Oleh:
Nahda Mahirah
170563201070
TANJUNGPINANG
2019
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dalam implementasinya, terwujud suatu sistem kepemimpinan yang efektif dan
efisien serta mampu membawa organisasi menuju perubahan yang lebih baik lagi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hamdan Dimyati, Model Kepemimpinan dan Sistem Pengambilan Keputusan. Bandung: CV
Pustaka Setia, 2014, hlm 22.
2
Achmad Sanusi dan Sobry Sutikno, Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan dalam
Membentuk Budaya Organisasi yang Efektif. Bandung: Prospect, 2009, hlm 18.
3
Kartini Kartono. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, hlm
6.
4
Harbani Pasolong. Kepemimpinan Birokrasi, Bandung: Alfabeta, 2010, hlm 4.
3
Pamudji mengakomodir berbagai definisi dari kepemimpinan, yang antara
lain dikemukakan sebagai berikut. 5
1. kepemimpinan sebagai titik pusat proses-proses kelompok.
Kepemimpinan dipandang sebagai pangkal penyebab daripada
kegiatan- kegiatan, proses atau perubahan-perubahan dari kelompok.
2. Kepemimpinan adalah suatu kepribadian yang mempunyai pengaruh.
Kepemimpinan di sini dipandang sebagai akibat dari pengaruh yang
bersifat sepihak. Mereka mengakui pemimpin dapat mempunyai sifat-
sifat yang membedakannya dari pengikut, tetapi mereka itu pada
umumnya gagal mengakui adanya corak-corak timbal balik dari situasi
kepemimpinan.
3. Kepemimpinan adalah suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham
atau keseiaan.
4. Kepemimpinan adalah pelaksanaan pengaruh. Adanya hubungan timbal
balik antara pemimpin dan pengikut, tetapi tidak harus diwarnai oleh
dominasi, penguasaan dan penekanan oleh pihak pemimpin.
5. Kepemimpinan adalah tindakan atau perilaku, sekelompok ahli suka
mendifinisikan kepemimpinan dalam arti tindakan-tindakan atau
perilaku.
6. Kepemimpinan adalah suatu bentuk persuasi.
7. Kepemimpinan adalah suatu hubungan kekuatan/kekuasaan.
Kekuatan/kekuasaan dipandang sebagai suatu bentuk hubungan
pengaruh diantara anggota-anggota kelompok.
8. Kepemimpinan sebagai sarana pencapaian tujuan. Dalam arti nilai
instrumentalnya dalam pencapaian tujuan-tujuan dan pemuasan-
pemuasan kebutuhan kelompok.
9. Kepemimpinan sebagai suatu hasil interaksi. Kepemimpinan dapat
disimak/dikaji dan ternyata benar apabila diakui dan didukung oleh
anggota-anggota lain dalam kelompok.
5
S. Pamudji, Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia. Jakarta: Bina Aksara, 1985, hlm: 9-12.
4
10. Kepemimpinan adalah peran yang dipilahkan. Dalam tiap posisi,
seseorang berharap dapat memainkan peranan yang telah ditentukan.
Kepemimpinan dapat dipandang sebagai suatu aspek pemilah-milahan
peranan.
11. Kepemimpinan sebagai inisiasi (permulaan) dari struktur.
Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil sebagai patokan definisi dari
kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan dan mengarahkan orang-
orang ke tujuan yang dikehendaki oleh pemimpin. Dengan demikian, esensi dari
kepemimpinan hakikatnya meliputi unsur-unsur berikut.
1. Pemimpin atau orang yang mempunyai kemampuan mempengaruhi
perilaku orang lain.
2. Pengikut yang dapat dipengaruhi baik oleh ajakan, bujukan, anjuran,
perintah, instruksi, paksaan dan bentuk lainnya.
3. Adanya tujuan yang hendak dicapai.
6
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, hlm
21.
5
dilahirkan, tetapi juga dicapai meneruskan suatu proses pendidikan dan
pengalaman.
