Anda di halaman 1dari 19

Bila senar kecapi ini dikencangkan, suaranya akan semakin Buddha Gautama bersabda: "Sekarang Aku ingat, Ananda,

karang Aku ingat, Ananda, ketika Aku masuk ke dalam


tinggi. Kalau terlalu dikencangkan, putuslah senar kecapi ini, kumpulan orang-orang penting, orang-orang religius, perumahtangga, orang-orang dari
dan lenyaplah suara kecapi itu. Bila senar kecapi ini kepercayaan lain, dan beragam dewa; sebelum Aku duduk dan berbicara kepada mereka, Aku
dikendorkan, suaranya akan semakin merendah. Kalau terlalu mengubah diriKu sendiri menjadi seperti mereka, berbicara seperti mereka. Tatkala Aku telah
dikendorkan, maka lenyaplah suara kecapi itu." selesai membabarkan Ajaran, mereka sangat gembira. Namun, mereka tidak mengetahui siapa
Aku, bahkan setelah Aku tiada!" (Mahaparinibbana-sutta)
 Delapan Ruas Jalan Kemuliaan> [Hasta Arya Marga], yaitu :
Empat Prasetya yang berdasarkan Cinta Kasih dan Kasih Sayang yang tidak terbatas, yaitu :  1. Pandangan Benar [Samyag-drsti/ Samma-ditthi].
1. Berusaha menolong semua makhluk.  2. Pikiran Benar [Samyag-samkalpa/ Samma-samkappa].
2. Menolak semua keinginan nafsu keduniawian.  3. Ucapan Benar [Samyag-vag/ Samma-vaca].
3. Mempelajari, menghayati dan mengamalkan Dharma.  4. Perbuatan Benar [Samyag-karmanta/ Samma-kammanta].
4. Berusaha mencapai Pencerahan Sempurna.  5. Mata Pencaharian Benar [Samyag-ajiva/ Samma-ajiva].
Seorang Buddha memiliki sifat luhur antara lain :  6. Usaha Benar [Samyag-vyayama/ Samma- vayama].
1. Bertingkah laku baik;  7. Kesadaran Benar [Samyag-smrti/ Samma-sati].
2. Berpandangan hidup luhur;  8. Konsentrasi Benar [Samyag-samadhi/ Samma-samadhi].
3. Memiliki kebijaksanaan sempurna;  Demikian juga terdapat hakekat timbulnya suatu penderitaan yang disebabkan
4. Memiliki kepandaian mengajar yang tiada bandingnya; berbagai faktor ketidak-harmonisan, antara lain:
5. Memiliki cara menuntun dan membimbing manusia dalam mengamalkan Dharma.
 - Ketidak-harmonisan antara benda-benda materi dengan diri kita.
Buddha di Rumah
 - Ketidak-harmonisan antara orang-orang dengan diri kita.
Fu-hauzi adalah seorang pemuda yang berwatak tidak sopan terhadap ibunya yang sudah tua
 - Ketidak-seimbangan antara tubuh dengan diri kita.
dan tinggal sendirian bersamanya. Fu-hauzi selain malas juga pemarah sekali, sehingga ibunya
 - Ketidak-seimbangan antara pikiran dengan diri kita.
yang masih bekerja sendirian tersebut sering menjadi obyek amarahnya. Tetapi ibunya tetap
 - Ketidak-harmonisan antara keinginan dengan diri kita.
sabar dan mengasihi anak tunggalnya tersebut.
Sampai suatu hari, pemuda ini mendapatkan khabar bahwa di seberang lautan dekat puncak  - Ketidak-harmonisan antara pandangan dengan diri kita.
gunung, terdapat seorang Buddha yang sangat sakti dimana setiap permintaan dapat  - Ketidak-harmonisan antara alam dengan diri kita.
dipenuhinya. Fu-hau-zi yang memang sifatnya malas, berminat untuk bertemu Buddha tersebut  Ibunda Yang Risau
agar dapat langsung memperoleh kesaktian sehingga tidak perlu susah bekerja. Maka  Terdapat seorang nenek tua yang mempunyai dua anak perempuan yang menopang
berangkatlah Fu-hauzi seorang diri yang tentunya tanpa pamit kepada ibunya. kehidupan keluarganya dengan masing-masing berjualan payung dan dupa. Anak perempuan
Sampai di gunung seberang, dia bertemu dengan seorang bhikshu tua sederhana yang telah pertama selalu mengharapkan hujan agar payungnya lebih laku. Sedangkan anak perempuan
berjenggot, maka diapun bertanya , "Kakek tua, saya ingin bertemu dengan Buddha". Kakek tua kedua mengharapkan matahari bersinar terang supaya dupanya dapat terjemur dengan kering.
