SAP - 1
ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT
AGAMA
ILMU PENGETAHUAN
ILMU PENGETAHUAN
2. Metodis
Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos”
yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis
berarti metode tertentu yang digunakan dan
umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis.
Pengetahuan yang tersusun secara sistematis
dalam rangkaian sebab akibat merupakan
syarat ilmu yang ketiga.
inkondra63@gmail.com
ILMU PENGETAHUAN
4. Universal.
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran
universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).
Contoh: semua segitiga bersudut 180º.
Universal merupakan syarat ilmu yang keempat.
Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-
umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda
dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah
tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia
konteks dan tertentu pula.
inkondra63@gmail.com
ILMU PENGETAHUAN
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi
merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia
berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
inkondra63@gmail.com
PENGETAHUAN DAPAT DIMILIKI DENGAN
BEBERAPA CARA
inkondra63@gmail.com
FILSAFAT
FILSAFAT
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam
konsep mendasar.
Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-
eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk
itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk
solusi tertentu.
Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah
proses dialektika.
Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika
bahasa. Seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut
"filsuf".
inkondra63@gmail.com
FILSAFAT
Pengertian Filsafat menurut beberapa tokoh adalah sebagai
berikut :
1. Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan
tentang segala yang ada.
2. Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat
adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan
demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas
penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh
filsafat dengan ilmu.
3. Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari
semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga
mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
inkondra63@gmail.com
FILSAFAT
4. Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai
Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu
umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu
membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan.
Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh
jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
5. Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai
Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan
kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan
dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .
inkondra63@gmail.com
FILSAFAT
inkondra63@gmail.com
FILSAFAT
Filsafat bertujuan untuk mencari kebenaran akan
obyeknya, namun dalam mencari kebenaran itu
ia hanya membatasi diri sampai pada
pengalaman.
Contoh : air membeku karena dingin, dan mencair
karena panas.
Ilmu, membatasi diri sampai pada pengalaman,
sedangkan filsafat, tidak membatasi diri, ia
hendak mencari pengalaman yang sedalam-
dalamnya.
inkondra63@gmail.com
AGAMA
AGAMA
inkondra63@gmail.com
AGAMA
• Kita merasa aman berkumpul dg teman kita krn
kita percya bahwa mereka itu orang baik-baik.
inkondra63@gmail.com
AGAMA
Dengan memeluk agama seseorang merasa
mempunyai pegangan keyakinan tertntu yg
menambatkn ia pd suatu tmpat berpegang yg
kokoh.
• Tempat itu u adalah Tuhan, sebagai sumber
dari semua ketentraman dan semangan hidup
ini mengalir.
inkondra63@gmail.com
• Agama Hindu (disebut pula Hinduisme)
merupakan agama dominan di
Asia Selatan—terutama di India dan Nepal
—yang mengandung aneka ragam tradisi.
• Agama ini meliputi berbagai aliran—di
antaranya Saiwa, Waisnawa, dan Sakta—
serta suatu pandangan luas akan
hukum dan aturan tentang "moralitas
sehari-hari" yang berdasar pada karma,
darma, dan norma kemasyarakatan.
• Agama Hindu disebut sebagai "agama
tertua" di dunia yang masih bertahan hingga
kini, dan umat Hindu menyebut agamanya
sendiri sebagai Sanātana-dharma (
Dewanagari: सनातन धर्म), artinya "darma abadi"
atau "jalan abadi" yang melampaui asal mula
manusia.
• Agama Hindu menyediakan kewajiban
"kekal" untuk diikuti oleh seluruh umatnya—
tanpa memandang strata, kasta, atau sekte—
seperti kejujuran, kesucian, dan
pengendalian diri.
• Para ahli dari Barat memandang Hinduisme sebagai
peleburan atau sintesis dari berbagai tradisi dan
kebudayaan di India, dengan pangkal yang beragam
dan tanpa tokoh pendiri.
• Pangkalnya meliputi Brahmanisme (agama Weda
Kuno), agama-agama masa peradaban
lembah Sungai Indus, dan tradisi lokal yang
populer.
• Sintesis tersebut muncul sekitar 500–200 SM, dan
tumbuh berdampingan dengan agama Buddha hingga
abad ke-8.
• Dari India Utara, "sintesis Hindu" tersebar ke selatan,
hingga sebagian Asia Tenggara. Hal itu didukung oleh
Sanskritisasi.
• Sejak abad ke-19, di bawah dominansi
kolonialisme Barat serta Indologi (saat istilah
"Hinduisme" mulai dipakai secara luas), agama
Hindu ditegaskan kembali sebagai tempat
berhimpunnya aneka tradisi yang koheren dan
independen.
• Pemahaman populer tentang agama Hindu
digiatkan oleh gerakan "modernisme Hindu",
yang menekankan mistisisme dan persatuan
tradisi Hindu.
• Ideologi Hindutva dan politik Hindu muncul pada
abad ke-20 sebagai kekuatan politis dan jati diri
bangsa India.
• Praktik keagamaan Hindu meliputi ritus
sehari-hari (contohnya puja [sembahyang]
dan pembacaan doa), perayaan suci pada
hari-hari tertentu, dan penziarahan.
• Kaum pertapa yang disebut sadu (orang
suci) memilih untuk melakukan tindakan
yang lebih ekstrem daripada umat Hindu
pada umumnya, yaitu melepaskan diri
dari kesibukan duniawi dan
melaksanakan tapa brata selama sisa
hidupnya demi mencapai moksa.
• Susastra Hindu diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok: Sruti (apa yang "terdengar") dan Smerti
(apa yang "diingat").
• Susastra tersebut memuat teologi, filsafat,
mitologi, yadnya (kurban), prosesi ritual, dan bahkan
kaidah arsitektur Hindu.