Teori yang dikembangkan oleh Bernard (1926), Ordway Tead (1929),
Willet (1948), dan menjelaskan bahwa teori ini bertolak dari dasar pemikiran
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perilaku atau ciri-ciri
yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Sifat-sifat tersebut dapat berupa sifat fisik
dan sifat psikologis.7 Atas dasar itu maka timbul anggapan bahwa untuk menjadi
seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi si
pemimpin. Kemampuan pribadi tersebut adalah kualitas seseorang dengan
berbagai macam sifat-sifat, perilaku dan ciri-ciri di dalamnya.
Oleh karena itu, timbul usaha dari para ahli untuk meneliti dan memerinci
kualitas sesorang pemimpin yang berhasil melaksanakan tugas kepemimpinannya,
kemudian memfomulasikan hasilnya dalam sifat-sifat umum seorang pemimpin.
Usaha tersebut berkembang menjadi teori kepemimpinan yang disebut “teori sifat
kepemimpinan”.8 Teori sifat menyebutkan bahwa bakat-bakat kepemimpinan
mempresentasikan karakteristik personal yang membedakan para pemimpin dari
bawahannya.
Upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain
dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas/mutu
perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya.
Usaha-usaha yang sistematis tersebut membuahkan teori yang disebut sebagai the
traitist theory of leadership (teori sifat/kesifatan dari kepemimpinan).
7
Haryono Sudriamunawar, Kepemimpinan, Peran serta dan Produktivitas. Bandung: Mandar
Maju, 2006, hlm 10.
8
Stephen P. Robbins, et. al. Oganizational Behaviour: Consepts, Contrversies and Applications.
Australia and New Zealand: Prentice-Hall, 1994, hlm 469.
9
Kartini Kartono. 2008. Op.cit., hlm 44-47.
6
mental yang istimewa yang tampaknya seperti tidak akan pernah
habis untuk mengatasi semua permasalahan-permasalahan yang ada.
2. Kesadaran akan tujuan dan arah (A sense of purpose and direction),
Yaitu Pemimpin yang memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran
dan kesadaran akan tujuan arah dan tujuan organisasi, serta yakin akan
manfaat dari semua kegiatan yang dilakukan.
3. Semangat, kegairahan, kegembiraan yang besar/antusiasme
(enthusiasm),
Yaitu Pemimpin yang tahu pekerjaan apa yang dilakukan dan tujuan
yang akan dicapai harus sehat, berarti, bernilai, memberikan harapan-
harapan yang menyenangkan, memberikan sukses, menimbulkan
semangat dan dapat membangkitkan antusiasme bagi pimpinan maupun
bawahan.
4. Keramahan dan kecintaan (friendliness and affection),
Yaitu Pemimpin yang bisa memotivasi bawahan untuk melakukan
perbuatan yang menyenangkan semua pihak, sehingga dapat diarahkan
untuk mencapai tujuan.
5. Keutuhan, kejujuran, ketulusan hati/integritas (integrity),
Yaitu Pemimpin harus bersifat terbuka, merasa utuh bersatu, sejiwa dan
seperasaan dengan anak buahnya bahkan merasa senasib dan
sepenanggungan dalam satu perjuangan yang sama sehingga bawahan
menjadi lebih percaya dan hormat.
7
agar para pengikiutnya bersedia mendukung kebijakan yang telah
diambilnya.
8. Kecerdasan (intelligence),
Yaitu pemimpin yang memiliki kemampuan untuk melihat dan
memahami dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian,
menemukan hal-hal yang krusial, dan cepat menemukan cara
penyelesaiannya dalam waktu singkat.
9. Keterampilan mengajar (teaching skill),
Yaitu pemimpin yang mampu menuntun, mendidik, mengarahkan,
memotivasi, dan menggerakkan anak buahnya/bawahannya untuk
berbuat sesuatu.
10. Kepercayaan (faith).
Yaitu pemimpin yang mampu mempengaruhi anggotanya secara positif,
dan diarahkan pada sasaran-sasaran yang benar.
