Masalah Terbesar
Dalam Kehidupan
Manusia
Disadur Dari :
人生最大的一件事
2
Daftar Isi
1. Pendahuluan....................................................................................................4
10 Kekuatan diri sendiri sebagai benih dan kekuatan luar sebagai faktor
pendukung...............................................................................................................28
11. Kesimpulan.................................................................................................31
Anutpattika-dharma-ksanti...............................................................................33
Daftar Pustaka...................................................................................................39
Masalah Terbesar Dalam Kehidupan Manusia
1. Pendahuluan
Ada pula orang yang hidup kembali setelah "meninggal" beberapa hari. Ini
bisa disebabkan oleh dua hal : yakni yang pertama adalah alayavijnana-nya
belum meninggalkan tubuh kasarnya, yang kedua adalah setelah pergi
alayavijnana-nya kemudian balik kembali.
sebagai mayat, hal ini dapat mengakibatkan pasien mengalami penderitaan
yang sangat parah. Maka itu buah pena ini menyajikan pengetahuan umum
tentang saat-saat menjelang ajal, untuk membangunkan perhatian
masyarakat terhadap pasien di kala menghadapi detik-detik menjelang
ajalnya.
Tidak tahu bahwa meskipun jantung dan nafas pasien tersebut sudah
berhenti, namun alayavijnana-nya masih belum meninggalkan tubuh
kasarnya. Bukan saja perasaannya masih dalam masa kritis, perasaan
alayavijnana-nya bagaikan kura-kura yang dilepaskan dari cangkangnya
secara hidup-hidup, bukan main menderitanya. Oleh sebab itu, sebelum
alaya-vijnana meninggalkan tubuh kasarnya, harus menanganinya dengan
seksama, harus memberikan kepada pasien yang sejenak lagi akan pamit
dengan dunia ini, sebuah perasaan yang tenang dan damai.
5
Maka itu tidak boleh langsung memindahkannya, tidak boleh menangis,
untuk menghindarkan alaya-vijnana pasien dari perasaan tertekan, sehingga
menambah penderitaan baginya.
Namun kedua hal ini sering diabaikan orang. Mereka tidak mengetahui
alayavijnana belum meninggalkan tubuh kasar, tidak mengetahui
penderitaan yang dihadapi oleh almarhum, tidak mengerti apa yang harus
dilakukan untuk memberikan pertolongan, tidak mengerti apa yang harus
diperhatikan dalam mengurus upacara perkabungan, melakukan apa yang
tidak patut dilakukan dan apa yang sepatutnya dilakukan tapi malah tidak
dilakukan-nya, ini yang disebut dengan sesat dan tidak bijaksana.
Oleh karena itu, dengan adanya tulisan ini diharapkan agar umat awam dapat
mengetahui dan menyadari bahwa kematian adalah suatu masalah yang
paling besar dalam kehidupan manusia. Hanya dengan mengandalkan Ajaran
Buddha, barulah dapat memberikan tindakan yang tepat dan berfaedah
kepada yang telah meninggal dunia.
6
2. Nafas telah berhenti namun kesadaran masih belum meninggalkan tubuh
kasar
sambil berteriak, mengusap dan memindahkan tubuh kasarnya, atau selagi
tubuhnya masih hangat, cepat-cepat dimandikan dan digantikan pakaian,
atau menyuntikkan obat pengawet, atau begitu nafas terhenti, cepat-cepat
diantar ke rumah duka.
Catatan tambahan :
Untuk daerah yang cuacanya panas, dimana jasad bisa cepat membusuk,
maka jenazah tidak bisa disemayamkan untuk seminggu, umumnya 4 hari
sudah diperabukan, jadi harus disesuaikan dengan kebiasaan daerah
masing-masing.
8
Pasien yang nafasnya sudah berhenti, jika bersikeras memandang dan
memperlakukannya sebagai mayat, maka ini akan mengakibatkan almarhum
mengalami siksaan besar, dan mulutnya juga tidak bisa memprotes
ketidakadilan ini.
