Disusun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Namo Sanghyang Adi Buddhaya,
Namo Buddhaya
Puji syukur penulis panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat pancaran sinar cinta kasih dan kasih sayang-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang “Meditasi Buddhis” ini dengan baik sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.
Pada kesempatan ini penulis menghanturkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Romo Drs.Darwis Hidayat, M.M selaku dosen pengampu mata kuliah
Agama Buddha.
2. Pihak pengurus perpustakaan yang meminjamkan buku-buku sebagai
referensi
3. Pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini yang tidak
dapat di sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dalam penyusunan makalah
ini, sehingga sangat membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah yang akan datang.
Penyusun
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak diantara kita yang telah mendengar mengenai meditasi, ada
yang telah memahami dan melatihnya dengan tekun, ada yang baru mencoba
untuk berlatih dan ada pula yang baru sekedar mendengar dan mulai tertarik
untuk mengetahui lebih lanjut. Isi buku yang sederhana ini tidak saja berguna
bagi mereka yang sekedar ingin mengetahui tetapi justru terutama sangat
bermanfaat bagi mereka yang ingin berlatih meditasi dengan sungguh-
sungguh.
Dalam jaman modern sekarang ini, yagn diwarnai dengan tingkat
aktivitas yagn tinggi, selalu serba cepat, serba banyak, serba lebih dari yang
lain ternyata mempunyai dampak yang kurang baikbagi keadaan batin dan
ketenangan hidup kita. Sehingga banyak diantara kita yang hidup dalam
keadaan tegang, penuh khawatir, tidak bisa tidur dan mengakibatkan berbagai
penyakit seperti sakit lambung, tekanan darah tinggi, sakit jantung, dan
lainnya.
Meditasi, sebagai suatu seni untuk menentramkan batin merupakan
suatu ilmu yag sudah kuno, yagn berakar lebih dari 3000 tahun yagn silam pada
peradaban awal di lembah sungai Indus, yang sekarang dikenal sebagai India.
Walaupun kuni, ternayata meditasi merupakan suatu alternatif yang jauh lebih
baik bila dibandingkan dengan berbagai macam obat penenang, dan obat tidur
yang umunya mengakibatkan ketergantungan atau kecantduan yang parah.
Bahkan lebih daripada itu, meditasi yang dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh akan membuat si pelaksana hidup lebih wajar, lebih
tenteram, dan lebih gembira. Ia akan memiliki sikap hidup yang positif, lebih
toleran, lebih tangguh, dan lebih tabah. Berbeda dengan berlatih olahraga,
latihan meditasi tidakmempunyai suatu target yang harus dicapai, tetapi
memerlukan ketekunan yang luar biasa.
1
Dalam agama Buddha kata meditasi dipergunakan sebagai sinonim dari
semadi (samadhi) dan pengembangan batin (bhavana). Tradisi meditasi sudah
dikenal pada zaman sebelum Buddha Gotama. Buddha sendiri menyatakan
bahwa ia mendapat pelajaran dari dua orang brahmana yang terkenal yaitu
Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta, dan Gotama dapat menguasai semua
teknik yoga hingga berhasil mencapai konsentrasi tingkat tertinggi menyamai
sang guru. Semadi benar didefinisikan sebagai pikiran yang baik, yaitu
kesadaran (citta) dan corak batin (cetasika) yang baik, terpusat dengan mapan
pada satu objek.
Semadi memiliki karakteristik (lakkhana) pikiran yang tidak kacau,
tidak terganggu, memiliki fungsi (rasa) mengatasi kekacauan, menyebabkan
tercapainya ketenangan. Manifestasinya (paccupatthana) tidak bergelombang.
Sebab yang terdekat menimbulkan (padatthana) pemusatan pikiran adalah
kebahagiaan. “Dengan merasa bahagia, pikirannya menjadi terpusat” (D. I,73).
Namun, pikiran yang baik (suci) lebih baik daripada terpusat, karena walaupun
terpusat (penuh konsentrasi), pikiran yang buruk menghasilkan semadi yang
salah.
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian dari meditasi secara umum ?
1.3.2 Mengetahui Pengertian meditasi Buddhis ?
1.3.3 Mengetahui tujuan dari meditasi Buddhis
1.3.4 Mengetahui macam meditasi Buddhis ?
1.3.5 Mengetahui Apa yang perlu dipersiapkan untuk melakukan meditasi
Buddhis ?
