Anda di halaman 1dari 26

Meditasi Buddhis

Disusun oleh :

Irvine Valiant Fanthony 03041281722032

TEKNIK ELEKTRO (B)


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 3

BAB II ISI ............................................................................................................... 4

2.1 Pengertian Meditasi Secara Umum ............................................................... 4

2.2 Pengertian Meditasi Buddhis......................................................................... 6

2.3 Tujuan Dari Meditasi Buddhis ...................................................................... 6

2.4 Macam – Macam Meditasi Buddhis .............................................................. 7

2.5 Persiapan Meditasi ........................................................................................ 7

2.6 Cara atau teknik dari meditasi ....................................................................... 8

2.7 Meditasi untuk mencapai ketenangan batin (Meditasi Samatha-Bhavana) ... 9

2.8 Meditasi untuk mencapai pandangan terang (Meditasi Vipassana-


Bhavana)……………………………..………………………………………..14

2.9 Hal-hal Yang Mendukung Meditasi ............................................................ 20

2.10 Manfaat Meditasi ....................................................................................... 21

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 22

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iii

i
KATA PENGANTAR
Namo Sanghyang Adi Buddhaya,
Namo Buddhaya

Puji syukur penulis panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat pancaran sinar cinta kasih dan kasih sayang-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang “Meditasi Buddhis” ini dengan baik sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.
Pada kesempatan ini penulis menghanturkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Romo Drs.Darwis Hidayat, M.M selaku dosen pengampu mata kuliah
Agama Buddha.
2. Pihak pengurus perpustakaan yang meminjamkan buku-buku sebagai
referensi
3. Pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini yang tidak
dapat di sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dalam penyusunan makalah
ini, sehingga sangat membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah yang akan datang.

Palembang, 25 Januari 2018

Penyusun

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak diantara kita yang telah mendengar mengenai meditasi, ada
yang telah memahami dan melatihnya dengan tekun, ada yang baru mencoba
untuk berlatih dan ada pula yang baru sekedar mendengar dan mulai tertarik
untuk mengetahui lebih lanjut. Isi buku yang sederhana ini tidak saja berguna
bagi mereka yang sekedar ingin mengetahui tetapi justru terutama sangat
bermanfaat bagi mereka yang ingin berlatih meditasi dengan sungguh-
sungguh.
Dalam jaman modern sekarang ini, yagn diwarnai dengan tingkat
aktivitas yagn tinggi, selalu serba cepat, serba banyak, serba lebih dari yang
lain ternyata mempunyai dampak yang kurang baikbagi keadaan batin dan
ketenangan hidup kita. Sehingga banyak diantara kita yang hidup dalam
keadaan tegang, penuh khawatir, tidak bisa tidur dan mengakibatkan berbagai
penyakit seperti sakit lambung, tekanan darah tinggi, sakit jantung, dan
lainnya.
Meditasi, sebagai suatu seni untuk menentramkan batin merupakan
suatu ilmu yag sudah kuno, yagn berakar lebih dari 3000 tahun yagn silam pada
peradaban awal di lembah sungai Indus, yang sekarang dikenal sebagai India.
Walaupun kuni, ternayata meditasi merupakan suatu alternatif yang jauh lebih
baik bila dibandingkan dengan berbagai macam obat penenang, dan obat tidur
yang umunya mengakibatkan ketergantungan atau kecantduan yang parah.
Bahkan lebih daripada itu, meditasi yang dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh akan membuat si pelaksana hidup lebih wajar, lebih
tenteram, dan lebih gembira. Ia akan memiliki sikap hidup yang positif, lebih
toleran, lebih tangguh, dan lebih tabah. Berbeda dengan berlatih olahraga,
latihan meditasi tidakmempunyai suatu target yang harus dicapai, tetapi
memerlukan ketekunan yang luar biasa.

1
Dalam agama Buddha kata meditasi dipergunakan sebagai sinonim dari
semadi (samadhi) dan pengembangan batin (bhavana). Tradisi meditasi sudah
dikenal pada zaman sebelum Buddha Gotama. Buddha sendiri menyatakan
bahwa ia mendapat pelajaran dari dua orang brahmana yang terkenal yaitu
Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta, dan Gotama dapat menguasai semua
teknik yoga hingga berhasil mencapai konsentrasi tingkat tertinggi menyamai
sang guru. Semadi benar didefinisikan sebagai pikiran yang baik, yaitu
kesadaran (citta) dan corak batin (cetasika) yang baik, terpusat dengan mapan
pada satu objek.
Semadi memiliki karakteristik (lakkhana) pikiran yang tidak kacau,
tidak terganggu, memiliki fungsi (rasa) mengatasi kekacauan, menyebabkan
tercapainya ketenangan. Manifestasinya (paccupatthana) tidak bergelombang.
Sebab yang terdekat menimbulkan (padatthana) pemusatan pikiran adalah
kebahagiaan. “Dengan merasa bahagia, pikirannya menjadi terpusat” (D. I,73).
Namun, pikiran yang baik (suci) lebih baik daripada terpusat, karena walaupun
terpusat (penuh konsentrasi), pikiran yang buruk menghasilkan semadi yang
salah.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Pengertian dari meditasi secara umum ?
1.2.2 Pengertian meditasi Buddhis ?
1.2.3 Apa tujuan dari meditasi Buddhis
1.2.4 Apa macam meditasi Buddhis ?
1.2.5 Apa saja yang perlu dipersiapkan untuk melakukan meditasi Buddhis ?
1.2.6 Bagaimana Cara untuk melakukan meditasi Buddhis?
1.2.7 Apa itu Meditasi Samatha-Bhavana ?
1.2.8 Apa itu Meditasi Vipassama-Bhavana ?
1.2.9 Apa saja hal – hal yang mendukung meditasi Buddhis ?
1.2.10 Apa manfaat meditasi Buddhis ?

