Tipiaka
Eva me suta
Kebanyakan sutta dimulai dengan kata-kata Eva me suta Terjemahan:
Thus I have heard... Demikianlah yang kudengar... r sh w wn
Contoh:
Pohapda Sutta:
DN, vol I, hal. 178-203 D i 178 I 178 dst
Slakkhandh a vagga
Number Sutta Name DN 1 Brahmajla DN 2 Smaaphala DN 3 Ambaha DN 4 Soadaa DN 5 Kadanta DN 6 Mahli DN 7 Jliya DN 8 Mahshanda DN 9 Pohapda DN 10 Subha DN 11 Kevaddha [Kevaa] DN 12 Lohicca DN 13 Tevijja DN 14 Mahpadna DN 15 Mahnidna DN 16 Mahparinibbna DN 17 Mahsudassana
Vol/Page DN I 1 DN I 47 DN I 87 DN I 111 DN I 127 DN I 150 DN I 159 DN I 161 DN I 178 DN I 204 DN I 211 DN I 224 DN I 235 DN II 1 DN II 55 DN II 72 DN II 169
Number DN 18 DN 19 DN 20
Sutta Name Janavasabha Mahgovinda Mahsamaya Sakkapaha Mahsatipahna Pysi Ptika [Pthika] Udumbarikashanda [Udumbarika] Cakkavattishanda [Cakkavatti]
Vol/Page DN II 200 DN II 220 DN II 253 DN II 263 DN II 290 DN II 316 DN III 1 DN III 36 DN III 58
Mah vagga
DN 21 DN 22 DN 23 DN 24 DN 25 DN 26
DN 27
DN 28 DN 29
Aggaa
Sampasdanya Psdika Lakkhaa Sglovda [Sigla] niya Sagti
DN III 80
DN III 99 DN III 117 DN III 142 DN III 180 DN III 194 DN III 207
Pika vagga
DN 30 DN 31 DN 32 DN 33
DN 34
Dasuttara
DN III 272
Referensi adalah terhadap nomor sayutta , dan nomor, contoh: SN 56.11 = sutta #11 dari sayutta #56 = Dhammacakkappavattana Sutta Oghataraa Sutta = S i 1 <S i 1> = SN 1.1
Paritta
Paritta = perlindungan Praktik Buddhis mendaraskan bagian-bagian syair atau sutta yang terdapat dalam kanon. Fungsi: menghalau bahaya atau hal-hal yang bersifat jahat. Catatan: harus didaraskan dengan keadaan hati yang baik.
Paritta
Contoh:
Saraagamana = Khp 1 Mahmagala Sutta = Khp 5, Sn 2.4 Ratana Sutta = Khp 6, Sn 2.1 Karaya Mett Sutta = Khp 9, Sn 1.8
Pika Sutta
Pika Sutta
Khotbah ke-24 dari DN = DN 24 = D iii 1 B.Inggris: About Pikaputta, The Charlatan B.Indonesia: Khotbah Tentang Pikaputta (si manusia semu) Tempat: Anupiya, sebuah kota di negeri Malla
Pika Sutta
Disampaikan Buddha kepada si pengelana Bhaggava-gotta Intisari sutta: percakapan dengan si pengelana Bhaggava-gotta tentang Sunakkhatta. Siapakah Sunakkhatta Itu?
Dulunya adalah pangeran Lichhav di Vesli Akhirnya menjadi anggota Sanggha, dan pernah menjadi pengiring pribadi Buddha (sebelum nanda)
Ringkasan Sutta
Kemudian, selagi masih jadi bhikkhu, ia beralih keyakinan pada Khorakkhattiya, si petapa anjing, dan mengecam Buddha karena:
Tidak pernah memperlihatkan mukjizat padanya. Tidak menunjukkan / memberitahukan padanya tentang asal mula alam semesta
Buddha meramalkan bahwa si petapa anjing akan mati dan terlahir kembali sebagai asura. Ramalan ini terbukti.
