Anda di halaman 1dari 77

 
Ajaran Sukhavati Bagi
Pemula

Disadur Dari :

Ceramah Upasaka Huang Qing-lan

Judul :

初機淨業指南

Dipersembahkan Dengan Setulusnya Oleh :

Sukacita Melafal Amituofo

www.smamituofo.blogspot.com

Disebarluaskan secara gratis, dilarang memperjualbelikan.


 
Daftar isi
Kata Pengantar ..........................................................................................................5

Ajaran Sukhavati Bagi Pemula..................................................................................6

Tekad Buddha Amitabha...........................................................................................7

Alam Sukhavati di Penjuru Barat..............................................................................9

Kolam Tujuh Mustika..............................................................................................11

Air Delapan Jasa Kebajikan....................................................................................12

Teratai Mustika........................................................................................................13

Pepohonan Mustika.................................................................................................14

Terpenuhinya Segala Keperluan............................................................................15

Menjelma Melalui Bunga Lotus..............................................................................16

Tahta Emas dan Tahta Perak...................................................................................17

Sembilan Tingkat Bunga Teratai.............................................................................19

Tempat Berkumpulnya Insan Berkebajikan Tinggi.................................................20

Kemampuan Gaib Bebas Tanpa Rintangan............................................................21

Alam Saha Penuh Sengsara.....................................................................................23


 
Avidya.....................................................................................................................27

Hukum Karma.........................................................................................................29

Menjauhi Penderitaan Memperoleh Kebahagiaan...................................................30

Tubuh Manusia Tidak Bersih..................................................................................31

Bahaya dari Tumimbal Lahir...................................................................................33

Pancasila Buddhis dan Dasa Kusala Karma............................................................37

Trailokya atau Triloka.............................................................................................44

Pasti Terlahir ke Alam Sukhavati............................................................................45

Yang perlu diketahui saat menjelang ajal................................................................50

Metode pelatihan diri dalam waktu keseharian.......................................................54

Memperteguh Keyakinan Hati.................................................................................55

Perumpamaan Kisah Terlahir ke Alam Sukhavati..................................................61

Cara untuk menfokuskan pikiran.............................................................................64

Dewa belum mengakhiri tumimbal lahir.................................................................66

Jasa kebajikan yang sesungguhnya..........................................................................69

Membakar Kitab Dewa Memilih Tanah Suci..........................................................70

Menfokuskan Diri Melafal Amituofo......................................................................72

Akhir Kata...............................................................................................................75

Daftar Pustaka..........................................................................................................76

Gatha Pelimpahan Jasa............................................................................................77


 
Ajaran Sukhavati Bagi Pemula

Kata Pengantar

Cara untuk terlahir ke Alam Sukhavati tak lain adalah melafal “Namo Amituofo”,
dengan begini sudah bisa berhasil. Tetapi manusia di dunia ini, ada yang sama
sekali tidak memahami kebenaran ini, ada pula yang mengerti sedikit, juga banyak
yang ragu dan bertanya-tanya. Maka itu mengapa buku ini ditulis, agar semua
orang bisa memahami sedikit Ajaran Buddha.

Hal yang tidak boleh tidak diketahui pembaca buku ini, yang utama dan yang
paling penting adalah menfokuskan pikiran melafal “Namo Amituofo”, sudah bisa
berhasil terlahir ke Alam Sukhavati.

Kalau bisa mengerti keseluruhan isi buku ini alangkah bagusnya, tetapi andaikata
ada hal yang tidak dipahami, maka cukup lewatkan saja, teruskan membaca hingga
selesai.

Shanghai, September 1922

Oleh : Upasaka Huang Qing-lan


 
Ajaran Sukhavati Bagi Pemula

Mengapa saya menulis buku ini? Oleh karena ingin menasehati anda sekalian agar
meyakini Ajaran Buddha, menasehati kalian agar mau melatih diri. Mengapa harus
meyakini Ajaran Buddha dan melatih diri? Oleh karena kita tinggal di dunia ini
sungguh sengsara.

Setelah melatih diri dan berhasil, maka kita akan terlahir di Alam Sukhavati,
dibandingkan dengan dunia yang kita diami sekarang ini, keunggulan yang dimiliki
Alam Sukhavati sungguh berlimpah ruah! Keunggulan Alam Sukhavati takkan
habis diungkapkan dengan kata-kata. Setelah kalian memahami keunggulan dari
Alam Sukhavati, maka saat itu tiada lagi yang mampu menghalangi keinginan
kalian ke sana.

Sesungguhnya sudah ada banyak buku yang menjelaskan tentang Alam Sukhavati,
tetapi isinya amat mendalam, sehingga tidak banyak orang yang sanggup
memahaminya. Maka itu saya memetik bait sutra yang mudah dipahami lalu
menjelaskan kembali dengan kata-kata yang mudah dimengerti.


 
Tekad Buddha Amitabha

Sebelum mencapai KeBuddhaan, Buddha Amitabha adalah seorang raja, oleh


karena mendengar pembabaran Dharma dari Buddha Lokesvararaja, sang raja
meninggalkan tahta kerajaannya, meninggalkan duniawi dan melatih diri, bernama
Bhiksu Dharmakara.

Bhiksu Dharmakara mengikrarkan tekad, setelah mencapai KeBuddhaan akan


menyelamatkan semua makhluk, termasuk makhluk di alam saha. Alam saha
adalah dunia yang kita tempati sekarang ini. Yang dimaksud dengan makhluk
adalah segala sesuatu yang memiliki kehidupan, jadi bukan hanya manusia, bahkan
hewan juga memiliki kehidupan, maka itu juga disebut sebagai makhluk, sehingga
mengikrarkan 48 tekad agung.

Dari 48 tekad agung tersebut, tekad yang ke-18 berbunyi : “Ketika Saya mencapai
KeBuddhaan, semua makhluk di sepuluh penjuru alam (penjuru timur, selatan,
barat, utara, tenggara, timur laut, barat daya, barat laut, atas dan bawah disebut
sebagai sepuluh penjuru), setelah mendengar namaKu “Amituofo”, asalkan dengan
hati yang setulusnya membangkitkan keyakinan yang sepenuhnya, suka
mempelajari Ajaran Sukhavati, juga melimpahkan jasa kebajikan yang diperbuat
dengan bertekad lahir ke Alam Sukhavati. Tak peduli berapa kali nama Buddha
yang dilafalnya, bahkan saat menjelang ajalnya walau hanya melafal sepuluh kali
saja juga dapat terlahir ke Alam Sukhavati. Jika tidak dapat terlahir ke Alam
Sukhavati, maka Saya tidak akan mencapai KeBuddhaan”.

Oleh karena memiliki tekad agung sedemikian rupa, barulah Bhiksu Dharmakara
berhasil mencapai KeBuddhaan. Maka itu praktisi yang melafal nama Buddha
Amitabha, dengan sendirinya akan memperoleh budi kebajikan Buddha Amitabha,
saat praktisi menjelang ajal, Buddha Amitabha akan datang menjemputnya terlahir
ke Alam Sukhavati. Asalkan mau melafal Amituofo maka tiada yang tidak berhasil.

48 tekad agung Buddha Amitabha adalah dibabarkan langsung oleh Buddha


Sakyamuni kepada manusia di dunia ini. Buddha Sakyamuni merupakan pendiri


 
Agama Buddha, rupang Buddha Sakyamuni biasanya dapat kita temui pada setiap
vihara.


 
Alam Sukhavati di Penjuru Barat

Melatih diri sampai berhasil, bagaimana baru dikatakan sebagai berhasil? Yaitu
kalau bisa terlahir ke Alam Sukhavati maka pelatihan diri telah berhasil. Alam
Sukhavati adalah alam tempat kediaman Buddha Amitabha. Alam tersebut sangat
bersih.

Permukaan tanah Alam Sukhavati seluruhnya terbentuk dari emas. Segala sesuatu
terbentuk dari beragam mustika, sungguh istimewa dan menakjubkan. Di dunia ini
tiada satupun benda yang dapat sebanding dengannya, bahkan istana langit
sekalipun!

Di Alam Sukhavati, tiada satupun tempat yang terkotori meskipun oleh setitik debu
pun, maka itu disebut sebagai “Tanah Suci”, yang berarti tempat yang bersih.

Mengapa dikatakan setelah terlahir ke Alam Sukhavati berarti pelatihan diri kita
sudah berhasil? Oleh karena setelah terlahir di Alam Sukhavati, kita sudah berhasil
mengakhiri samsara.

Apa maksudnya mengakhiri samsara? Oleh karena sesudah meninggal dunia, kita
akan bertumimbal lahir, setelah lahir mati lagi, demikianlah seterusnya menjalani
siklus kelahiran dan kematian yang tak berujung.

Dengan terlahir ke Alam Sukhavati kita bisa mengakhiri siklus kelahiran dan
kematian ini, beralih dari orang awam menjadi insan suci, kemudian mencapai
KeBuddhaan.

Dengan melatih diri sedemikian rupa, maka setiap orang bisa mencapai
KeBuddhaan.


 
Mengapa sampai di Alam Sukhavati bisa mencapai KeBuddhaan? Saya akan
menjelaskannya lebih lanjut, tetapi sebelumnya saya akan memperkenalkan
keunggulan-keunggulan yang dimiliki Alam Sukhavati.

10 
 
Kolam Tujuh Mustika

Alam Sukhavati di Penjuru Barat, bukan hanya permukaan alamnya yang


keseluruhannya terbentuk dari emas, bahkan masih ada banyak kolam mustika. Di
empat sisi kolam terdapat jalanan yang terbentuk dari empat jenis mustika, yakni
emas, perak, lapis lazuli dan kristal.

Paviliun di Alam Sukhavati terbentuk dari tujuh mustika (Sapta Ratna), yaitu :

1. Suvarna (emas)
2. Rupya (perak)
3. Vaidurya (lapis lazuli)
4. Sphatika (kristal)
5. Musaragalva (batu Tridacna)
6. Rohitamukta (mutiara merah)
7. Asmagarbha (batu akik)

Kolam-kolam di Alam Sukhavati disebut “Kolam Tujuh Mustika”, oleh karena


sekeliling kolam juga terbentuk dari tujuh jenis mustika.

11 
 
Air Delapan Jasa Kebajikan

Air di dalam Kolam Tujuh Mustika disebut sebagai “Air Delapan Jasa
Kebajikan” yakni jernih, sejuk, manis, lembut, melembabkan, mendamaikan,
menghilangkan rasa haus dan lapar, mengembangkan akar kebajikan. Setelah
minum air ini akan memiliki manfaat yang tidak habis diungkapkan dengan kata-
kata.

Ketika membersihkan raga di kolam ini, jika menghendaki air hangat, maka air
kolam akan jadi hangat, jika ingin lebih sejuk, maka air kolam akan jadi sejuk. Jika
menghendaki permukaan air lebih tinggi atau rendah, maka semuanya akan
terwujud sesuai dengan keinginan masing-masing. Dasar kolam bertaburkan pasir
emas.

12 
 
Teratai Mustika

Masih ada beraneka warna Bunga Lotus. Bunga Lotus di Alam Sukhavati
adalah berbeda dengan Bunga Lotus yang ada di dunia ini yang berukuran kecil
dan cuma bisa bertahan beberapa hari saja lalu layu.

Bunga Lotus di Alam Sukhavati besarnya serupa roda pedati, bahkan juga
terbentuk dari beragam jenis mustika, maka itu tidak mudah layu. Bunga Lotus
yang beraneka warna akan memancarkan cahaya sesuai dengan warna masing-
masing, contohnya Bunga Lotus warna merah akan memancarkan cahaya merah,
Bunga Lotus warna kuning akan memancarkan cahaya kuning dan sebagainya.

Bunga Lotus di Alam Sukhavati menebarkan harum semerbak dan indah


menakjubkan.

13 
 
Pepohonan Mustika

Di empat sisi Kolam Mustika terdapat barisan-barisan pepohonan mustika. Lalu


ada selapis-lapis jaring-jaring mustika, yang juga dibentuk oleh beragam jenis
mustika, terhampar di atas pepohonan mustika.

Pepohonan mustika akan menebarkan harum semerbak yang istimewa, bahkan


memunculkan buah yang menakjubkan.

Di Alam Sukhavati juga terdapat semilir angin yang berhembus meniup pepohonan
mustika, sehingga mengalunkan irama kebahagiaan. Bukan hanya enak didengar,
bahkan irama tersebut juga mengumandangkan Dharma, setelah mendengarnya
akan segera membangkitkan perenungan pada Buddha, Dharma dan Sangha.
Menurut anda apakah hal ini bagus tidak? Menakjubkan tidak?

Keunggulan Alam Sukhavati takkan habis diungkapkan dengan kata-kata dan juga
tidak bisa kita bayangkan keluar.

14 
 
Terpenuhinya Segala Keperluan

Keunggulan Alam Sukhavati tidak habis diungkapkan dengan kata-kata, contohnya


ketika timbul keinginan makan, maka makanan segera terhidang di hadapan anda.
Ingin makan apa saja juga ada. Tidak perlu keluar uang membelinya, juga tidak
perlu capek-capek memasaknya.