tersebut yang mengetahui pemuda ini, menyahut, "Anak muda, sekarang Buddha itu sedang  Setiap kali hujan turun, ibunya yang sangat menyayangi kedua putrinya tersebut
menunggu di rumahmu. Ciri-cirinya adalah berpakaian terbalik dan sandal yang terbalik yang selalu merisaukan putrinya yang berjualan dupa, dan mengharapkan hujan segera berhenti.
akan menyambutmu di depan pintu rumahmu. Pergilah menemuinya karena dia telah lama Sebaliknya kalau matahari bersinar cerah, ibunya juga merisaukan putrinya yang berjualan
menunggumu." payung, dan mengharapkan agar segera hujan turun. Demikianlah kerisauan ibunda ini berjalan
Merasa girang bahwa rupanya Buddha telah datang ke rumahnya dan menungguinya, maka Fu- terus setiap hari, tanpa disadarinya dia telah terlarut dalam kesedihan dan penderitaan yang
hauzi segera pulang ke rumah sambil berpikir dalam hati, "Sungguh sakti Buddha tersebut, dan diciptakan oleh pikirannya sendiri.
sungguh beruntung saya karena telah ditunggui oleh Buddha di rumah". Sesampai di depan pintu  Sampai suatu hari, datanglah seorang mahabhikshu yang melewatinya dan
rumahnya, segera Fu-hauzi menggedor pintu dan memanggil nyaring ibunya untuk melihatnya sedang berkeluh-kesah. Mahabhikshu tersebut mulai menanyakannya, "Kenapa Anda
membukakan pintu. Ibunya yang sedang tidur siang, terkejut dan karena khawatir membuat bersedih sekali, apakah telah terjadi sesuatu yang menimpa keluarga Anda?" Ibu yang sangat
anaknya marah serta senang juga mendengar anaknya telah kembali setelah pergi sekian lama menghormati kehidupan bhikshu ini terkejut dengan teguran tersebut dan segera memberikan
tanpa permisi ,maka dengan tergopoh-gopoh ibu tua ini memakai baju terbalik dan sandal hormat kepada mahabhikshu, dan menceritakan kejadian yang membuatnya hatinya risau dan
terbalik. Segera dibukakannya pintu rumah, pemuda ini melihat persis ciri seorang Buddha yang sedih. Mahabhikshu yang setelah mengerti duduk perkara yang membuat ibu ini risau, maka
digambarkan oleh bhikshu tua di gunung seberang, yang malah menangis memeluknya. Segera menasehatinya, "Ibunda yang baik, mulai sekarang coba Anda memikirkan kebahagiaan putri
Hauzi berlutut di depan ibunya dan sadar akan tabiat buruknya selama ini. Sejak itu Hauzi Anda yang berjualan payung pada saat hujan, sedangkan pada saat matahari bersinar cerah
menjadi anak yang berbakti dan bekerja dengan rajin.
pikirkanlah kebahagiaan putri Anda yang berjualan dupa. Dengan demikian Anda tidak perlu  Ada suatu cerita dimana terdapat seorang bhikshu muda yang berguru kepada
terlarut lagi dalam kesedihan." seorang Mahabhikshu Zen yang terkenal telah memperoleh Pencerahan, sehingga dinamakan
 Ibunda tersebut menuruti nasehat mahabhikshu, dan mulai memikirkan kebahagiaan Yang Tercerahkan. Namun sesudah mengikuti sekian tahun segala tingkah laku gurunya
putrinya yang berjualan payung pada saat turun hujan, sedangkan pada saat matahari bersinar tersebut, mulai dari bangun siang, makan berisik, jalan seenaknya, sampai hal-hal lainnya
cerah dia memikirkan kebahagiaan putrinya yang sedang menjemur dupa. Demikianlah akhirnya termasuk cara berteriak dan bicara, tetap saja bhikshu muda ini merasa belum mencapai
ibu ini tidak lagi menderita karena kerisauan pikirannya, tetapi dapat menjalani kehidupannya pencerahan. Akhirnya timbul keraguan dalam dirinya bahwa kemungkinan besar gurunya ini
dengan berbahagia karena sudut pandang positifnya sendiri. belum mencapai pencerahan sebagaimana julukan yang diberikan kepadanya.
