
dan aspek-aspek kerja untuk kepentingan organisasi, dengan tanpa
menghiraukan apakah bawahan senang atau tidak. Kedua ini hampir sama
dengan tipe otoriter dan tipe demokrtatis. (Wahjo Sumidjo, Kepemimpinan
dan Motivasi, Jakarta: Ghalia, 1987:66.)
2.) Teori Kepemimpinan Berdasarkan Dinamika Kelompok (Dorwin
Cartwright & Alvin Zander)
Menurut model ini, terdapat dua macam perilaku kepemimpinan,
yaitu:
a) Pencapaian beberapa sasaran kelompok khusus, identik dengan
perilaku pemimpin yang mengutamakan tugas.
b) Pemeliharaan dan penguatan kelompok itu sendiri, identik dengan
perilaku pemimpin yang mengutamakan hubungan antar orang.

3.) Studi Ohio State


Penelitian oleh Ohio State University mengidentifikasikan dua
kelompok perilaku yang mempengaruhi efektifitas kepemimpnan, yaitu
struktur kepemrakarsaan (initiating structure) yang berorientasi tugas dan
pertimbangan (consideration) berorientasi pada manusia. Kepemrakarsaan
menuntut pemimpin melakuakn pengaturan mulai penetapan arah sampai
.

17
prosedur kerja. Sedangkan pertimbangan menggambarkan hubungan yang
hangat antara pemimpin dan anggota. Gaya kepemimpinan yang efektif
adalah tingkat pertimbanagn yang tinggi, sehingga menimbulkan kepuasan
kepada karyawan4.
3. Pendekatan Kepemimpinan Situasional
Teori ini dikembangkan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard.
Teori ini dapat membantu untuk melihat ciri-ciri bawahan (subordinates)
didalam suatu gaya kepemimpinan. Teori Hersay dan Blachard ini terkenal
dengan teori lingkaran hidup dari kepemimpinan (life cycle theory of
leadership)5.
Teori ini memberikan sumbangan untuk memahami tingkat
kematangan dari anggota-anggota kelompok yang merupakan factor
penting di dalam situasi dalam rangka menentukan keefektifan dari gaya
kepemimpinan.
Pengertian kematangan disini ditunjukan kepada tugas
spesifik/tertentu yang disajikan. Jadi teori ini berdasar pada pandangan
bahwa kepemimpinan yang efektif itu bergantung pada tingkat
kematangan anak buah yang dipimpinnya dalam melaksanakan tugas
tertentu. Di samping itu bergantung pula pada kemauan pemimpin dalam
menyesuaikan sikap orientasinya terhadap tugas pekerjaan tersebut dan
hubungan pribadi dalam kelompok. Hal yang perlu dipahami ialah posisi
pemimpin dalam mengatur gaya kepemimpinannya.
 Apabila gaya kepemimpinan berorientasi pada tugas pekerjaan,
maka arahan hanya dari pemimpin atau komunikasi satu arah, yang
disebut gaya direktif.
 Apabila gaya kepemimpinan berorientasi pada hubungan dengan
anak buah, maka terjadi komunikasi dua arah antara pemimpin dan

18
terpimpin, gaya ini adalah gaya demokrasi, disebut pula gaya
suportif.
Berikut proses kepemimpinan tersebut:
1) Kalau anak buah itu makin matang, maka pemimpin itu hendaknya
mengurangi tingkat struktur tugas, selanjutnya meningkatkan
perhatiannya terhadap orientasi hubungan pribadi di dalam kelompok.
2) Kemudian bilamana seseorang atau anak buah itu sudah mencapai rata-
rata kematangan, maka pemimpin hendaknya mengurangi struktur
tugas dan meningkatkan hubungan dalam kelompok.
3) Selanjutnya dibiarkan berkembang sampai pada tingkat kematangan
penuh, yang diarahkan agar anak buah itu bisa berdiri sendiri dalam
melaksanakan tugas tersebut dengan sikap mentalnya yang matang
pula.
Apabila sudah ada pada tingkat tersebut, maka anak buah itu, baik
secara individu maupun kelompok, tidak lagi memerlukan dukungan
sosio-emosional, supervisi tidak diperlukan secara ketat, pemimpin sudah
dapat mendelegasikan wewenangnya pada anak buahnya. Di lain pihak,
anak buah akan merasa bahagia, karena tugas yang dilakukannya itu
menghasilkan kepuasan hatinya.
Dari uraian diatas, maka teori kepimimpinan yang situasional ini
menekankan pada keserasian dan kesesuaian antara gaya kepemimpinan
dengan tingkat kematangan anak buah. Jadi, hakikat teori ini adalah
sebagai berikut:6
1) Tingkat kematangan anak buah dalam organisasi dapat ditingkatkan
melalui proses pelaksanaannya.
2) Pada tingkat kematangan anak buah semacam itu, gaya kepemimpinan
yang berorientasi pada tugas dan orientasi hubungan kelompok dikurangi.