Makanan tersebut dihidangkan ke dalam patra (mangkok) yang indah dan sedap
dipandang mata serta merupakan benda yang bernilai tinggi. Anda ingin patra
tersebut terbuat dari emas maka patra emas langsung hadir di hadapanmu, anda
ingin yang perak maka patra perak langsung hadir di hadapanmu. Anda ingin yang
terbentuk dari permata maka patra permata langsung hadir di hadapanmu.

Selesai makan, patra dan perlengkapan makan lainnya segera sirna, juga tidak
perlu membereskan dan mencucinya. Lagi pula walaupun anda tidak makan juga
takkan merasa lapar, meskipun makan banyak juga takkan perut kembung.

Pakaian apapun yang ingin dikenakan langsung melekat di tubuh. Sepanjang tahun
takkan ada empat musim, cuacanya tidak dingin juga tidak panas, senantiasa sejuk
dan nyaman. Bunga-bunga bermekaran dan takkan layu, senantiasa segar dan
indah.

Coba bayangkan, di dunia ini mana ada tempat sebagus ini? Bukan hanya tidak ada,
bahkan mimpi pun takkan kebayang.

15 
 
Menjelma Melalui Bunga Lotus

Bunga Lotus yang ada di Alam Sukhavati bukan hanya sedap dipandang mata,
namun memiliki kegunaan yang besar sekali!

Apabila di dunia ini ada praktisi yang melafal Amituofo, maka di Alam Sukhavati
akan tumbuh sekuntum Bunga Lotus, demikian pula bila ada sepuluh orang yang
melafal Amituofo maka di Alam Sukhavati akan tumbuh sepuluh kuntum Bunga
Lotus. Begitu juga apabila ada ratusan, ribuan, puluhan ribu yang melafal
Amituofo maka akan tumbuh ratusan, ribuan, puluhan ribu kuntum Bunga Lotus.

Kalau semakin melafal semakin tulus, maka Bunga Lotus akan kian hari kian
cemerlang. Ketika praktisi ini menjelang ajal, Buddha Amitabha bersama
Bodhisattva Avalokitesvara, Bodhisattva Mahasthamaprapta dan para
Bodhisattvaya Mahasattvaya lainnya akan hadir di hadapan praktisi tersebut.

Buddha Amitabha akan membawa sekuntum Bunga Lotus yang merupakan hasil
melafal Amituofo si praktisi, datang menjemputnya ke Alam Sukhavati. Sampai di
Alam Sukhavati, praktisi ini akan keluar dari Bunga Lotus. Bunga Lotus ada yang
berupa tahta emas dan ada pula tahta perak.

Begitu lahir sudah serupa dengan penduduk Alam Sukhavati, jadi tidak serupa
dengan di dunia ini, dimana bayi yang baru lahir harus melalui berbagai tahapan
barulah menjadi orang dewasa.

Andaikata praktisi yang selama berada di dunia melafal Amituofo dengan tidak
serius, sebentar rajin sebentar malas, maka cahaya Bunga Lotus akan memudar.
Kalau hatinya mundur dan sama sekali tidak berminat melafal lagi, maka Bunga
Lotus akan layu.

16 
 
Tahta Emas dan Tahta Perak

Apakah yang dimaksud dengan tahta emas dan tahta perak? Tahta adalah tempat
duduk pada Bunga Teratai, praktisi yang memiliki ketrampilan melafal Amituofo
yang mendalam akan memperoleh tahta emas, sedangkan yang ketrampilannya
dangkal akan memperoleh tahta perak, tidak jauh bedanya.

Lagi pula penduduk Alam Sukhavati sepanjang tahun takkan menderita sakit, usia
mereka adalah tanpa batas. Manusia di dunia ini lahir dari kandungan sehingga
mudah jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Penduduk Alam Sukhavati
menjelma melalui Bunga Lotus, maka itu keadaan jasmani Mereka beda jauh
dengan manusia di dunia ini.

Di Alam Sukhavati tidak ada kaum hawa, sedangkan di dunia ini terlahir jadi
wanita harus mengalami beragam kesengsaraan. Praktisi wanita yang bertekad
terlahir ke Alam Sukhavati, saat ajalnya berakhir akan menjelma menjadi pria,
maka itu penduduk di Alam Sukhavati semuanya adalah pria.

Manusia di dunia ini melakukan berbagai kejahatan, alasannya cuma demi dua hal
yakni uang dan wanita. Di Alam Sukhavati tidak ada wanita sehingga nafsu indria
takkan muncul. Di Alam Sukhavati segala sesuatu terpenuhi sesuai dengan yang
dipikirkan, jadi uang tidak punya kegunaannya sama sekali.

Oleh karena di Alam Sukhavati mau makan apa saja, mau pakaian apa saja, segala
kebutuhan sandang, pangan dan papan sudah terpenuhi sesuai dengan keinginan,
jadi apa gunanya punya uang di sana?

Lagi pula di Alam Sukhavati, segala sesuatu terbentuk dari beraneka jenis mustika,
di seluruh permukaan alam dipenuhi dengan pepohonan mustika, jaring-jaring
mustika, paviliun mustika, kolam mustika, teratai mustika, semuanya adalah
mustika, jadi uangnya mau dibuat beli apa lagi?

17 
 
Oleh karena di Alam Sukhavati, uang tidak punya pamor sama sekali, jadi beda
jauh dengan di dunia ini, dimana manusia berseteru mati-matian demi
memperebutkan harta kekayaan, sehingga menciptakan banyak karma buruk.

18 
 
Sembilan Tingkat Bunga Teratai

Di Alam Sukhavati terdapat sembilan tingkat Bunga Teratai, yakni :

1. Tingkatan Atas Bagian Atas

2. Tingkatan Atas Bagian Menengah

3. Tingkatan Atas Bagian Bawah

4. Tingkatan Menengah Bagian Atas

5. Tingkatan Menengah Bagian Menengah

6. Tingkatan Menengah Bagian Bawah

7. Tingkatan Bawah Bagian Atas

8. Tingkatan Bawah Bagian Menengah

9. Tingkatan Bawah Bagian Bawah

Terlahir pada tingkatan tinggi atau rendah adalah tergantung pada kedalaman atau
kedangkalan ketrampilan melafal Amituofo yang dimiliki masing-masing praktisi.

Tak peduli terlahir pada tingkatan paling rendah sekalipun, juga sudah termasuk
praktisi yang berhasil dan merupakan penduduk Alam Sukhavati, sebagai insan
berkebajikan tinggi.

19 
 
Tempat Berkumpulnya Insan Berkebajikan Tinggi

Penduduk Alam Sukhavati senantiasa bersama-sama melatih diri, apa yang Mereka
lakukan tak terpisahkan dari sila, samadhi dan prajna. Sila adalah pengendalian diri,
takkan melakukan karma buruk meskipun sedang berada sendirian. Samadhi
adalah menfokuskan pikiran melafal Amituofo, selain sepatah Amituofo takkan
ada lagi bentuk pikiran lainnya. Prajna adalah kebijaksanaan, memahami
kebenaran, takkan timbul khayalan.

Setelah terlahir ke Alam Sukhavati, kita berada bersama dengan para insan
berkebajikan tinggi, setiap hari belajar bersama-sama. Takkan mendengar
perkataan maupun kejadian buruk, takkan bertemu dengan orang jahat.

Selain itu masih ada para Maha Bodhisattva, seperti Bodhisattva Avalokitesvara,
Bodhisattva Mahasthamaprapta, Bodhisattva Manjushri, Bodhisattva
Samantabhadra dan Bodhisattvaya Mahasattvaya lainnya, yang merupakan Calon
Buddha. Mereka merupakan sahabat belajar kita semuanya.

Setiap hari kita akan mendengar pembabaran Dharma dari Buddha Amitabha, kian
hari kian mengalami kemajuan batin, dengan sendirinya KeBuddhaan dapat
tercapai.

Di dunia ini kita hanya bisa melihat rupang Buddha, Bodhisattva dan Arahat yang
merupakan hasil ukiran atau lukisan. Tetapi di Alam Sukhavati kita bisa bertemu
dengan Buddha, Bodhisattva dan Arahat yang hidup dan nyata. Bahkan setiap hari
bisa berada bersama Mereka.

Hal yang begitu membahagiakan ini, cuma ada di Alam Sukhavati, setelah
memahaminya, akankah kita masih tidak punya niat ke sana?

20 
 
Kemampuan Gaib Bebas Tanpa Rintangan

Setelah terlahir di Alam Sukhavati kita akan memiliki kemampuan gaib yang
sempurna.

Yang pertama adalah Mata Dewa, bukan hanya bisa melihat nun jauh di sana,
bahkan walaupun ada tembok besar yang membatasi penglihatan, atau malam hari
yang gelap gulita, dengan Mata Dewa dapat melihat dengan bebas tanpa rintangan.

Yang kedua adalah Telinga Dewa, bukan saja mampu mendengar suara nun jauh di
sana, bahkan suara yang sehalus apapun juga bisa terdengar jelas.

Yang ketiga adalah kemampuan mengetahui isi hati orang lain. Jadi bukan hanya
bisa mengetahui isi hati sendiri, bahkan orang yang berada di sekitar kita, jauh atau
dekat, kenal atau tidak kenal, semua isi pikiran mereka dapat kita ketahui dengan
jelas.

Yang keempat, mampu mengingat masa kelahiran lampau. Saat sekarang saja kita
sudah melupakan peristiwa yang terjadi saat kita masih berusia lima atau enam
tahun. Sampai di Alam Sukhavati jangankan satu atau dua masa kehidupan lampau
saja, bahkan puluhan, ratusan, ribuan bahkan puluhan ribu masa kehidupan lampau
juga masih bisa kita ingat.

Yang kelima adalah kemampuan gaib sempurna, dapat menyempurnakan


“kemampuan gaib yang bebas tanpa rintangan”. Di dunia ini bila kita hendak
menuju ke tempat yang lebih jauh, tidak bisa dilakukan dengan jalan kaki,
melainkan membutuhkan moda transportasi, tetapi setelah terlahir di Alam
Sukhavati, bukan saja mampu mengelilingi seluruh Alam Sukhavati, bahkan juga
bisa berjelajah di alam para Buddha di sepuluh penjuru, hanya dalam waktu
sekejab saja, juga tidak perlu buang tenaga dan capek-capek, bawa koper segala.

21 
 
Di dunia ini, walaupun kita ingin meniru backpacker juga harus takar
kemampuan diri dulu, ketemu gunung, sungai, lautan, badai, hujan, salju, maka
terpaksa harus mengurungkan niat untuk adu nyali. Tetapi begitu terlahir ke Alam
Sukhavati, setelah resmi menjadi penduduk di sana, maka mau ke mana saja tidak
perlu lagi berpikir dua kali, langsung tiba di tempat tersebut.

Bayangkan saja perjalanan yang amat menyenangkan ini, tidak ada yang bisa
membatasi ruang gerak kita, juga bisa langsung sampai di tujuan, bukankah begitu
mengasyikkan?

Lima jenis kemampuan gaib di atas disebut sebagai Panca Abhinna. Di dalam
Ajaran Buddha, bisa memperoleh lima jenis kemampuan gaib ini saja sudah
mengungguli para Dewa, ditambah lagi satu lagi yakni kemampuan gaib yang
diperoleh dengan melenyapkan kekotoran batin (klesa), sehingga menjadi Enam
jenis kemampuan gaib atau Sad Abhinna. Jadi Arahat bisa memperoleh enam jenis
kemampuan gaib.

22 
 
Alam Saha Penuh Sengsara

Dunia kita ini dipenuhi penderitaan, kita menjalani hidup tanpa tujuan, tidak
pernah merenungkan sejenak sehingga tidak melihat jelas akan derita dunia ini.
Penderitaan yang dialami manusia dapat dibagi atas 8 jenis.

Penderitaan yang pertama adalah lahir, dimulai saat berada dalam kandungan
ibunda, ketika bunda minum air atau makan makanan dingin, maka janin akan
merasa dingin membeku bagaikan berada di samping gunung es; ketika bunda
minum air atau makan makanan hangat, maka janin akan merasa kepanasan seperti
berada di samping gunung berapi.

Ketika perut ibunda kenyang, si janin merasa seperti ditimpa oleh sebuah
gunung yang berat. Menjelang lahir ke dunia, si janin merasa seperti dijepit oleh
dua buah gunung, si janin berusaha keras untuk melewatinya dan keluar, siksaan
tersebut tak terungkapkan dengan kata-kata.

Maka itu mengapa bayi yang baru lahir akan menangis dan menjerit-jerit.
Tetapi ketika mulai bisa bicara dia malah telah melupakannya.

Inilah yang disebut sebagai penderitaan lahir.

Yang kedua adalah penderitaan sakit. Musim yang silih berganti, sebentar
panas sebentar dingin membuat manusia mudah jatuh sakit, berapa banyak jenis
penyakit yang ada maka berapa jenis pula siksaan yang dialami. Tetapi setelah
penyakit sembuh, manusia melupakan derita yang pernah dialaminya.

Inilah yang disebut sebagai penderitaan sakit.

23 
 
Yang ketiga adalah penderitaan usia tua. Di dunia ini kalau bukan hidup
sampai lanjut usia dan mati, maka dikatakan sebagai pendek umur, ini tidak bagus.
Tetapi manusia yang hidup sampai usia lanjut, akan mengalami berbagai siksaan.
Contohnya penglihatan mulai kabur, telinga mulai tidak mendengar dengan jelas,
gigi tidak mampu mengunyah lagi, kaki tidak leluasa berjalan lagi, dan beragam
kesengsaraan yang tiada habisnya.