• Kitab-kitab utama di antaranya adalah Weda,
Upanishad (keduanya tergolong Sruti), Mahabharata
, Ramayana, Bhagawadgita, Purana, Manusmerti,
dan Agama (semuanya tergolong Smerti).
• Dengan penganut sekitar 1 miliar jiwa, agama Hindu
merupakan agama terbesar ketiga di dunia, setelah
Kristen dan Islam.
• Kata Hindu (melalui bahasa Persia) berasal dari
kata Sindhu dalam bahasa Sanskerta, yaitu
nama sebuah sungai di sebelah barat daya
subbenua India, yang dalam bahasa Inggris
disebut Indus.
• Menurut Gavin Flood, pada mulanya istilah
'hindu' muncul sebagai istilah geografis bangsa
Persia untuk menyebut suku bangsa yang
tinggal di seberang sungai Sindu.
• Maka dari itu, awalnya istilah 'Hindu'
merupakan istilah geografis dan tidak mengacu
pada suatu agama.
• Istilah agama Hindu kemudian sering digunakan dalam
beberapa teks berbahasa Sanskerta seperti Rajatarangini
dari Kashmir
(Hinduka, kr. 1450) dan beberapa teks mazhab
Gaudiya Waisnawa dari abad ke-16 hingga ke-18 yang ber
bahasa Bengali, seperti Caitanyacaritamerta dan
Caitanyabhagawata.
• Istilah itu digunakan untuk membedakan Hindu dengan
Yawana atau Mleccha.
• Sejak abad ke-18 dan seterusnya, istilah Hindu digunakan
oleh para kolonis dan pedagang dari Eropa untuk menyebut
para penganut agama tradisional India secara umum.
• Istilah Hinduism diserap ke dalam bahasa Inggris pada
abad ke-19 untuk menyebut tradisi keagamaan, filasat, dan
kebudayaan asli India.
• Menurut
Sarvepalli Radhakri
shnan
, "Hinduisme tidak
sekadar keyakina
• Ia adalah gabungan
antarapenalaran
dan intuisi yang tak
dapat didefinisikan,
namun hanya bisa
dirasakan."
• Bagi orang Hindu, Hinduisme adalah jalan hidup
tradisional.
• Banyak penganutnya yang menyebut Hinduisme
sebagai Sanātana-dharma, artinya "darma yang
abadi" atau "jalan yang abadi".
• Istilah ini mengacu kepada kewajiban "abadi" yang
harus dijalankan oleh seluruh umat Hindu—tanpa
memandang derajat, kasta, atau sekte/aliran—seperti
kejujuran, tidak menyakiti makhluk hidup, menjaga
kesucian, berniat baik, pemaaf, bersabar,
mengendalikan nafsu, mengendalikan diri sendiri,
murah hati, dan bertafakur.
• Ini berbeda dengan swadarma, artinya "darma
seseorang", yaitu kewajiban yang harus
dijalankan sesuai aliran yang diikuti dan
tingkatan kehidupan.
• Menurut Kim Knott, perihal darma ini mengacu
pada gagasan bahwa sumbernya melampaui
sejarah umat manusia, dan kebenarannya
disampaikan oleh Tuhan (Sruti) serta
diwariskan dari zaman ke zaman, hingga masa
kini, dalam suatu kumpulan kitab tertua di
dunia, yaitu Weda.
• Menurut Encyclopædia Britannica:
• Pada masa kini, istilah [Sanatana-dharma] itu
pun digunakan oleh para pemuka, reformis,
dan nasionalis Hindu untuk menyebut
Hinduisme sebagai suatu agama dunia yang
bersatu.
• Maka dari itu, Sanatana-dharma menjadi
sinonim bagi kebenaran dan ajaran Hindu yang
"abadi", yang kemudian dipahami bahwa tidak
hanya transenden bagi sejarah dan tak
berubah-ubah, namun juga tak terbagi-bagi dan
pada pokoknya bukanlah sektarian.
• Sebagai tanggapan atas kolonialisme dan
orientalisme Barat, para pemuka dan ahli Hindu
menginterpretasikan agamanya dalam suatu upaya yang
disebut "modernisme Hindu" oleh orang Barat.
• Tokoh terkemuka dalam upaya tersebut adalah
Swami Vivekananda, Sarvepalli Radhakrishnan, dan
Mahatma Gandhi.
• Menurut Gavin Flood, Vivekanda (1863–1902) adalah
tokoh penting dalam pengembangan pemahaman diri
umat Hindu masa kini dan telah merumuskan pandangan
terhadap Hinduisme bagi orang Barat.
• Intisari dalam filsafatnya adalah gagasan bahwa "
percikan dari Tuhan" berada dalam setiap makhluk hidup,
sehingga seluruh umat
• sehingga seluruh umat manusia dapat
mencapai persatuan dengan "sifat ilahi
bawaan" tersebut, dan dengan memandang
bahwa sifat ilahi ini juga terkandung pada
setiap orang maka berkembanglah kasih sayang
dan harmoni sosial.
• Menurut Flood, pandangan Vivekananda
terhadap Hinduisme adalah yang paling umum
diterima oleh kebanyakan umat Hindu
golongan menengah berbahasa Inggris (English-
speaking middle-class Hindus) pada masa kini.
• Sarvepalli Radhakrishnan adalah salah satu
cendekiawan terpelajar dari India yang bergelut
dengan filsafat Barat dan India.
• Ia mencari keselarasan antara rasionalisme
barat dengan Hinduisme, dan
memperkenalkan Hinduisme sebagai
pengalaman religius yang pada hakikatnya
rasional dan humanistis.