Sikap tidur orang yang telah meninggal dunia, biarkan sebagaimana adanya,
jangan dipindahkan. Kira-kira sepuluh sampai dua belas jam kemudian,
setelah tubuhnya dingin, barulah kita melapnya dengan handuk hangat pada
bagian persendian, sehingga bisa menggerakkannya. Sebelum sepuluh
sampai duabelas jam, jangan meraba-raba tubuhnya untuk mengetahui
apakah sudah dingin atau belum? Jangan membiarkan lalat atau nyamuk
hinggap di tubuhnya, dan usahakan agar dalam ruangan itu tidak ada yang
menangis atau berbicara.
supaya terlahir di alam yang suci dan bahagia, selamanya menikmati
kebahagiaan. Ini adalah kewajiban keluarga yang berduka dan juga
merupakan wujud nyata sebagai anak cucu yang berbakti.
10
3. Kapan kesadaran meninggalkan tubuh kasar
Misalnya orang yang setia serta berbakti kepada negara dan orang tua,
berjiwa welas asih, tidak suka membunuh, suka menolong makhluk lain,
orang seperti ini karena kekuatan pikiran benarnya, langsung terlahir di alam
bajik (Alam Dewa dan alam manusia), maka itu alayavijnana-nya cepat
meninggalkan tubuhnya.
Begitu pula orang yang sangat jahat, kejam biadab, durhaka, banyak
melakukan pembunuhan, karena batinnya kotor, ia akan langsung terjerumus
ke alam yang rendah (alam binatang, alam setan kelaparan dan alam neraka),
maka alayavijnana-nya juga cepat meninggalkan tubuhnya.
Sedangkan insan yang tidak terlalu baik dan tidak terlalu jahat, alayavijnana-
nya agak lambat meninggalkan tubuh kasarnya. Namun cepat atau
lambatnya alayavijnana meninggalkan tubuh kasarnya, masing-masing
11
individu itu berbeda-beda, diperkirakan memakan waktu antara sepuluh
hingga duabelas jam. Dan setelah meninggal dunia, bagi yang tidak
langsung terlahir kembali, alayavijanana-nya akan memasuki periode
Antarabhava. Selama periode Antarabhava ini, mungkin saja sehari dua hari
kemudian alayavijnana sudah bertumimbal lahir, namun ada juga yang harus
menunggu seminggu atau dua minggu kemudian baru bertumimbal lahir,
paling lama adalah tujuh minggu yakni 49 hari barulah terlahir kembali
sesuai dengan karma masing-masing.
Boleh dikatakan, bahwa bagian badan yang terakhir menjadi dingin itulah
bagian terakhir yang ditinggalkan oleh alaya-vijnana, namun janganlah
meraba-rabanya dikarenakan rasa ingin tahu. Yang dimaksud antara sepuluh
hingga duabelas jam, hanya perkiraan pada keadaan umum. Keadaan cuaca
ditempatnya juga ikut mempengaruhi, jika cuaca lebih panas maka akan
lebih cepat dan sebaliknya. Waktu diperpendek atau diperpanjang sesuai
dengan keadaan cuaca di tempat tersebut.
12
4. Ke mana perginya kesadaran setelah meninggalkan tubuh kasar
Di antara alam semesta yang tiada batas dan waktu yang tiada ujung
pangkalnya, segala keadaan yang dirasakan oleh alayavijnana juga tak
terhingga dan tanpa batas. Secara garis besar dapat dikategorikan menjadi
sepuluh keadaan yakni empat keadaan untuk orang suci dan enam keadaan
bagi orang awam.
13
Buddha Sakyamuni karena welas asih-Nya kepada umat manusia yang hidup
dimasa kaliyuga (jaman berakhirnya Dharma) ini, secara khusus
mengajarkan metode yang praktis, yaitu berupa pengulangan nama Buddha
dengan mudah dan terjamin.