Inilah yang disebut sebagai penderitaan hari tua.

Yang keempat adalah kematian. Manusia yang ajalnya tiba akan menjalani
siksaan berat. Lihat saja ketika seseorang yang sedang menghadapi ajalnya,
kebanyakan lidahnya akan kaku, sesak nafas, tangan dan kaki juga tidak bisa
bergerak, terbaring di ranjang menahan rasa sakit yang tak terkatakan.

Mau makan juga tidak bisa menelan, ingin muntah juga tidak bisa keluar,
tangan dan kaki sudah tidak bisa digerakkan, merasa sedih sekali, ingin mati tapi
juga tidak bisa.

Gejala seperti ini amat banyak, apalagi bagi yang punya banyak urusan yang
harus disampaikan, ingin menyampaikan pesan kepada putra putrinya tapi sudah
tidak mampu bicara lagi.

Atau ada yang kesadarannya masih jelas (tidak pikun), tetapi mulutnya tidak
mampu berbicara lagi, hanya bisa menatap anggota keluarganya saja, di dalam hati
ada kesedihan yang tak terungkapkan dengan kata-kata.

Apalagi yang mati secara tidak wajar, maka siksaan tersebut lebih
menyengsarakan lagi.

24 
 
Inilah yang disebut sebagai penderitaan kematian.

Yang kelima adalah penderitaan akibat berpisah dengan yang dicintai.


Misalnya suami, istri dan anak-anaknya setiap hari berada bersama, sungguh
menarik. Tetapi demi mencari nafkah, suatu hari si suami harus bepergian jauh. Di
tengah perjalanan bertemu dengan bandit dan tewas dibunuh. Kematian ini akan
membawa perpisahan yang memilukan.

Atau juga sering berkumpul bersama sanak saudara atau teman-teman, ini
juga sungguh menarik. Ada pertemuan pasti ada perpisahan, setelah berpisah pasti
ada rasa sedih.

Inilah yang disebut sebagai penderitaan karena berpisah dengan yang dicintai.

Yang keenam adalah berkumpul dengan yang dibenci. Yakni bertemu dengan
musuh berbuyutan. Tidak suka tapi bisa bertemu dan tidak bisa menghindar atau
menjauh, sesudah bertemu akan muncul rasa tidak senang dan perasaan lain yang
tidak nyaman. Atau orang yang ingin menipu harta bendamu, atau yang ingin
mencelakai nyawamu.

Inilah yang disebut sebagai penderitaan karena berkumpul dengan yang


dibenci.

Yang ketujuh adalah penderitaan akibat keinginan yang tak tercapai.


Contohnya kita mengharapkan bisa memperoleh sesuatu tetapi malah tak terkabul,
atau kejadian yang tidak sesuai dengan keinginan hati.

25 
 
Inilah yang disebut sebagai penderitaan akibat keinginan yang tak tercapai.

Yang kedelapan adalah penderitaan Panca Skandha. Panca Skandha terdiri


dari rupa (tubuh jasmani), vedana (perasaan), samjna (persepsi/pencerapan),
sankhara (bentuk-bentuk pikiran) dan vijnana (kesadaran).

Segala sesuatu yang memiliki bentuk dan wujud disebut sebagai “rupa”.
Vedana (perasaan) adalah merasakan suka dan duka. Samjna
(persepsi/pencerapan) adalah niat baik dan niat buruk yang ada di dalam hati.

Sankhara adalah bentuk-bentuk pikiran yang senantiasa muncul dan lenyap,


bentuk pikiran yang satu baru saja lenyap, bentuk pikiran lainnya segera
bermunculan; muncul dan lenyap tanpa henti. Vijnana adalah kesadaran.

Panca Skandha ini telah menutupi jiwa sejati sehingga hati manusia jadi sesat
dan melakukan berbagai karma buruk. Ketika Panca Skandha bertemu dengan
tiga racun (lobha, dosa dan moha) maka ibarat api bertemu dengan kayu bakar,
berkobar dan membara.

Kesimpulannya di dunia ini ada beraneka ragam kesengsaraan. Delapan jenis


penderitaan ini dialami baik orang kaya maupun orang miskin, bangsawan
maupun rakyat jelata, setiap orang pasti mengalaminya. Orang kaya memiliki
penderitaan orang kaya, demikian pula orang miskin memiliki penderitaan
orang miskin, maka itu mana ada penderitaan yang bisa habis diungkapkan
dengan kata-kata?

26 
 
Avidya

Avidya adalah ketidaktahuan atau kegelapan batin. Avidya menutupi jiwa sejati
(Jiwa KeBuddhaan) kita sehingga tidak bisa memahami kebenaran. Setelah
berhasil mencapai tingkatan Maha Bodhisattva maka Avidya akan semakin
berkurang, sehingga mampu melihat segala sesuatu adalah khayalan semu.

Setelah Avidya dilenyapkan hingga tuntas, barulah khayalan semu ini akan sirna
dengan sendirinya, barulah kebenaran dapat dipahami, inilah pencapaian
KeBuddhaan.

Kebenaran ini sulit dipahami, namun praktisi pemula hendaknya juga perlu
mengetahui garis besarnya. Setelah memahaminya barulah secara bertahap dapat
meredakan lobha (ketamakan), dosa (kebencian) dan moha(kedunguan).

Di sini saya mengemukakan sebuah perumpamaan, ketika anda tidur terlelap dalam
mimpi, di dalam mimpi ada diri sendiri, orang-orang di sekitar kita, juga ada
rumah, ada benda-benda lainnya. Kadang kala suasana dalam mimpi itu adalah
menyenangkan dan indah, sebaliknya kadang kala suasana tersebut malah sungguh
tak menyenangkan. Sampai ketika kita terbangun barulah menyadari ternyata itu
adalah mimpi.

Coba pikirkan, tubuh jasmani kita tergeletak di atas tempat tidur, jadi di dalam
mimpi itu sosok diri sendiri itu adalah siapa? Dari mana asalnya? Lantas suasana
dalam mimpi itu apakah nyata atau tidak?

Perlu diketahui bahwa oleh karena pikiran sedang disesatkan oleh Mara Tidur,
barulah muncul fenomena-fenomena semu. Seseorang yang berada dalam alam
mimpi tidak menyadari bahwa fenomena yang sedang dihadapinya adalah semu.

27 
 
Ini serupa dengan diri kita sebagai orang awam, oleh karena pikiran kita disesatkan
oleh Avidya (kegelapan batin), sehingga menciptakan banyak karma buruk,
padahal fenomena kehidupan itu adalah semu adanya.

28 
 
Hukum Karma

Hati sejati kita adalah sama dengan Hati Buddha, hanya saja sekarang masih
ditutupi dan disesatkan oleh Avidya, sehingga hati sejati tidak bisa muncul ke
permukaan. Segala sesuatu adalah semu adanya.

Meskipun kalian telah mengerti bahwa segala sesuatu adalah kosong, tetapi
janganlah karena hal ini sehingga bisa sesuka hati melakukan karma buruk. Oleh
karena Hukum Karma tetap berlaku, segala perbuatan pasti ada balasannya.

Ibarat sepetak lahan persawahan, saat musim semi menabur benih padi, sampai
pada musim gugur akan menghasilkan panen padi, ini adalah kebenaran yang pasti.
Menanam benih karma buruk akan menghasilkan akibat karma buruk. Demikian
pula bila menanam benih KeBuddhaan maka akan menghasilkan buah
KeBuddhaan.

Melafal Amituofo adalah menanam benih KeBuddhaan, kelak menghasilkan buah


KeBuddhaan, ini juga merupakan kebenaran Hukum Karma atau Hukum Sebab
Akibat.

Dengan melafal Amituofo menanam benih KeBuddhaan, saat menjelang ajal


terlahir ke Alam Sukhavati dan melatih diri mencapai KeBuddhaan.

Sampai di sini, saya kembali mengingatkan pembaca sekalian, apabila ada hal yang
tidak dimengerti, lewatkan saja, tidak perlu dipaksakan untuk memahaminya.

Asalkan dapat membangkitkan keyakinan pada Hukum Karma dan tidak timbul
keraguan, asalkan dapat membangkitkan ketulusan melafal Amituofo, kelak pasti
bisa terlahir ke Alam Sukhavati, senantiasa mengingat perkataan ini di dalam hati.

29 
 
Menjauhi Penderitaan Memperoleh Kebahagiaan

Usia manusia di dunia ini amatlah singkat, berapa orang yang dapat hidup sampai
usia 70 atau 80 tahun? Orang yang mati dalam usia muda, bahkan yang baru lahir
beberapa hari saja sudah mati.

Sampai di Alam Sukhavati memiliki usia tanpa batas, takkan mengalami kematian,
selamanya terlepas dari penderitaan kematian. Penduduk Alam Sukhavati
menjelma melalui Bunga Teratai, sehingga takkan mengalami penderitaan
kematian. Dengan demikian penderitaan tua, sakit, berpisah dengan orang yang
dicintai, berkumpul dengan orang yang dibenci, keinginan yang tak tercapai,
semua penderitaan ini takkan ada.

Lagi pula dapat menyempurnakan sila, samadhi dan prajna, sehingga lobha, dosa
dan moha sirna dengan sendirinya. Mampu mengamati segala sesuatu dengan jelas
dan benar, sehingga dapat memahami Panca Skandha adalah kosong. Oleh karena
Panca Skandha merupakan akar penderitaan dan akar penderitaan ini telah dicabut
sehingga memperoleh kebahagiaan.

Oleh karena tubuh jasmani manusia sungguh rapuh, sedikit saja mengalami luka
maka akan merasakan siksaan berat, apabila lukanya besar maka akan
mengakibatkan kematian. Dengan tubuh jasmani yang rapuh ini bagaimana bisa
disebut sebagai ksatria? Daripada menjadi ksatria tukang cipta karma, lebih baik
menjadi Insan Suci di Alam Sukhavati bukan?

30 
 
Tubuh Manusia Tidak Bersih

Ketika sehela nafas masih ada maka manusia masih tampak gagah dan bergaya,
tetapi begitu sehela nafas tak kembali lagi, coba bayangkan seperti apa lagi
tampaknya? Terbujur kaku dengan muka pucat, kalau musim dingin jasadnya
masih bisa tahan beberapa hari, tetapi kalau cuaca lagi panas, maka cuma sehari
saja sudah mengeluarkan bau busuk. Beberapa hari lagi jasadnya sudah membusuk
dan hancur, tiada orang yang berani melihatnya, termasuk istri dan anak sendiri.

Ketika kalian melihat seorang gadis jelita, perasaan suka langsung muncul tak
karuan. Cobalah pejamkan mata dan renungkan, andaikata gadis jelita itu
mendadak mati, lalu tinggal jasadnya, apakah kalian masih berani meliriknya?

Beberapa hari lagi wajah yang pernah mempesona ini, akan membusuk dan hancur,
darah dan nanah akan mengalir keluar di sela-sela tumpukan tulang, dimana lagi
perasaan suka dan tergila-gila anda tempo hari?

Beberapa hari lagi si cantik hanya tersisa tengkorak dan tulang belulang, masihkah
anda akan mencintainya seperti dulu? Maka itu orang yang tergila-gila pada wanita
cantik adalah orang yang paling dungu.

Jangankan bilang orang yang telah mati, meskipun masih hidup, wanita yang
mengenakan pakaian indah, dengan sendirinya akan tampak cantik dan
mempesona, tetapi bila mengamati dengan jelas, apa yang ada dibalik kulit
mulusnya?

Semuanya adalah kotoran, tak ada satupun bagian tubuhnya yang bukan sedang
memproduksi kotoran, dibalik kulitnya sedang memproduksi keringat, darah dan
nanah, ginjalnya sedang memproduksi air seni, dan sebagainya, bagaimana semua
ini tidak menghasilkan bau busuk? Jorok tidak?

31 
 
Maka itu sesungg guhnya manusia itu tidak memiliki dayya tarik appapun. Sebbuah
tubuh jasmani seesungguhnyya merupaakan bendda jorok yang
y bau, jadi buat apa
melekatt padanya??

Hanya dengan melafal


m Ammituofo terllahir ke Alam
A Sukhavati, mennjelma meelalui
Bunga Teratai,
T memperoleh
m h tubuh vaj
ajra yang taakkan rusaak, raga yaang bersihh dan
harum.

32 
 
Bahaya dari Tumimbal Lahir

Ada orang yang bertanya padaku, mengapa hidup dunia ini sungguh menderita?

Saya menjawab : Oleh karena manusia di dunia ini pada masa kelahiran lampaunya
melakukan karma buruk, maka itu sekarang menerima balasannya. Tetapi pada
masa kelahiran lampau karma buruk yang diperbuat tidak begitu berat, makanya
akibat karma yang diterima sekarang juga tidak begitu berat.

Mengapa dikatakan tidak begitu berat? Oleh karena masih bisa terlahir jadi
manusia, kalau karma buruk yang dilakukan ternyata begitu berat, maka bisa saja
jatuh ke alam binatang.

Lantas ada pula yang bertanya padaku, kalau dikatakan manusia pada masa
kelahiran lampaunya melakukan karma buruk, kenapa sekarang ada pula manusia
yang terlahir jadi orang kaya dan berkedudukan tinggi?