• Wawasan Radhakrishnan disebut sangat
relevan dan penting dalam membentuk jati diri
Hindu kontemporer.
• Monier-Williams (1819–1899),
Profesor Sastra Sanskerta dan
Indolog terawal, berpendapat
bahwa "berawal dari Weda,
Hinduisme telah merangkul
berbagai bentuk kepercayaan,
dan menyajikan fase yang
cocok bagi berbagai pikiran.
• Paham tersebut begitu
toleran, rendah hati,
komprehensif, dan menerima
[berbagai bentuk tradisi]."
• Toleransi agama Hindu terhadap aneka ragam aliran
kepercayaan dan tradisi yang berbeda-beda membuatnya
sulit untuk didefinisikan sebagai suatu agama menurut
pemahaman tradisional orang Barat.
• Dalam sejumlah kajian didapati bahwa agama Hindu
dapat dipandang sebagai suatu kategori dengan "batas-
batas yang kabur", daripada suatu lembaga yang tegar
dan terdefinisikan dengan baik.
• Beberapa aktivitas keagamaan Hindu dapat dipandang
sebagai hal yang lazim dalam agama tersebut, sementara
yang tak lazim pun masih dapat dimasukkan ke dalam
kategori agama Hindu.
• Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, Ferro-Luzzi
menulis suatu 'pendekatan Teori Prototipe' untuk
mendefinisikan Hinduisme.
• Menurut Flood, globalisasi kebudayaan Hindu
diprakarsai oleh Swami Vivekananda dengan
mendirikan Misi Ramakrishna, dan diikuti oleh para
pemuka Hindu lainnya, yang membawa ajaran yang
menjadi kekuatan kultural penting dalam masyarakat
Barat, dan sebagai akibatnya menjadi kekuatan
kultural penting di India, tempat ajaran itu bermula.
• Hinduisme Global tersebut menarik minat di seluruh
dunia, melampaui batas-batas nasional, dan telah
menjadikannya suatu agama dunia yang
berdampingan dengan Kekristenan, Islam, dan
Buddhisme, bagi komunitas Hindu seluruh dunia
maupun orang-orang Barat yang tertarik dengan
kebudayaan dan kepercayaan non-Barat.
• Agama Hindu menekankan nilai-nilai
spiritual universal seperti keadilan sosial,
kedamaian, serta "transformasi spiritual
umat manusia.“
• Sebagian perkembangannya disebabkan
oleh "re-enkulturasi" atau efek Pizza, yaitu
suatu kondisi ketika unsur-unsur
kebudayaan Hindu diperkenalkan ke Dunia
Barat, lalu mendapatkan popularitas di sana,
dan sebagai akibatnya juga mendapatkan
popularitas yang lebih besar di India.
• AKAR HINUISME
• Seorang wanita
melakukan puja
saat matahari
terbenam di
Rishikesh,
Haridwar.
• Sejak minat akan Indologi dan studi Hindu
bertumbuh, sejarah dan pangkal agama Hindu
telah menjadi perdebatan para cendekiawan di
Dunia Barat.
• Sebelumnya, tidak ada istilah 'Hinduisme' atau
'agama Hindu', tetapi keberadaan tradisi Hindu
seperti sekarang telah berpangkal sejak purbakala.
• Selain itu, para ahli sulit mendefinisikan
Hinduisme karena ketiadaan seorang tokoh pendiri
agama tersebut.
• Para cendekiawan memandang Hinduisme sebagai
gabungan dari berbagai kebudayaan atau tradisi
yang ada di India
• Salah satu akarnya adalah Brahmanisme atau
agama Weda Kuno dari India pada Zaman Besi,
[51][49]
yang merupakan hasil peleburan antara
bangsa Indo-Arya dengan
kebudayaan dan peradaban Harrapa.
• Selain itu, tradisi yang mendukung
perkembangan agama Hindu meliputi Sramana
atau "tradisi penolakan" dari India Utara, serta
kebudayaan mesolitik dan neolitik di India,
seperti agama-agama peradaban lembah sungai
Indus, tradisi bangsa Dravida, serta tradisi dan
agama lokal dari suku bangsa di India.
• Setelah periode Weda (antara 500–200 SM
dan kr. 300 M, pada permulaan periode "Wiracarita
dan Purana" atau "periode Praklasik"), "sintesis
Hindu" mulai timbul (masa ketika dimasukkannya
pengaruh Sramana dan Buddhisme), diiringi dengan
kemunculan tradisi bhakti ke dalam balutan
Brahmanisme melalui kitab-kitab Smerti. Sintesis ini
muncul di bawah tekanan perkembangan
Buddhisme dan Jainisme.
• Selama pemerintahan Dinasti Gupta, kitab-kitab
Purana disusun, digunakan untuk menyebarkan
ideologi keagamaan umum di tengah-tengah
akulturasi yang dijalani masyarakat tribal dan buta
huruf.
• Hasilnya adalah kemunculan Hinduisme-
Puranis (Puranic-Hinduism) yang memiliki
perbedaan mencolok jika dibandingkan
dengan Brahmanisme sebelumnya (yang
berpegang pada Dharmasastra dan
Smerti).
• Selama beberapa abad, Hinduisme dan
Buddhisme tumbuh
berdampingan, sampai akhirnya
memperoleh keunggulan pada abad ke-8
M
• Dari India Utara, "sintesis Hindu" beserta konsep
pembagian masyarakat menyebar ke India Selatan dan
sebagian Asia Tenggara.