14
5. Yang perlu diketahui pasien
Maka itu sejak jaman dahulu kala hingga sekarang, segala jenis benda
berwujud, hanyalah ibarat bayangan bulan di kolam dan bayangan bunga
lotus di cermin, juga ibarat mimpi, khayalan, gelembung sabun dan
bayangan, bagaikan korek api dan cahaya kilat, ini hanya bagaikan asap
yang lewat depan mata saja. Tubuh jasmani kita bagaikan gelembung sabun,
semu dan tidak kokoh, tua, lemah, sakit dan mati, penuh penderitaan dan
tidak kekal, ini adalah aturan yang pasti, muncul dan lenyap, berubah-ubah.
Maka itu perjalanan hidup manusia pasti ada terminal terakhirnya, siapapun
tidak bisa menghindarinya, dunia ini bagaikan tempat penginapan, saya
hanya sebagai tamu sementara saja. Usia manusia hanya beberapa puluh
tahun, bukan hanya menyandarkan diri pada ketenaran, keuntungan, harta
benda dan nafsu keinginan, keinginan memperoleh dan takut kehilangan,
suka duka dan perpisahan, berkumpul dengan yang dibenci dan berpisah
dengan yang dicintai, bencana dan petaka, tekanan hidup, kerisauan,
kekhawatiran, kecemasan, bergelut dalam jerih payah, bahkan harus terus
berputar dalam siklus lahir mati sedemikian, melepaskan tubuh lama dan
bertumimbal lahir lagi dengan tubuh yang baru, mengembara dalam kalpa
yang panjang, terapung-apung dalam lautan penderitaan tumimbal lahir,
menjalani siksaan jiwa raga dan tidak menyadarinya sama sekali.
Memahami bahwa segala yang ada di dunia ini muncul dan lenyap, tidak
kekal, bagaikan mimpi dan khayalan, bukanlah yang sesungguhnya. Juga
mengingat siksaan di tiga alam penderitaan, mudah terjatuh dan sulit untuk
keluar, alam manusia penuh dengan kekeruhan, Alam Dewa mudah
kehabisan berkah, tumimbal lahir tiada usainya.
Maka itu, lekaslah kembali ke jalan yang benar, semua urusan harus
dilepaskan, jangan ada kemelekatan, fokuskan pikiran melafal Amituofo
bertekad lahir ke Alam Sukhavati. Setiap lafalan Amituofo dilafal dengan
serius, saat ajal tiba, pasti memperoleh penjemputan dari Buddha Amitabha,
15
mengikuti Buddha Amitabha terlahir ke Alam Sukhavati. Sejak itu dari
orang awam beralih menjadi orang suci, memiliki kemampuan gaib bebas
tanpa rintangan, usia tak terbatas, keluar dari Triloka, mengakhiri tumimbal
lahir, merupakan pilihan bagi insan berkebijaksanaan tinggi. Andaikata usia
pasien masih belum habis, karena jasa kebajikan dari melafal Amituofo pasti
dapat melenyapkan petaka memperpanjang usia.
Jika pasien dalam masa kritis melihat bayangan para musuh kerabat penagih
hutang yang datang mengganggu, atau menjelma berbagai kondisi
menyenangkan untuk memikat, asalkan ingat untuk tetap melafal Amituofo,
maka para musuh kerabat yang mendengar lafalan Amituofo, dapat terbebas
dari penderitaan, lalu pergi dengan sukacita. Maka itu jalinan permusuhan
mudah terurai, rintangan karma pun jadi tereliminasi. Diri sendiri pun jadi
bebas tanpa rintangan terlahir ke Alam Sukhavati.
Jika di sini melafal Amituofo dengan tekun dan tidak malas, maka di Alam
Sukhavati Bunga Teratai akan memancarkan empat warna cahaya mustika,
semakin hari semakin cemerlang.