Saya menjawab : Orang kaya dan berkedudukan tinggi, selain tidak melakukan
karma buruk yang berat, mereka juga menimbun berkah, maka itu pada masa
kehidupan sekarang jadi orang kaya dan berkedudukan tinggi.

Walaupun kaya dan berkedudukan tinggi, namun juga tak terhindarkan dari
delapan jenis penderitaan, sedangkan kebahagiaan Alam Sukhavati, satupun tidak
dapat dinikmati.

Maka itu meskipun lebih lumayan daripada jatuh ke alam binatang, tapi
kebahagiaan yang diperoleh tidaklah sempurna. Kebahagiaan sejati hanya bisa
diperoleh di Alam Sukhavati.

33 
 
Lagi pula jaman sekarang ini orang kaya dan berkedudukan tinggi justru lebih
mudah menciptakan karma buruk, sehingga pada masa kelahiran mendatang,
bukan saja tidak bisa terlahir sebagai orang kaya, bahkan untuk terlahir jadi
manusia kembali merupakan hal yang mustahil.

Begitu kehilangan raga manusia, tidak tahu harus menunggu sampai kapan barulah
bisa terlahir kembali jadi manusia. Oleh karena kita telah memperoleh kesempatan
terlahir sebagai manusia maka lekaslah melatih diri. Melatih diri sampai berhasil
mencapai Alam Sukhavati, selamanya takkan bertumimbal lahir lagi.

Ada orang yang bertanya : “Pada masa kelahiran ini, saya tidak melatih diri dan
juga tidak melakukan karma buruk. Pada masa kelahiran mendatang, apakah saya
masih bisa terlahir kembali jadi manusia, takkan jatuh ke alam binatang? Jadi
meskipun pada masa kelahiran sekarang saya tidak melatih diri, mungkin kelahiran
berikutnya saya baru memulai melatih diri, masih sempat bukan?”

Saya menjawab : Menabur benih terlebih dulu, maka memetik buahnya terlebih
dulu. Pada masa kelahiran sekarang anda berkesempatan terlahir jadi manusia,
entah pada masa kelahiran yang mana anda telah menimbun berkah sedemikian
rupa.

Mungkin pada dua masa kelahiran lampaumu, atau pada tiga masa kelahiran
lampaumu telah menimbun berkah sehingga pada masa kelahiran sekarang
berkesempatan jadi manusia.

Meskipun pada kelahiran sekarang anda bilang tidak melakukan karma buruk,
tetapi bagaimana dengan kelahiran-kelahiran yang lampau? Kalau ada menanam
benih alam binatang pada masa kelahiran lampau maka pada masa kelahiran
mendatang akan jatuh ke alam binatang.

34 
 
Perlu anda ketahui bahwa begitu jatuh ke alam binatang, maka tidak ada orang
yang akan menyampaikan Dharma kepadamu, sehingga anda tidak tahu melatih
diri.

Umpamanya pada masa kelahiran berikutnya anda lahir di keluarga kaya. Saat itu
anda punya banyak uang dan kekuasaan. Hari ini menyembelih dan makan daging
ayam dan bebek, besoknya menyembelih dan makan babi dan kerbau. Selain itu
juga berjudi, mabuk-mabukkan, melakukan perbuatan asusila.

Atau punya kekuasaan lalu menindas dan mengganggu orang lain, atau sudah jadi
pejabat tapi masih menginginkan harta milik orang lain, menekan rakyat kecil.
Atau sudah merampas harta orang lain tapi masih berpura-pura jujur, melindungi
orang jahat, menfitnah orang baik, dan sebagainya.

Semakin tinggi kekuasaan semakin banyak pula menciptakan karma buruk. Dalam
hatinya merasa senang, bisa berbuat sesuka hati dan merasa hebat.

Setiap hari sibuk melakukan kejahatan, mana ada waktu buat melatih diri? Maka
itu bila membicarakan tentang melatih diri, maka segeralah melafal Amituofo.
Melafal Amituofo adalah urusan yang amat mendesak sehingga harus cepat-cepat
dilakukan, dengan demikian pelatihan diri barulah bisa berhasil!

Lagi pula hati manusia sekarang, kian hari kian jahat. Pelaku kejahatan kian hari
kian bertambah. Maka itu di dunia ini, kalpa peperangan, bencana banjir, bencana
kekeringan, bencana api dan wabah penyakit, lebih parah beratus-ratus kali
dibandingkan dengan tempo dulu.

35 
 
Bahkan boleh dikatakan tidak ada tempat yang tidak ada bencananya, tidak perlu
membandingkan dengan jaman yang silam, katakan saja 50 tahun yang lalu,
apakah keadaannya serupa dengan sekarang? Apakah ada begitu banyak bencana?

Hati manusia waktu itu, kebiasaan masyarakat saat itu, meskipun tidak terlampau
bagus, tetapi bila dibandingkan dengan hati manusia sekarang ini, masih tergolong
begitu lumayan!

Lantas bagaimana pula masa yang akan datang? Masa mendatang, baik bencana,
wabah penyakit akan lebih parah lagi daripada saat sekarang ini! Kesengsaraan
yang akan dialami lebih berkali-kali lipat.

Maka itu menasehati anda sekalian, lekaslah melafal Amituofo, bertekad terlahir
ke Alam Sukhavati, keluar dari tempat yang penuh siksaan ini!

36 
 
Pancasila Buddhis dan Dasa Kusala Karma

Ada sejenis orang yang tidak memahami kebenaran, lalu melafal Amituofo dan
membaca sutra, katanya bisa dipakai sebagai uang di alam baka nanti. Ini adalah
ucapan orang yang tidak tahu kebenaran.

Yang pertama, lafalan Amituofo bagaimana bisa dianggap sebagai uang? Sutra
Buddha merupakan ucapan Buddha, ucapan Buddha bagaimana pula bisa dianggap
sebagai uang?

Yang kedua, setelah meninggal dunia hendaknya berpikir ke Alam Sukhavati


barulah benar, kenapa pula pikirannya ke alam setan kelaparan? Jadi setan lebih
sengsara daripada manusia. Jadi manusia saja sudah begitu susah, masih
mempersiapkan diri pula jadi setan?

Maka itu melafal Amituofo dan membaca sutra, semestinya berpikir ke Alam
Sukhavati, begini barulah benar.

Mengapa dikatakan bahwa setan lebih sengsara daripada manusia? Berikut ini
adalah penjelasannya.

Menurut sutra Buddha ada 31 alam kehidupan yang dapat dikategorikan menjadi
tiga kelompok besar yang disebut sebagai Trailokya atau Triloka, yaitu :

1. Kamaloka
2. Rupaloka
3. Arupaloka

Kamaloka terdiri dari enam alam tumimbal lahir yaitu :

37 
 
1. Alam Dewa
2. Alam Manusia
3. Alam Asura
4. Alam Binatang
5. Alam Setan Kelaparan
6. Alam Neraka

Alam Dewa, Alam Manusia dan Alam Asura disebut sebagai tiga alam bajik,
sedangkan Alam Binatang, Alam Setan Kelaparan dan Alam Neraka disebut
sebagai tiga alam penderitaan atau tiga alam rendah.

Dapat terlahir di tiga alam bajik adalah mereka yang telah mengamalkan “Sepuluh
Kebajikan” atau “Dasa Kusala Karma”, sedangkan terlahir di tiga alam penderitaan
adalah mereka yang telah melakukan “Sepuluh Kejahatan” atau “Dasa Akusala
Karma”.

Dasa Akusala Karma atau Sepuluh Kejahatan adalah :

Perbuatan yang dilakukan melalui tubuh jasmani (Kaya-kamma) :

1. Membunuh
2. Mencuri
3. Perbuatan asusila

Perbuatan yang dilakukan melalui ucapan (Vaci-kamma) :

4. Berbohong
5. Menfitnah atau mengadu domba
6. Membujuk atau merayu
7. Mengucapkan kata kasar

Perbuatan yang dilakukan melalui pikiran (Mano-kamma) :

8. Lobha (ketamakan)
9. Dosa (kebencian)
38 
 
10. Moha (kebodohan)

Dasa Kusala Karma atau Sepuluh Kebajikan adalah :

Perbuatan yang dilakukan melalui tubuh jasmani (Kaya-kamma) :

1. Tidak membunuh
2. Tidak mencuri
3. Tidak melakukan perbuatan asusila

Perbuatan yang dilakukan melalui ucapan (Vaci-kamma) :

4. Tidak berbohong
5. Tidak menfitnah atau mengadu domba
6. Tidak mengucapkan kata-kata rayuan atau membujuk
7. Tidak mengucapkan kata kasar

Perbuatan yang dilakukan melalui pikiran (Mano-kamma) :

8. Alobha (tidak tamak)


9. Adosa (tidak benci)
10. Amoha (tidak dungu)

Seseorang yang tidak melakukan sepuluh kejahatan disebut telah melakukan


sepuluh kebajikan. Orang yang mengamalkan Sepuluh Kebajikan ini juga masih
bisa dibagi atas tiga kelompok :

1. Kelompok Atas: selain diri sendiri mengamalkan Sepuluh Kebajikan juga


bisa menasehati orang lain agar ikut mengamalkan Dasa Kusala Karma.
2. Kelompok Menengah: asalkan diri sendiri bisa mengamalkan maka ini sudah
cukup.
3. Kelompok Bawah: meskipun diri sendiri bisa mengamalkan Sepuluh
Kebajikan, tetapi masih bisa timbul iri hati pada orang lain.

Andaikata ada orang yang mampu mengamalkan Sepuluh Kebajikan juga sekaligus
menasehati orang lain agar ikut mengamalkannya, tetapi belum melafal Amituofo,
39 
 
semua jasa kebajikan dari mengamalkan Sepuluh Kebajikan ini dilimpahkan
dengan berniat lahir ke Alam Sukhavati, dan orang ini hanya bisa terlahir di Alam
Surga saja.

Sedangkan kelompok Bawah hanya bisa mencapai Alam Asura saja. Kelompok
Menengah akan terlahir kembali di Alam Manusia.

Kalau berhasil mengamalkan Sepuluh Kebajikan maka dengan sendirinya juga bisa
mengamalkan Lima Sila (Pancasila Buddhis). Seorang praktisi mesti bisa
mengamalkan Lima Sila barulah bisa mempertahankan raga manusia, masih bisa
terlahir kembali di Alam Manusia.

Lima Sila (Pancasila Buddhis) adalah :

1. Tidak Membunuh
2. Tidak Mencuri
3. Tidak Berzinah
4. Tidak Berbohong
5. Tidak mengkonsumsi minuman keras

Seorang praktisi mesti bisa mengamalkan Lima Sila barulah bisa mempertahankan
raga manusia, masih bisa terlahir kembali di Alam Manusia.

Kalau bisa mengamalkan Pancasila Buddhis dengan baik, tidak melanggarnya


sama sekali, maka pada masa kehidupan sekarang dapat memperoleh kekayaan,
usia panjang, segala hal terwujud sesuai dengan keinginan. Setelah meninggal
dunia akan bertumimbal lahir di keluarga kaya raya, menikmati kesenangan
duniawi.

40 
 
Sebaliknya apabila tidak mengamalkan Lima Sila maka pada masa kehidupan
sekarang tak terhindarkan dari pengurangan pahala dan usia. Setelah meninggal
dunia, mengikuti berat ringannya karma yang diperbuat, jatuh ke Alam Binatang,
Alam Setan Kelaparan, Alam Neraka, selamanya menjalani siksaan!

Kalau sudah sempat jatuh ke Alam Binatang, Alam Setan Kelaparan, Alam Neraka,
maka kesempatan untuk terlahir kembali jadi manusia adalah hal yang amat sulit
sekali. Maka itu ada sebuah kalimat yang berbunyi : “Begitu kehilangan raga
manusia, puluhan ribu kalpa tidak bisa memperolehnya kembali”.

Maka itu terlahir sebagai manusia merupakan hal yang amat sulit sekali. Manusia
hendaknya disiplin dalam menjalankan sila, jangan sampai melanggarnya sehingga
kehilangan raga manusia.

Lagi pula apabila jatuh ke Alam Setan Kelaparan, maka penderitaan yang dijalani
adalah begitu menyengsarakan. Meskipun kadang kala mendapat makanan, tetapi
begitu makanan tersebut sampai di tepi mulutnya, segera berubah jadi bara api,
sehingga dia tidak bisa memakannya.

Kisah Maudgalyayana Menyelamatkan Bunda adalah kejadian di Alam Setan


Kelaparan.

Kalau jatuh ke Neraka maka siksaan yang dijalani adalah tak terungkapkan lagi
dengan kata-kata. Ini amat penting, jadi tidak boleh tidak diketahui.

41 
 
Sebelumnya telah dibahas bahwa Lima Sila hampir serupa dengan Sepuluh
Kebajikan, sesungguhnya apa isi Lima Sila tersebut? Yaitu :

1. Tidak Membunuh
2. Tidak Mencuri
3. Tidak Berzinah
4. Tidak Berdusta
5. Tidak mengkonsumsi minuman keras

Tidak membunuh, tidak mencuri dan tidak berzinah dikelompokkan dalam Kaya-
kamma pada Sepuluh Kebajikan (Dasa Kusala Karma) yang telah kita bahas
sebelumnya.