Ringkasan Sutta
Sunakkhatta lalu beralih keyakinan pada si petapa telanjang Karamuhaka. Buddha meramalkan bahwa si petapa telanjang ini akan meninggalkan hidup sebagai petapa, menjadi perumah tangga, dan mati dengan reputasi yang buruk. Ramalan ini menjadi kenyataan.
Ringkasan Sutta
Lalu Sunakkhatta beralih keyakinan pada si petapa telanjang Pikaputta. Pikaputta sesumbar bahwa dirinya lebih hebat daripada Buddha. Ia mengajukan tantangan terbuka pada Buddha bahwa ia bisa memperlihatkan 2x lebih banyak mukjizat daripada yang diperlihatkan Buddha. Tantangannya dijawab Buddha. Buddha datang ke kediaman Pikaputta, namun Pikaputta tidak mampu menggerakkan badannya sama sekali, sekalipun ditarik dengan tali oleh sekawanan kerbau.
Istilah
Istilah:
samaa Sannyasin Brahmin / brhmaa paribbjak jvak
Pika Sutta
Silakan rujuk pada terjemahannya, sesuai nomor paragrafnya [1.1] Sebelum menuju Anupiya (sebuah kota di Negeri Malla), Buddha mampir mengunjungi si pengelana Bhaggava-gotta. [1.2] Bhaggava-gotta berkata bahwa beberapa hari lalu Bhikkhu Sunakkhatta datang dan berkata bahwa ia sudah meninggalkan Sanggha. Ia bertanya pada Buddha apakah kabar ini betul?
Pika Sutta
Dalam paragraf-paragraf berikutnya, Buddha berkisah pada Bhaggava-gota tentang Sunakkhatta: [1.3] Beberapa hari lalu memang Sunakkhatta melakukan hal itu. Buddha bertanya padanya (Sunakkhatta), apakah Beliau pernah memintanya supaya tunduk pada-Nya, atau apakah ia pernah mohon pada Buddha agar ia boleh tunduk pada-Nya? Ternyata tidak.
Pika Sutta
[1.4] Sunakkhatta mengeluh bahwa ini karena Buddha tidak pernah memperlihatkan mukjizat padanya. Buddha bertanya apakah Beliau pernah berjanji bahwa Beliau akan melakukan hal ini seandainya ia tunduk pada Beliau? Ternyata tidak. Buddha menyatakan bahwa tujuan ajaran-Nya adalah untuk mencapai Nirwana. Bukan untuk yang lainnya, terlepas dari ada/tidaknya mukjizat yang diperlihatkan. [1.5] Sunakkhatta mengeluh (lagi) bahwa Buddha tidak pernah bercerita tentang asal mula alam semesta. Kembali Buddha bertanya apakah Beliau pernah berjanji bahwa Beliau akan melakukan hal ini seandainya ia tunduk pada Beliau? Ternyata tidak.
Pika Sutta
[1.6] Buddha berkata bahwa dulu Sunakkhatta pernah memuji Buddha, Dharma, dan Sanggha secara terbuka di antara kaum Vajji (di kerajaan Vajji). Jika sekarang Sunakkhatta meninggalkan Sanggha, pastilah orangorang akan mencibir Sunakkhatta, bahwa ia tidak mampu menjalani hidup suci dengan baik. Mendengar hal itu, Sunakkhatta meninggalkan Buddha dan ajaranNya, laksana orang yang terkutuk ke neraka.