• Hal tersebut didukung oleh sejumlah kegiatan:
pengadaan pemukiman bagi kaum brahmana di kawasan
yang diizinkan oleh penguasa lokal; dimasukkannya atau
diasimilasikannya dewa-dewi non-Weda (tidak disebut
dalam Weda) yang populer; dan proses Sanskritisasi,
yaitu kondisi ketika "orang-orang dari berbagai strata
masyarakat India cenderung menyesuaikan kehidupan
religius dan sosial mereka dengan norma-norma
Brahmanis".
• Proses asimilasi tersebut menjelaskan bahwa
keanekaragaman budaya lokal di India diselimuti oleh
selubung persamaan konseptual.
• Keanekaragaman _Diversitas Hinduisme.
• Agama Hindu dapat dideskripsikan sebagai sebuah wadah
tradisi yang memiliki "sifat kompleks, bertumbuh, berhierarki,
dan kadangkala inkonsisten secara internal.“
• Agama Hindu tidak mengenal "satu sistem kepercayaan yang
disusun demi menyeragamkan keyakinan atau iman", [16]
namun menjadi istilah awam yang meliputi kemajemukan
tradisi keagamaan di India.
• Menurut Mahkamah Agung India: Tidak seperti agama lainnya
di dunia, agama Hindu tidak mengklaim satu nabi saja, tidak
memuja satu dewa saja, tidak menganut satu konsep filosofis
saja, tidak mengikuti atau mengadakan satu ritus keagamaan
saja; faktanya, ciri-ciri [agama Hindu] itu tidak seperti agama
atau kepercayaan lain pada umumnya.
• Tak lain dan tak bukan, agama [Hindu] itu merupakan suatu
jalan hidup.
•Salah satu masalah dalam merumuskan satu definisi
tentang istilah "agama Hindu" adalah adanya fakta
bahwa agama Hindu tidak didirikan oleh seorang tokoh.
•Agama ini merupakan sintesis dari berbagai tradisi, atau
himpunan tradisi keagamaan yang berbeda tetapi
memiliki persamaan.
•Konsep ketuhanan dalam tubuh agama Hindu pun tidak
seragam.
•Beberapa aliran bersifat monoteisme—mengagungkan
Wisnu, Kresna, atau Siwa—sementara aliran lainnya
bersifat monisme, yang memandang bahwa para dewa
atau sembahan apa pun merupakan manifestasi
beragam dari Yang Maha Esa.
•Beberapa aliran Hindu bersifat panenteisme
—sebagaimana disebutkan dalam kitab
Bhagawadgita—yang meyakini bahwa
Tuhan meresap ke seluruh alam semesta,
namun alam semesta bukanlah Tuhan.
•Beberapa filsafat Hindu membuat postulat
ontologi teistis (dalil ketuhanan) tentang
penciptaan dan peleburan alam semesta,
meskipun beberapa umat Hindu merupakan
ateis yang memandang Hinduisme tak lebih
dari sebuah filsafat, bukan agama.
• Di samping itu, agama Hindu tidak mengenal satu sistem saja
untuk mencari "keselamatan" (salvation), namun
mengandung sejumlah aliran dan berbagai bentuk tradisi
keagamaan.
• Beberapa tradisi Hindu mengandalkan ritus tertentu sebagai
hal penting demi keselamatan, namun berbagai pandangan
mengenai hal tersebut juga hadir secara berdampingan.
• Agama Hindu juga dicirikan dengan adanya kepercayaan
akan reinkarnasi (samsara, atau siklus lahir-mati) yang
ditentukan oleh hukum karma, dan gagasan tentang
"keselamatan" adalah kondisi saat individu terbebas dari
siklus lahir-mati yang terus berputar.
• Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, agama Hindu
dipandang sebagai agama yang paling kompleks dari seluruh
agama yang masih bertahan hingga saat ini.
• Persamaan
• Di samping berbagai perbedaan yang teramati, ada
pula rasa persamaan dalam Hinduisme.
• Menurut tokoh spiritual Hindu Swami Vivekananda,
ada kesatuan fundamental dalam tubuh Hinduisme,
yang mendasari berbagai perbedaan dalam bentuk-
bentuk pelaksanaannya.
• Pada umumnya, umat Hindu mengenal berbagai nama
dan gelar seperti Wisnu, Siwa, Sakti, Hyang, Dewata,
dan Batara.
• Beberapa aliran memandang nama dan gelar tersebut
sebagai aneka manifestasi dari Yang Maha Esa atau
Yang Mahakuasa, sehingga agama Hindu dapat
dikatakan bersifat monisme.
• Agama Hindu juga dicirikan dengan adanya
kepercayaan akan makhluk ilahi/
makhluk surgawi, yang dipandang tidak setara
dengan Yang Mahakuasa, sedangkan beberapa
aliran juga memandangnya sebagai manifestasi
dari Yang Mahakuasa.
• Karakteristik lainnya—yang kerap dijumpai
dalam tubuh Hinduisme—adalah iman tentang
reinkarnasidan karma, serta keyakinan akan
kewajiban yang harus dipenuhi secara mutlak (
darma).
• Selain itu, banyak aliran Hinduisme
mentakzimkan suatu kumpulan kitab suci yang
disebut Weda, meskipun ada beberapa aliran
yang mengabaikannya.
• Sekte Hindu seperti Linggayata bahkan tidak
mengikutiWeda, namun masih memiliki
kepercayaan akan Siwa.
• Sebaliknya, sekte Ayyavazhi memiliki kitab suci
tersendiri yang disebut Akilattirattu Ammanai,
namun masih mengimani Tuhan yang sama
dengan Hinduisme—contohnya Narayana dan
Laksmi—serta memiliki sejumlah mitos yang
mirip dengan mitologi Hindu pada umumnya.
• Dalam perkembangannya, tradisi Hindu yang
cenderung mengagungkan Wisnu—atau Narayana
dan Kresna—disebut Waisnawa, sementara yang
memuja Siwa disebut Saiwa(Saiwisme).