Tidak berbohong, tidak menfitnah, tidak merayu, tidak berkata kasar, merupakan
kelompok Vaci-kamma pada Sepuluh Kebajikan, pada Lima Sila disimpulkan
menjadi satu sila yakni “Tidak Berdusta”.

Dengan demikian bisa dilihat bahwa Lima Sila hampir serupa dengan Sepuluh
Kebajikan.

Mengenai sila tidak minum arak, seseorang yang telah mengkonsumsi arak akan
mabuk dan bertindak di luar kesadaran, ini berasal dari moha (kebodohan), akibat
mabuk lalu memaki orang lain, jadilah benih dosa (kebencian), oleh karena mabuk
lalu timbul nafsu indria dan ingin merampas harta orang lain, ini juga merupakan
benih lobha (tamak). Jadi sebutir sila “tidak minum arak” dari Lima Sila, bisa
melanggar sekaligus 3 butir sila dari Sepuluh Kejahatan yakni Lobha, Dosa dan
Moha.

Jadi kalau bisa mengamalkan Lima Sila juga bersamaan telah mengamalkan
Sepuluh Kebajikan, karena sudah hampir serupa.

42 
 
Tetapi kalau cuma bisa mengamalkan Sepuluh Kebajikan dan tidak tahu melafal
Amituofo, maka tidak bisa keluar dari Triloka. Kalau hanya mengamalkan Lima
Sila tapi tidak tahu melafal Amituofo bertekad lahir ke Alam Sukhavati, maka juga
tidak bisa keluar dari Triloka.

Maka itu baik Lima Sila maupun Sepuluh Kebajikan juga harus diamalkan, dan
yang paling penting adalah melafal Amituofo bertekad lahir ke Alam Sukhavati.
Ini amat penting, hendaknya diingat di hati.

43 
 
Trailokya atau Triloka

Triloka terdiri dari :

1. Kamaloka
2. Rupaloka
3. Arupaloka

Dari alam yang paling rendah yakni Alam Neraka sampai Alam
Paranimmitavasavastti disebut sebagai Kamaloka (lihat gambar). Kamaloka
merupakan alam yang masih memiliki nafsu indria.

Di atas Kamaloka ada empat tingkatan Alam Jhana, yakni :

- Alam Jhana Tingkat Pertama


- Alam Jhana Tingkat Kedua
- Alam Jhana Tingkat Ketiga
- Alam Jhana Tingkat Keempat

Keempat tingkatan Alam Jhana ini disebut sebagai Rupaloka, seluruhnya ada 18
alam. Penghuni Rupaloka masih memiliki bentuk atau wujud, tetapi sudah tidak
memiliki nafsu indria.

Di atas Rupaloka adalah Arupaloka (alam tanpa bentuk), yang terdiri dari empat
alam.

Meskipun melatih diri hingga berhasil mencapai tingkatan Arupaloka, namun


masih juga belum keluar dari Triloka, bila dibandingkan dengan terlahir di Alam
Sukhavati, masih begitu jauh bedanya!

44 
 
Pasti Terlahir ke Alam Sukhavati

Ada sejenis orang yang bersikap keterlaluan, mengatakan bahwa sebagai orang
awam mana mungkin bisa terlahir ke Alam Sukhavati? Praktisi yang melafal
Amituofo cuma ingin menghapus dosanya, kelak sampai di Neraka tidak perlu
menjalani siksaan yang begitu berat. Ucapan orang ini sungguh menyesatkan.

Buddha Sakyamuni mengasihi para makhluk sehingga datang ke dunia ini,


menjalani pertapaan keras selama enam tahun demi menemukan jalan untuk
membebaskan para makhluk dari tumimbal lahir, sehingga kemudian dengan maha
Maitri KarunaNya membabarkan pada kita tentang 48 tekad agung Buddha
Amitabha dan mengajari kita sebuah metode pelatihan diri yang mudah dan praktis
supaya bisa terlahir ke Alam Sukhavati dan mengakhiri samsara.

Coba pikirkan, mana mungkin Buddha Sakyamuni dan Buddha Amitabha akan
membohongi kita? Maka itu asalkan kita melatih diri sesuai dengan Dharma,
semuanya pasti berhasil.

Dalam melatih diri yang penting adalah keteguhan hati, membulatkan tekad untuk
terlahir ke Alam Sukhavati, tidak boleh ada keraguan sama sekali. Begitu ada
keraguan maka tidak sanggup terfokus lagi, kalau tidak sanggup terfokus maka
takkan berhasil.

Mungkin kalian berpikir, saya adalah orang penuh dosa, mustahil bisa terlahir ke
Alam Sukhavati, sesungguhnya ini bukanlah masalah, asalkan perbanyak melafal
Amituofo, memiliki hati yang mau bertobat, maka dosa yang pernah dilakukan
sebelumnya, berangsur-angsur juga akan lenyap.

Tetapi bukan berarti boleh melakukan kejahatan dengan sesuka hati, setelah
melafal Amituofo dan bertobat maka segalanya jadi beres.

45 
 
Kalau memiliki pemikiran begini, maka takkan bisa berhasil melatih diri. Bukan
hanya dosa tidak bisa dieliminasi, bahkan dosa juga akan kian bertambah! Tempo
dulu telah melakukan karma buruk, setelah melafal Amituofo dapat menghapusnya,
ini adalah maitri karuna Buddha Amitabha.

Melihat kita mau membangkitkan ketulusan melafal Amituofo, bertobat atas karma
buruk yang pernah diperbuat, setelah melangkah di jalan pelatihan diri maka
takkan mengulangi kesalahan lagi. Maka itu Buddha Amitabha dengan maha
kebijaksanaan, maha berkah kebajikan, maha kewibawaan, maha kemampuan
gaib-Nya menghapus dosa kita semuanya.

Jadi mana boleh karena dimaafkan maka bisa sesuka hati melakukan kejahatan lagi?
Kalau menyimpan niat begini, walaupun melafal Amituofo masih punya sedikit
ketulusan, tapi tidak punya hati yang mau bertobat, kalau begini, mana bisa
menghapus karma buruk? Kebenaran ini amatlah penting, tidak boleh tidak
dipahami.

Lalu ada pula yang bertanya : Katanya orang awam bila melafal Amituofo bisa
terlahir ke Alam Sukhavati, mana buktinya?

Saya menjawab : Ada sebuah buku yang berjudul “Wang Sheng Ji”, yang berisikan
fakta orang awam yang berhasil terlahir ke Alam Sukhavati, di dalam buku
tersebut dikisahkan banyak perumpamaan!

Di dalam buku tersebut juga dikisahkan tentang Burung Beo yang berhasil terlahir
ke Alam Sukhavati, oleh karena sering mendengar pemiliknya melafal Amituofo,
lalu si Burung Beo menirunya, setelah itu setiap hari mengikuti pemiliknya melafal
Amituofo.

46 
 
Dari perumpamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa burung saja dapat berhasil
terlahir ke Alam Sukhavati, apalagi orang awam?

Walaupun kita adalah orang awam tetapi jiwa sejati (Jiwa KeBuddhaan) kita tiada
bedanya dengan Buddha. Sekarang kita masih belum mencapai KeBuddhaan dan
masih merupakan orang awam, oleh karena selama kelahiran demi kelahiran
melakukan banyak karma buruk.

Karma buruk yang bertumpuk-tumpuk ini telah menutupi jiwa sejati kita dengan
mendalam, sehingga menjadi orang awam. Oleh karena Jiwa KeBuddhaan kita ini
telah ditutupi sehingga kita jauh dari pencapaian KeBuddhaan.

Sekarang kita melafal Amituofo tujuannya adalah menghapus karma buruk yang
bertumpuk-tumpuk tersebut. Setelah lapisan-lapisan karma buruk tersebut
berangsur-angsur dilenyapkan, barulah Jiwa KeBuddhaan akan muncul keluar.

Berangsur-angsur menghapus kesesatan kita, maka bisa menemukan kembali jiwa


sejati (Jiwa KeBuddhaan) sehingga kian hari kian mendekati KeBuddhaan.

Maka itu pencapaian KeBuddhaan bukanlah hal yang sulit, hanya untuk
mengembalikan kita pada Jiwa KeBuddhaan yang sejak semula memang ada pada
diri kita masing-masing. Lalu mengembangkan Jiwa KeBuddhaan kita, kian hari
kian jernih, menyempurnakan KeBuddhaan.

Lihatlah, bukankah Buddha Amitabha dulunya adalah seorang raja. Buddha


Sakyamuni dulunya juga adalah seorang putra mahkota. Mereka juga adalah orang
awam yang berhasil mencapai KeBuddhaan.

47 
 
Mereka telah menunjukkan bukti pada kita bahwa Mereka adalah orang awam tapi
bisa berhasil, maka itu mengapa kita tidak mau meneladani Mereka? Kita juga bisa
berhasil seperti Mereka.

Setelah mengetahui bahwa orang awam juga bisa berhasil mencapai KeBuddhaan,
jadi tunggu apa lagi? Mengapa tidak segera melatih diri?

Sebelumnya kita telah membahas bahwa Buddha Amitabha memiliki 48 tekad


agung, tekad yang ke-18 berbunyi bahwa bila ada yang melafal nama Buddha
Amitabha pasti terlahir ke Alam Sukhavati.

Oleh karena Buddha Amitabha memiliki tekad sedemikian rupa, menjemput kita
semuanya, sementara kita selalu melafal namaNya, memohon agar Beliau
menjemput kita ke Alam Sukhavati, ini ibarat di sini ada daya tarik, di sana juga
ada daya dorong, bagaimana mungkin takkan berhasil terlahir ke Alam Sukhavati?

Tetapi untuk terlahir ke Alam Sukhavati, selain melafal Amituofo juga harus
berbuat kebajikan, berbakti pada ayahbunda, memenuhi kewajiban, harmonis
dengan setiap insan, menolong orang miskin, memiliki niat tulus dan maksud baik,
berpikir baik, berkata baik, bertindak baik, setiap saat memberi kemudahan bagi
orang lain, yang paling penting dapat menaati Lima Sila.

Terutama sila pertama dari Lima Sila yakni menghindari pembunuhan. Tidak
hanya manusia yang tidak boleh dibunuh, namun hewan juga janganlah disembelih
hanya untuk memuaskan nafsu makan di mulut.

48 
 
Hewan dulunya juga adalah manusia, hanya saja mereka melakukan karma buruk
sehingga jatuh ke Alam Binatang, mereka sudah begitu sengsara, bagaimana kita
boleh tega membunuh mereka?

Maka itu menyembelih hewan merupakan dosa besar, Buddha dan Bodhisattva
amat tidak bersukacita pada hal begini.

49 
 
Yang perlu diketahui saat menjelang ajal

Ada yang bertanya : Katanya seorang praktisi saat menjelang ajal, melafal
Amituofo sepuluh kali sudah dapat terlahir ke Alam Sukhavati. Jadi kita juga boleh
menunggu sampai ajal nanti baru melafal sepuluh kali, buat apa capek-capek tiap
hari melafalnya?

Saya menjawab : Orang yang saat menjelang ajal masih bisa melafal Amituofo,
pasti adalah praktisi yang setiap hari melafal Amituofo. Kalau dalam keseharian
tidak melafal Amituofo, sampai saat menjelang ajal, mana mungkin masih sempat
terpikir mau melafal Amituofo?

Terkecuali ada orang lain yang datang membantu mengingatkan dirinya agar
segera melafal Amituofo, hanya saja yang ditakutkan adalah saat menjelang ajal
dia tidak sudi mendengar nasehat orang lain.

Atau mungkin saja sudah pikun, jadi dinasehati juga tiada gunanya. Atau lidahnya
sudah kaku, kesadaran menurun, maka dia juga tidak mampu melafalnya keluar.

Maka itu ketrampilan melafal Amituofo adalah dilatih dalam waktu keseharian.
Kalau dalam keseharian melafal Amituofo, saat menjelang ajal, takkan panik dan
takut, kesadaran juga masih jelas, lidah takkan kaku, dengan sendirinya masih bisa
melafal Amituofo.

Jadi jangan tunggu sampai saat menjelang ajal barulah melafal Amituofo sepuluh
kali, berharap mempertaruhkan keberuntungan bisa terlahir ke Alam Sukhavati,
jadi dalam keseharian tidak perlu melafal.

50 
 
Kalau mempunyai pemikiran begini, maka sampai saat menjelang ajal, sepatah
Amituofo juga takkan sanggup dilafal keluar, hal ini sangat penting, hendaknya
diingat di hati.

Masih ada satu hal lagi yang penting, seorang praktisi saat menjelang ajal, selain
diri sendiri harus melafal Amituofo, keluarga juga harus membantunya melafal
Amituofo, jangan malah menangis.

Oleh karena ketika seseorang baru meninggal dunia, alaya-vijnana (bahasa umum :
roh) masih belum meninggalkan tubuh kasarnya, kalau anggota keluarganya
menangis, dia bisa melihat dan mendengarnya.

Mendengar suara tangisan keluarganya tentunya akan membuat dia jadi tidak
ikhlas, sehingga batinnya begitu kacau dan tidak sanggup menfokuskan pikiran
melafal Amituofo bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, dikhawatirkan malah akan
jatuh ke alam penderitaan.