 Buddha Gautama bersabda : " Sebatang pohon yang telah ditebang masih akan  Pagi-pagi berikutnya, si bhikshu muda menemui gurunya dan telah memutuskan
dapat tumbuh dan bersemi lagi, apabila akar-akarnya masih kuat dan tidak dihancurkan. Begitu untuk pergi dengan berkata, "Guru, saya telah mengikuti guru sekian lama dan telah meniru
pula selama akar nafsu keinginan tidak dihancurkan, maka penderitaan akan tumbuh berulang segala perbuatan guru seperti bangun siang, makan berisik, jalan dan teriak seenaknya sampai
kali." (Dhammapada, 338) kadang-kadang tiga hari tidak mandi juga sebagaimana kebiasan guru, namun saya tetap
 Buddha Gautama bersabda : " Bagaikan karat yang timbul dari besi, bila telah merasakan belum memperoleh pencerahan. Dan saya sendiri ragu kalau guru telah mencapai
timbul akan menghancurkan besi itu sendiri. Begitu pula perbuatan-perbuatan sendiri yang pencerahan. Untuk itu saya memutuskan meninggalkan guru!"
buruk akan menjerumuskan pelanggarnya ke alam yang menyedihkan." (Dhammapada, 240).  Mendengar itu sang Mahabhikshu ketawa, "Ha....ha....ha...., muridku yang malang.
 Buddha Gautama bersabda : " Orang yang pikirannya kacau, penuh dengan nafsu, Siapa suruh engkau mencari pencerahan di luar dari dirimu sendiri. Masih untung saya tidak
dan hanya melihat pada hal-hal yang menyenangkan saja, maka nafsu keinginannya akan terus bertingkah laku seperti seorang suci yang telah mencapai pencerahan, karena kemungkinan
bertambah. Sesungguhnya orang seperti itu hanya akan memperkuat ikatan belenggunya Anda akan nantinya membenci semua orang suci yang engkau temui." Begitulah akhirnya
sendiri." (Dhammapada, 349) bhikshu muda itupun menyadari akan suatu Kebenaran Sejati dan langsung tercerahkan,
 Harta atau Tenggelam kemudian dia membatalkan keputusan untuk meninggalkan gurunya.
 Ada suatu cerita menarik yang dapat menggambarkan situasi ini. Dimana dalam  Cendekiawan Meminum Teh
suatu perahu yang sedang akan tenggelam, orang-orang semua berusaha menyelamatkan diri  Pada jaman dulu di Tiongkok terdapat seorang cendekiawan yang sangat menguasai
tanpa peduli akan harta bendanya lagi. Namun dalam perahu tersebut terdapat seseorang yang segala filsafat kehidupan serta memiliki kedudukan yang tinggi di pemerintahan. Tetapi karena
masih sibuk mengikatkan segala harta bendanya ke seluruh badannya tanpa memperdulikan adanya suatu kesalahan dalam keputusannya yang disebabkan oleh sifat kesombongannya,
perahu yang akan tenggelam tersebut. Teman-temannya yang sudah sampai ke tepian, berteriak maka raja mengutuskannya untuk bertemu dengan seorang Mahabhikshu Zen.
agar dia membuang segala hartanya dan menyelamatkan dirinya. Namun hal itu ditolak  Setelah bertemu dengan Mahabhikshu tersebut yang duduk tanpa memperdulikannya,
mentah-mentah dan dia tetap mementingkan harta emasnya yang berat, sehingga akhirnya demikian juga cendekiawan tersebut yang karena kesombongannya tidak mau memberikan
menenggelamkan dirinya bersamaan dengan tenggelamnya harta emas yang diikatkan ke hormat kepada Mahabhikshu tersebut. Maka mereka berdua saling duduk tanpa terucap sepatah
seluruh badannya. katapun, malah saling membuang muka persis seperti orang pacaran yang baru bertengkar
 Buddha Gautama bersabda : " Mereka yang senantiasa sadar, tekun melatih diri hebat.
siang dan malam, selalu mengarahkan batin ke nibbana, maka semua kekotoran batin dalam  Setelah sekian lama, Mahabhikshu mulai menuangkan teh ke cawan cendekiawan
dirinya akan musnah." (Dhammapada , 226) tersebut. Teh terus dituangkan sampai seluruh cawan itu telah penuh dan air teh meluber keluar.
 Kura-kura dan Ikan Melihat ini cendekiawan tersebut berteriak, "Kenapa Anda masih menuangkan teh ini terus
 Ada suatu cerita kuno mengenai kura-kura dan ikan. Kura-kura dapat tinggal di darat padahal telah penuh?" Sang Mahabhikshu memberikan suatu jawaban yang ringkas, "Sama
dan juga di laut, sedangkan ikan hanya tinggal di laut. Pada suatu hari, ketika kura-kura kembali seperti pikiran Anda yang telah penuh, sangatlah sulit untuk dapat diisi lagi!" Cendekiawan yang
dari perjalanannya di darat, dia menceritakan kepada ikan tentang pengalamannya. Dia memang pintar ini langsung mengerti dan bersujud memanggil guru kepada Mahabhikshu
menjelaskan, bahwa segala makhluk hidup berjalan dan tidak ada yang berenang. Ikan tersebut tersebut.