16
Alam Sukhavati suci berwibawa, luar biasa menakjubkan, pagoda terbentuk
dari tujuh mustika, kolam tujuh mustika dan air delapan jasa kebajikan
membersihkan kekotoran batin, irama kebahagiaan mengalun tanpa ada yang
memainkannya, cuacanya tidak dingin juga tidak panas, selaras dan nyaman,
pakaian, makanan dan minuman muncul sesuai dengan keinginan.
Meskipun putra putri anda berbakti, setelah anda meninggal dunia, lalu
mereka mengundang anggota Sangha senior untuk melakukan pelimpahan
jasa kepada anda, namun almarhum hanya bisa menerima 1/7 bagian saja. 6
17
bagian jasa kebajikan akan dinikmati oleh yang masih hidup, juga akan
kembali pada anggota Sangha yang memimpin upacara.
Yang paling baik adalah selagi masih sehat, diri sendiri harus
membangkitkan ketulusan menimbun berkah dan kebijaksanaan, membaca
sutra bertobat bernamaskara pada Buddha, bervegetarian melafal Amituofo.
Memahami kenyataaan sesungguhnya dari alam semesta dan kehidupan
manusia, sehingga membangkitkan tekad melafal Amituofo terlahir ke Alam
Sukhavati. Namun meskipun demikian saat menjelang ajal, kegiatan Zhu
Nian (membantu orang lain melafal Amituofo) tetap penting dan dibutuhkan.
Sebaiknya membeli sebuah mesin pelafal Amituofo, saat jatuh sakit harus
memutar dan mendengarnya, melafal Amituofo di dalam hati, telinga
ditujukan untuk mendengar lafalan Amituofo, jiwa raga jadi damai,
mengembangkan jalinan jodoh suci, memupuk dan membesarkan Bunga
Teratai tempat kita menjelma kelak.
18
6. Yang harus diketahui sanak keluarga
Sanak keluarga melafal Amituofo jangan dengan irama yang sendu, agar
pasien jangan turut merasa sedih, dan kehilangan pikiran benar.
Bagi para pembesuk yang baru saja mengkonsumsi daging, arak dan lima
jenis sayuran berbau tajam, tidak boleh mendekati pasien, karena dengan
demikian, maka pasien akan kehilangan pikiran benar dan jatuh ke tiga alam
penderitaan.
Mengenai posisi baring almarhum, juga dibiarkan saja apa adanya. Setelah
10-12 jam berlalu dan sekujur tubuh almarhum telah dingin secara
keseluruhan, maka boleh menggunakan handuk yang dibasahi air hangat
untuk melap bagian persendiannya, sehingga lentur kembali seperti masih
hidup.
20
Sebaiknya mengikuti kaset yang dilafal oleh anggota Sangha, di dalam hati
memohon Buddha bermaitri karuna menuntun almarhum. Suara lafalan
Amituofo janganlah sampai terputus, sehingga alayavijnana dapat
mendengar setiap lafalan dengan jelas, dapat terjalin dengan kekuatan tekad
Buddha, dan mengikuti Buddha Amitabha terlahir ke Alam Sukhavati.
Setelah 10-12 jam berlalu, tak peduli apakah sudah terlahir ke Alam
Sukhavati ataupun belum, juga harus tetap melanjutkan melafal Amituofo
berkesinambungan. Andaikata sudah terlahir ke Alam Sukhavati, oleh
karena jasa kebajikan dari melafal Amituofo, dapat mempertinggi tingkatan
Bunga Teratai-nya. Andaikata kehilangan pikiran benar dan gagal terlahir ke
Alam Sukhavati, sehingga alayavijnana selama berada dalam periode
Antarabhava, maka sanak keluarga harus lebih serius dalam melakukan
pelimpahan jasa.
alayavijnana mendengar suara lafalan Amituofo dan memperoleh
penyelamatan, ibarat orang yang kehausan memperoleh amerta. Sambil
mengundang anggota Sangha untuk mengadakan upacara kebaktian,
melakukan pelimpahan jasa, menimbun berkah kebajikan, mengeliminasi
rintangan karma, terlahir ke Alam Sukhavati.