1.3.6 Mengetahui Cara untuk melakukan meditasi Buddhis?
1.3.7 Mengetahui Meditasi Samatha-Bhavana ?
1.3.8 Mengetahui Meditasi Vipassama-Bhavana ?
1.3.9 Mengetahui hal – hal yang mendukung meditasi Buddhis ?
1.3.10 Mengetahui manfaat dari meditasi Buddhis ?
3
BAB II ISI
2.1 Pengertian Meditasi Secara Umum
Meditasi, terkadang disebut juga semadi, adalah praktik relaksasi yang
melibatkan pelepasan pikiran dari semua hal yang menarik, membebani,
maupun mencemaskan dalam hidup kita sehari-hari. Makna harfiahmeditasi
adalah kegiatan mengunyah-unyah atau membolak-balik dalam pikiran,
memikirkan, merenungkan. Arti definisinya, meditasi adalah kegiatan mental
terstruktur, dilakukan selama jangka waktu tertentu, untuk menganalisis,
menarik kesimpulan, dan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk
menyikapi, menentukan tindakan atau penyelesaian masalah pribadi, hidup,
dan perilaku.
Dengan kata lain, meditasi melepaskan kita dari penderitaan pemikiran
baik dan buruk yang sangat subjektif yang secara proporsional berhubungan
langsung dengan kelekatan kita terhadap pikiran dan penilaian tertentu. Kita
mulai paham bahwa hidup merupakan serangkaian pemikiran, penilaian, dan
pelepasan subjektif yang tiada habisnya yang secara intuitif mulai kita
lepaskan. Dalam keadaan pikiran yang bebas dari aktivitas berpikir, ternyata
manusia tidak mati, tidak juga pingsan, dan tetap sadar.
Guru terbaik untuk meditasi adalah pengalaman. Tidak ada
guru, seminar, atau buku-buku meditasi yang dapat mengajarkan secara pasti
bagaimana seharusnya kita melakukan hidup bermeditasi.
Setiap orang dapat secara bebas memberikan nilai-nilai tersendiri tentang arti
meditasi bagi kehidupannya Oleh karena hanya dengan mempraktikkan semadi
dalam hidup, orang bisa merasakan manfaat suatu perjalanan semadi. Ada
banyak arti tentang semadi, di antaranya adalah:
1. Jalan untuk masuk dalam kesadaran jiwa.
2. Jalan untuk introspeksi diri.
3. Jalan untuk berkomunikasi dengan sang pencipta.
4
4. Jalan untuk mengubah hidup.
5. Jalan untuk meraih ketenangan batin.
5
2.2 Pengertian Meditasi Buddhis
Meditasi Buddhis (Pali: bhavana) mengacu pada praktik meditasi yang
terkait dengan agama dan falsafah Buddha. Teknik meditasi inti telah
dituliskan dalam teks-teks Buddhis kuno dan telah disebarluaskan dan
dikembangkan melalui hubungan guru-siswa. Kaum Buddhis melakukan
meditasi sebagai bagian dari jalan menuju Pencerahan dan Nirwana.
Kata-kata yang paling dekat untuk menyebut meditasi dalam bahasa
klasik Buddhisme adalah bhavana dan jhana/dhyana. Teknik meditasi Buddhis
menjadi semakin populer di dunia, dengan banyak kaum non-Buddhis
melakukannya dengan berbagai alasan. Meditasi Buddhis meliputi berbagai
teknik meditasi yang bertujuan untuk mengembangkan kesadaran, konsentrasi,
kekuatan supra-duniawi, ketenangan, dan wawasan.
6
Lenyapnya seluruh penderitaan adalah tujuan pertama dari meditasi,
maka pencapaian perasaan yang positif adalah tujuan yang kedua, dan tujuan
yang ketiga adalah pemusatan pikiran (konsentrasi) dan pandangan terang,
serta kebebasan atau tidak terikat. Konsentrasi (pemusatan pikiran) adalah
kemampuan untuk memegang pemusatan perhatian dengan kuat pada suatu
objek tertentu dalam masa waktu yang diperpanjang.