2
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian dari meditasi secara umum ?
1.3.2 Mengetahui Pengertian meditasi Buddhis ?
1.3.3 Mengetahui tujuan dari meditasi Buddhis
1.3.4 Mengetahui macam meditasi Buddhis ?
1.3.5 Mengetahui Apa yang perlu dipersiapkan untuk melakukan meditasi
Buddhis ?
1.3.6 Mengetahui Cara untuk melakukan meditasi Buddhis?
1.3.7 Mengetahui Meditasi Samatha-Bhavana ?
1.3.8 Mengetahui Meditasi Vipassama-Bhavana ?
1.3.9 Mengetahui hal – hal yang mendukung meditasi Buddhis ?
1.3.10 Mengetahui manfaat dari meditasi Buddhis ?

3
BAB II ISI
2.1 Pengertian Meditasi Secara Umum
Meditasi, terkadang disebut juga semadi, adalah praktik relaksasi yang
melibatkan pelepasan pikiran dari semua hal yang menarik, membebani,
maupun mencemaskan dalam hidup kita sehari-hari. Makna harfiahmeditasi
adalah kegiatan mengunyah-unyah atau membolak-balik dalam pikiran,
memikirkan, merenungkan. Arti definisinya, meditasi adalah kegiatan mental
terstruktur, dilakukan selama jangka waktu tertentu, untuk menganalisis,
menarik kesimpulan, dan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk
menyikapi, menentukan tindakan atau penyelesaian masalah pribadi, hidup,
dan perilaku.
Dengan kata lain, meditasi melepaskan kita dari penderitaan pemikiran
baik dan buruk yang sangat subjektif yang secara proporsional berhubungan
langsung dengan kelekatan kita terhadap pikiran dan penilaian tertentu. Kita
mulai paham bahwa hidup merupakan serangkaian pemikiran, penilaian, dan
pelepasan subjektif yang tiada habisnya yang secara intuitif mulai kita
lepaskan. Dalam keadaan pikiran yang bebas dari aktivitas berpikir, ternyata
manusia tidak mati, tidak juga pingsan, dan tetap sadar.
Guru terbaik untuk meditasi adalah pengalaman. Tidak ada
guru, seminar, atau buku-buku meditasi yang dapat mengajarkan secara pasti
bagaimana seharusnya kita melakukan hidup bermeditasi.
Setiap orang dapat secara bebas memberikan nilai-nilai tersendiri tentang arti
meditasi bagi kehidupannya Oleh karena hanya dengan mempraktikkan semadi
dalam hidup, orang bisa merasakan manfaat suatu perjalanan semadi. Ada
banyak arti tentang semadi, di antaranya adalah:
1. Jalan untuk masuk dalam kesadaran jiwa.
2. Jalan untuk introspeksi diri.
3. Jalan untuk berkomunikasi dengan sang pencipta.

4
4. Jalan untuk mengubah hidup.
5. Jalan untuk meraih ketenangan batin.

5
2.2 Pengertian Meditasi Buddhis
Meditasi Buddhis (Pali: bhavana) mengacu pada praktik meditasi yang
terkait dengan agama dan falsafah Buddha. Teknik meditasi inti telah
dituliskan dalam teks-teks Buddhis kuno dan telah disebarluaskan dan
dikembangkan melalui hubungan guru-siswa. Kaum Buddhis melakukan
meditasi sebagai bagian dari jalan menuju Pencerahan dan Nirwana.
Kata-kata yang paling dekat untuk menyebut meditasi dalam bahasa
klasik Buddhisme adalah bhavana dan jhana/dhyana. Teknik meditasi Buddhis
menjadi semakin populer di dunia, dengan banyak kaum non-Buddhis
melakukannya dengan berbagai alasan. Meditasi Buddhis meliputi berbagai
teknik meditasi yang bertujuan untuk mengembangkan kesadaran, konsentrasi,
kekuatan supra-duniawi, ketenangan, dan wawasan.

2.3 Tujuan Dari Meditasi Buddhis


Sebelum kita membahas tentang pembagian meditasi, kita juga perlu
mengetahui tujuan dari meditasi itu sendiri. Karena dengan adanya tujuan, kita
dapat mengetahui kenapa orang-orang budha sering melakukan praktek
meditasi.
Tujuan terakhir meditasi adalah sama dengan tujuan akhir dari Buddha
Dharma, yaitu untuk mencapai Nirwana, dan menghapuskan, dan diluar
bentuk-bentuk pengalaman manusia biasa. Oleh karena itu mereka tidak
banyak membicarakan tentang Nirwana sebelum mendapat kemajuan untuk
mencapainya sendiri, sebagai suatu jalan yang langsung diluar pemikiran
logika dan rasa pencerapan. Akan tetapi dalam agama Buddha lebih banyak
mengarahkan pelajarannya pada dua macam yang lebih penting, langsung,
nyata, dan dapat dibuktikan kebenarannya berdasarkan pengalaman. Pertama
adalah pemeliharaan serta bertambahnya dan berkembangnya perasaan-
perasaan yang positif dan mulia, seperti: cinta kasih, kasih sayang, kesucian
batin, keseimbangan, dan perasaan simpati pada orang lain. Dan yang kedua
adalah melenyapkan kelobaan, kebencian, kegelapan batin, kesombongan,
nafsu-nafsu, dan semua perasaan negatif (buruk).