Pika Sutta
[1.7] Suatu ketika Buddha pernah berdiam di suatu antara kaum Khulu (Kuru?) di kota Uttarak. Sunakkhata sebagai pengiring pribadi. Mereka melihat si petapa telanjang Korakkhatiya (si petapa anjing) tengah berlaku seperti anjing. Sunakkhatta berpikiran bahwa Korakkhatiya inilah Arah sejati. Buddha membaca pikirannya, dan memintanya untuk membuang pandangan sesat itu. Buddha lalu meramalkan bahwa si petapa anjing ini akan mati dalam 7 hari akibat sakit perut (b.Inggris: indigestion). Tubuhnya akan dibuang di atas tumpukan rumput braa di tempat pembuangan mayat. Ia akan terlahir lagi sebagai Klakaja asura, yaitu asura yang paling rendah.
Pika Sutta
Pika Sutta
[lanjutan dari 1.7] Jika mau, Sunakkhatta dipersilakan membangunkan mayat si petapa telanjang itu dan menanyakan nasibnya, kemana ia telah terlahir kembali. [1.8] Lalu Sunakkhatta memperingatkan Khorakkhattiya tentang ramalan Buddha, dan memintanya untuk hatihati dalam makanan agar ramalan Buddha tidak terjadi. Namun akhirnya ramalan itu memang menjadi kenyataan.
(4)
31 30 29 28
(16)
27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12
SU DD HA VA SA
16.000 M.K. 8.000 M.K. 4.000 M.K. 2.000 M.K. 1.000 M.K. 500 M.K. 500 M.K. 64 M.K. 32 M.K. 16 M.K. 8 M.K. 4 M.K. 2 M.K. 1 A.K. 1/2 A.K. 1/3 A.K. 16.000 T.S. 8.000 T.S. 4.000 T.S. 2.000 T.S. 1.000 T.S. 500 T.S. Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas
2. Asannasatta 1. Vehapphala TATIYA JHANA BHUMI - ALAM JHANA III DUTIYA JHANA BHUMI- ALAM JHANA II PATHAMA JHANA BHUMIALAM JHANA I KAMALOKA (ALAM NAFSU) SUGATI ALAM BAHAGIA 3. Subhakinha. 2. Appamanasubha 1. Parittasubha 3. Abhassara 2. Appamanabha 1. Parittabha 3. Maha Brahma 2. Brahma Purohita 1. Brahma Parisajja DE VA LO KA (AL AM SU RG A) 6. Paranimmitavasavatti 5. Nimmanarati 4. Tusita 3. Yama 2. Tavatimsa 1. Catummaharajika
(11)
11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Alam Asura
Manussa (Manusia) DUGATI - ALAM TAK BAHAGIA 4. Asurayoni (Semidewa) 3. Petayoni (Hantu Kelaparan) 2. Tiracchanayoni (Hewan) 1. Niraya (Neraka)
Pika Sutta
[1.9] Sunakkhatta lalu menepuk mayat si petapa telanjang itu. Si petapa bangkit dari mati dan mengatakan bahwa ia telah terlahir kembali sebagai Klakaja asura, yaitu asura yang paling rendah. Setelah itu, Khorakkhattiya terkulai mati lagi. [1.10] Sunakkhatta menjumpai Buddha kembali. Buddha bertanya apakah ramalannya benar? Ini di-iya-kan oleh Sunakkhatta. Buddha lalu bertanya, apakah Sunakkhatta masih menganggap Buddha belum memperlihatkan mukjizat (dalam meramal)? Mendengar itu, Sunakkhatta meninggalkan Buddha dan ajaran-Nya laksana orang yang terkutuk ke neraka.
Pika Sutta
[1.11] Suatu ketika Buddha berdiam di Vesl, di Aula beratap segitiga, di Hutan Agung (Mahvana). Di Vesl ada petapa telanjang bernama Karamuhaka, yang sangat terkenal. Petapa ini punya 7 sumpah petapa bahwa ia: (1) akan selalu jadi petapa telanjang, (2) tak akan memakai pakaian, (3) akan hidup suci, (4) tak akan berhubungan seksual, (5) akan memakan minuman keras dan daging, (6) tak akan makan nasi dan susu asam, (7) tidak akan melampaui batas Kuil Udena di sebelah timur Vesl, Kuil Gotamaka di selatan, Kuil Sattamba di barat, dan Kuil Bahuputta di utara. Berkat 7 sumpah ini, ia menjadi petapa paling terkenal di ibukota negeri Vajji.