• Dilihat dari luar, aliran Saiwa dan Waisnawa memiliki
konsep tersendiri tentang Tuhan yang diagungkan.
• Menurut Halbfass, meskipun aliran Saiwa dan
Waisnawa dapat dipandang sebagai aliran keagamaan
yang mandiri, ada kadar interaksi dan saling acu
antara para teoretikus dan pujangga dari masing-
masing tradisi yang mengindikasikan adanya rasa jati
diri yang lebih luas, rasa koherensi dalam konteks
yang sama, serta inklusi dalam kerangka dan garis
besar [kepercayaan] secara umum.
• Menurut Nicholson, pada masa antara abad ke-12 dan
ke-16, para cendekiawan tertentu mulai memandang "
benang merah" terhadap kekayaan ajaran filsafat yang
berasal dariUpanishad, wiracarita, Purana, dan beberapa
mazhab yang dikenal sebagai "enam sistem" (saddarsana)
dari filsafat Hindu yang umum."
• Tendensi dari kekaburan distingsi filosofis juga
digarisbawahi oleh Burley.
• Hacker menyebut perihal tersebut sebagai "inklusivisme",
dan Michaels berpendapat tentang "sifat identifikasi diri".
• Menurut Lorenzen, rasa identitas ke-Hindu-an bermula
dari masa interaksi antara kaum Muslim dan Hindu, dan
dari sebuah proses penentuan jati diri untuk membedakan
kaum Hindu dengan kaum Muslim, yang sudah dimulai
sebelum 1800-an.
• Para brahmana juga menyusun tulisan-tulisan
bersejarah yang kian bertambah, terutama
eulogi dan riwayat tempat-tempat suci
(mahatmya), atau mengobarkan semangat
reflektif untuk menghimpun dan menggubah
suatu koleksi kutipan yang ekstensif tentang
berbagai subjek.
• Inklusivisme ini dikembangkan lebih jauh lagi
pada abad ke-19 dan ke-20 oleh
gerakan reformasi Hindu dan Neo-Vedanta,
serta telah menjadi karakteristik agama Hindu
modern.
• Penggolongan :
• Agama Hindu sebagaimana biasanya dapat
digolongkan ke dalam beberapa mazhab atau
aliran besar.
• Dalam suatu kelompok mazhab di masa lalu—
yang digolongkan sebagai "enam darsana"—
hanya dua mazhab yang popularitasnya masih
bertahan: Wedanta dan Yoga.
• Golongan-golongan utama Hinduisme pada masa
kini disesuaikan dengan aliran-aliran besar yang
ada: Waisnawa (Waisnawisme), Saiwa
(Saiwisme), Sakta (Saktisme), dan Smarta
(Smartisme).
• Prosesi ganga aarti di Dashashwamedh Ghat,
Benares.
• Enam tipe umum:
• Menurut J. McDaniel, ada enam tipe umum dalam tubuh
agama Hindu, yang disusun dengan maksud menampung
berbagai pandangan terhadap suatu subjek yang
kompleks.
Adapun enam tipe tersebut sebagai berikut:
• Agama Hindu rakyat, yaitu agama Hindu yang
berdasarkan pada tradisi masyarakat setempat serta
pemujaan dewa-dewi lokal, seperti Hindu Tamil,
Hindu Newa, Hindu Bali, Hindu Manipuri,
Hindu Kaharingan, dan lain-lain. Berpangkal dari masa
prasejarah atau setidaknya mendahului penulisan Weda.
[90]
Karmayoga Bhaktiyoga
Jnanayoga Rajayoga
• Umat Hindu memenuhi tujuan hidupnya dengan
menempuh jalan yang berbeda-beda. Jalan tersebut
merupakan yoga. Yoga di sini dapat diartikan sebagai
disiplin fisik, mental, dan spiritual demi memperoleh
kedamaian dan ketenangan pikiran.[211] Dalam konteks dan
tradisi lain, yoga dapat pula didefinisikan sebagai "upaya
mengendalikan pikiran agar [pikiran] tidak liar", atau
"[usaha] mempersatukan diri dengan Tuhan".[211] Ajaran
tentang pelaksanaan yoga dihimpun dan diuraikan oleh
para resi atau orang bijak. Kitab yang memuat ajaran yoga
meliputi Bhagawadgita, Yogasutra, Hathayoga-pradipika,
dan Upanishad sebagai basis filosofis dan historisnya.
Yoga mengarahkan umat Hindu untuk mencapai tujuan
hidup yang spiritual (moksa, samadhi, atau nirwana), baik
secara langsung maupun tidak langsung.
• Empat macam jalan (yoga) utama yang sering
disinggung yakni:[212]
• Karmayoga (melaksanakan kewajiban sebaik-
baiknya dengan ikhlas)
• Bhaktiyoga (mencintai Tuhan dan menyayangi
segala makhluk)
• Jnanayoga (mencari pengetahuan dan
berkontemplasi tentang Tuhan)
• Rajayoga (mengendalikan pikiran dengan
meditasi, sikap tubuh, atau semacamnya)
• Seseorang dapat memilih salah satu atau
beberapa yoga sekaligus, sesuai dengan
kecenderungan dan pemahamannya. Beberapa
aliran Hinduisme yang menekankan
pengabdian mengajarkan bahwa bhakti adalah
satu-satunya jalan praktis untuk mencapai
kesempurnaan spiritual bagi masyarakat awam,
berdasarkan kepercayaan bahwa dunia sedang
berada pada masa Kaliyuga (salah satu jangka
waktu dalam siklus Yuga yang kini sedang
berlangsung).[213] Melaksanakan salah satu yoga
tidak berarti mengabaikan yang lainnya.