Saat ajal pasien berakhir, sanak keluarga seharusnya dalam kurun waktu 49
hari, menimbun jasa kebajikan buat almarhum, berdana dan melepaskan
satwa ke alam bebas, membantu orang kurang mampu dan yang dilanda
kesusahan. Memberi persembahan kepada Triratna, bernamaskara
melakukan pertobatan, membaca sutra melafal Amituofo, memohon
pemberkatan dari Buddha, mengeliminasi rintangan karma, sehingga
almarhum menjauhi alam penderitaan, terlahir ke Negeri Buddha, sanak
keluarga harus melafal Amituofo dengan penuh ketulusan dan rasa bakti,
barulah dapat menghasilkan mujizat sehingga almarhum memperoleh
penyelamatan.
Suka duka almarhum, beban tanggungjawab ini ada pada diri sanak keluarga,
sebaiknya menghindari segala tindakan mubazir yang tidak bermanfaat,
beralih digunakan untuk memberi manfaat kepada orang banyak, misalnya
menolong orang miskin dan kesusahan. Maka itu tak perlu demi gengsi lalu
membuat upacara-upacara megah, juga jangan sampai terlalu pelit dan asal-
asalan.
22
melafal Amituofo, dilarang mengkonsumsi lima jenis sayuran berbau tajam,
menghentikan pembunuhan.
Bila ingin memberi manfaat bagi almarhum, hanya dengan menimbun jasa
kebajikan, mengeliminasi rintangan karma almarhum.
Pilihlah satu nada pelafalan Amituofo, dapat memutar kaset dan mengikuti
lafalan yang ada di kaset, membagi grup dan saling bergiliran dan bergantian
membantu melafal Amituofo sehingga lafalan Amituofo tak terputus,
memohon Buddha Amitabha menjemputnya terlahir ke Alam Sukhavati.
Jangan bakar uang kertas, rumah kertas dan sebagainya. Ini adalah tindakan
yang mengharapkan almarhum jatuh ke alam setan, sepatutnya dihindari.
23
7. Persoalan rumah duka
Ada lagi sebuah keadaan dimana terjadi kesalahan medis, yang menganggap
orang tersebut sudah mati, sementara alayavijnana-nya belum meninggalkan
tubuhnya, dan sanak keluarganya juga telah menganggapnya sebagai mayat,
dan langsung diantar ke rumah duka, atau ke tempat perabuan, hingga
akhirnya penyakit pasien membaik dan orang mengira dia hidup kembali
dari kematian.
Mengenai kenyataan hidup kembali, bukan hanya tertera dalam catatan saja,
bahkan setiap rumahsakit, rumah duka juga ada bertemu dengan kejadian
serupa, maka itu terhadap urusan saat menjelang ajal, haruslah lebih mawas
diri.
24
Sanak keluarga hanya mempedulikan kemegahan altar almarhum, jasad
almarhum dikenakan pakaian rapi, dan tidak tahu bagaimana tahapan yang
terjadi sebelum jasad dimasukkan ke dalam peti mati.
Tak peduli semasa hidup almarhum adalah ahli, orang terkenal, atau
bangsawan, konglomerat, namun saat menjelang ajal, bukankah jasadnya
juga akan menghadapi resiko yang sama? Tidak semua rumah duka tidak
berperikemanusiaan, namun pihak keluarga juga harus tetap menjaga jasad
almarhum dari kejadian yang tidak diinginkan. Rumah duka seharusnya
menjadi panutan bagi masyarakat luas.
25
8. Perabuan sebaiknya dilakukan tujuh hari kemudian
Namun, apabila cuaca di daerah tersebut panas, maka boleh lebih awal
diperabukan karena cuaca panas, jasad akan mudah membusuk. Pada
umumnya, karena cuaca yang panas, dua atau tiga hari kemudian sudah
diperabukan, ini adalah tindakan yang membahayakan dan keji, ini harus
diperhatikan.