6
Lenyapnya seluruh penderitaan adalah tujuan pertama dari meditasi,
maka pencapaian perasaan yang positif adalah tujuan yang kedua, dan tujuan
yang ketiga adalah pemusatan pikiran (konsentrasi) dan pandangan terang,
serta kebebasan atau tidak terikat. Konsentrasi (pemusatan pikiran) adalah
kemampuan untuk memegang pemusatan perhatian dengan kuat pada suatu
objek tertentu dalam masa waktu yang diperpanjang.

2.4 Macam – Macam Meditasi Buddhis


Meditasi Buddhis ada dua macam yakni, sebagai berikut:
1. Meditasi Samatha-Bhavana yakni meditasi untuk mencapai keterangan
hidup. Dalam abad nuklir ini, dimana kehidupan terasa semakinkeras dan
kompleks, memang sangat dibutuhkan meditasi samatha bhavana ini,
untuk menghilangkan stress, frustasi dan untuk menciptakan ketenangan
batin.
2. Meditasi Vipassana-Bhavana, yakni mediatsi yang dapat membersihkan
kekotoran bathin dan pikiran secara total, sehingga kita dapat mencapai
pandangan terang.

2.5 Persiapan Meditasi


Dalam melakukan meditasi harus ada persiapan terlebih dahulu. Usaha yang
pertama dalam latihan meditasi adalah menenangkan pikiran, memperbesar
kebebasan dan mempertinggi ketelitian.dengan keadaan pikiran yang bebas
dan objektif, serta diikuti oleh pandangan terang, barulah dapat dengan siap
sedia menghadapi dan melenyapkan perasaan-perasaan yang negatif. Menurut
mereka, terkait dengan kehidupan yang serba modern sekarang ini banyak
mengandung segi-segi yang dapat merintangi dalam latihan dan kemajuan
meditasi, yaitu:
 Rintangan yang berbentuk kejiwaan,
 Materi,
 Keadaan sosial.

7
2.6 Cara atau teknik dari meditasi
Di dalam delapan jalan utama no.7 disebutkan tentang: Perhatian yang benar,
yang dinamai juga Empat Dasar Kesadaran (Sattipatthana). Keempat bagian
dari Empat Dasar Kesadaran itu adalah:
 Kesadaran terhadap jasmani, kesadaran ini terbagi menjadi 6 bagian:
Kesadaran terhadap pernafasan
Kesadaran terhadapsikap badan
Kesadaran terhadap gerakan badan
Kesadaran terhadap proses yang mengerikan
Kesadaran terhadap unsur-unsur materi
Kesadaran terhadap kekotoran badan
 Kesadaran terhadap perasaan
 Kesadaran terhadap pikiran
 Kesadaran terhadap bentuk-bentuk pikiran[5]
Dalam ajaran Buddha, kesadaran sejati merupakan dasar dari hidup yang
baik yang tidak boleh ditinggalkan dimanapun, dan kapanpun oleh setiap
orang. Hal ini merupakan syarat pokok bagi semua, bukan hanya pengikut Sang
Buddha, akan tetapi untuk mereka juga yang ingin berusaha mengatur dan
mengendalikan (menguasai) pikirannya yang sangat sulit dikendalikan juga
bagi mereka yang sungguh-sungguh ingin memperkembangkan kecakapannya
yang masih terpendam sehingga dapat mencapai kebahagiaan yang besar.
Teknik untuk meditasi bervariasi antara sekolah yang berbeda pemikiran
- misalnya, ada ratusan metode tradisional untuk
mencapai kesadaran (keadaan pikiran di mana Anda sangat menyadari saat ini
dan jauh dari pikiran Anda sendiri) dan ada ribuan jiwa visualisasi yang
digunakan dalam meditasi. Berbagai bentuk meditasi yang dirancang untuk
mengembangkan karakteristik yang diinginkan berbeda: konsentrasi, cinta
kasih, belas kasih, kebijaksanaan, kebebasan dan sebagainya. Banyak teknik
yang umum namun, seperti fokus pada pernapasan sebagai sarana untuk
mencapai ketenangan dan kesadaran.
Metode ini, dikenal sebagai anapanasati telah direkomendasikan sebagai
metode dengan sendirinya untuk mencapai nirwana.