• Banyak mazhab Hinduisme mengajarkan bahwa
berbagai yoga secara alami berbaur dan
mendukung pelaksanaan yoga lainnya.
Contohnya praktikjnanayoga, yang dianggap
pasti mengarahkan seseorang untuk
memberikan kasih sayang murni (tujuan
utama bhaktiyoga), dan demikian sebaliknya.
[214]
Seseorang yang mendalami meditasi tingkat
tinggi (seperti yang ditekankan raja yoga) harus
mewujudkan prinsip pokok
dari karmayoga, jnanayoga, dan bhaktiyoga,
baik secara langsung maupun tak langsung.[212]
[215]
• PUSTAKA SUCI
• Menurut tokoh spiritual Hindu Swami Vivekananda,
agama Hindu berdasarkan kepada himpunan pedoman
spiritual yang ditemukan oleh orang yang berbeda-beda
pada zaman yang berbeda-beda.
• Selama berabad-abad, pedoman itu diwariskan secara
lisan dalam bentuk syair agar dapat dihafalkan, sampai
akhirnya dituliskan.
• Selama berabad-abad, para resi menyaring ajaran
tersebut dan memperluas dalil-dalilnya. Pada masa
setelah Periode Weda dan menurut keyakinan Hindu
masa kini, banyak pustaka Hindu tidak untuk ditafsirkan
secara harfiah.
• Yang diutamakan adalah etika dan makna metaforis yang
terkandung di dalamnya.
• Di antara pustaka suci tersebut, Weda merupakan
yang paling tua, yang diikuti dengan Upanishad
sebagai susastra dasar yang sangat penting dalam
mempelajari filsafat Hindu. Sastra lainnya yang
menjadi landasan penting dalam ajaran Hindu
adalah Tantra, Agama, Purana, serta dua wiracarita,
yaitu Ramayana dan Mahabharata.
• Bhagawadgita adalah ajaran yang dimuat
dalamMahabharata, merupakan susastra yang
dipelajari secara luas, yang sering disebut sebagai
intisari Weda.
• Banyak pustaka Hindu yang ditulis dalam
bahasa Sanskerta. Pustaka-pustaka tersebut
digolongkan menjadi dua kelas: Sruti dan Smerti.
Regweda adalah salah satu kitab suci tertua di dunia.
Naskah Regwedadalam foto ini ditulis dengan aksara
Dewanagari.
• Sruti
• Sruti (artinya "apa yang didengar") terutama mengacu kepada
kumpulan Weda, yang merupakan bentuk pustaka Hindu
tertua.
• Banyak umat Hindu mengagungkan Weda sebagai kebenaran
abadi yang diwahyukan kepada para resi purbakala, sementara
umat yang lain tidak menyangkutpautkan
penyusunan Weda dengan Tuhan atau seseorang.
• Umat Hindu meyakini kumpulan Wedasebagai pedoman bagi
dunia spiritual, yang akan ada selama-lamanya, bahkan tetap
ada jika seandainya tidak pernah diwahyukan kepada para resi.
• Umat Hindu memiliki kepercayaan demikian karena
mengimani bahwa kebenaran spiritual dalam Weda bersifat
kekal, yang dapat terus diungkapkan dengan cara-cara yang
baru.
• Ada empat kitab Weda, yaitu Regweda
(Ṛgveda), Samaweda (Sāmaveda), Yajurweda
(Yajurveda), dan Atharwaweda (Atharvaveda).
• Kitab Regweda adalah kitab Weda yang
pertama dan terpenting. Setiap Weda dibagi
menjadi empat bagian: yang utama—
Weda yang baku—adalah Samhita (Saṃhitā),
yang menghimpun mantra-mantra.
• Tiga bagian lainnya membentuk seperangkat
golongan suplemen bagi Samhita, biasanya
dalam bentuk prosa dan dipercaya berusia
lebih muda daripada Saṃhitā.
• Adapun tiga bagian tersebut adalahBrahmana
(Brāhmaṇa), Aranyaka (Āraṇyaka), dan
Upanishad.
• Dua bagian pertama
disebut Karmakanda (Karmakāṇḍa; porsi ritual),
sedangkan yang terakhir
disebut Jnanakanda (Jñānakāṇḍa; porsi
pengetahuan).
• Kumpulan Weda berfokus kepada pelaksanaan
upacara, sementara
kumpulan Upanishad berfokus kepada
pandangan spiritual dan ajaran filosofis, serta
memperbincangkan Brahmandan reinkarnasi.
• Smerti
• Kitab-kitab Hindu yang tak termasuk Sruti
digolongkan ke dalam Smerti (ingatan).
• Kitab Smerti yang terkenal yaitu
wiracarita India (Itihasa), terdiri dari
Mahabharata(Mahābhārata) dan Ramayana
(Rāmāyaṇa). Itihasa adalah suatu bagian
dari kesusastraan Hindu yang menceritakan
kisah kepahlawanan para raja dan kesatria
Hindu pada masa lampau dan dikombinasikan
dengan filsafat keagamaan, mitologi, dan
cerita tentang makhluk supernatural.
• Kitab Bhagawadgita (Bhagavadgītā) merupakan
suatu bagian integral dalam Mahabharata, dan
merupakan salah satu kitab suci Hindu yang masyhur.
Kitab tersebut mengandung ajaran filosofis yang
dinarasikan oleh Kresna—sebagai awatara Wisnu—
kepada Arjuna, menjelang perang di Kurukshetra.
• Bhagawadgita terdiri dari delapan belas bab dan
berisi ± 650 sloka. Setiap bab menguraikan jawaban-
jawaban yang diajukan oleh Arjuna kepada Kresna.