Pika Sutta
[1.12] Sunakkhatta menjumpai Karamuhaka dan menanyainya suatu pertanyaan pelik yang tak sanggup dijawab. Karamuhaka mulai naik pitam. Sunakkhatta berpikiran bahwa ia tidak ingin membuat Arah ini marah. Ia pun berlalu, dan menemui Buddha [1.13] Buddha mengecam Sunakkhatta, mengapa ia berpandangan salah bahwa Karamuhaka itu adalah Arah padahal bukan begitu. Buddha lalu meramalkan bahwa sebentar lagi Karamuhaka akan berhenti jadi petapa, menjadi orang awam, melewati batas-batas kuil dalam sumpahnya, nama baiknya akan hilang, lalu akan mati. Dan semua ramalan ini menjadi kenyataan.
Pika Sutta
[1.14] Sunakkhatta menjumpai Buddha kembali. Buddha bertanya apakah ramalannya benar? Ini di-iya-kan oleh Sunakkhatta. Buddha lalu bertanya, apakah Sunakkhatta masih menganggap Buddha belum memperlihatkan mukjizat (dalam meramal)? Mendengar itu, Sunakkhatta meninggalkan Buddha dan ajaran-Nya laksana orang yang terkutuk ke neraka. (isi mirip paragraf 10 di atas) [1.15] Suatu ketika Buddha berdiam di Vesl, di Aula beratap segitiga, di Hutan Agung (Mahvana). Ada petapa telanjang di Vesl, bernama Pikaputta, yang sangat terkenal di ibukota negeri Vajji. Pikaputta sesumbar bahwa.
Pika Sutta
[lanjutan 1.15] ... secara terang-terangan di Vesl bahwa ia juga suciwan, seperti petapa Gotama. Secara terbuka, ia menantang Buddha untuk mempertontonkan mukjizat. Ia berjanji akan mempertunjukkan mukjizat 2x lebih banyak daripada Buddha. [1.16] Sunakkhatta lalu menjumpai Buddha dan menyampaikan tantangan terbuka ini. Buddha berkata bahwa Pikaputta tidak bakal bisa berhadapan denganNya kecuali jika ia menarik kembali tantangan dan katakatanya itu dan meninggalkan anggapannya yang keliru. Jika tidak, kepalanya akan pecah berkeping-keping.
Pika Sutta
[1.17] Sunakkhatta memperingatkan Buddha bahwa bisa jadi kata-kata Buddha itu salah / tidak mejadi kenyataan. [1.18] Buddha mengatakan bahwa kata-kata-Nya TIDAK pernah keliru. Sunakkhatta lalu bertanya apakah karena Buddha tahu sendiri tentang nasib Pikaputta, ataukah ada dewa yang menceritakannya pada Buddha? Buddha menjawab dua-duanya benar. Pertama, Buddha tahu sendiri. Kedua, ada seorang jenderal Licchavi yang barusan meninggal dan terlahir kembali di Surga Tvatisa. Tetapi Pikaputta menyebarkan kabar bohong bahwa ia terlahir kembali di neraka! Dewa ini pun menceritakan pada Buddha apa yang akan terjadi pada Pikaputta. Buddha lalu pergi ke
Vesl (ibukota Licchavi) untuk menerima derma makanan, dan akan kembali beristirahat tengah hari di taman milik Pikaputta.