8
Teknik ini biasanya melibatkan duduk dengan nyaman, punggung lurus
dan tanpa kesulitan bernapas. meditator bernafas normal, mengamati napas
mereka dan hanya menjadi sadar dari mereka. Tidak ada usaha dibuat untuk
mengatur, hanya untuk mengamati dan menjadi sadar akan tubuh dan
fungsinya. Sementara itu meditator terlatih untuk fokus pada menghilangkan
pikiran. Untuk seorang meditator terlatih, pikiran terus menerus akan
mematahkan ketenangan meditasi, tapi dengan latihan, ketenangan mental
yang benar dapat dicapai. Sementara ini menyederhanakan, tujuan utamanya
adalah untuk menghilangkan pikiran dan menjernihkan pikiran melalui
serangkaian tahapan untuk mencapai nirwana
Meditasi dalam Buddha ada dua macam, pertama meditasi yang disebut
Samatha-Bhavana yaitu meditasi untuk mencapai ketenangan hidup. Meditasi
yang kedua adalah meditasi Vipassana-Bhavana, yaitu meditasi yang dapat
membersihkan kekotoran batin dan pikiran secara total, sehingga kita dapat
mencapai pandangan terang. Penulis akan menjelaskan lebih rinci di sub
dibawah ini.

2.7 Meditasi untuk mencapai ketenangan batin (Meditasi Samatha-


Bhavana)
Meditasi pengembangan ketenangan (samatha bhavana) menghasilkan
pencapaian jhana-jhana dan kekuatan batin, namun tidak dapat menghilangkan
kotoran batin secara menyeluruh. Samatha bhavana artinya pengembangan
ketenangan bathin, atau dengan sebutan lain yaitu samatha –kammatthana
artinya ketenangan batin sebagai tujuan dari meditasi/samadhi dengan memilih
salah satu dari 40 objek dan diantaranya yang terbaik bagi mereka yang
pertama kali melatih Samatha Bhavana ialah memakai objek Metta.

9
Samatha Bhavana merupakan pengembangan batin yang bertujuan
untuk mencapai ketenangan. Dalam Samatha Bhavana, batin terutama pikiran
terpusat dan tertuju pada suatu obyek. Jadi pikiran tidak berhamburan ke segala
penjuru, pikiran tidak berkeliaran kesana kemari, pikiran tidak melamun dan
mengembara tanpa tujuan.

Dengan melaksanakan Samatha Bhavana, rintangan-rintangan batin


tidak dapat dilenyapkan secara menyeluruh. Jadi kekotoran batin hanya dapat
diendapkan, seperti batu besar yang menekan rumput hingga tertidur di tanah.
Dengan demikian,Samatha Bhavana hanya dapat mencapai tingkat-tingkat
konsentrasi yang disebut jhana-jhana, dan mencapai berbagai kekuatan batin.

Obyeknya

Obyek yang dipakai dalam Samatha Bhavana ada 40 macam. Obyek-


obyek itu adalah sepuluh kasina, sepuluh asubha, sepuluh anussati, empat
appamañña, satu aharapatikulasañña, satu catudhatuvavatthana, dan empat
arupa. Sebaliknya, obyek yang dipakai dalam Vipassana Bhavana adalah nama
dan rupa (batin dan materi), atau empat satipatthana.

Penghalangnya

Dalam melaksanakan Samatha Bhavana, pada umumnya orang yang


bermeditasi sering mendapat gangguan atau halangan atau rintangan, yaitu
lima nivarana dan sepuluh palibodha. Dalam melaksanakan Vipassana
Bhavana, terdapat pula rintangan-rintangan yang dapat menghambat
perkembangan pandangan terang, yang disebut sepuluh vipassanupakilesa.

Dalam Samatha Bhavana ada 40 macam obyek meditasi. Obyek-obyek


meditasi ini dapat dipilih salah satu yang kiranya cocok dengan sifat atau
pribadi seseorang. Pemilihan ini dimaksudkan untuk membantu mempercepat
perkembangannya. Pemilihan sebaiknya dilakukan dengan bantuan seorang
guru.

10
Keempat puluh macam obyek meditasi itu adalah :

A. Sepuluh kasina (sepuluh wujud benda), yaitu :


1. Pathavi kasina = wujud tanah
2. Apo kasina = wujud air
3. Teja kasina = wujud api
4. Vayo kasina = wujud udara atau angina
5. Nila kasina = wujud warna biru
6. Pita kasina = wujud warna kuning
7. Lohita kasina = wujud warna merah
8. Odata kasina = wujud warna putih
9. Aloka kasina = wujud cahaya
10. .Akasa kasina = wujud ruangan terbatas

B. Sepuluh asubha (sepuluh wujud kekotoran), yaitu :

1. Uddhumataka = wujud mayat yang membengkak


2. Vinilaka = wujud mayat yang berwarna kebiru-biruan
3. Vipubbaka = wujud mayat yang bernanah
4. Vicchiddaka = wujud mayat yang terbelah di tengahnya
5. Vikkahayitaka = wujud mayat yang digerogoti binatang-binatang
6. Vikkhittaka = wujud mayat yang telah hancur lebur
7. Hatavikkhittaka = wujud mayat yang busuk dan hancur
8. Lohitaka = wujud mayat yang berlumuran darah
9. Puluvaka = wujud mayat yang dikerubungi belatung
10. Atthika = wujud tengkorak

C. Sepuluh anussati (sepuluh macam perenungan), yaitu :

1. Buddhanussati = perenungan terhadap Buddha


2. Dhammanussati = perenungan terhadap Dhamma
3. Sanghanussati = perenungan terhadap Sangha
4. Silanussati = perenungan terhadap sila
5. Caganussati = perenungan terhadap kebajikan
6. Devatanussati = perenungan terhadap makhluk-makhluk agung atau
para dewa