Jawaban-jawaban tersebut merupakan wejangan suci
sekaligus pokok-pokok ajaran Weda.
• Akan tetapi, kitab yang termasuk Gita—kadangkala
disebut Gitopanishad—seringkali digolongkan ke
dalam Sruti, karena konteksnya bersifat Upanishad.
• Kitab-kitab Purana (Purāṇa)—yang menguraikan
ajaran-ajaran Hindu melalui kisah-kisah yang
gamblang—tergolong ke dalam Smerti.
• Purana memuat mitologi, legenda, dan kisah-
kisah zaman purba yang diyakini kebenarannya
oleh umat Hindu.
• Kata Purana berarti "sejarah kuno" atau "cerita
kuno". Penulisan kitab-
kitab Purana diperkirakan dimulai sekitar
tahun 500 SM.
• Terdapat delapan belas kitab Purana yang
disebut Mahapurana.
• Kitab lain yang tergolong ke dalam Smerti
meliputi Dewimahatmya (Devīmahātmya),
Tantra, Yogasutra, Tirumantiram, Siwasutra, dan
Agama (Āgama).
• Selain itu, ada kitab Manusmerti, yang merupakan
kitab hukum preskriptif yang mendasari aturan
kemasyarakatan dan stratifikasi sosial yang
kemudian menuntun masyarakat membentuk
sistem kasta di India.
• Kitab Tantra memuat tentang cara pemujaan
masing-masing aliran dalam agama Hindu.
• Kitab Tantra juga mengatur tentang pembangunan
tempat suci Hindudan peletakkan arca.
• Kitab Nitisastra memuat ajaran
kepemimpinan dan pedoman untuk menjadi
seorang pemimpin yang baik.
• Kitab Jyotisha merupakan kitab yang
memuat ajaran sistem astronomi tradisional
Hindu.
• Kitab Jyotisha berisi pedoman tentang benda
langit dan peredarannya. Kitab Jyotisha
digunakan untuk meramal dan
memperkirakan datangnya suatu musim.
• Sejarah
• Periodisasi
• James Mill (1773–1836), dalam bukunya
The History of British India (1817), membagi sejarah
India menjadi tiga tahap, yaitu peradaban Hindu,
Muslim, dan Britania.
• Periodisasi ini menuai kritik karena kesalahpahaman
yang ditimbulkannya.
• Periodisasi lainnya memilah-milah menjadi periode
kuno, klasik, pertengahan, dan modern.
• Smart dan Michaels tampaknya mengikuti periodisasi
menurut Mill, sedangkan Flood dan Muesse mengikuti
periodisasi yang terbagi menjadi periode kuno, klasik,
pertengahan, dan modern.
• Periode-periode yang berbeda ditentukan
sebagai masa Hinduisme Klasik:
• Smart menyatakan rentang waktu antara
1000 SM dan 100 M sebagai "praklasik".
• Itu merupakan periode formatif
bagi Upanishad dan Brahmanisme, Jainisme,
dan Buddhisme.
• Menurut Smart, "periode klasik" berlangsung
dari 100 M hingga 1000 M, dan bertepatan
dengan suburnya "Hinduisme Klasik", serta
pertumbuhan dan kemunduran
Buddha Mahayana di India.
• Menurut Michaels, rentang waktu
antara 500 SM dan 200 SM adalah masa
"Reformisme Asketis",
• sedangkan rentang waktu antara 200
SM dan 1100 M adalah masa
"Hinduisme Klasik", karena adanya titik
balik antara agama Weda dan agama
Hindu.
• Muesse menyatakan perbedaan rentang
waktu yang lebih jauh, yaitu antara 800
SM dan 200 SM, yang ia sebut sebagai
"Periode Klasik".
• Menurut Muesse, beberapa konsep
dasar agama Hindu, yaitu karma,
reinkarnasi, serta pencerahan dan
transformasi seseorang—yang tidak
ditemui dalam agama Weda—
berkembang pada periode tersebut.
• Artefak yang disebut cap Shiva-pashupati
(Siwa sang penguasa satwa), berasal dari
masaPeradaban Lembah Sungai Indus.
• Agama-Agama Pra-Weda.
• Ras manusia pertama yang menduduki India
(kr. 40.000–60.000 tahun yang lalu, saat periode
Paleolitik) adalah Australoid yang mungkin memiliki
hubungan dengan penduduk asli Australia.
• Ada dugaan bahwa ras tersebut hampir punah atau
terdesak oleh gelombang migrasi pada masa
berikutnya.
• Setelah pendudukan oleh Australoid, maka ras
Kaukasoid (meliputi bangsa Elamo-Dravida [kr. 4000
hingga 6000 SM] dan Indo-Arya[kr. 2000 hingga 1500
SM]) dan Mongoloid (Sino-Tibet) bermigrasi ke India.
• Bangsa Elamo-Dravida ada kemungkinan berasal dari
Elam, kini merupakan wilayah Iran.
• Agama prasejarah tertua di India—yang
mungkin meninggalkan jejaknya pada agama
Hindu—berasal dari zaman mesolitik[255] dan
neolitik.
• Beberapa agama suku di India masih
bertahan, mendahului dominansi agama
Hindu, namun tidak harus dianggap bahwa
ada banyak kemiripan antara masyarakat
suku pada zaman prasejarah dengan masa
kini.
• Menurut antropolog Gregory Possehl,
peradaban lembah sungai Indus (2600–1900 SM)
mengandung titik pangkal yang logis, atau mungkinarbitrer
, bagi beberapa aspek pada tradisi Hindu di kemudian hari.