menolak untuk percaya bahwa ada jalan yang kering di daratan, karena ikan tidak pernah  Sang Buddha Bersabda: " Engkau sendirilah yang harus berusaha, para Tathagata
mengalami hal tersebut. hanya menunjukkan `Jalan'. Mereka yang tekun bersemadi dan memasuki `Jalan' ini akan
 Buddha Gautama bersabda : " Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa membenci di terbebas dari belenggu Mara." (Dhammapada, 276).
antara orang-orang yang membenci; di antara orang-orang yang membenci kita hidup tanpa  Kitab Panduan
membenci. Sungguh bahagia, jika kita hidup tanpa keserakahan di antara orang-orang yang  Pada suatu masa kehidupan dahulu terdapat seorang guru yang kemana-mana selalu
serakah; di antara orang-orang yang serakah kita hidup tanpa keserakahan." (Dhammapada, memberitakan kebenaran hidup. Semua hal yang telah diberitakan diminta untuk dicatat oleh
197, 199) murid-muridnya. Sehingga kemana-mana kitab kebenaran yang telah dicatat ini selalu menjadi
 Meniru Sang Guru bahan rujukan dalam melakukan segala perbuatan.
Sampai suatu saat, guru dan rombongan muridnya berjalan melintasi jembatan yang di penjelasan. Kenapa guru tiga hari yang lalu menggendong wanita muda cantik menyeberang
bawahnya melintas arus sungai yang deras. Karena tidak hati-hati, guru tersebut terpeleset dan sungai tanpa merasa risih, padahal itukan tidak sopan sama sekali?"
jatuh ke bawah. Guru tersebut berteriak dengan nyaring meminta pertolongan muridnya, Mahabhikshu tersebut sempat bingung dan tidak mengerti apa yang dimaksud karena kejadian
beberapa murid yunior berusaha turun untuk menolong gurunya, namun terdapat beberapa tersebut sudah tidak diingatnya lagi. Setelah dijelaskan lebih detail, dan sesudah Mahabhikshu
murid senior yang ingat akan wejangan gurunya agar segala perbuatan haruslah merujuk mengerti duduk persoalannya, maka diapun tertawa sambil berkata, "Ha...ha...ha..., muridku
kepada `kitab suci kebenaran' yang telah tercatat, sehingga seorang murid senior sambil yang malang, guru hanyalah mengendongnya untuk membantu dia menyeberangi sungai yang
membolak-balik `kitab suci' tersebut berteriak kepada gurunya yang sudah hampir tenggelam deras tersebut , tetapi Anda sungguh malang sekali, malah mengendongnya dari tiga hari yang
terbawa arus sungai, "Guru...guru.....sabar.., harap jangan tenggelam dulu, biar saya mencarikan lalu sampai sekarang!"
bab pertolongan terhadap guru yang sedang tenggelam di sungai yang deras!" 3. Perkataan Benar
1. Pandangan Benar  Pemuda Yang Kehilangan Domba
 Katak Dalam Sumur  Yongmae, seorang pemuda yang menggembala domba. Pemuda ini memang terkenal
 Ada seekor katak yang seumur hidup tinggal di suatu sumur. Katak tersebut sangat iseng dan suka membuat onar dengan menceritakan hal-hal yang adakalanya tidak masuk di
menyenangi kehidupannya di lingkungan sumur tersebut. Kalau siang hari yang panas dia akal sama sekali. Pada hari pertama menggembala domba, terbetik dalam pikirannya untuk
berendam di kedalaman sumur, dan di malam hari dia loncat ke luar sumur, bermain di membuat onar penduduk kampungnya, maka menjelang tengah hari dengan tergopoh-gopoh dia
sekeliling pinggiran sumur. Sampai suatu hari datanglah seekor kura-kura dari lautan. Katak berlari turun gunung memasuki kampungnya dengan berseru, "Tolong....tolong......., ada
tersebut dengan bangganya menceritakan bagaimana senangnya dia menjalani kehidupannya di gerombolan serigala yang memangsa domba-dombaku." Mendengar teriakan yang histeris
dalam sumur, dan menawarkan kura-kura tersebut untuk tinggal di dalamnya. tersebut, maka cukup banyak penduduk yang keluar dengan membawa berbagai perkakas dan
Kura-kura yang melihat kecilnya sumur tersebut tentu saja menolak, dan mengatakan bahwa dia berlari ke gunung bermaksud membantu Yongmae mengusir gerombolan serigala tersebut.