Pika Sutta
[1.19] Sunakkhatta bergegas ke Vesl dan menceritakan
hal itu pada semua orang berpengaruh di Licchavi. Bahwa akan ada adu kesaktian antara Pikaputta dan Buddha. Lantas, ribuan orang berbondong-bondong datang ke taman milik Pikaputta untuk menyaksikan adu kesaktian itu. [1.20] Pikaputta rupanya mendengar hal itu. Ia pun mulai merasa ketakutan, merinding, dan sekujur tubuhnya menggigil. Ia melarikan diri ke pertirahan para pengelana di Tinduka. Mendengar bahwa Pikaputta pergi ke Tinduka, orang-orang itu mengutus seorang pria untuk menjemput Pikaputta.
Pika Sutta
[1.21] Pikaputta mengiyakakan, setuju untuk ikut pergi,
tetapi ia tak mampu beranjak dari duduknya. Orang itu terus mengajak Pikaputta untuk pergi ke tempat adu kesaktian itu, tetap saja Pikaputta cuma bisa menggeliatkan badannya, namun tak mampu beranjak. [1.22] Orang itu kembali, dan melaporkan hal itu pada kerumunan orang-orang tersebut. Buddha lalu berkata pada kerumunan itu bahwa Pikaputta tidak bakal mampu berhadapan dengan-Nya kecuali jika ia menarik kembali tantangan dan kata-katanya itu dan meninggalkan anggapannya yang keliru. Jika tidak, kepalanya akan pecah berkeping-keping.
Pika Sutta
[2.1] Lalu salah satu menteri dari Licchavi pergi ke Tinduka untuk mencoba menjemput Pikaputta. [2.2] Pikaputta mengiyakan, ingin ikut pergi, tetapi ia tetap tak mampu beranjak dari duduknya. [2.3] Sang menteri kembali ke kerumunan orang itu dan melapor, bahwa walaupun diseret oleh kerbau, Pikaputta tak akan mampu beranjak. Buddha kembali menyatakan bahwa Pikaputta tak akan mampu menantang-Nya.
Pika Sutta
[2.4] Lalu Jliya, murid dari seorang petapa bermangkuk kayu, pergi ke Tinduka, berusaha membujuk Pikaputta untuk datang. [2.5] Pikaputta mengiyakan, ingin ikut pergi, tetapi ia tetap tak mampu beranjak dari duduknya. [2.6-2.7] Jliya pun sadar, bahwa kata-kata Buddha memang benar. Jliya lalu memberi perumpamaan, menyamakan Buddha dengan seekor singa perkasa, dan Pikaputta dengan seekor serigala tua. Serigala itu tidak mungkin bisa menyamai keperkasaan singa itu. Jliya berkata bahwa Pikaputta hidup bagai benalu di atas kehebatan Buddha, namun sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan-Nya.
Pika Sutta
[2.8] Karena tak mampu membuat Pikaputta beranjak, Jliya mengutarakan sebuah syair lain, yang menyamakan Buddha sebagai singa, raja hutan, dan Pikaputta dengan serigala tua. [2.9] Karena tak mampu membuat Pikaputta beranjak, Jliya mengutarakan syair ke-2, yang isinya mirip di atas. [2.10] Pikaputta tetap tak beranjak. Jliya mengutarakan syair ke-3, yang isinya mirip di atas. [2.11] Dengan 3 syair, tetap saja Pikaputta tak mampu beranjak. Jliya pun kembali ke kerumunan orang itu, dan melapor.
Pika Sutta
[2.12] Buddha kembali menyatakan bahwa Pikaputta tak akan mampu menantang-Nya. [2.13] Buddha lalu memberikan khotbah Dharma. Kerumunan orang itu pun semuanya akhirnya mencapai kesucian. Bersama para dewa, total mencapai 84.000 makhluk yang tercerahkan. Lalu Buddha memasuki meditasi terhadap unsur api, melesat ke udara setinggi 7 pohon palem, lalu memancarkan cahaya nan harum ke arah atas setinggi 7 pohon palem lagi. Lalu Beliau muncul kembali di di Aula beratap segitiga, di Hutan Agung (Mahvana). Di sana Buddha bertanya apakah ramalannya mengenai Pikaputta benar adanya?