7
2.6 Cara atau teknik dari meditasi
Di dalam delapan jalan utama no.7 disebutkan tentang: Perhatian yang benar,
yang dinamai juga Empat Dasar Kesadaran (Sattipatthana). Keempat bagian
dari Empat Dasar Kesadaran itu adalah:
Kesadaran terhadap jasmani, kesadaran ini terbagi menjadi 6 bagian:
Kesadaran terhadap pernafasan
Kesadaran terhadapsikap badan
Kesadaran terhadap gerakan badan
Kesadaran terhadap proses yang mengerikan
Kesadaran terhadap unsur-unsur materi
Kesadaran terhadap kekotoran badan
Kesadaran terhadap perasaan
Kesadaran terhadap pikiran
Kesadaran terhadap bentuk-bentuk pikiran[5]
Dalam ajaran Buddha, kesadaran sejati merupakan dasar dari hidup yang
baik yang tidak boleh ditinggalkan dimanapun, dan kapanpun oleh setiap
orang. Hal ini merupakan syarat pokok bagi semua, bukan hanya pengikut Sang
Buddha, akan tetapi untuk mereka juga yang ingin berusaha mengatur dan
mengendalikan (menguasai) pikirannya yang sangat sulit dikendalikan juga
bagi mereka yang sungguh-sungguh ingin memperkembangkan kecakapannya
yang masih terpendam sehingga dapat mencapai kebahagiaan yang besar.
Teknik untuk meditasi bervariasi antara sekolah yang berbeda pemikiran
- misalnya, ada ratusan metode tradisional untuk
mencapai kesadaran (keadaan pikiran di mana Anda sangat menyadari saat ini
dan jauh dari pikiran Anda sendiri) dan ada ribuan jiwa visualisasi yang
digunakan dalam meditasi. Berbagai bentuk meditasi yang dirancang untuk
mengembangkan karakteristik yang diinginkan berbeda: konsentrasi, cinta
kasih, belas kasih, kebijaksanaan, kebebasan dan sebagainya. Banyak teknik
yang umum namun, seperti fokus pada pernapasan sebagai sarana untuk
mencapai ketenangan dan kesadaran.
Metode ini, dikenal sebagai anapanasati telah direkomendasikan sebagai
metode dengan sendirinya untuk mencapai nirwana.
8
Teknik ini biasanya melibatkan duduk dengan nyaman, punggung lurus
dan tanpa kesulitan bernapas. meditator bernafas normal, mengamati napas
mereka dan hanya menjadi sadar dari mereka. Tidak ada usaha dibuat untuk
mengatur, hanya untuk mengamati dan menjadi sadar akan tubuh dan
fungsinya. Sementara itu meditator terlatih untuk fokus pada menghilangkan
pikiran. Untuk seorang meditator terlatih, pikiran terus menerus akan
mematahkan ketenangan meditasi, tapi dengan latihan, ketenangan mental
yang benar dapat dicapai. Sementara ini menyederhanakan, tujuan utamanya
adalah untuk menghilangkan pikiran dan menjernihkan pikiran melalui
serangkaian tahapan untuk mencapai nirwana
Meditasi dalam Buddha ada dua macam, pertama meditasi yang disebut
Samatha-Bhavana yaitu meditasi untuk mencapai ketenangan hidup. Meditasi
yang kedua adalah meditasi Vipassana-Bhavana, yaitu meditasi yang dapat
membersihkan kekotoran batin dan pikiran secara total, sehingga kita dapat
mencapai pandangan terang. Penulis akan menjelaskan lebih rinci di sub
dibawah ini.
9
Samatha Bhavana merupakan pengembangan batin yang bertujuan
untuk mencapai ketenangan. Dalam Samatha Bhavana, batin terutama pikiran
terpusat dan tertuju pada suatu obyek. Jadi pikiran tidak berhamburan ke segala
penjuru, pikiran tidak berkeliaran kesana kemari, pikiran tidak melamun dan
mengembara tanpa tujuan.
Obyeknya
Penghalangnya
10
Keempat puluh macam obyek meditasi itu adalah :
11
7. Marananussati = perenungan terhadap kematian
8. Kayagatasati = perenungan terhadap badan jasmani
9. Anapanasati = perenungan terhadap pernapasan
10. Upasamanussati = perenungan terhadap Nibbana atau Nirwana
D. Empat appamañña (empat keadaan yang tidak terbatas), yaitu :
1. Metta = cinta kasih yang universal, tanpa pamrih
2. Karuna = belas kasihan
3. Mudita = perasaan simpati
4. Upekkha = keseimbangan batin
E. Satu aharapatikulasanna (satu perenungan terhadap makanan yang
menjijikkan)
F. Satu catudhatuvavatthana (satu analisa terhadap keempat unsur yang ada
di dalam badan jasmani)
G. Empat arupa (empat perenungan tanpa materi), yaitu :
1. Kasinugaghatimakasapaññatti = obyek ruangan yang sudah keluar dari
kasina
2. Akasanancayatana-citta = obyek kesadaran yang tanpa batas
3. Natthibhavapaññati = obyek kekosongan
4. Akincaññayatana-citta = obyek bukan pencerapan pun tidak bukan
pencerapan
12
b. Sepuluh Asubha (sepuluh wujud kekotoran)
13
e. Satu aharapatikulassana (satu perenungan terhadap makanan yang
menjijikkan)
14
Sesungguhnya pikiran yang tenang bukanlah tujuan terakhir dari
meditasi. Ketenangan pikiran hanyalah salah satu keadaan yang diperlukan
untuk mengembangkan pandangan terang atau Vipassana Bhavana.