senang tinggal di luar sumur, karena dapat menyelami berbagai lautan dengan berbagai corak Sesampainya di gunung, terlihat domba-domba dengan tenang masih merumput, dan
kehidupannya. Sang kura-kura menceritakan berbagai hal-hal menarik di luar sumur yang belum menyaksikan ekspresi tersebut, Yongmae melepaskan ketawanya dengan berguling-guling di
pernah dialami oleh sang katak. Namun semua cerita kura-kura tersebut dianggap sebagai rumput saking senangnya berhasil membohongi hampir seluruh penduduk kampungnya.
dongeng yang tidak masuk akal saja. Sehingga sang katak tidak peduli akan kehidupan di luar Beberapa minggu kemudian, Yongmae mengulangi kembali aksinya yang dimana juga berhasil
sumur, dan tetap memilih tinggal di sumur kecil kebanggaannya. mengelabui penduduk kampungnya. Sampai suatu hari pada saat sedang menggembala,
2. Pikiran Benar terlihatlah dengan mata kepala dia sendiri, serombongan serigala rakus muncul dari semak-
 Mahabhikshu Menggendong Wanita Cantik semak. Dengan pucat pasi, Yongmae berlari seperti dikejar setan ke kampungnya. Sampai
 Dalam perjalanan menuju kembali ke vihara, seorang Mahabhikshu Zen bersama suaranya habis berteriak untuk meminta bantuan, tetapi penduduk kampung yang merasa sudah
muridnya seorang bhikshu muda tiba di tepian sungai yang deras. Pada saat itu seorang wanita kapok diberlakukan oleh Yongme, tidak mempercayainya dan hanya menebis dengan
muda cantik dengan pakaian jaman dulu (panjang sampai ke tumit) berdiri kebingungan di mengatakan, "Yongmae...Yongmae ...mau aksi apalagi sih..., kami tak mungkin dapat Anda
tepian sungai. Melihat Mahabhikshu dan bhikshu muda yang bermaksud menyeberang tersebut, kelabui tiga kali. Sudah sana kembali." Akhirnya Yongmae sambil menangis kembali ke
maka wanita muda ini meminta tolong untuk diseberangkan. Dengan spontan Mahabhikshu gerombolan dombanya dan menemukan hampir sebagian besar domba gembalaanya telah
menawarkan kesediaannya untuk membantu, dan secara sigap mengendong wanita muda menjadi santapan gerombolan serigala kelaparan tersebut.
tersebut ke seberang. Bhikshu muda yang ikut menyeberang hanya bisa terpelongo menyaksikan 4. Perbuatan Benar
pemandangan tersebut yang menurut pikiran dia sangatlah tidak pantas dilakukan oleh  Murid Yang Menolong Semut
gurunya.  Guru Hui-gan yang memiliki waskita mata surgawi [divyacakshu/dibbacakkhu]
 Namun sebagai seorang murid yang setia, maka bhikshu muda ini mengurungkan merasa sedih sekali pada suatu hari karena mengetahui bahwa muridnya, Li-chang yang baru
niatnya untuk menegur gurunya. Setelah tiga malam tidak bisa tidur karena selalu memikirkan berusia 19 tahun harus meninggal satu bulan lagi karena karma buruk masa lalu yang dibuatnya.
tingkah laku gurunya tersebut, dimana sampai timbul kebencian yang sangat besar terhadap Beliau tidak menceritakan hasil penglihatannya tersebut agar tidak membuat Li-chang bersedih,
gurunya. Maka akhirnya bhikshu muda ini memutuskan untuk bertanya kepada gurunya, melainkan menasehatkan muridnya untuk pulang ke rumah orangtuanya, berkumpul selama 40
dimana apabila tidak diperoleh jawaban yang memuaskan maka dia akan berhenti menjadi hari dengan alasan sudah lama sekali tidak menjenguk orangtuanya. Dengan demikian
muridnya. diharapkan, Li-chang dapat menghabiskan hari-hari terakhirnya bersama orangtuanya.