10
Kartini Kartono. 2008. Op.cit., hlm 47-50.
8
Artinya Dia selaku peminpin harus dapat dipercaya dan berlaku adil
terhadap semua orang.
5. Objektif, pertimbangan pemimpin harus obyektif, mencari bukti-bukti
yang nyata dan sebab musabab dari suatu kejadian dan memberikan
alasan yang rasional atas penolakannya.
6. Dorongan pribadi, keinginan dan kesediaan untuk menjadi pemimpin
harus muncul dari dalam hati agar mau ikhlas memberikan pelayanan
dan pengabdian kepada kepentingan umum. Artinya Ia menjadi
pemimpin atas keinginan sendiri bukan karena keterpaksaan.
7. Keterampilan berkomunikasi, pemimpin diharapkan mahir menulis dan
berbicara, mudah menangkap maksud orang lain, mahir
mengintegrasikan berbagai opini serta aliran yang berbeda-beda untuk
mencapai kerukunan dan keseimbangan.
8. Kemampuan mengajar, pemimpin diharapkan juga harus mampu
menjadi guru yang baik, yang membawa orang belajar pada sasaran-
sasaran tertentu untuk menambah pengetahuan dan keterampilan agar
bawahannya bisa mandiri, mau memberikan loyalitas dan
partisipasinya.
9. Keterampilan sosial, dia bersikap ramah, terbuka, mau menghargai
pendapat orang lain, sehingga ia bisa memupuk kerjasama yang baik.
10. Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial, seorang pemimpin harus
memiliki kemahiran manajerial dan penguasaan teknis untuk membuat
rencana, mengelola, menganalisis keadaan, membuat keputusan,
mengarahkan, mengontrol, dan memperbaiki situasi yang tak menentu.
Hal ini perlu dimiliki agar tercapai efektifitas kerja, keuntungan
maksimal dan kesejahteraan bagi semua pihak.
11
Syamsul Arifin, Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012,
hslm 42.
9
1. Kecerdasan, pada umumnya pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan
lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin
2. Kedewasan, pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai
emosi yang stabil serta perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas
sosial
3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi, pemimpin cenderung
mempunyai motivasi yang kuat berprestasi
4. Sikap hubungan kemanusiaan, pemimpin yang berhasil mau
mengakui harga diri dan kehormatan bawahan.
Menurut Yulk yang dikutip oleh Muin,12 secara umum, dari hasil
penelitian yang ada menunjukkan bahwa sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang
pemimpin berkorelasi kecil dengan kesuksesan seorang pemimpin. Artinya,
walaupun sifat-sifat tertentu penting dimiliki oleh seorang pemimpin, namun sifat-
sifat itu sendiri tidak bisa mendorong kesuksesan seorang pemimpin.
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang
pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki
pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut, muncul anggapan bahwa untuk
menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan oleh kemampuan
pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas
seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
12
Muin, A, kepemimpinan Pendidikan. Pemekasan Lembaga Pengkajian dan Pengembangan
Ilmiah, 2010.
10
dengan proses kepemimpinan. biro urusan dan penelitian pada Ohio University
melakukan pencatatan mengenai berbagai dimensi perilaku pemimpin yang
efektif, pola-pola kelakuan yang bagaimana yang ditampilkan oleh para pemimpin
(Sutarto, 1991 : 83). akhirnya, dari berbagai pencatatan yang dilakukan diperoleh
gambaran mengenai kelakuan pemimpin yang konsiderasi dan struktur inisiasi.
Oleh karena itu, ada dua dimensi utama pemikiran yang dikenal dengan nama
konsiderasi dan struktur inisiasi. Dua macam kecendrungan perilaku
kepemimpinan tersebut pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah
fungsi dan gaya kepemimpinan.
Teori gaya keprilakuan menegaskan bahwa: 13
a. Studi Ohio State University mengidentfikasi dua dimensi penting
perilaku pemimpin.