Vipassana Bhavana merupakan pengembangan batin yang bertujuan
untuk mencapai pandangan terang. Dengan melaksanakan Vipassana Bhavana,
kekotoran-kekotoran batin dapat disadari dan kemudian dibasmi sampai
keakar-akarnya, sehingga orang yang melakukan Vipassana Bhavana dapat
melihat hidup dan kehidupan ini dengan sewajarnya, bahwa hidup ini
dicengkeram oleh anicca (ketidak-kekalan), dukkha (derita), dan anatta (tanpa
aku yang kekal). Dengan demikian, Vipassana Bhavana dapat menuju ke arah
pembersihan batin, pembebasan sempurna, pencapaian Nibbana.
Sesungguhnya "dalam kitab suci telah ditulis bahwa hanya dengan
pandangan terang inilah kita dapat menyucikan diri kita, dan tidak dengan jalan
lain".
Dalam melaksanakan Vipassana Bhavana, obyeknya adalah nama dan
rupa (batin dan materi), atau pancakhandha (lima kelompok faktor kehidupan).
Ini dilakukan dengan memperhatikan gerak-gerik nama dan rupa terus
menerus, sehingga dapat melihat dengan nyata bahwa nama dan rupa itu
dicengkeram oleh anicca (ketidak-kekalan), dukkha (derita), dan anatta (tanpa
aku).
Pancakkhandha (lima kelompok faktor kehidupan) terdiri atas :
1. Rupa-khandha (kelompok jasmani)
2. vedana-khandha (kelompok perasaan)
3. sañña-khandha (kelompok pencerapan)
4. sankhara-khandha (kelompok bentuk pikiran)
5. viññana-khandha (kelompok kesadaran). Sesungguhnya, yang
disebut pancakkhandha itu adalah makhluk.
Empat macam satipatthana (empat macam perenungan) terdiri atas :
1. kaya-nupassana (perenungan terhadap badan jasmani)
2. vedana-nupassana (perenungan terhadap perasaan)
3. citta-nupassana (perenungan terhadap pikiran
15
4. Dhamma-nupassana (perenungan terhadap bentuk-bentuk
pikiran).
Empat macam satipatthana itu adalah pancakkhandha, atau nama dan
rupa itu sendiri.
1. Kaya nupassana adalah rupa-khandha
2. Vedana-nupassana adalah vedana-khandha
3. Citta-nupassana adalah Viññana-khandha
4. Dhamma-nupassana adalah pancakkhandha.
16
sederhana, dengan menyadari timbul dan tenggelamnya bentuk kehidupan
setiap saat.
17
Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari lima macam
rintangan (nivarana) ialah bahwa apabila di dalam diri orang yang
bermeditasi timbul nafsu keinginan, kemauan jahat, kemalasan dan
kelelahan, kegelisahan dan kekhawatiran, atau keragu-raguan, maka hal itu
harus disadari. Demikian pula apabila nivarana itu tidak ada di dalam
dirinya, maka hal itu pun harus disadari. Ia tahu bagaimana bentuk-bentuk
pikiran itu datang dan timbul. Ia tahu bagaimana sekali timbul, bentuk-
bentuk pikiran itu ditaklukkan. Ia tahu bahwa sekali ditaklukkan, bentuk-
bentuk pikiran itu tidak akan timbul lagi kemudian.
Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari lima kelompok faktor
kehidupan (pancakkhandha) ialah dengan menyadari bahwa inilah bentuk
jasmani, inilah perasaan, inilah pencerapan, inilah bentuk pikiran, inilah
kesadaran. Ia tahu bagaimana caranya timbul dan bagaimana caranya
lenyap.
Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari enam landasan
indriya dalam dan luar (dua bleas ayatana) ialah dengan menyadari bahwa
inilah mata dan obyek bentuk, inilah telinga dan obyek suara, inilah hidung
dan obyek bau, inilah lidah dan obyek kecapan, inilah badan dan obyek
sentuhan, inilah pikiran dan obyek pikiran. Ia tahu akan belenggu-belenggu
yang timbul dalam hubungan dengan semua itu. Ia tahu bagaimana cara
menaklukkan belenggu-belenggu itu. Ia tahu bagaimana caranya supaya
belenggu yang telah dibuang itu tidak timbul lagi kemudian.
Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari tujuh faktor
Penerangan Agung (Satta Bojjhanga) ialah apabila di dalam diri orang yang
bermeditasi timbul kesadaran (sati), penyelidikan Dhamma yang mendalam
(Dhamma-Vicaya), tenaga (viriya), kegiuran (piti), ketenangan (passadhi),
pemusatan pikiran (samadhi), atau keseimbangan (upekkha), maka hal itu
harus disadari. Ia tahu bilamana keadaan-keadaan ini tidak ada di dalam
dirinya. Ia tahu bagaimana cara timbulnya, dan bagaimana cara
mengembangkannya dengan sempurna.
Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari Empat Kesunyataan
Mulia (Cattari Ariya Saccani) ialah dengan menyadari berdasarkan
18
kesunyataan bahwa inilah penderitaan, inilah asal mula dari penderitaan,
inilah pemadaman dari penderitaan, inilah jalan menuju pemadaman dari
penderitaan. Ia merenungkan masalah-masalah yang timbul dan hancur dari
bentuk-bentuk pikiran. Akhirnya, ia hidup bebas tanpa ikatan dalam dunia
ini.
19
5. Saddha, ialah keyakinan yang kuat dan harapan agar setiap orang juga
seperti dirinya.
6. Paggaha, ialah usaha yang terlalu giat, yang lebih daripada semestinya.
7. Upatthana, ialah ingatan yang tajam, yang sering timbul dan mengganggu
perkembangan kesadaran, karena tidak memperhatikan saat yang sekarang
ini.
8. Ñana, ialah pengetahuan yang sering timbul dan mengganggu jalannya
praktek meditasi.
9. Upekkha, ialah keseimbangan batin, dimana pikiran tidak mau bergerak
untuk menyadari proses-proses yang timbul.
10. Nikanti, ialah perasaan puas terhadap obyek-obyek.
Sepuluh macam vipassanupakilesa ini biasanya timbul dalam perkembangan
Sammasana-Ñana, yaitu ñana yang ketiga
20
4. Tempat meditasi yang sering digunakan pada zaman Sang Buddha adalah
hutan.
5. Meditasi juga dapat dilakukan dibawah pohon yang rindang, gua, alam
terbuka, kuburan, taman atau kuti yang jauh dari kota.
6. Diantara tempat-tempat tersebut diatas yang paling ideal adalah hutan
21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Meditasi (bhavana) berarti pengembangan batin. Meditasi ada dua macam,
pertama yaitu Samatha Bavhana yang tujuannya untuk mencapai ketenangan
batin, yang kedua adalah Vipassana Bhavana yang bertujuan untuk mencapai
pandangan terang. Orang yang bermeditasi sering mendapat gangguan atau
rintangan yang berupa sepuluh palibodha, lima nivarana, dan sepuluh
vipassanupakilesa. Oleh karena itu perlu banyak kesabaran, semangat, dan
tekad kuat dalam melakukan meditasi. Tujuan terakhir meditasi adalah sama
dengan tujuan akhir dari Buddha Dharma, yaitu untuk mencapai Nirwana, dan
menghapuskan, dan diluar bentuk-bentuk pengalaman manusia biasa.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://buddhaschool.blogspot.co.id/2011/04/40-objek-samatha-meditasi.html
diakses pada tanggal 25 Januari 2018
http://syafiqahmad4.blogspot.co.id/2013/05/meditasi.html
diakses pada tanggal 25 Agustus 2018
http://vitriastuti12.blogspot.co.id/2013/05/meditasi-dalam-agama-buddha.html
diakses pada tanggal 25 Januari 2018
https://id.wikipedia.org/wiki/Meditasi_Buddhis
diakses pada tanggal 25 Januari 2018
http://pak-diyon.blogspot.co.id/2012/01/cara-meditasi.html
diakses pada tanggal 25 Januari 2018
https://www.facebook.com/notes/artikel-buddhis/buku-buddhis-5-meditasi-
pernafasan-oleh-upasaka-dhyanasukha/402713128705/
diakses pada tanggal 26 Januari 2018
http://toni-setiawan-lin.blogspot.co.id/2015/01/dua-jenis-meditasi-dalam-agama-
buddha.html
diakses pada tanggal 26 Januari 2018
https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/meditasi-buddhis/
diakses pada tanggal 26 Januari 2018
iii