 Keesokan harinya, pagi-pagi sekali dengan mata yang masih kuyuh, bhikshu muda  Li-chang mematuhi dan melakukan perjalanan menembus hutan yang memakan
tersebut menemui gurunya yang sedang duduk minum teh. Mahabhikshu agak kaget juga waktu cukup lama juga. Di tengah perjalanan, Li-chang menemukan satu koloni (berjumlah
melihat kemunculan muridnya yang tidak biasanya tersebut. Sesampainya bhikshu muda ini, jutaan) semut terperangkap dalam genangan air dan berada di tengah-tengah batu yang
langsung dia menanyakan, "Guru, ini ada pikiran yang menganggu saya dan sampai saat ini dikelilingi oleh air banjir. Li-chang dengan sigap dan spontan mencari dahan kayu yang banyak
masih belum dapat saya peroleh jawabannya. Untuk itu harap guru mau memberikan dan dibuatkan sebagai jembatan, sehingga seluruh semut berikut telur-telur semut yang belum
menetas dapat diseberangkan ke tempat yang kering oleh para semut pekerja. Sesudahnya, dia Dalam suatu persamuan yang diketuai oleh seorang Mahabhikshu, tibalah sesi untuk
melanjutkan perjalanan lagi pulang ke rumah orangtuanya. menyampaikan segala permasalahan yang dihadapi oleh para bhikshu. Seorang bhikshu muda
Setelah melewati masa 40 hari sebagaimana ijin yang diperolehnya dari gurunya, Li-chang yang bernama Dasa, terkenal sering pindah-pindah vihara karena berbagai alasan, dan kali
kemudian muncul di hadapan gurunya yang terkejut melihat kedatangannya tanpa kekurangan inipun dia sudah siap dengan permasalahannya untuk menyampaikan kepada Mahabhikshu
apapun. Guru Hui-gan mencoba melihat kembali dengan mata surgawinya dan mendapatkan tersebut, bahwa dia bermaksud pindah ke vihara lain dengan berbagai alasan yang telah
bahwa muridnya akan hidup sampai umur 91 tahun. Guru Hui-gan menanyakan apa yang telah dipersiapkannya.
dilakukannya selama perjalanan dan juga menjelaskan hasil waskitanya. Li-chang hanya bisa Mahabhikshu tersebut mengetahui muridnya ini, maka permintaan tersebut dikabulkan saja.
menjawab tidak melakukan apa-apa. Guru Hui-gan mencoba melihat perjalanan muridnya ini, Begitu bhikshu Dasa mempersiapkan diri dan mengambil tasnya siap untuk memohon ijin
dan kemudian menjadi maklum bahwa muridnya telah menolong jutaan makhluk hidup dengan berangkat, maka tiba-tiba Mahabhikshu berseru, "Bhikshu Dasa selalu membawa tas yang isinya
tulus dan penuh kasih sehingga menggetarkan para Bodhisattva yang diliputi Kasih Sayang , penuh dengan tai anjing, karenanya selalu mengeluh sekelilingnya bau tai anjing!" Bhikshu Dasa
dimana secara tidak langsung telah memperpanjang usianya. Guru Hui-gan berucap terima seketika itu juga sadar akan ucapan Mahabhikshu tersebut dan mencapai pencerahan. Diapun
kasih kepada Bodhisattva. membatalkan niatnya untuk pindah vihara dan terus menetap di vihara tersebut
5. Mata Pencaharian Benar . 8. Konsentrasi Benar
6. Usaha Benar Meditasi Tanpa Suara
Kasep Penjaga Kereta Suatu hari terdapatlah lima orang pemuda yang bermaksud mengadakan retreat selama tujuh
Kasep, seorang penjaga rel kereta api sudah lama melakukan tugasnya dan sangat disukai orang hari dengan meditasi di hutan. Selama retreat berlangsung, maka ada satu pantangan yang
karena sikapnya yang ramah dan sopan. Namun ada satu sifat jelek Kasep yang sulit harus dipatuhi, yaitu dilarang berbicara antar sesama dan konsentrasi hanya pada nafas.
dihilangkannya, yaitu sering meminum arak untuk menghangatkan tubuhnya pada malam yang Alhasil, masing-masing menggunakan bahasa isyarat tarzan, dimana sepanjang siang hari
dingin. Apabila ada orang yang menegurnya, maka dia akan bilang bahwa dia tetap masih sadar pertama, dapat dilalui dengan berhasil tanpa satu patah kata yang keluar dari kelima pemuda
dan tidak perlu khawatir. tersebut.
Pada suatu malam, hujan turun dengan lebatnya, dan kereta api agak terlambat dari jadwalnya. Kemudian pada malam harinya, maka masing-masing sudah siap untuk masuk ke gubug tempat
Untuk menghilangkan kekesalannya menunggu, Kasep mulai mengeluarkan botol araknya mereka tidur yang hanya diterangi satu-satunya api lilin. Menjelang tengah malam, bertiuplah
sampai, tanpa disadarinya, telah hampir dihabiskannya setengah botol minuman arak tersebut. angin yang kencang sehingga memadamkan api lilin tersebut, dan mulailah timbul kegelisahan
Walaupun telah ditegur oleh Kepala Peron , tapi Kasep tetap meyakinkan bahwa dia masih sadar di antara mereka. Setelah sekian lama dalam keadaan gelap-gulita, maka mulailah pemuda
dan tidak perlu khawatir. pertama berbisik pada teman di sebelahnya,"Kelihatannya api lilin itu padam!" Pemuda kedua
Tiba-tiba muncullah suara kereta api dari dua arah yang berlawanan, rel harus segera diarahkan. menyahut sambil berbisik pula, "Iya..., sebaiknya ada yang menyalahkannya." Pemuda ketiga
Kepala peron dengan panik segera menuju arah belakang untuk menutup palang kendaraan menimpali dan mengingatkan akan janji mereka, "Hei...bukankah kita sepakat untuk tidak
umum agar tidak melewati jalur kereta api, dan meminta Kasep untuk melakukan tugasnya berbicara?" Pemuda keempat mengiyakan, "Iya nih,.... koq jadi pada berisik sih..." , dan mereka
mengarahkan rel yang di depan. Kasep sambil tertawa berkata, "Tenang saja Pak, tidak perlu berempatpun baru mulai menyadari hanya ada satu orang yang berhasil tidak berbicara sama
tergopoh-gopoh." Kepala Peron menegaskan kembali agar segera memperhatikan pekerjaannya, sekali, tetapi belum sampai sedetik kemudian, pemuda kelimapun mulai berseru dan yang paling
dan akhirnya dengan perlahan Kasep mulai bangkit dan menuju tempatnya bekerja. nyaring, "Ha..ha..ha..., lihatlah hanya saya yang paling hebat karena tidak berbicara sama
Kepala Peron dengan cepat berlari ke arah belakang, sedangkan Kasep masih tenang berjalan sekali!"