Pika Sutta
[lanjutan 2.13] Buddha lalu bertanya, apakah Sunakkhatta masih menganggap Buddha belum memperlihatkan mukjizat sama sekali? Mendengar itu, Sunakkhatta meninggalkan Buddha dan ajaran-Nya laksana orang yang terkutuk ke neraka. (isi mirip paragraf 10 di atas) [2.14] Buddha menyatakan bahwa Ia mengetahui awal alam semesta, dan malahan yang bernilai lebih dari itu, yaitu kesucian tertinggi. Ada petapa dan brahmin yang menyatakan bahwa alam semesta diciptakan oleh sesosok dewa atau brahm. Namun ketika ditanya Buddha bagaimana mereka bisa sampai pada kesimpulan ini, mereka tidak bisa menjawab, malahan bertanya balik pada Buddha.
Pika Sutta
[2.15-2.17] Buddha menjelaskan bahwa suatu ketika dahulu, alam ini mengkerut. Makhluk-makhluk terlahir kembali di alam brahm bhassara dan berdiam di sana lama. Ketika alam ini mengembang, sesosok makhluk di sana mati, lalu muncul kembali di sebuah istana kosong brahm. Ia mendambakan adanya makhluk lain. Makhluk lainnya muncul, dan mereka semua (termasuk makhluk pertama tadi) percaya bahwa makhluk pertama itulah yang menciptakan mereka semua yang lainnya.
(4)
31 30 29 28
(16)
27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12
SU DD HA VA SA
16.000 M.K. 8.000 M.K. 4.000 M.K. 2.000 M.K. 1.000 M.K. 500 M.K. 500 M.K. 64 M.K. 32 M.K. 16 M.K. 8 M.K. 4 M.K. 2 M.K. 1 A.K. 1/2 A.K. 1/3 A.K. 16.000 T.S. 8.000 T.S. 4.000 T.S. 2.000 T.S. 1.000 T.S. 500 T.S. Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas
2. Asannasatta 1. Vehapphala TATIYA JHANA BHUMI - ALAM JHANA III DUTIYA JHANA BHUMI- ALAM JHANA II PATHAMA JHANA BHUMIALAM JHANA I KAMALOKA (ALAM NAFSU) SUGATI ALAM BAHAGIA 3. Subhakinha. 2. Appamanasubha 1. Parittasubha 3. Abhassara 2. Appamanabha 1. Parittabha 3. Maha Brahma 2. Brahma Purohita 1. Brahma Parisajja DE VA LO KA (AL AM SU RG A) 6. Paranimmitavasavatti 5. Nimmanarati 4. Tusita 3. Yama 2. Tavatimsa 1. Catummaharajika
Alam bhassar a
(11)
11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Manussa (Manusia) DUGATI - ALAM TAK BAHAGIA 4. Asurayoni (Semidewa) 3. Petayoni (Hantu Kelaparan) 2. Tiracchanayoni (Hewan) 1. Niraya (Neraka)
Pika Sutta
[2.18] Buddha berkata, ada petapa dan brahmin yang menganggap bahwa awal alam semesta dimulai oleh keburukan akibat kesenangan indrawi. Namun ketika ditanya Buddha bagaimana mereka bisa sampai pada kesimpulan ini, mereka tidak bisa menjawab. Buddha berkata bahwa ada kelompok dewa yang disebut dewadewa yang menjadi buruk oleh kesenangan indrawi. Mereka bersukaria tanpa henti. Perhatian batin mereka turun, dan mereka terjatuh dari alam itu. Itulah mengapa timbul pendapat seperti ini tentang awal alam semesta.