Catatan tambahan :
Di wilayah bercuaca panas, jasad cepat membusuk, pada umumnya jenazah
disemayamkan paling lama 4 hari saja sudah diperabukan. Jadi harus
disesuaikan dengan kebiasaan dan adat tradisi setempat, mempertimbangkan
saran yang diberikan oleh rumah duka setempat. Contohnya abu kremasi
yang hendak ditabur di laut, juga perlu mengikuti petunjuk yang diberikan
oleh rumah duka, karena mereka lebih berpengalaman.
26
9. Terlebih dulu berpesan pada keluarga
Waktu begitu singkat, apalagi orang yang sudah berusia senja, seharusnya
selagi masih sehat, membahas isi buku ini dengan anggota keluarga,
sehingga diri sendiri memiliki kepastian. Sebagian orang yang berada
dibawah usia paruh baya, mungkin masih asing akan persoalan ini, andaikata
sebagai senior tidak memberitahu hal ini kepada anak-anaknya, terlebih dulu
berpesan pada sanak keluarganya, maka saat menjelang ajal, baru ingin
memberitahukan, namun apa daya, mulut sudah tidak sanggup berkata-kata
lagi, sanak keluarga juga tidak tahu cara mengurusnya, sehingga
alayavijnana mengalami siksaan bertubi-tubi.
27
10 Kekuatan diri sendiri sebagai benih dan kekuatan luar sebagai faktor
pendukung
Tak peduli dalam kondisi suka maupun duka, dalam segala ruang dan waktu,
fokuskan pikiran melafal Amituofo. Mengendalikan enam landasan indria,
dengan pikiran suci melafal Amituofo berkesinambungan. Lama kelamaan
ketrampilan melafal Amituofo telah menjadi kebiasaan, saat menjelang ajal,
barulah dapat melepaskan segala kemelekatan, teringat melafal Amituofo.
Saat menjelang ajal bila tidak kehilangan pikiran benar, pasti memperoleh
penjemputan dari Buddha Amitabha, dalam waktu sekejab bagaikan sekilas
petikan jari, terlahir ke Alam Sukhavati.
pasien untuk senantiasa melafal Amituofo. Yang kedua, dapat membantu
pasien agar bertobat atas karma buruk yang diperbuatnya. Apabila rintangan
karma telah tereliminasi, maka muncullah pemandangan Alam Sukhavati.
29
kemelekatan, maka ini disebut “tidak memenuhi syarat kekuatan sendiri
sebagai benih”.
Jika saat menjelang ajal, tidak ada kalyanamitra (sahabat Dharma) yang
datang memberi ceramah, juga tidak ada orang yang datang membantu
melafal Amituofo, juga sanak keluarga memindahkan jasadnya serta
menangis pilu, sehingga pasien jadi kehilangan pikiran benar, dalam
ketidakberdayaan akibat tidak sanggup bicara lagi, siksaan yang diterima
semakin berat, ini yang disebut dengan “tidak memenuhi persyaratan
kekuatan luar yang merupakan faktor pendukung”.
Tekad agung Buddha Amitabha ibarat mentari rembulan, tiada yang tidak
diteranginya, para makhluk melafal Amituofo ibarat kolam yang airnya diam
tak bergerak, air kolam dapat memantulkan bayangan rembulan, hati yang
tenang Buddha akan muncul, setelah melafal Amituofo hingga jadi terbiasa,
terjalin dengan Buddha, memperoleh penjemputan dari kekuatan tekad
Buddha, pasti terlahir ke Alam Sukhavati.