dan bermaksud meneguk lagi seteguk arak untuk menghangatkan badannya sambil kemudian ……………………………..
mengenakan jas hujannya. Dengan santai dia memegang lampu petromak dan berjalan Pangeran Menyerahkan Semuanya
menyusuri rel kereta, namun baru melangkah tiba-tiba terdengar suara pluit kedatangan kereta Visvantara merupakan putra Raja Sanjaya. Beliau telah membagi habis harta miliknya sebagai
api. Kasep mulai tergopoh-gopoh berlari ke depan dengan sekuat tenaga, namun semuanya derma , sampai akhirnya Beliau menyerahkan juga gajah putih milik kerajaan kepada kaum
sudah terlambat. Kedua kereta api tersebut saling menghantam gerbong masing-masing seperti pendeta. Kedermawaannya yang tinggi tersebut menyebabkan ayahnya mengusirnya dari
dua naga yang sedang bertarung. Berbagai jeritan dan isakan penumpang terdengar histeris kerajaan untuk dikucilkan di Gunung Vanka.
bercampur benturan suara keras yang memekakkan telinga. Visvantara dalam perjalanan ke Gunung Vanka ditemani oleh istrinya dan dua orang anaknya
Sesudah bencana tersebut berakhir, Kasep tidak berhasil ditemukan. Tetapi pada malam dengan menaiki kereta yang ditarik oleh empat ekor kuda. Di tengah perjalanan, mereka bertemu
berikutnya, orang-orang melihat Kasep duduk di pinggiran kereta api sambil memegang seorang pendeta yang meminta kuda-kuda mereka dimana diberikan semua oleh Beliau. Pada
petromak dalam keadaan tidak sadar, sambil melambaikan petromaknya dan berteriak, "Kenapa kesempatan lain, keretanya juga diberikan kepada pendeta lain yang ditemuinya. Akhirnya
tidak saya lakukan,.....kenapa tidak saya lakukan, ......kenapa..................." mereka meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki dimana Visvantara menggendong
7. Kesadaran Benar putranya, dan istrinya menggendong putrinya. Sesampainya di tempat tujuan, mereka tinggal di
Tas Berisi Kotoran rumah yang terbuat dari daun-daunan.
Pada suatu hari sewaktu istrinya sedang pergi, datanglah seorang brahmana yang meminta Saat yang ditunggupun tibalah, dimana setelah wisuda dengan langkah penuh keyakinan Hsiau-
kedua orang anaknya untuk dijadikan pelayannya. Visvantara tidak sanggup untuk menolak fei melangkah menemui ayahnya yang tersenyum sambil berlinang air mata menyampaikan
permintaan seorang brahmana, sehingga diserahkannya kedua anaknya tersebut juga. Kejadian betapa dia sangat kagum akan anak satu-satunya dan sungguh dia mencintainya. Ayahnya
tersebut menggugah Deva Sakra yaitu pemimpin para Deva yang kemudian muncul dalam kemudian mengeluarkan sebuah kado yang dibungkus rapi, dan sungguh hal ini membuat Hsiau-
penyamarannya sebagai seorang pendeta yang miskin dan memohon kepada Visvantara agar fei terpaku karena bukanlah kunci mobil BMW sebagaimana yang diharapkannya. Dengan
dapat menyerahkan istrinya kepadanya. Tentu saja permohonan inipun dikabulkannya, dan atas perasaan gundah, dibukanya juga kado tersebut dimana berisi kitab Buddha Vacana yang terjilid
ketulusan Visvantara kemudian Deva Sakra menjelma kembali ke bentuk aslinya dan rapi berlapiskan tulisan emas nama Hsiau-fei di sampul depannya. Hancur sekali hati Hsiau-fei
memberkahi Visvantara. Brahmana yang membawa kedua anaknya kemudian menyerahkannya menerima hadiah kitab tersebut, dan dengan marah tanpa dapat terkendalikan, dia membanting
kepada kakeknya, Raja Sanjaya . kitab tersebut sambil berteriak nyaring, "Apakah ini cara ayah mencintai saya, padahal dengan
Kejadian ini membuat Raja Sanjaya dan rakyatnya menjadi terharu sehingga Visvantara uang ayah yang banyak tidaklah sulit untuk membelikan hadiah yang memang telah ayah
dipanggil kembali dan diberikan kedudukan kembali sebagai pangeran kerajaan yang kemudian ketahui sudah lama saya idamkan!!" Kemudian Hsiau-fei tanpa melihat reaksi ayahnya lagi,
hari menjadi Raja menggantikan ayahnya. berlari kencang meninggalkannya dan bersumpah tidak akan menemuinya lagi.