1) Konsiderasi : menciptakan respek dan kepercayaan timbal balik
dengan bawahan. berorientasi pada hubungan bersahabat.
2) Struktur Inisiasi: mengorganisasikan dan meredefinisi segala sesuatu
yang akan dikerjakan oleh anggota kelompok. berorientasi pada
prosedur yang ketat dan jalur komunikasi yang jelas menurut aturan-
aturan yang telah diterapkan.
dari teori tersebut melahirkan empat kuadran perilaku pemimpin,
yaitu sebagai berikut:
1) dukungan tinggi dan pengarahan rendah (High structure and
Low consideration)
2) dukungan tinggi dan pengarahan tinggi (High structure and
High consideration)
3) dukungan rendah dan pengarahan rendah (Low structure and
Low consideration)
4) dukungan rendah dan pengarahan tinggi (Low structure and
High consideration)
b. Studi Michigan University mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan
yang sama dengan studi yang dilakukan oleh Ohio State University.
13
Diadaptasi dari Chapter Seventeen, Leadership, 2001, The McGraw-Hill Company, Inc.
11
Salah satu gaya terfokus pada pekerja dan gaya yang satunya terfokus
pada pekerjaan.
c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan
yang terbaik. Efektivitas gaya kepemimpinan tertentu bergantung pada
situasi tempat gaya tersebut diterapkan.
14
Ibid. hlm 2.
12
menerima atau menolak pengaruh dari pemimpinnya. melahirkan dua orientasi
perilaku pemimpin, yaitu15:
1. berorientasi tugas (task orientation),
mengutamakan penyelesaian tugas, dan menampilkan gaya
kepemimpinan otokratis.
2. berorientasi pada orang (people orientation).
mengutamakan penciptaan hubungan manusiawi menampilkan gaya
kepemimpinan demokratis atau partisipatif.
Teori perilaku lebih terfokus pada tindakan-tindakan yang dilakukan
pemimpin daripada memperhatikan atribut yang melekat pada diri seorang
pemimpin. Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku
seseorang ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok kearah
pencapaian tujuan. Sebagaimana dikemukakan oleh Sastradipoera yang dikutip
oleh Arifin,16 “kepemimpinan yang didasarkan atas perilaku adalah
kepemimpinan yang didasarkan atas pengamatan apa yang dilakukan oleh
pemimpin efektif itulah”.
Pendekatan perilaku adalah keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin
itu dilakukan oleh gaya bersikap dan bertindak pemimpin yang bersangkutan.
Gaya bersikap dan bertindak akan tampak dari cara memberi perintah, memberi
tugas, cara berkomunikasi, cara membuat keputusan, cara mendorong semangat
kerja bawahan, cara menegakkan disiplin, cara pengawasan dan lain-lain. Bila
dalam melakukan tindakan dengan cara lugas, keras, sepihak yang penting tugas
selesai dengan baik, dan yang bersalah langsung dihukum, gaya kepemimpinan itu
cenderung bergaya otoriter. Sebaliknya jika dalam melakukan kegiatan tersebut
pemimpin dengan cara halus, simpatik, interaksi timbal balik, menghargai
pendapat dan lain-lalin. Maka gaya kepemimpinan ini bergaya kepemimpinan
demokratis.
15
Syamsul Arifin, 2012. Op.cit., hlm 29.
16
Ibid. hlm 54.
13
Menurut Veithzal (2004)17 Dalam pendekatan perilaku, dimensi
kepemimpinan yang efektif para ahli menyebutkan dua aspek utama, yaitu:
1) Aspek fungsi kepemimpinan
Firman Allah dalam surat Al-Ashr (103) ayat 1-3:
Suatu kegiatan dikatakan efektif dalam kelompok bilamana
seseorang dapat melakukan dua fungsi, yaitu:
1. fungsi yang berhubungan dengan tugas atau pemecahan masalah.
pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat.