(4)
31 30 29 28
(16)
27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12
SU DD HA VA SA
16.000 M.K. 8.000 M.K. 4.000 M.K. 2.000 M.K. 1.000 M.K. 500 M.K. 500 M.K. 64 M.K. 32 M.K. 16 M.K. 8 M.K. 4 M.K. 2 M.K. 1 A.K. 1/2 A.K. 1/3 A.K. 16.000 T.S. 8.000 T.S. 4.000 T.S. 2.000 T.S. 1.000 T.S. 500 T.S. Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas
2. Asannasatta 1. Vehapphala TATIYA JHANA BHUMI - ALAM JHANA III DUTIYA JHANA BHUMI- ALAM JHANA II PATHAMA JHANA BHUMIALAM JHANA I KAMALOKA (ALAM NAFSU) SUGATI ALAM BAHAGIA 3. Subhakinha. 2. Appamanasubha 1. Parittasubha 3. Abhassara 2. Appamanabha 1. Parittabha 3. Maha Brahma 2. Brahma Purohita 1. Brahma Parisajja DE VA LO KA (AL AM SU RG A) 6. Paranimmitavasavatti 5. Nimmanarati 4. Tusita 3. Yama 2. Tavatimsa 1. Catummaharajika
Alam Ctummahrjika.
Dewa yang disebut dalam sutta ini adalah kelompok dewa khipadosik (Corrupted by Pleasure)
(11)
11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Manussa (Manusia) DUGATI - ALAM TAK BAHAGIA 4. Asurayoni (Semidewa) 3. Petayoni (Hantu Kelaparan) 2. Tiracchanayoni (Hewan) 1. Niraya (Neraka)
Pika Sutta
[2.19] Buddha berkata, ada petapa dan brahmin yang menganggap bahwa awal alam semesta dimulai oleh buruknya batin. Namun ketika ditanya Buddha bagaimana mereka bisa sampai pada kesimpulan ini, mereka tidak bisa menjawab. Buddha berkata bahwa ada kelompok dewa yang disebut dewa-dewa yang buruk batin. Mereka iri, benci dan dengki satu sama lain, tanpa henti. Batin mereka memburuk, dan mereka terjatuh dari alam itu. Itulah mengapa timbul pendapat seperti ini tentang awal alam semesta.
(4)
31 30 29 28
(16)
27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12
SU DD HA VA SA
16.000 M.K. 8.000 M.K. 4.000 M.K. 2.000 M.K. 1.000 M.K. 500 M.K. 500 M.K. 64 M.K. 32 M.K. 16 M.K. 8 M.K. 4 M.K. 2 M.K. 1 A.K. 1/2 A.K. 1/3 A.K. 16.000 T.S. 8.000 T.S. 4.000 T.S. 2.000 T.S. 1.000 T.S. 500 T.S. Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas
2. Asannasatta 1. Vehapphala TATIYA JHANA BHUMI - ALAM JHANA III DUTIYA JHANA BHUMI- ALAM JHANA II PATHAMA JHANA BHUMIALAM JHANA I KAMALOKA (ALAM NAFSU) SUGATI ALAM BAHAGIA 3. Subhakinha. 2. Appamanasubha 1. Parittasubha 3. Abhassara 2. Appamanabha 1. Parittabha 3. Maha Brahma 2. Brahma Purohita 1. Brahma Parisajja DE VA LO KA (AL AM SU RG A) 6. Paranimmitavasavatti 5. Nimmanarati 4. Tusita 3. Yama 2. Tavatimsa 1. Catummaharajika
Alam Ctummahrjika.
Dewa yang disebut dalam sutta ini adalah kelompok dewa manopadosik (Corrupted by Mind)
(11)
11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Manussa (Manusia) DUGATI - ALAM TAK BAHAGIA 4. Asurayoni (Semidewa) 3. Petayoni (Hantu Kelaparan) 2. Tiracchanayoni (Hewan) 1. Niraya (Neraka)
Pika Sutta
[2.20] Buddha berkata, ada petapa dan brahmin yang menganggap bahwa awal alam semesta dimulai secara kebetulan. Namun ketika ditanya Buddha bagaimana mereka bisa sampai pada kesimpulan ini, mereka tidak bisa menjawab. Buddha berkata bahwa ada kelompok dewa yang disebut dewa-dewa yang tanpa kesadaran. Tatkala muncul kesadaran dalam diri mereka, mereka terjatuh dari alam itu... tanpa mampu mengingat apa pun. Mereka berpikiran, Dulu aku tidak ada, namun sekarang aku ada. Itulah mengapa timbul pendapat seperti ini tentang awal alam semesta.