Maka itu kalau tidak bisa menahan diri dan ingin menangis, itupun harus
menunggu sampai sekujur tubuh almarhum menjadi dingin, barulah boleh
menangis, supaya dia tidak mendengar dan melihatnya. Hal ini hendaknya diingat.

Apabila pasien baru meninggal dunia, janganlah langsung dimandikan dan


digantikan pakaian, menyentuhnya atau memindahkannya, oleh karena bila
disentuh atau dipindahkan jasadnya, dia akan merasa begitu tersiksa.

Hanya saja dia sudah tidak bisa berbicara, tetapi di batinnya muncul api kebencian,
dia amat marah sekali. Begitu amarahnya berkobar, dia gagal terlahir ke Alam
Sukhavati.

51 
 
Yang ditakutkan adalah begitu api kebenciannya berkobar langsung jatuh ke Alam
Binatang menjadi ular berbisa atau hewan buas lainnya, bukankah ini sudah
mencelakainya?

Maka itu terhadap orang yang baru meninggal dunia, orang-orang yang berada di
sampingnya, baik ayahbunda, abang adik, atau istri dan putra-putrinya, atau
sahabat-sahabatnya, atau sesama praktisi, semestinya membantunya melafal
Amituofo, supaya dia bisa terlahir ke Alam Sukhavati.

Janganlah malah menggerakkan atau memindahkan jasadnya ketika pasien baru


meninggal dunia, atau langsung memandikan dan menggantikan pakaiannya,
sehingga almarhum jadi marah dan gagal terlahir ke Alam Sukhavati.

Dengan melakukannya secara benar barulah bisa membantu almarhum, barulah


benar-benar telah memberinya manfaat besar.

Sedangkan yang dilakukan oleh orang-orang di dunia ini sekarang, dari


penampilan luar tampaknya baik, tetapi sesungguhnya apa yang mereka lakukan
malah sedang mencelakai almarhum, membuatnya benar-benar sengsara!

Praktisi Pelafal Amituofo saat menjelang ajal, Buddha Amitabha bersama


Bodhisattva Avalokitesvara dan Bodhisattva Mahasthamaprapta, hadir di hadapan
praktisi dengan membawa sekuntum Bunga Lotus, menjemputnya terlahir ke Alam
Sukhavati.

Terutama bagi praktisi yang memiliki ketrampilan melafal Amituofo yang


mendalam, jasa kebajikannya besar, saat menjelang ajalnya akan muncul beragam

52 
 
fenomena istimewa, contohnya akan terdengar irama kebahagiaan yang
menakjubkan di luar atau di dalam kamar praktisi, atau di angkasa.

Baik pasien maupun anggota keluarganya akan ikut mendengar irama kebahagiaan
tersebut, atau bahkan melihat Buddha dan Bodhisattva datang menjemput praktisi.

Atau ada keharuman istimewa, yang tersebar di dalam kamar pasien, keharuman
ini bahkan bisa bertahan hingga berhari-hari.

Atau Buddha dan Bodhisattva memancarkan cahaya cemerlang, menerangi kamar


pasien. Semua fenomena istimewa tersebut dapat dilihat dan didengar oleh orang
banyak.

Praktisi pelafal Amituofo saat menjelang ajal, Buddha Amitabha akan hadir
terlebih dulu memberitahu pada pasien kapan waktunya terlahir ke Alam Sukhavati.
Jadi praktisi akan terlebih dulu mengetahui hari dan waktunya terlahir ke Alam
Sukhavati.

Ini hal yang paling bagus, oleh karena setelah mengetahui kapan ajalnya tiba,
praktisi akan segera menyelesaikan urusan keluarganya, menyampaikan pesan-
pesan akhir, mempersiapkan segala urusan akhirnya, sehingga bisa pergi dengan
tenang.

Dengan begini juga masih sempat pamit dengan sanak keluarga dan kerabat.
Sampai pada hari yang telah ditentukan, masih sempat mandi dan mengganti
pakaian, bersiap-siap terlahir ke Alam Sukhavati, bertemu Buddha Amitabha.

Bukankah ini merupakan hal yang amat bagus dan menarik?


53 
 
Metode pelatihan diri dalam waktu keseharian

Ada pula yang berkata : “Saya juga ingin melafal Amituofo, tetapi urusan saya
banyak, tidak punya waktu luang buat melafal Amituofo”.

Saya menjawab : Saya ajari anda cara yang bagus, yang takkan mengganggu
kesibukan anda. Bahkan cuma melafal Amituofo saja, jadi lebih gampang, tak
peduli saat berjalan, berdiri, duduk maupun berbaring, bekerja, juga boleh
dilakukan sambil melafal Amituofo di dalam hati.

Kalau sehari bisa melafal sepuluh ribu kali, atau beberapa puluh ribu kali, maka ini
amat bagus. Walaupun hanya seribu lafalan atau beberapa ribu lafalan, juga sangat
bagus, jadi sama sekali tidak sulit.

Selain itu juga harus membangkitkan tiga jenis ketulusan hati, yaitu :

1. Menyadari bahwa hidup di dunia ini adalah sungguh sengsara, maka itu
harus merasa muak, tidak sudi lagi bertumimbal lahir.
2. Menyadari bahwa terlahir ke Alam Sukhavati adalah sangat bagus,
bersukacita pada Alam Sukhavati, membulatkan tekad terlahir ke Alam
Sukhavati.
3. Membangkitkan tekad setelah terlahir ke Alam Sukhavati, bertemu dengan
Buddha Amitabha, melatih diri hingga mencapai keberhasilan, lalu kembali
lagi ke dunia ini untuk menyelamatkan semua makhluk agar terlahir ke
Alam Sukhavati, selamanya menjauhi penderitaan dan memperoleh
kebahagiaan sejati.

Dengan tiga jenis ketulusan hati ini ditambah melafal Amituofo berkesinambungan
tak terputus, maka pasti bisa terlahir ke Alam Sukhavati.

54 
 
Memperteguh Keyakinan Hati

Ada orang yang berkata : “Anda bilang terlahir ke Alam Sukhavati ada banyak
manfaatnya, tetapi saya tidak melihatnya, bagaimana saya bisa percaya, lagi pula
mana mungkin ada tempat yang sedemikian bagusnya?”

Saya menjawab : Coba anda katakan pada orang-orang yang tinggal di dusun
bahwa tempat kediaman raja adalah istana yang begitu megah dan luas, pakaian
yang dipakai keluarga raja adalah sedemikian bagusnya, begitu mahalnya. Menurut
anda apakah orang-orang yang tinggal di dusun bisa mempercayai perkataan anda?

Umpamanya 50 tahun yang silam, anda bilang ke orang lain kalau kapal yang
terbuat dari besi yang panjangnya 10 kaki bisa mengapung di atas permukaan laut,
bahkan menyelam di dasar laut, apakah orang lain akan percaya pada ucapanmu?

Lalu belasan buah mobil yang digandeng bisa berjalan tanpa bantuan tenaga kuda,
apakah orang lain akan percaya pada perkataan anda? Lalu bola lampu bisa hidup
tanpa minyak, juga tidak perlu memakai korek api untuk menyalakannya, tapi bisa
terang, apakah mereka bisa percaya?

Tetapi hanya berselang beberapa puluh tahun saja, meskipun terpisah pada jarak
ratusan li, melalui telepon, dua orang bisa saling berbicara satu sama lainnya,
bahkan bisa mendengar dengan jelas, apakah anda percaya?

Lihatlah kereta api sekarang tidak memerlukan tenaga kuda untuk menariknya,
apakah orang jaman dulu bisa percaya? Bola lampu sekarang tidak memerlukan
minyak dan korek api untuk menyalakannya, tetapi hanya satu tombol sudah bisa
begitu terang benderang, apakah orang dulu bisa percaya?

55 
 
Dengan adanya telepon, orang yang terpisah pada jarak yang sangat jauh sekalipun
bisa menjalin komunikasi, kedengarannya sungguh menakjubkan, apakah orang
jaman dulu bisa percaya pada ucapan anda?

Kalau anda hidup pada 50 tahun yang silam, lalu ada orang lain yang bilang hal ini
kepada anda, bagaimana anda bisa percaya? Tetapi sekarang anda telah melihat
buktinya, apakah anda masih tidak percaya?

Maka itu janganlah karena belum melihat Alam Sukhavati maka langsung tidak
percaya. Apabila memang itu adalah khayalan semu, tetapi mengapa sudah beribu-
ribu tahun sejak Dharma ini dibabarkan Buddha Sakyamuni, sampai sekarang ini
masih ada begitu banyak orang yang yakin pada Aliran Sukhavati?

Lagi pula praktisi pelafal Amituofo juga banyak yang merupakan insan yang
berpendidikan tinggi, mereka memiliki pengetahuan yang luas. Bahkan ada yang
telah memiliki jabatan tinggi namun akhirnya mereka melepaskan kedudukan
tinggi tersebut, meninggalkan keduniawian dan menjadi anggota Sangha. Apakah
orang-orang ini adalah orang bodoh? Apakah mereka masuk ke dalam jebakan?

Lagi pula para praktisi pelafal Amituofo mengetahui terlebih dulu waktunya
terlahir ke Alam Sukhavati, sampai pada hari dan waktu tersebut, di angkasa akan
terdengar irama kebahagiaan, atau tercium harum semerbak yang istimewa.
Beragam fenomena istimewa ini, siapa yang bilang adalah khayalan semu?
Bagaimana anda boleh tidak percaya?

Maka itu baik-baiklah melafal Amituofo, sampai saat menjelang ajal, Buddha
Amitabha akan datang menjemput, terlahir ke Alam Sukhavati dengan bebas tanpa
rintangan. Sampai saat itu anda akan melihat faktanya.

56 
 
Sebaliknya bila anda sengaja menebar fitnah bahwa Alam Sukhavati adalah omong
kosong belaka, lantas manfaat apa yang bisa anda peroleh? Bukan hanya tidak ada
manfaatnya, bahkan juga harus memikul beban karma buruk!

Buddha Amitabha merupakan sosok yang paling mengagumkan. UsiaNya adalah


tanpa batas, cahayaNya cemerlang tiada bandingnya, yang juga tanpa batas. Jasa
kebajikanNya sungguh tak terhingga. Kekuatan kewibawaanNya, kemampuan
gaibNya, kebijaksanaanNya, berkah kebajikanNya, juga tak terhingga.

Buddha Amitabha melakukan pekerjaan yang Maha Maitri Maha Karuna, yakni
menyelamatkan semua makhluk, Beliau ingin semua makhluk bisa terbebas dari
penderitaan tumimbal lahir dan mencapai KeBuddhaan.

Maka itu Buddha Sakyamuni khusus membabarkan tentang tekad Buddha


Amitabha dan jasa kebajikanNya yang tak terhingga serta keunggulan dan manfaat
Alam Sukhavati yang takkan habis diungkapkan dengan kata-kata, di dalam
“Amitabha Sutra”, “Sutra Usia Tanpa Batas”, “Amitayurdhyana Sutra”, tiga jenis
sutra ini merupakan sutra pegangan Aliran Sukhavati.

Dengan demikian Buddha Sakyamuni berharap agar semua makhluk


membangkitkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati, sehingga tekad Buddha
Amitabha menyelamatkan semua makhluk jadi sempurna.

Bukan hanya “Amitabha Sutra”, “Sutra Usia Tanpa Batas”, “Amitayurdhyana


Sutra”, tiga jenis sutra ini yang ada membahas tentang Buddha Amitabha dan
Alam Sukhavati, bahkan di dalam semua sutra, Buddha Sakyamuni juga
membabarkan tentang manfaat dan keunggulan Alam Sukhavati, menasehati agar
semua makhluk membangkitkan tekad terlahir di Negeri Buddha Amitabha.

57 
 
Bahkan para Bodhisattvaya Mahasattvaya, para praktisi senior baik yang berada di
India maupun di Tiongkok, juga menulis buku-buku yang memuji jasa kebajikan
Buddha Amitabha serta manfaat dan keunggulan Alam Sukhavati.

Maka itu bukan saja kita sendiri yang mesti menfokuskan pikiran melafal
Amituofo, bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, bersamaan itu pula, hendaknya
menasehati orang lain agar juga ikut menfokuskan pikiran melafal Amituofo,
bertekad terlahir ke Alam Sukhavati.

Perlu diketahui bahwa menasehati orang lain melafal Amituofo juga akan
menambah jasa kebajikan sendiri, maka itu mengapa tidak sudi melakukan hal
yang begitu menggembirakan ini?

Budi kebajikan Buddha Amitabha tak terhingga dan tanpa batas, meskipun
dibabarkan selama ribuan tahun bahkan puluhan ribu tahun, juga tidak mungkin
bisa habis diungkapkan. Maka itu Buddha Amitabha merupakan sosok yang begitu
mengagumkan.

Asalkan kita mau ber-sarana (berlindung) pada Buddha Amitabha, maka dengan
sendirinya juga ikut menikmati budi kebajikanNya, memperoleh manfaat yang tak
terhingga.

Manfaat dan keunggulan Alam Sukhavati, kalau bukan berasal dari beragam jenis
keunggulan Buddha Amitabha yang tanpa batas dan tak terhingga, mana mungkin
akan terwujud negeri yang begitu sempurnanya?