• Agama pada masa tersebut mengandung pemujaan
kepada Dewa Yang Mahakuasa, yang dibandingkan oleh
beberapa ahli (terutama John Marshall) sebagai proto-
Siwa, dan mungkin sesosok Ibu Dewi, yang mendasari
figur Sakti. Praktik-praktik lain dari zaman peradaban
lembah sungai Indus yang berlanjut ke periode Weda
meliputi pemujaan kepada air dan api. Akan tetapi,
hubungan antara dewa-dewi dan praktik agama lembah
sungai Indus dengan agama Hindu masa kini telah menjadi
subjek perselisihan politis serta perdebatan para ahli.
Peta dataran subur India Utara.
• Periode Weda dan Brahmanisme
• Periode Weda—yang berlangsung dari kr. 1750
sampai 500 SM—disebut demikian karena
berdasarkan agama berbasis Weda yang dianut
oleh bangsa Indo-Arya, yang bermigrasi ke India
barat daya setelah mundurnya peradaban lembah
sungai Indus (ada kemungkinan dari stepa
Asia Tengah).
• Bangsa ini membawa serta bahasa dan agama
mereka.
• Agama mereka berkembang lebih jauh ketika
bermigrasi ke dataran India Utara
setelah kr.1100 SM dan menjadi pastoralis.
• Meskipun kepercayaan dan praktik pada masa
Hinduisme Praklasik boleh jadi berasal dari bahan-
bahan agama Proto-Indo-Eropa (yang masih hipotesis),
sastra yang mendasari tradisi pada masa itu adalah
Weda Samhita, sehingga periode tersebut dinamai
demikian.
• Kitab tertua di antara sastra Weda tersebut adalah
Regweda, yang diperkirakan telah disusun pada
periode 1700–1100 SM.
• Sastra Weda memusatkan pemujaan kepada para dewa
seperti Indra, Baruna, dan Agni, serta melangsungkan
upacara Soma.
• Kurban dengan api, yang disebut yadnya (yajña)
dilaksanakan dengan merapalkanmantra-mantra Weda
• Sastra Weda dikodifikasi ketika bangsa Indo-Arya
mulai menduduki dataran India Utara yang
subur, kemudian melakukan transisi dari
masyarakat penggembala menuju masyarakat
agraris, sehingga kebutuhan akan organisasi yang
lebih terstruktur mulai timbul.
• Masyarakat baru tersebut melibatkan penduduk
yang lebih dahulu bermukim di dataran subur
tersebut.
• Mereka dimasukkan ke dalam sistem warna
menurut bangsa Arya, dengan otoritas politik
dan keagamaan berada di tangan kaum
brahmana dan kesatria.
• Selama Periode Weda Awal (kr. 1500–1100 SM), suku-
suku penganut Weda merupakan suku penggembala,
berkelana di sekitar India sebelah barat laut.
• Setelah 1100 SM, seiring ditemukannya besi, suku-suku
penganut Weda berpindah ke dataran India Utara
sebelah barat, dan mengadaptasi gaya hidup agraris.
• Bentuk-bentuk wilayah berdaulat yang belum
sempurna mulai muncul, dan yang paling menonjol
atau berpengaruh adalah kerajaan suku Kuru.
• Kerajaan tersebut merupakan ikatan kesukuan, yang
kemudian berkembang menjadi masyarakat setingkat
negara—yang pertama kali tercatat dalam sejarah
Asia Selatan—sekitar 1000 M.
• Secara terang-terangan, mereka
mengubah warisan budaya dari Periode
Weda sebelumnya, mengumpulkan
himne-himne Weda menjadi suatu
himpunan, dan mengembangkan
upacara-upacara baru yang menonjol
dalam peradaban India sebagai upacara-
upacara srauta, yang berkontribusi bagi
"sintesis klasik" atau "sintesis Hindu".
• Pada abad ke-9 dan ke-8 SM terjadi
penyusunan kitab-kitab Upanishad tertua.
• Upanishad membentuk suatu dasar teoritis
bagi Hinduisme Klasik dan dikenal sebagai
Wedanta (kesimpulan dari Weda).
• Kitab-kitab Upanishad kuno menangkal
intensitas upacara-upacara yang kian
bertambah.
• Spekulasi monistis yang beragam dari
ajaranUpanishad disintesiskan menjadi suatu
kerangka teistis dalam kitab suci Hindu
Bhagawadgita.
• Etika dalam kitab-kitab Weda berdasarkan konsep satya
dan reta. Satya adalah prinsip integrasi yang berakar
pada kemutlakan. Reta adalah ungkapan dari satya, yang
meregulasi dan mengkoordinasi jalannya alam semesta
beserta segala sesuatu di dalamnya.
• Kesesuaian dengan reta akan memungkinkan sesuatu
berjalan sebagaimana mestinya, sedangkan
penyimpangan akan mengakibatkan hal yang tidak
diinginkan.
• Istilah dharma sudah digunakan dalam filsafat-filsafat
Brahmanis, yang dipandang sebagai aspek dari reta.
• Istilah reta juga dikenal dalam agama Proto-Indo-Iran,
yaitu agama orang-orang Indo-Iran sebelum kehadiran
kitab-kitab Weda (Indo-Aryan) danZoroastrianisme
(Iran).
• Asha (aša) adalah istilah dalam bahasa Avesta
yang mirip dengan ṛta dalam Weda.
• Kitab-kitab Weda merupakan pustaka bagi
golongan atas, dan tidak semata-mata
mengungkapkan gagasan atau praktik yang
populer.
• Agama berbasis Weda pada periode
selanjutnya hadir berdampingan dengan
agama-agama lokal—seperti pemujaan Yaksa—
dan ia sendiri merupakan hasil dari campuran
antara kebudayaan Indo-Aryadengan Harrapa.
• Reformisme Asketis