11
7. Marananussati = perenungan terhadap kematian
8. Kayagatasati = perenungan terhadap badan jasmani
9. Anapanasati = perenungan terhadap pernapasan
10. Upasamanussati = perenungan terhadap Nibbana atau Nirwana
D. Empat appamañña (empat keadaan yang tidak terbatas), yaitu :
1. Metta = cinta kasih yang universal, tanpa pamrih
2. Karuna = belas kasihan
3. Mudita = perasaan simpati
4. Upekkha = keseimbangan batin
E. Satu aharapatikulasanna (satu perenungan terhadap makanan yang
menjijikkan)
F. Satu catudhatuvavatthana (satu analisa terhadap keempat unsur yang ada
di dalam badan jasmani)
G. Empat arupa (empat perenungan tanpa materi), yaitu :
1. Kasinugaghatimakasapaññatti = obyek ruangan yang sudah keluar dari
kasina
2. Akasanancayatana-citta = obyek kesadaran yang tanpa batas
3. Natthibhavapaññati = obyek kekosongan
4. Akincaññayatana-citta = obyek bukan pencerapan pun tidak bukan
pencerapan

a. Sepuluh Kasina (sepuluh wujud benda)

Dalam kasina tanah, dapat dipakai kebun yang baru


dicangkul atau segumpal tanah yang dibulatkan.dalam kasina air
dapat dipakai sebuah telaga atau air yang ada dalam ember. Dalam
kasina api, dapat diakai api yang menyala didepannya diletakkan
seng yang berlubang. Dalam kasina angin dapat dipakai angin yang
berhembus dari pohon-pohon atau di badan. Dalam kasina warna,
dapat dipakai benda-benda yang berwarna. Dalam kasina cahaya,
dapat dipakai cahaya matahari atau bulan yang memantul di dinding
atau dilantai melalui cahaya matahari. Dan dalam kasina ruangan
terbatas, dapat dipakai ruagan kosong yang mempunyai batas-batas
di sekeliling.

12
b. Sepuluh Asubha (sepuluh wujud kekotoran)

Dalam sepuluh asubha ini orang melihat atau


membayangkan sesosok tubuh yang telah menjadi mayat diturunkan
ke dalam lubang kuburan, membengkak, membiru, bernanah,
terbelah ditengahya, dikoyak oleh burung gagak atau serigala,
hancur dan membusuk, berlumuran darah, dikerubungi oleh lalat
dan belatung, dan akhirnya menjadi tengkorak. Selanjutnya ia
menarik kesimpulan terhadap badannya sendiri, “Badanku ini juga
mempunyai sifat-sifat itu sebagai kodratnya, tidak dapaat dihindari.”

c. Sepuluh Anussati (sepuluh macam perenungan)

Dalam Buddhanussati direnungkan 9 sifat Buddha, yaitu:


Maha suci, telah mencapai penerangan sempurna, sempurna
pengetahuan dan tingkah lakunya, sempurna menempuh jalan ke
Nibbana, pengenal semua alam, pembimbing manusia yang tiada
taranya, guru para dewa dan manusia, yang sadar, yang patut
dimuliakan. Dan ditambah lagi dalam kayagatasi, yang
merenungkan 32 bagian tubuh, dalam anapanasati merenungkan
keluar masuknya nafas, dalam upasamanussati orang merenungkan
Nibbana atau Nirwana yang terbebas dari kekotoran batin,
hancurnya keinginan, putusnya lingkaran tumimbal lahir.

d. Empat appamanna (empat keadaan yang tidak terbatas)

Empat appamanna juga sering disebut dengan Brahma-


Vihara (kediaman yang luhur). Dalam melakukan metta-bhavana
seseorang harus mulai dari dirinya sendiri, karena tidak mungkin
dapat memancarkan cinta kasih sejati bila ia membenci dan
meremehkan dirinya sendiri.

13
e. Satu aharapatikulassana (satu perenungan terhadap makanan yang
menjijikkan)

Disini merenungkan bahwa makanan adalah barang yang


menjijikkan bila telah berada di dalam perut, direnungkan bahwa
apapun yang telah dimakan, diminum, dikunyah, semuanya akan
berakhir sebagai kotoran.

f. Satu catudhatuvavatthana (satu analisa terhadap keempat unsur yang


ada di dalam badan jasmani)

Disini direnungkan bahwa dalam badan jasmani terdapat


empat unsur materi, yaitu:

1) Pathavi-dhatu (unsur tanah atau unsur padat), ialah segala sesuatu


yang bersifat keras dan padat. Seperti: bulu badan, kuku, gigi, dll.
2) Apo-dhatu (unsur air atau cair)
3) Tejo-dhatu (unsur api atau unsur panas)
4) Vayo-dhatu (unsu angin atau unsur gerak)

g. Empat arupa (empat perenungan tanpa materi)

Disini membahas mengenai perenungan dengan ruangan


yang tidak terbatas dengan sambil membayangkan dan
mengarahkan perhatiannya pada kekosongan atau kehampaan dan
tidak ada apa-apanya dari kesadaran terhadap ruangan yang tanpa
batas itu.

2.8 Meditasi untuk mencapai pandangan terang (Meditasi Vipassana-


Bhavana)
Meditasi pengembangan pandangan terang (vipassana-bhavana)
merupakan jalan untuk menghilangkan semua kotoran batin, yang berpuncak
pada Nirwana atau berakhirnya duka. Vipassana bhavana sebutan lainnya yaitu
Vipassana-Kammatthana artinya pandangan terang sebagai tujuan dari
meditas/samadhi, tanpa memakai objek apapun, melainkan hanya perhatiannya
yang ditujukan kepada gerak-gerik jasmani dan rohani.