2. fungsi pemeliharaan kelompok atau sosial. mencakup segala sesuatu
yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancer-menengahi
perselisihan perbedaan pendapat, persetujuan dengan kelompok lain
dan memastikan bahwa individu merasa dihargai oleh kelompok.
2) Aspek gaya kepemimpinan
Firman Allah dalam surat Al-Fath (48) ayat 29:
Setiap pemimpin akan berhasil memimpin suatu organisasi secara
efektif bilamana ia memenuhi syarat-syarat, yaitu:
1. mempunyai kecerdasan yang cukup tinggi untuk dapat memikirkan
dan mencarikan cara-cara pemecahan setiap persoalan yang timbul
dengan cara yang tepat, bijaksana serta mengandung kelengkapan
dan syarat-syarat yang memungkinkan untuk dilaksanakan,
2. mempunyai emosi yang stabil, tidak mudah diombang-ambingkan
oleh perubahan suasana yang senantiasa gonta-ganti dan dapat
memisahkan mana yang soal pribadi, soal rumah tangga dan mana
soal organisasai,
3. mempunyai kepandaian dalam menghadapi manusia dan mampu
membuat bawahan merasa betah, senang, dan puas dengan dan
dalam pekerjaan,
4. mempunyai keahlian untuk mengorganisasi dan menggerakkan
bawahan secara bijaksana dalam mewujudkan tujuan organisasi serta
17
Ibid. hlm 60-62.
14
mengetahui dengan tepat kapan dan kepada siapa tanggung jawab
dan wewenang didelegasikan, dan
5. mempunyai keterampilan manajemen untuk menghadapi persoalan
masyarakat yang semakin maju.
18
Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi. Yogyakarta:Gajah Mada University Press,
1991, hlm 64.
19
Hamdan Dimyati, 2014. Op.cit., hlm 35.
20
Ibid. hlm 69.
15
dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh pribadi seorang pemimpin. sifat-
sifat itu ada pada seseorang karena pembawaan dan keturunan.
Citra dalam media popular dan komunitas adalah pemimpin merupakan
jenis orang yang khusus, yaitu orang yang diberkahi kemampuan untuk
melakukan hal luar biasa. Pendekatan sifat konsisten dengan persepsi ini karena
hal ini dibangun pada prinsip bahwa pemimpin itu berbeda, dan perbedaan mereka
ada didalam sifat khusus yang mereka miliki. Orang perlu melihat pemimpin
mereka sebagai orang yang luar biasa dan pendekatan sifat memenuhi kebutuhan
ini.
Kepemimpinan terdiri dari pemimpin, pengikut, dan situasi, tetapi
pendekatan sifat ditujukan hanya untuk komponen yang pertama yaitu pemimpin.
Dengan hanya terfokus pada peran pemimpin dalam kepemimpinan, pendekatan
sifat telah mampu memberi kita suatu pemahaman yang lebih dalam dan lebih
kompleks, tentang bagaimana pemimpin dan kepribadian pemimpin terkait
dengan proses kepemimpinan.21
Pada teori sifat memiliki kelemahan atau kekurangan, yaitu:
1. tidak semua orang berbadan besar bersifat perkasa, bahkan ada yang
feminim, dan tidak semua mereka yang bersuara keras pintar berpidato
karena pemalu dan gagap.
2. tidak ada hubungan antara sifat kepemimpinan dengan tingkat
keberhasilan
3. pemimpin bukan dilahirkan dengan sifat-sifat khususnya tetapi dapat
dibentuk melalui kebiasaan (alah bisa karena biasa).
Howard H. Hoyt dalam bukunya Aspect of Modern Public Administration
menyatakan kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia, kemampuan untuk membimbing orang. 22
Pada pendekatan teori perilaku merupakan pendekatan yang berdasarkan
pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap
dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin. sikap dan gaya
21
Peter G. Northouse 2013. Kepemimpinan Teori dan Praktik Edisi 6 Jakarta Barat: Indeks
22
Kartini Kartono. 2008. Op.cit., hlm 57.