(4)
31 30 29 28
(16)
27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12
SU DD HA VA SA
16.000 M.K. 8.000 M.K. 4.000 M.K. 2.000 M.K. 1.000 M.K. 500 M.K. 500 M.K. 64 M.K. 32 M.K. 16 M.K. 8 M.K. 4 M.K. 2 M.K. 1 A.K. 1/2 A.K. 1/3 A.K. 16.000 T.S. 8.000 T.S. 4.000 T.S. 2.000 T.S. 1.000 T.S. 500 T.S. Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas
2. Asannasatta 1. Vehapphala TATIYA JHANA BHUMI - ALAM JHANA III DUTIYA JHANA BHUMI- ALAM JHANA II PATHAMA JHANA BHUMIALAM JHANA I KAMALOKA (ALAM NAFSU) SUGATI ALAM BAHAGIA 3. Subhakinha. 2. Appamanasubha 1. Parittasubha 3. Abhassara 2. Appamanabha 1. Parittabha 3. Maha Brahma 2. Brahma Purohita 1. Brahma Parisajja DE VA LO KA (AL AM SU RG A) 6. Paranimmitavasavatti 5. Nimmanarati 4. Tusita 3. Yama 2. Tavatimsa 1. Catummaharajika
Alam Asaasatt
Dewa yang disebut dalam sutta ini adalah kelompok brahm asaasatt (Unconscious)
(11)
11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Manussa (Manusia) DUGATI - ALAM TAK BAHAGIA 4. Asurayoni (Semidewa) 3. Petayoni (Hantu Kelaparan) 2. Tiracchanayoni (Hewan) 1. Niraya (Neraka)
Pika Sutta
[2.21] Buddha berkata, ada petapa dan brahmin yang memfitnah bahwa ajaran Buddha itu salah. Bahwa Buddha mengajarkan bahwa siapa pun yang telah mencapai tahap pembebasan yang disebut Yang Indah* akan menganggap segala lainnya menjijikkan. Namun ini salah. Yang Buddha ajarkan adalah siapa pun yang telah mencapai tahap pembebasan yang disebut Yang Indah* akan menganggap bahwa tataran yang dicapainya itu indah. * Tahap pembebasan Yang Indah (subha vimokkha) merujuk pada pencapaian jhna 3 atau 4 dengan objek brahm vihar
Pika Sutta
[lanjutan 2.21] Bhaggava-gota menyetujui dan memuji pernyataan Buddha itu. Buddha lalu berkata bahwa sulit bagi Bhaggava-gota, yang punya keyakinan berbeda, untuk mencapai tataran pembebasan Yang Indah itu. Untuk mencapainya, Bhaggava-gota harus berupaya keras dan meyakini ajaran Buddha. Bhaggava-gota pun lalu menjadi umat Buddha.
Simpulan
Penampilan dan kata-kata tidak menunjukkan kebijaksanaan. Yang menentukan kebijaksanaan adalah moralitas dan meditasi. Kesaktian, mukjizat, dsb, bukanlah sesuatu yang penting. Yang paling penting adalah mencapai pembebasan. Yang penting BUKAN tahu tentang bermacam-macam teori agama, tetapi mempraktikkannya melalui meditasi dan kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tataran pembebasan, jhna, dsb, spt yang diajarkan Buddha, pertama-tama perlu keyakinan (saddh) terhadap Buddha dan ajaran-Nya. Tanpa saddh, jalan spiritual apa pun akan SULIT ditempuh.