19
Kematangan menurut teori ini mengandung dua factor yang saling
berhubungan dalam melaksanakan tugas pekerjaan tertentu, yaitu sebagai
berikut:
1. Kemampuan dan kemauan untuk menetapkan harapan yang cukup
tinggi dengan tujuan yang realistis. Seseorang akan lebih merasa
bergairah untuk mencapai prestasi yang didsarkan pada umpan balik
yang rasional, daripada umpan balik yang emosional dan imbalan.
2. Kemampuan dan kemauan untuk memikul tanggung jawab dalam
rangka mencapai tujuan mereka.
Pengertian Kemampuan ini ialah:’
1.) Kemampuan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tertemtu;
2.) Memilihi pengetahuan teknis (pendidikan dan pengalaman)
3.) Memiliki keterampilan teknis (termasuk kemampuan untuk
meghasilkan pekerjaan dengan bekerja sama dengan orang lain
dalam kelompok, seperti berkomunikasi secara efektif , percaya
terhadap diri sendiri, dan berani berdiri sendiri).
Sedangkan pengertian Kemauan ialah:
1.) Motivasi yang kuat yang timbul dari dalam diri pribadi anak buah;
2.) Keyakinan diri dan percaya dari dalam pribadi anak bauh.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa.
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri orang seorang atau
pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerjasama secara sadar
dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan pemimpin. Sedangkan
Teori kepemimpinan ialah adalah penggeneralisasian satu seri perilaku
pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, persyaratan menjadi
pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika
profesi kepemimpinan.
Bermacam-macam teori kepemimpinan yang ada antara lain, Teori
Genetis, Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin
karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan yang alami,
Teori Sosial, teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa
setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila memang disiapkan dan diberikan
pendidikan /pengalaman yang cukup, di samping juga atas kemauannya
sendiri. Teori Ekologis, teori ini mengemukakan bahwa, untuk menjadi
seorang pemimpin perlu bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat itu perlu dibina
agar berkembang melalui pendidikan yang teratur.
Berbagai Pendekatan Kepemimpinan antara lain: Teori Pendekatan
Sifat (TraithApproachTheory), Pendekatan ini berdasarkan pada sifat
seseorang, Menurut teori ini, jika seseorang dilahirkan sebagai pemimpin,
maka ia akan menjadi pemimpin, Pendekatan Tingkah Laku, Pendekatan ini
memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku
bukan dari sifat-sifat pemimpin karena sifat seseorang kadang menipu
penglihatan, sehingga sulit di identifikasi secara pasti, menjadi seorang
pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kepribadiannya. Seseorang menjadi
pemimpin karena dalam tempat dan situasi yang tepat, atau karena berbagai
faktor seperti umur, pendidikan, pengalaman, serta latar belakang keluarga

21
dan kekayaan, Pendekatan Kepemimpinan Situasional, teori ini berdasar pada
pandangan bahwa kepemimpinan yang efektif itu bergantung pada tingkat
kematangan anak buah yang dipimpinnya dalam melaksanakan tugas tertentu.

B. Saran
Dalam makalah ini penulis sadar bahwa masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu diperlukan kritik dan saran dari pembaca sekalian agar
makalah ini dapat lebih baik lagi dan bermanfaat bagi kita semua . diharapkan
juga adanya makalah lain yang menyempurnakan makalah ini sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

22
DAFTAR PUSTAKA

Engkoswara dan Aan Komariah. AdministrasiPendidikan. Bandung: Alfabeta.


2011.

Indrafachrudi, Soekarto dan Thalele. Bagaimana Memimpin Sekolah yang efektif.


Bogor: Ghalia Indonesia. 2006.

Kumaidin, Didin dan Imam Machali. Manajemen Pendidikan : Konsep dan


prinsip pengelolaan pendidika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2012.

Engkoswara, dan Aan Komariah. Administrasi pendiddikan, Bandung:alfabeta.


2012.

Usman, Husain Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT.
Bumi Aksara. 2006.

23

Anda mungkin juga menyukai