58 
 
Maka itu kita sebagai orang awam yang masih berada di dalam lingkaran tumimbal
lahir, janganlah sampai tidak sudi mengandalkan kekuatan Buddha Amitabha, ber-
sarana (berlindung) padaNya.

Bagaimana cara mengandalkan kekuatan Buddha Amitabha dan bersarana


padaNya, yakni dengan melafal Amituofo setiap hari, kapan saja dan di mana saja,
berkesinambungan tak terputus, barulah boleh dikatakan sebagai melatih Ajaran
Sukhavati.

Ibaratnya kita jatuh ke dalam tahanan yang gelap gulita dan mencekam,
bagaimanapun kita berusaha membebaskan diri tetap tidak bisa. Hanya dengan
cara mengandalkan seorang penguasa yang memiliki pengaruh yang kuat, barulah
kita bisa bebas dari kurungan tersebut, pulang ke rumah dengan selamat.

Sama halnya pula dengan keadaan kita sekarang, berada di dalam tahanan yang
mencekam, yang dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga tidak bisa bebas, ini
ibarat berada dalam kurungan. Kita sangat ingin keluar dari dunia samsara ini,
tetapi tidak bisa, berputar-putar di dalam lingkaran enam alam tumimbal lahir.

Meskipun Buddha Amitabha sudah mengikrarkan tekad menyelamatkan semua


makhluk, tetapi kita sendiri juga mesti mengikuti seperti apa yang dibabarkan
Buddha Sakyamuni di dalam sutra, yakni menfokuskan pikiran melafal Amituofo
bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, menghindari segala perbuatan jahat,
menimbun kebajikan. Maka dengan demikian semua orang pasti bisa terlahir ke
Alam Sukhavati.

Oleh karena Buddha Amitabha memperlakukan setiap dari kita sebagai anak
tunggalnya, maka itu setiap praktisi yang melafal Amituofo, Buddha Amitabha
pasti datang menjemputnya.

59 
 
Maka itu kita harus memperteguh keyakinan hati kita, lekaslah melafal Amituofo.

Ada pula orang yang memiliki keraguan, tidak bisa percaya sepenuhnya pada isi
sutra, orang begini sungguh tidak memahami kebenaran.

Harus kita ketahui bahwa Buddha Sakyamuni mana mungkin akan membohongi
kita, oleh karena Sang Buddha menetapkan sila tidak berbohong sekelompok
dengan tidak membunuh, tidak mencuri dan tidah berzinah. Ini adalah empat sila
dasar, ditambah sebutir sila lagi yakni tidak minum arak, sehingga menjadi “Lima
Sila”.

Tak peduli anggota Sangha atau umat awam juga mesti menaati “Lima Sila”.
Buddha memandang sila tidak berbohong sebagai sila yang berat, maka itu Buddha
sendiri tidak mungkin berdusta.

Lagi pula pada umumnya alasan orang berbohong itu ada dua yaitu :

1. Berharap memperoleh keuntungan


2. Berusaha menghindari ancaman bahaya

Sang Buddha telah memiliki segala jenis keuntungan, jadi keuntungan apa lagi
yang bisa diharapkan? Sedangkan menghindari ancaman bahaya lebih mustahil
lagi, jadi buat apa Sang Buddha mengelabui kita?

Maka itu ucapan Buddha mesti diyakini tanpa keraguan sama sekali.

60 
 
Perumpamaan Kisah Terlahir ke Alam Sukhavati

Pada jaman dulu ada seorang Bhiksu yang menfokuskan diri melafal Amituofo,
bernama Master Hui Yuan. Beliau membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari
praktisi pelafal Amituofo di Lushan, Provinsi Jiangxi, setiap hari mereka melafal
Amituofo bersama.

Suatu hari ketika sedang melafal Amituofo, tiba-tiba Master Hui Yuan melihat
Buddha Amitabha, Bodhisattva Avalokitesvara, dan Bodhisattva
Mahasthamaprapta, muncul di angkasa dan berkata padanya : “Tujuh hari lagi
kamu akan terlahir di negeri Kami”.

Ternyata benar, tujuh hari kemudian, Master Hui Yuan meninggal dunia dalam
posisi duduk bersila. Master Hui Yuan kemudian ditetapkan sebagai Guru Sesepuh
Aliran Sukhavati yang pertama.

Kemudian masih banyak praktisi lainnya yang juga berhasil terlahir ke Alam
Sukhavati, bahkan jumlahnya sangat banyak!

Pada masa Dinasti Song ada seorang sarjana yang bernama Wang Ri-xiu,
merupakan orang yang berpendidikan tinggi, tetapi malah tidak sudi diangkat jadi
pejabat, dia memilih menyebarluaskan Ajaran Buddha kepada orang banyak.

Bahkan kapan saja dan di mana saja, dia selalu menasehati orang lain agar melafal
Amituofo. Setiap hari dia melafal Amituofo berkesinambungan tak terputus, selain
melafal Amituofo juga melakukan namaskara pada Buddha Amitabha, setiap hari
dia mewajibkan dirinya bernamaskara sebanyak seribu kali.

61 
 
Sampai saat menjelang ajal, dia berdiri sambil melafal Amituofo, tiba-tiba berkata :
“Buddha Amitabha datang menjemput diriku!”

Selesai mengucapkan perkataan ini, dia masih tetap berdiri dan tidak bergerak,
hanya saja tidak kedengaran lagi suaranya melafal Amituofo. Murid-muridnya
mendekati dan mengamati dirinya, tak diduga dia telah meninggal dunia dalam
posisi berdiri.

Wang Ri-xiu juga menulis buku yang menasehati orang agar melafal Amituofo
bertekad terlahir ke Alam Sukhavati. Dia juga mengukir buku ini di atas papan
kayu. Sampai di mana beliau pergi, sampai di situ pula beliau mengukirnya,
keseluruhannya berjumlah lebih dari 20 set.

Wang Ri-xiu menginginkan supaya semua orang mengenal manfaat melafal


Amituofo, makanya mengukir sampai begitu banyak. Sampai setelah beliau
meninggal dunia, ada juga orang lain yang mengukir buku tersebut di papan kayu,
lalu mengukir wujud Wang Ri-xiu ketika wafat dalam posisi berdiri, di halaman
depan buku tersebut, sebagai ungkapan hormat padanya.

Selanjutnya ada seorang pejabat yang bernama Lǚ Yuan-yi, juga meneladani Wang
Ri-xiu melafal Amituofo dan bernamaskara pada Buddha Amitabha, mengukir
buku hasil karya Wang Ri-xiu di atas papan kayu. Ketika mengukir sampai pada
pertengahan papan, dari dalam papan kayu tersebut muncul tiga butir sarira.

Sarira atau relik muncul dari hasil perabuan jasad, praktisi yang memiliki sarira
adalah berkat jasa kebajikan dari sila, samadhi dan prajna, yang telah melatih diri
dengan sangat tinggi dan mendalam.

62 
 
Kejadian ini adalah kenyataan, kisah Wang Ri-xiu yang begitu menakjubkan ini,
sesungguhnya bukanlah satu-satunya, masih banyak kisah serupa yang tercatat
sepanjang sejarah.

63 
 
Cara untuk menfokuskan pikiran

Ada orang yang berkata : Saya selalu melafal Amituofo, tetapi entah apa sebabnya,
kalau tidak melafal Amituofo pikiranku tidak bermasalah. Begitu melafal
Amituofo, bentuk-bentuk pikiran yang bermunculan banyak sekali, muncul dan
lenyap tak karuan dan tanpa henti. Ingin menenangkannya tapi malah makin tidak
tenang, sulit menfokuskan pikiran melafal Amituofo. Bentuk-bentuk pikiran yang
begitu banyak, walaupun melafal Amituofo tapi mungkin juga tiada gunanya.

Saya menjawab : Mulut melafal Amituofo tapi pikiran berkeliaran, ini memang
tidak baik. Tetapi seorang manusia biasa, pikirannya adalah sangat kacau. Baru
saja memulai melafal Amituofo, mana mungkin bisa langsung tenang hatinya?
Asalkan kalian mau melafal dengan tulus, seiring berjalannya waktu, dengan
sendirinya pikiran akan berangsur-angsur jadi tenang, hal ini tidak bisa dilakukan
dengan tergesa-gesa.

Lagi pula selama ini pikiran kita memang sudah kacau, jadi bukan karena melafal
Amituofo barulah terasa kacau. Hanya saja setelah melafal Amituofo, barulah
menyadari tenyata diri sendiri memiliki banyak bentuk-bentuk pikiran. Sebelum
melafal Amituofo masih belum menyadari bahwa pikiran sendiri ternyata begitu
kacaunya, jadi meskipun bentuk-bentuk pikiran terus menerus bermunculan, juga
dibiarkan begitu saja!

Ibarat di udara memang terdapat banyak debu, tetapi kebanyakan orang tidak
melihatnya. Begitu ada matahari yang menyinarinya, maka akan tampak jelas
debu-debu yang beterbangan dan banyak sekali.

Sebelum melafal Amituofo, tidak menyadari akan banyaknya bentuk-bentuk


pikiran. Juga bukan bentuk-bentuk pikiran yang banyak, hanya saja diri sendiri
tidak menyadarinya.

64 
 
Ibarat debu, sebelum ada matahari yang menyinarinya, bukan berarti debu itu tidak
ada, hanya saja manusia tidak melihatnya. Setelah mulai melafal Amituofo maka
jadi menyadari bentuk-bentuk pikiran yang bermunculan itu banyak sekali. Juga
bukan karena melafal Amituofo sehingga bentuk-bentuk pikiran jadi banyak,
hanya saja setelah melafal Amituofo jadi menyadarinya.

Ibarat debu bukanlah karena ada sinar matahari barulah ada, hanya saja ketika
disinari matahari, barulah tampak jelas. Setelah melafal Amituofo menyadari
bentuk-bentuk pikiran yang banyak, merasa pikiran jadi begitu kacau, sebelum
melafal Amituofo pikiran masih terasa lebih tenang, maka itu insan yang bisa
menyadari hal ini sesungguhnya telah mengalami kemajuan batin.

Asalkan bisa bersabar, dengan tulus melanjutkan melafal Amituofo


berkesinambungan tak terputus, maka berangsur-angsur bentuk-bentuk pikiran
akan reda dengan sendirinya.

Cara yang bagus untuk menfokuskan pikiran adalah mendengar suara lafalan
Amituofo, mendengar dengan jelas setiap kata yang dilafalkan suara sendiri.
Sambil melafal sambil mendengar suara lafalan, dengan demikian pikiran takkan
berkeliaran, dengan sendirinya dapat terfokus.

Perlahan-lahan setelah terbiasa maka pikiran pun akan tenang dengan sendirinya.
Cara ini mudah dilakukan, kalau tidak percaya silahkan mencobanya.

65 
 
Dewa belum mengakhiri tumimbal lahir

Ada yang bertanya : “Kalau ada pembina diri berhasil menjadi Dewa, juga
merupakan hal yang bagus, bisa memiliki kemampuan gaib. Kenapa harus
bertekad terlahir ke Alam Sukhavati berharap jadi Buddha?”

Saya menjawab : Meskipun Dewa memiliki kemampuan gaib, tetapi cuma sebatas
kemampuan gaib Dewa, paling tidak, hanya memiliki Mata Dewa, Telinga Dewa,
membaca pikiran orang lain, mengetahui masa kehidupan lampau, lima jenis
kemampuan gaib saja.

Sedangkan kemampuan gaib yang diperoleh setelah melenyapkan kekotoran batin


(klesa), Dewa tidak bisa memilikinya. Maka itu ada sebuah kalimat yang berbunyi :
Dewa memiliki lima jenis kemampuan gaib, Arahat memiliki enam jenis
kemampuan gaib.

Meskipun Dewa bisa memiliki lima jenis kemampuan gaib, namun tak sebanding
dengan lima jenis kemampuan gaib yang dimiliki Arahat. Dari penampilannya
tampaknya serupa adalah lima jenis kemampuan gaib, tetapi bila ditinjau dari
tinggi rendahnya kemampuan gaib tersebut, maka jauh bedanya. Dewa masih tak
sebanding dengan Arahat, bagaimana mungkin bisa dibandingkan dengan Buddha?

Oleh karena Dewa masih belum memiliki kemampuan gaib yang diperoleh Arahat,
maka Dewa masih belum bisa keluar dari Triloka, masih tetap berputar di enam
alam tumimbal lahir, mengapa demikian? Oleh karena Dewa cuma menimbun
berkah, dia bisa menjadi Dewa karena pahala dari menimbun berkah, namun
sayangnya dia tidak menimbun jasa kebajikan yang sesungguhnya (melafal
Amitufo bertekad lahir ke Alam Sukhavati), sehingga tidak bisa menemukan
kembali Jiwa KeBuddhaan-nya. Oleh karena tidak mampu mengembalikan Jiwa
KeBuddhaan-nya maka tidak bisa terbebas dari roda samsara, keluar dari Triloka.

66 
 
Usia para Dewa juga beragam, semakin tinggi Alam Surga yang dihuni maka usia
Dewa tersebut akan semakin panjang. Sampai pada Alam Arupa, ada empat
tingkatan alam dan yang paling teratas adalah “Neva-sanna-na-sanna-yatana”, usia
Dewa di alam ini merupakan yang paling panjang, yakni 84 ribu Mahakalpa.

