Terbayangkan
Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak
Terbayangkan
Demikianlah telah kudengar:
Suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di taman milik
Anathapindika, di Taman Jeta dekat Shravasti, diiringi
dengan seribu orang bhikshu, sepuluh ribu BodhisattvaMahasattva, dan banyak dewa dari Alam Nafsu (Kamaloka)
dan Alam Bentuk (Rupaloka).
Pada waktu itu, Manjusri Bodhisattva- Mahasattva dan
dewa Suguna hadir di antara perkumpulan tersebut. Yang
Dimuliakan berkata pada Manjusri, Kamu harus
menjelaskan keadaan Kebuddhaan yang mendalam untuk
para dewa dan para Bodhisattva dalam perkumpulan ini.
Manjusri berkata kepada Sang Buddha, Baiklah, Yang
Dimuliakan. Jika pria dan wanita yang baik hati ingin
mengetahui keadaan Kebuddhaan, mereka harus
mengetahui bahwa ini bukanlah keadaan dari mata, telinga,
hidung, lidah, tubuh, atau pikiran; bukan pula keadaan dari
bentuk-bentuk, suara-suara, bebauan, rasa, sentuhan, atau
objek pikiran. Yang Dimuliakan, tanpa keadaan adalah
keadaan Kebuddhaan. Inilah yang menjadi masalahnya,
apakah keadaan dari pencerahan sempurna seperti yang
dicapai oleh Sang Buddha?
Sang Buddha berkata, Ini adalah keadaan dari kekosongan,
karena semua pandangan adalah sama. Ini adalah keadaan
dari tanpa tanda, karena semua tanda adalah sama. Ini
adalah keadaan dari tanpa keinginan karena ketiga alam
adalah sama. Ini adalah keadaan dari tanpa tindakan,
karena semua tindakan adalah sama. Ini adalah keadaan
dari yang tidak berkondisi, karena semua hal yang
berkondisi adalah sama.
Manjusri bertanya, Yang Dimuliakan, apakah keadaan
dari yang tidak berkondisi itu?
Sang Buddha berkata, Ketiadaan pikiran adalah keadaan
dari yang tidak berkondisi.
Manjusri berkata, Yang Dimuliakan, jika keadaan yang
tidak berkondisi dan seterusnya adalah keadaan
Kebuddhaan, dan keadaan yang tidak berkondisi adalah
ketiadaan pikiran, kemudian atas dasar apakah keadaan
Kebuddhaan diungkapkan? Jika tidak ada dasar yang
demikian, maka tidak ada yang dapat dikatakan; dan
karena tidak ada yang dapat dikatakan, tidak ada yang
dapat diungkapkan. Oleh karena itu, Yang Dimuliakan,
keadaan Kebuddhaan tidak dapat diungkapkan dalam katakata.