16
kepemimpinan itu tampak dalam kegiatan sehari-hari, dalam cara pemimpin
memberikan perintah, membagi tugas dan wewenangnya, berkomunikasi,
mendorong semangat kerja bawahan, memberikan bimbingan dan pengawasan,
membina disiplin kerja bawahan, menyelenggarakan dan memimpin rapat
anggota, mengambil keputusan, dan sebagainya (Ngalim Purwanto, 1987:32).23
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung pada perilakunya dalam
melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan. Melalui pendekatan tingkah laku
dapat menentukan apa yang dilakukan pemimpin yang efektif dan mencari
jawaban serta menjelaskan apa yang menyebabkan kepemimpinan itu efektif.
Gaya atau perilaku kepemimpinan tampak dari cara melakukan pengambilan
keputusan, cara memerintah (instruksi), cara memberikan tugas, cara
berkomunikasi, cara mendorong semangat bawahan, cara membimbing dan
mengarahkan, cara menegakkan disiplin, cara memimpin rapat, cara menegur dan
memberikan sanksi.
Pendekatan teori sifat dan perilaku pemimpin memberi sejumlah standar
untuk sesuatu yang telah kita ketahui bila kita ingin menjadi pemimpin. Hal itu
mengidentifikasi sifat atau perilaku apa yang seharusnya kita miliki dan apakah
sifat atau perilaku yang kita miliki adalah sifat terbaik untuk kepemimpinan.
23
Hamdan Dimyati, 2014. Op.cit., hlm 70.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembasan maka dapat disimpulkan Keberhasilan seorang
pemimpin sangat tergantung pada sifat dan tingkah lakunya. Kepemimpinan
muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis di antara pemimpin
dan individu-individu yang dipimpin (ada relasi interpersonal). Pendekatan teori
sifat dan perilaku pemimpin memberi sejumlah standar untuk sesuatu yang telah
kita ketahui bila kita ingin menjadi pemimpin. Hal itu mengidentifikasi sifat atau
perilaku apa yang seharusnya kita miliki dan apakah sifat atau perilaku yang kita
miliki adalah sifat terbaik untuk kepemimpinan.
Pada pendekatan teori sifat, mengatakan bahwa keberhasilan dan kegagalan
seorang pemimpin banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh sifat-sifat yang
dimiliki oleh pribadi seorang pemimpin. sifat-sifat itu ada pada seseorang karena
pembawaan dan keturunan. Teori sifat berpandangan bahwa seseorang yang
dilahirkan sebagai pemimpin karena memiliki sifat-sifat sebagai pemimpin (bakat
bawaan turunan).
Teori ini lebih terfokus pada tindakan-tindakan yang dilakukan pemimpin
daripada memperhatikan atribut yang melekat pada diri seorang pemimpin. Dasar
pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seseorang ketika
melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok kearah pencapaian tujuan.
Melalui pendekatan tingkah laku dapat menentukan apa yang dilakukan pemimpin
yang efektif dan mencari jawaban serta menjelaskan apa yang menyebabkan
kepemimpinan itu efektif.
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung pada perilakunya dalam
melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan. Melalui pendekatan tingkah laku
dapat menentukan apa yang dilakukan pemimpin yang efektif dan mencari
jawaban serta menjelaskan apa yang menyebabkan kepemimpinan itu efektif.
Pendekatan teori sifat dan perilaku pemimpin memberi sejumlah standar
untuk sesuatu yang telah kita ketahui bila kita ingin menjadi pemimpin. Hal itu
mengidentifikasi sifat atau perilaku apa yang seharusnya kita miliki dan apakah
18
sifat atau perilaku yang kita miliki adalah sifat terbaik untuk kepemimpinan.
Meskipun demikian pendekatan sifat-sifat dan pendekatan perilaku tidak
melahirkan konsepsi baru mengenai kepemimpinan karena titik tolak
perumusannya tetap sama yaitu karakteristik mengenai seorang pemimpin.
19
DAFTAR PUSTAKA
20