Kalpa adalah satuan yang digunakan dalam Ajaran Buddha untuk menghitung
waktu, ada kalpa kecil, kalpa menengah dan kalpa besar. Biasanya kita
menyebutkan kalpa kecil sebagai “kalpa penambahan dan pengurangan usia”.

Sutra menyebutkan, usia manusia yang paling panjang adalah 84 ribu tahun, ini
adalah batas usia manusia yang terpanjang; dari usia 84 ribu tahun, setiap seratus
tahun usia manusia akan berkurang setahun, pengurangan ini akan terus berlanjut
sampai usia manusia cuma tersisa 10 tahun saja, usia 10 tahun adalah batas usia
manusia yang terpendek; kemudian dari usia 10 tahun ini, setiap seratus tahun usia
manusia akan bertambah setahun, penambahan ini akan terus berlanjut sampai usia
manusia mencapai 84 ribu tahun, periode waktu selama penambahan dan
pengurangan ini disebut sebagai satu “kalpa kecil”.

20 kalpa kecil disebut sebagai satu “kalpa menengah”, 4 kalpa menengah disebut
sebagai satu “kalpa besar”. Dengan kata lain satu kalpa besar ada 80 kalpa kecil.

Jadi bayangkan usia Dewa di Alam Neva-sanna-na-sanna-yatana adalah 84 ribu


Mahakalpa (kalpa besar), begitu panjangnya, meskipun demikian juga masih ada
batasnya, ketika pahala Dewa sudah habis dinikmati, dia juga masih harus
bertumimbal lahir dan jatuh ke alam lainnya.

Mungkin saja jatuh ke Alam Dewa yang ada dibawahnya, atau bahkan juga bisa
jatuh ke alam manusia, tidak pasti. Kalau pada masa kelahiran lampaunya

67 
 
melakukan karma buruk yang belum berbuah, maka harus jatuh ke tiga alam
penderitaan!

Bayangkan dari alam yang paling tinggi dalam “31 alam kehidupan”, masih harus
jatuh ke alam rendah, jadi apalah gunanya membina diri jadi Dewa? Lagi pula
pembina diri yang jadi Dewa, mana bisa mencapai Alam Neva-sanna-na-sanna-
yatana? Sementara itu bagi yang belum mencapai Alam Neva-sanna-na-sanna-
yatana akan lebih mudah merosot dan jatuh ke alam yang lebih rendah lagi.

Jaman dahulu kala ada seorang Dewa yang melatih sebuah metode samadhi, yang
disebut Samadhi Neva-sanna-na-sanna-yatana. Setelah meninggal dunia, Dewa ini
berhasil bertumimbal lahir di Alam Neva-sanna-na-sanna-yatana. Akhirnya setelah
pahalanya habis dinikmati, dia harus jatuh ke Alam Binatang menjadi seekor rubah
terbang.

Masih ada lagi Dewa yang pahalanya habis dinikmati, kemudian jatuh menjadi
kutu di bulu leher seekor kerbau, bukankah ini berarti jatuh ke Alam Binatang?
Meskipun jatuh ke alam manusia juga tiada maknanya, lagi pula menjadi manusia
akan menciptakan karma lagi, tetap saja tak terhindarkan dari jatuh ke tiga alam
penderitaan.

Maka itu membina diri jadi Dewa juga tiada bagusnya. Terkecuali mau melafal
Amituofo bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, maka ini bukan saja menimbun
berkah, bahkan telah memupuk jasa kebajikan yang sesungguhnya, melampaui
Triloka selamanya terbebas dari roda samsara.

68 
 
Jasa kebajikan yang sesungguhnya

Apa yang dimaksud dengan jasa kebajikan yang sesungguhnya? Jasa kebajikan
adalah akar kebajikan. Akar kebajikan ditanam di hadapan rupang Buddha, melafal
Amituofo dan melakukan namaskara pada Buddha, ini barulah merupakan jasa
kebajikan yang sesungguhnya!

Amitayurdhyana Sutra menyebutkan bahwa dengan hati yang paling tulus melafal
sepatah Namo Amituofo, dapat mengeliminasi 8 miliar kalpa dosa berat samsara.
Oleh karena karma buruk telah terhapus, maka takkan mengalami beragam jenis
penderitaan tumimbal lahir lagi. Jasa kebajikan ini adalah sedemikian besarnya.

Lagi pula dengan mengandalkan kekuatan tekad Buddha Amitabha, mana ada yang
tidak berhasil? Maka itu praktisi pelafal Amituofo, sepuluh ribu orang yang
melatihnya, sepuluh ribu pula yang berhasil. Tak peduli akar kebajikan orang itu
adalah tinggi, menengah atau rendah, asalkan bersedia melafal Amituofo, maka
pasti bisa berhasil.

Setelah berhasil terlahir ke Alam Sukhavati maka setiap hari bisa berada bersama
Buddha dan Bodhisattva, dengan sendirinya mencapai kemajuan batin, bahkan
mencapai KeBuddhaan.

Maka itu pembina diri yang ingin jadi Dewa, masih begitu jauh ketinggalan bila
dibandingkan dengan praktisi pelafal Amituofo yang bertekad terlahir ke Alam
Sukhavati.

69 
 
Membakar Kitab Dewa Memilih Tanah Suci

Orang awam di dunia ini memandang Dewa bagaikan insan suci, padahal menurut
Buddha Dharma, Dewa juga adalah orang awam.

Jaman dahulu kala pada “Periode Enam Dinasti (220-589)”, ada seorang anggota
Sangha senior bernama Bhiksu Tan Luan, dia ingin mencari cara untuk hidup abadi.

Dia mendengar ada seorang Dewa yang bernama Tao Hong-jing. Bhiksu Tan
Luan menuju ke tempat kediaman Dewa Tao Hong-jing, memohon cara membina
diri jadi Dewa. Dewa Tao lalu menyerahkan “Kitab Dewa” kepada Bhiksu Tan
Luan. Bhiksu Tan Luan setelah memperoleh “Kitab Dewa” jadi amat kegirangan.

Suatu hari Bhiksu Tan Luan bersua dengan seorang anggota Sangha dari India,
yang bernama Bodhiruci. Bhiksu Tan Luan bertanya padanya : “Apakah Buddha
memiliki cara hidup abadi?”

Sambil tersenyum Bodhiruci menjawab : “Hanya Ajaran Buddha yang memiliki


cara untuk hidup abadi”. Kemudian Bodhiruci menyerahkan sebuah buku sutra
yang berjudul “Amitayurdhyana Sutra” kepada Bhiksu Tan Luan, bahkan berpesan
padanya : “Asalkan dapat melatih diri sesuai ajaran sutra, maka bisa selamanya
keluar dari Triloka, takkan lagi mengalami penderitaan enam alam tumimbal lahir”.

Setelah memperoleh “Amitayurdhyana Sutra”, Bhiksu Tan Luan mulai melatih diri
seperti apa yang tercantum di dalam sutra, menfokuskan pikiran melafal Amituofo,
bertekad terlahir ke Alam Sukhavati. Bersamaan itu pula membakar “Kitab Dewa”
yang diperolehnya.

70 
 
Suatu hari, Master Tan Luan tiba-tiba melihat ada anggota Sangha dari India yang
bernama Nagarjuna (Nagarjuna adalah Bodhisattva, merupakan guru sesepuh yang
ke-14 di India, terlahir ke Alam Sukhavati), berkata pada Bhiksu Tan Luan : “Oleh
karena anda merupakan sahabat Dharma-ku, maka itu saya sengaja datang
mengunjungimu”.

Bhiksu Tan Luan menyadari waktunya terlahir ke Alam Sukhavati telah tiba. Lalu
mengajak murid-muridnya melafal Amituofo bersama, sementara dirinya sendiri
menghadap ke arah barat dan melakukan namaskara pada Buddha Amitabha, lalu
meninggal dunia.

Saat itu hadirin mendengar irama kebahagiaan bergema di angkasa, setelah satu
kurun waktu berlalu barulah irama ini tidak kedengaran.

Coba pikirkan, andaikata menjadi Dewa itu sebaik mencapai KeBuddhaan, lantas
kenapa Bhiksu Tan Luan membakar “Kitab Dewa” dan beralih melafal Amituofo
bertekad terlahir ke Alam Sukhavati?

71 
 
Menfokuskan Diri Melafal Amituofo

Ada pula yang bertanya : Manfaat dari belajar Ajaran Buddha sangat bagus dan
saya telah memahaminya. Tetapi saya dengar kata orang bahwa untuk mencapai
KeBuddhaan perlu belajar Dhyana. Jadi apakah selain melafal Amituofo kita juga
mesti melatih metode Dhyana?

Saya menjawab : Untuk mencapai KeBuddhaan, metodenya memang banyak,


tetapi metode Sukhavati lebih praktis dan mudah, juga lebih aman, mudah untuk
mencapai keberhasilan. Supaya seluruh manusia di dunia ini bisa berhasil maka itu
menasehati praktisi sekalian agar melafal Amituofo bertekad terlahir ke Alam
Sukhavati.

Meskipun metode Dhyana itu bagus, tetapi melatih Dhyana adalah sepenuhnya
mengandalkan kekuatan diri sendiri. Sedangkan melafal Amituofo adalah
mengandalkan kekuatan Buddha Amitabha.

Ditinjau dari segi mudah dan sulit, maka kedua metode ini bedanya jauh sekali,
bagaikan langit dan bumi, melatih metode Dhyana belum tentu bisa berhasil pada
satu masa kehidupan ini, maka ini akan menyia-nyiakan ketrampilan yang dilatih
sepanjang hidup.

Bahkan ditakutkan orang yang batinnya tidak terlalu suci malah akan kerasukan
Mara. Kalau sudah begini maka bukan saja tidak berhasil mencapai KeBuddhaan
malah akan jatuh ke dalam kesengsaraan.

Mengapa demikian? Oleh karena begitu kerasukan Mara, maka jiwa sejati jadi
tersesat, bicara sembarangan dan membabi buta.

72 
 
Kalau sudah begini, orang lain yang tidak punya pandangan benar, malah percaya
pula pada orang yang bicara sembarangan ini, masuk ke dalam perangkap, betapa
beratnya dosa begini.

Maka itu melafal Amituofo bertekad terlahir ke Alam Sukhavati merupakan


metode yang paling aman.

Jaman dahulu kala ada seorang anggota Sangha yang telah mencapai pencerahan
berkata : Ibaratnya sebatang bambu, di dalamnya ada seekor serangga yang sedang
memikirkan cara untuk keluar.

Melatih metode Dhyana adalah ibarat serangga di dalam bambu, dia akan
memulainya dari akar bambu, perlahan-lahan merangkak naik ke atas hingga
mencapai puncak bambu lalu menggigit dan melubanginya, barulah bisa keluar,
tetapi cara ini menghabiskan banyak waktu dan tenaga.

Sedangkan praktisi yang melafal Amituofo bertekad terlahir ke Alam Sukhavati,


adalah ibarat serangga di dalam bambu tersebut, tetapi dia akan bergerak
horizontal lalu menggigit dan melubanginya, langsung bisa keluar, bukankah ini
lebih cepat dan mudah?

Hanya dengan melafal Amituofo bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, barulah


dapat mengakhiri penderitaan tumimbal lahir, maka itu pada jaman berakhirnya
Dharma, selain menggunakan metode melafal Amituofo bertekad terlahir ke Alam
Sukhavati, tiada lagi jalan lainnya

73 
 
Hendaknya memahami bahwa kesempatan terlahir sebagai manusia adalah
begitu sulit diperoleh, waktu hidup di dunia ini juga begitu cepat berlalu, janganlah
sampai menyia-nyiakan dan melewatkan begitu saja kesempatan yang begitu
berharganya, terlahir ke Alam Sukhavati mencapai KeBuddhaan.

Jadi tunggu apa lagi, hapuslah segala keraguan, lekaslah melafal Amituofo
bertekad terlahir ke Alam Sukhavati.

74 
 
Akhir Kata

Buku ini mudah dicerna isinya, lagi pula cocok buat orang sibuk. Apa yang telah
saya tulis dalam buku ini adalah dipetik dari sutra Buddha, tidak ada yang saya
karang sendiri. Saya juga tidak berani mengelabui orang lain, oleh karena
akibatnya adalah jatuh ke Neraka.

Tetapi makna sutra Buddha adalah begitu mendalamnya, saya hanya ingin agar
orang lain bisa mudah memahaminya, maka itu saya tulis dengan kata-kata yang
mudah dimengerti.

Sebelum dicetak dan diterbitkan, terlebih dulu buku ini diperiksa oleh anggota
Sangha senior, karena itu tidak perlu ragu untuk menyebarluaskan, menasehati
semua insan supaya melafal Amituofo bertekad terlahir ke Alam Sukhavati,
mencapai KeBuddhaan.

75 
 
Daftar
Pustaka
 
 

初機淨業指南
印光法師鑒定
淨業弟子黃慶瀾演稿
http://www.sjskim.org/pure_land/chr/5/chr5_21.htm 

Arsip 
Bukti Ilmiah Hukum Karma dan Tumimbal Lahir
www.lafalamituofo.blogspot.com 

76 
 
77 
 

Anda mungkin juga menyukai