14
Sesungguhnya pikiran yang tenang bukanlah tujuan terakhir dari
meditasi. Ketenangan pikiran hanyalah salah satu keadaan yang diperlukan
untuk mengembangkan pandangan terang atau Vipassana Bhavana.
Vipassana Bhavana merupakan pengembangan batin yang bertujuan
untuk mencapai pandangan terang. Dengan melaksanakan Vipassana Bhavana,
kekotoran-kekotoran batin dapat disadari dan kemudian dibasmi sampai
keakar-akarnya, sehingga orang yang melakukan Vipassana Bhavana dapat
melihat hidup dan kehidupan ini dengan sewajarnya, bahwa hidup ini
dicengkeram oleh anicca (ketidak-kekalan), dukkha (derita), dan anatta (tanpa
aku yang kekal). Dengan demikian, Vipassana Bhavana dapat menuju ke arah
pembersihan batin, pembebasan sempurna, pencapaian Nibbana.
Sesungguhnya "dalam kitab suci telah ditulis bahwa hanya dengan
pandangan terang inilah kita dapat menyucikan diri kita, dan tidak dengan jalan
lain".
Dalam melaksanakan Vipassana Bhavana, obyeknya adalah nama dan
rupa (batin dan materi), atau pancakhandha (lima kelompok faktor kehidupan).
Ini dilakukan dengan memperhatikan gerak-gerik nama dan rupa terus
menerus, sehingga dapat melihat dengan nyata bahwa nama dan rupa itu
dicengkeram oleh anicca (ketidak-kekalan), dukkha (derita), dan anatta (tanpa
aku).
Pancakkhandha (lima kelompok faktor kehidupan) terdiri atas :
1. Rupa-khandha (kelompok jasmani)
2. vedana-khandha (kelompok perasaan)
3. sañña-khandha (kelompok pencerapan)
4. sankhara-khandha (kelompok bentuk pikiran)
5. viññana-khandha (kelompok kesadaran). Sesungguhnya, yang
disebut pancakkhandha itu adalah makhluk.
Empat macam satipatthana (empat macam perenungan) terdiri atas :
1. kaya-nupassana (perenungan terhadap badan jasmani)
2. vedana-nupassana (perenungan terhadap perasaan)
3. citta-nupassana (perenungan terhadap pikiran

15
4. Dhamma-nupassana (perenungan terhadap bentuk-bentuk
pikiran).
Empat macam satipatthana itu adalah pancakkhandha, atau nama dan
rupa itu sendiri.
1. Kaya nupassana adalah rupa-khandha
2. Vedana-nupassana adalah vedana-khandha
3. Citta-nupassana adalah Viññana-khandha
4. Dhamma-nupassana adalah pancakkhandha.

Sesungguhnya, yang akan berkembang dalam latihan Vipassana itu


ialah perhatian yang tajam dan kesadaran yang kuat. Kaya-nupassana
(perenungan terhadap badan jasmani). Salah satu contoh yang paling populer
dan praktis tentang meditasi dengan obyek badan jasmani ialah anapanasati
(menyadari keluar dan masuknya napas). Dalam anapanasati ini, tidak ada
tekanan atau paksaan pada pernapasan. Panjang atau pendeknya pernapasan
harus disadari, tetapi tidak dibuat-buat atau sengaja diatur. Jadi, bernapas
secara biasa dan wajar.
Walaupun menurut kebiasaan , kesadaran terhadap pernapasan itu pada
tingkat permulaan dianggap sebagai obyek untuk meditasi ketenangan
(Samatha Bhavana), yaitu untuk mengembangkan jhana-jhana, ia juga sangat
berguna untuk mengembangkan Pandangan Terang (Vipassana Bhavana).
Dalam pernapasan, yang dipakai sebagai suatu obyek perhatian murni, naik
turunnya gelombang kehidupan yang tidak kekal, yang timbul tenggelam ini,
dapat disadari dengan mudah.
Cara meditasi lain yang penting, praktis, dan berguna ialah sadar dan
waspada terhadap segala sesuatu yang dilakukan, ketika berjalan, berdiri,
duduk, atau berbaring, sewaktu membungkukkan dan melencangkan badan,
sewaktu melihat ke muka dan ke belakang, ketika berpakaian, makan, dan
minum, ketika buang kotoran dan kencing, ketika berbicara atau berdiam diri.
Di sini tidak dijalankan penyiksaan badan jasmani dengan maksud
untuk mengendalikan badan. Tetapi dipergunakan jalan tengah yang

16
sederhana, dengan menyadari timbul dan tenggelamnya bentuk kehidupan
setiap saat.