30
11. Kesimpulan
Sejak kalpa tanpa awal, karena satu niat sesat, sehingga kita terus
memaksakan kehendak sendiri terhadap segala sesuatu. Karena kekuatan
dari tabiat kita, sehingga terus berada dalam kesesatan. Segala sesuatu
muncul dari pikiran. Kekotoran batin kita, lobha, dosa, moha diwujudkan
melalui tindakan, ucapan dan pikiran, menciptakan karma, dan
menghasilkan buah akibatnya, kemudian akibat beralih menjadi sebab,
demikianlah siklus ini berputar tiada hentinya.
Maka itu dalam setiap kelahiran dan kematian, melepas tubuh yang lama dan
menerima tubuh yang baru, berputar tanpa ujung pangkal, mengapung dalam
lautan karma. Karena itu dalam lingkaran tumimbal lahir menjalani siksaan
dan diri sendiri masih juga tidak menyadarinya.
Oleh karena khayalan maka ada kemunculan, karena ada muncul maka ada
lenyap, muncul dan lenyap itulah yang disebut khayalan, dengan menghapus
khayalan barulah muncul yang sejati.
Maka itu saat menjelang ajal melafal Amituofo, memohon terlahir ke Alam
Sukhavati, ini adalah jalan yang aman dan terjamin. Jika dapat bertemu
Buddha Amitabha, buat apa masih merisaukan tidak tercapainya pencerahan.
Asalkan dapat terlahir di Alam Sukhavati, pasti bertemu Buddha Amitabha
mendengar pembabaran DharmaNya. Setelah mencapai Anutpattika-
31
dharma-ksanti, memperoleh ramalan pencapaian KeBuddhaan langsung dari
Buddha Amitabha. Di Alam Sukhavati setiap insan akan menikmati
kebahagiaan buat selama-lamanya, dan kemudian menuju ke sepuluh
penjuru alam menyelamatkan para makhluk lainnya.
~~Usai~~
32
Lampiran 1
Anutpattika-dharma-ksanti
33
muncul dan lenyap itu adalah semu, segala sesuatu yang muncul pasti akan
lenyap.
34
Lampiran 2
1. Bawang merah
2. Bawang putih
3. Bawang Bombay
4. Daun bawang
5. Allium (bawang putih kecil)
Mengapa kelima macam sayuran yang berbau tajam ini disebut makanan
yang harus dihindari seorang vegetaris?
Dari struktur kimia, 5 jenis sayuran ini menebarkan bau tajam dikarenakan
mengandung zat disulfida dan minyak kuning yang berbau. Memiliki bau
yang tajam dan menebarkan keluar bau pedas yang sangat bau. Diantaranya
ada bawang merah, bawang putih dan daun bawang setara dengan 100 kotak
tanaman yang disebut Allium, yakni propenil, yang digunakan sebagai
perangsang, begitu tajam baunya, maka itu disebut perangsang.
vegetaris mengkonsumsi lima sayur berbau tajam tersebut lambungnya akan
mudah teriris dan terluka.
36
Lampiran 3
Maka itu bagi insan di dunia ini yang mengkonsumsi lima macam
sayuran yang berbau tajam, walaupun mampu menjelaskan 12 bagian
dari Sutra Pitaka, para dewa dari sepuluh penjuru akan menjauh
karena hawa bau dari mereka. Karena mereka mengkonsumsi
tanaman berbau tajam ini, para setan kelaparan, akan menjilat dan
mencium bibir mereka. Karena senantiasa berada bersama setan maka
berkah kebajikan juga makin lama makin menipis, dan takkan
memperoleh manfaat.
37
Ananda! Praktisi yang melatih Jalan KeBodhian harus memutuskan
selamanya untuk tidak mengkonsumsi lima tanaman berbau tajam. Ini
adalah langkah pertama untuk memasuki pelatihan diri secara
bertahap.
38
Daftar Pustaka
人生最大的一件事
http://www.amtb.org.tw/pdf/pdf.asp?web_choice=19
Arsip
http://jalanpencerahan.blogspot.co.id/
Penjelasan Anutpattika-dharma-ksanti :
http://daunbodhi.blogspot.co.id/2014/05/anutpattika-dharma-ksanti.html
39
40