1. Vedana-nupassana (perenungan terhadap perasaan).


Di sini direnungkan perasaan yang sedang dialami secara obyektif, baik
perasaan senang, perasaan tidak senang, maupun perasaan yang acuh tak
acuh. Direnungkan keadaan perasaan yang sebenarnya, bagaimana ia
timbul, berlangsung, dan kemudian lenyap kembali.
Perasaan harus dikendalikan oleh akal dan kebijaksanaan, agar perasaan
itu tidak membangkitkan bermacam-macam bentuk emosi. Apabila
perasaan telah dapat diatasi dengan tepat, maka batin menjadi bebas, tidak
terikat oleh apapun di dalam dunia ini.
2. Citta-nupassana (perenungan terhadap pikiran).
Di sini direnungkan segala gerak-gerik pikiran. Apabila pikiran sedang
dihinggapi hawa nafsu atau terbebas daripadanya, maka hal itu harus
disadari. Pikiran harus diarahkan pada kenyataan hidup pada saat ini.
Masalah-masalah yang telah lewat atau hal-hal yang akan datang tidak
boleh dipikirkan pada saat ini. Betapa banyak tenaga yang terbuang
dengan percuma karena melamunkan keadaan-keadaan yang telah lalu dan
mengkhayalkan keadaan yang akan datang. Jadi, keadaan pikiran yang
sebenarnya harus diamat-amati, agar batin menjadi bebas dan tidak terikat.
3. Dhamma-nupassana (perenungan terhadap bentuk-bentuk pikiran).
Di sini direnungkan bentuk-bentuk pikiran dengan sewajarnya,
direnungkan bentuk-bentuk pikiran dari lima macam rintangan (nivarana),
direnungkan bentuk-bentuk pikiran dari lima kelompok faktor kehidupan
(pancakkhandha), direnungkan bentuk-bentuk pikiran dari enam landasan
indriya dalam dan luar (dua belas ayatana), direnungkan bentuk-bentuk
pikiran dari tujuh faktor Penerangan Agung (Satta Bojjhanga), dan
direnungkan bentuk-bentuk pikiran dari Empat Kesunyataan Mulia
(Cattari Ariya Saccani).

17
Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari lima macam
rintangan (nivarana) ialah bahwa apabila di dalam diri orang yang
bermeditasi timbul nafsu keinginan, kemauan jahat, kemalasan dan
kelelahan, kegelisahan dan kekhawatiran, atau keragu-raguan, maka hal itu
harus disadari. Demikian pula apabila nivarana itu tidak ada di dalam
dirinya, maka hal itu pun harus disadari. Ia tahu bagaimana bentuk-bentuk
pikiran itu datang dan timbul. Ia tahu bagaimana sekali timbul, bentuk-
bentuk pikiran itu ditaklukkan. Ia tahu bahwa sekali ditaklukkan, bentuk-
bentuk pikiran itu tidak akan timbul lagi kemudian.
Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari lima kelompok faktor
kehidupan (pancakkhandha) ialah dengan menyadari bahwa inilah bentuk
jasmani, inilah perasaan, inilah pencerapan, inilah bentuk pikiran, inilah
kesadaran. Ia tahu bagaimana caranya timbul dan bagaimana caranya
lenyap.
Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari enam landasan
indriya dalam dan luar (dua bleas ayatana) ialah dengan menyadari bahwa
inilah mata dan obyek bentuk, inilah telinga dan obyek suara, inilah hidung
dan obyek bau, inilah lidah dan obyek kecapan, inilah badan dan obyek
sentuhan, inilah pikiran dan obyek pikiran. Ia tahu akan belenggu-belenggu
yang timbul dalam hubungan dengan semua itu. Ia tahu bagaimana cara
menaklukkan belenggu-belenggu itu. Ia tahu bagaimana caranya supaya
belenggu yang telah dibuang itu tidak timbul lagi kemudian.
Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari tujuh faktor
Penerangan Agung (Satta Bojjhanga) ialah apabila di dalam diri orang yang
bermeditasi timbul kesadaran (sati), penyelidikan Dhamma yang mendalam
(Dhamma-Vicaya), tenaga (viriya), kegiuran (piti), ketenangan (passadhi),
pemusatan pikiran (samadhi), atau keseimbangan (upekkha), maka hal itu
harus disadari. Ia tahu bilamana keadaan-keadaan ini tidak ada di dalam
dirinya. Ia tahu bagaimana cara timbulnya, dan bagaimana cara
mengembangkannya dengan sempurna.
Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari Empat Kesunyataan
Mulia (Cattari Ariya Saccani) ialah dengan menyadari berdasarkan

18
kesunyataan bahwa inilah penderitaan, inilah asal mula dari penderitaan,
inilah pemadaman dari penderitaan, inilah jalan menuju pemadaman dari
penderitaan. Ia merenungkan masalah-masalah yang timbul dan hancur dari
bentuk-bentuk pikiran. Akhirnya, ia hidup bebas tanpa ikatan dalam dunia
ini.

Sepuluh macam Vipassanupakilesa


Vipassanupakilesa berarti kekotoran batin atau rintangan yang menghambat
perkembangan Pandangan Terang, di dalam melaksanakan Vipassana
Bhavana.
Vipassanupakilesa ini ada sepuluh macam, yaitu :
1. Obhasa, ialah sinar-sinar yang gemerlapan, yang bentuk dan keadaannya
bermacam-macam, yang kadang-kadang merupakan pemandangan yang
menyenangkan.
2. Piti, ialah kegiuran, yang merupakan perasaan yang nyaman dan nikmat.
Piti ini ada lima macam menurut keadaannya, yaitu :
a. Khudaka Piti, ialah kegiuran yang kecil, yang suasananya seperti
bulu badan yang terangkat atau merinding.
b. Khanika Piti, ialah kegiuran yang sepintas lalu menggerakkan
badan.
c. Okkantika Piti, ialah kegiuran yang menyeluruh, yang suasananya
meriang di seluruh badan, seperti ombak laut memecah di pantai.
d. Ubbonga Piti, ialah kegiuran yang mengangkat, yang suasananya
seolah-olah mengangkat badan naik ke udara.
e. Pharana Piti, ialah kegiuran yang menyerap seluruh badan, yang
suasananya seluruh badan seperti terserap oleh perasaan yang
menakjubkan.
3. Passadi, ialah ketenangan batin, yang seolah-olah orang telah mencapai
penerangan sejati.
4. Sukha, ialah perasaan yang berbahagia, yang seolah-olah orang telah bebas
dari penderitaan.

19
5. Saddha, ialah keyakinan yang kuat dan harapan agar setiap orang juga
seperti dirinya.
6. Paggaha, ialah usaha yang terlalu giat, yang lebih daripada semestinya.
7. Upatthana, ialah ingatan yang tajam, yang sering timbul dan mengganggu
perkembangan kesadaran, karena tidak memperhatikan saat yang sekarang
ini.
8. Ñana, ialah pengetahuan yang sering timbul dan mengganggu jalannya
praktek meditasi.
9. Upekkha, ialah keseimbangan batin, dimana pikiran tidak mau bergerak
untuk menyadari proses-proses yang timbul.
10. Nikanti, ialah perasaan puas terhadap obyek-obyek.
Sepuluh macam vipassanupakilesa ini biasanya timbul dalam perkembangan
Sammasana-Ñana, yaitu ñana yang ketiga

2.9 Hal-hal Yang Mendukung Meditasi


1. Untuk dapat melaksanakanameditasi dengan berhasil, seseorang harus
memperhatikan syarat meditasi sebagai berikut :
 Memiliki keinginan yang kuat (tekad)
 Memiliki moral yang baik (sila)·
 Sehat jasmani dan batin
 Tempat yang tenang
 Memiliki waktu senggang
 Adanya guru pembimbing
 Memiliki buku pedoman Meditasi (Kitab Suci)
 Memiliki obyek meditasi yang sesuai dengan sifatnya
 Suhu tempat meditasi yang sesuai
 Memiliki teman yang bermoral.
2. Tempat bermeditasi adalah yang sepi, jauh dari keramaian dan tenang.
3. Maksudnya jauh dari hal-hal yang dapat mengganggu orang yang akan
meditasi.

20
4. Tempat meditasi yang sering digunakan pada zaman Sang Buddha adalah
hutan.
5. Meditasi juga dapat dilakukan dibawah pohon yang rindang, gua, alam
terbuka, kuburan, taman atau kuti yang jauh dari kota.
6. Diantara tempat-tempat tersebut diatas yang paling ideal adalah hutan

2.10 Manfaat Meditasi


 Membebaskan diri dari ketegangan/ beban.
 Memenangkan diri.
 Membangkitkan keberanian
 Mengembangkan kekuatan untuk mengatasi persoalan
 Menumbuhkan rasa percaya diri.
 Menguatkan ingatan
 Akan mendapatkan perubahan dan perkembangan batin
 Menimbulkan rasa puas
 Percaya diri
 Mengenal diri sendiri lebih mendalam
 Tidak ragu-ragu dalam menghadapi segala masalah, dll

21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Meditasi (bhavana) berarti pengembangan batin. Meditasi ada dua macam,
pertama yaitu Samatha Bavhana yang tujuannya untuk mencapai ketenangan
batin, yang kedua adalah Vipassana Bhavana yang bertujuan untuk mencapai
pandangan terang. Orang yang bermeditasi sering mendapat gangguan atau
rintangan yang berupa sepuluh palibodha, lima nivarana, dan sepuluh
vipassanupakilesa. Oleh karena itu perlu banyak kesabaran, semangat, dan
tekad kuat dalam melakukan meditasi. Tujuan terakhir meditasi adalah sama
dengan tujuan akhir dari Buddha Dharma, yaitu untuk mencapai Nirwana, dan
menghapuskan, dan diluar bentuk-bentuk pengalaman manusia biasa.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://buddhaschool.blogspot.co.id/2011/04/40-objek-samatha-meditasi.html
diakses pada tanggal 25 Januari 2018
http://syafiqahmad4.blogspot.co.id/2013/05/meditasi.html
diakses pada tanggal 25 Agustus 2018
http://vitriastuti12.blogspot.co.id/2013/05/meditasi-dalam-agama-buddha.html
diakses pada tanggal 25 Januari 2018
https://id.wikipedia.org/wiki/Meditasi_Buddhis
diakses pada tanggal 25 Januari 2018
http://pak-diyon.blogspot.co.id/2012/01/cara-meditasi.html
diakses pada tanggal 25 Januari 2018
https://www.facebook.com/notes/artikel-buddhis/buku-buddhis-5-meditasi-
pernafasan-oleh-upasaka-dhyanasukha/402713128705/
diakses pada tanggal 26 Januari 2018
http://toni-setiawan-lin.blogspot.co.id/2015/01/dua-jenis-meditasi-dalam-agama-
buddha.html
diakses pada tanggal 26 Januari 2018
https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/meditasi-buddhis/
diakses pada tanggal 26 Januari 2018

iii

Anda mungkin juga menyukai