Bodhisattva Mengorbankan Tubuh Hari , bulan dan tahunpun berganti. Hsiau-fei yang telah pindah tinggal di kota lain akhirnya
Pada suatu masa yang silam, hiduplah Raja Maharatha bersama tiga putranya, Mahapranada, berhasil menjadi seorang pengusaha yang sukses karena bermodalkan otaknya yang cemerlang.
Mahadeva, dan Mahasattvavan. Pada suatu hari ketiga pangeran berjalan di dalam suatu hutan Selain memiliki rumah dan mobil yang mewah, dia juga telah berkeluarga dan mempunyai tiga
yang besar dan sunyi, dimana di tengah perjalanan mereka bertiga bertemu dengan seekor anak. Sementara ayahnya sudah pensiun dan semakin tua serta tinggal sendirian. Ayahnya
harimau betina yang baru beranak lima ekor. Tubuh harimau betina begitu kurus dan lemah selalu menanti kedatangan Hsiau-fei sejak hari wisuda tersebut dengan satu harapan hanya
karena lapar dan haus. Mereka bertiga membicarakan tentang keadaan harimau tersebut dan untuk menyampaikan betapa kasihnya dia kepada Hsiau-fei. Hsiau-fei adakalanya juga rindu
membayangkan bagaimana bisa harimau betina yang malang tersebut beserta anak-anaknya kepada ayahnya, namun setiap kali mengingat kejadian hari wisuda tersebut, diapun menjadi
dapat bertahan hidup. marah kembali dan merasa sakit hati atas hadiah kitab dari ayahnya.
Mahasattvavan kemudian meminta agar kedua saudaranya berangkat dulu dengan mengatakan Sampai suatu hari, datanglah telegram dari tetangga ayahnya yang memberitahukan bahwa
nanti dia akan menyusul ke lembah karena hendak melakukan sesuatu. Setelah ditinggal ayahnya telah meninggal dunia, dan sebelum meninggal dia telah meninggalkan surat wasiat
sendirian, maka Mahasattvavan berucap kepada harimau tersebut, "Saya terharu dan dengan kepada Hsiau-fei dimana semua hartanya akan diwariskan kepadanya. Akhirnya Hsiau-fei
rela memberikan tubuh saya untuk kebaikan dunia dan untuk pencapaian bodhi." Kemudian dia memutuskan untuk pulang mengurus harta peninggalan ayahnya.
melemparkan dirinya di hadapan harimau betina tersebut, namun harimau yang lemah tersebut Memasuki halaman rumahnya, timbullah rasa penyesalan yang menyebabkannya sedih sekali
tidak dapat berbuat apa-apa terhadap dirinya. Mahasattvavan akhirnya mengambil sebilah memikirkan sikap ketidaksabarannya khususnya pada saat wisuda. Hsiau-fei merasa sangat
bambu tua yang ditemukannya di sekitar lokasi tersebut dan memotong kerongkongannya menyesal telah menolak ayahnya. Dengan langkah berat dia memasuki rumah dan satu per satu
sehingga mati terbaring dekat harimau tersebut. perabot diperhatikannya yang mengingatkannya akan semua kenangan indah tinggal bersama
sepuluh pantangan yang harus dijalankan seorang Bodhisattva, yaitu : ayahnya. Dengan kunci wasiat yang diterimanya, dia membuka brankas besi ayahnya, dan
Pantang membunuh makhluk hidup menemukan kitab Buddha Vacana dengan ukiran emas namanya, hadiah hari wisuda. Dia mulai
Pantang mencuri membuka halaman kitab tersebut, dan menemukan tulisan tangan ayahnya di halaman depan,
Pantang dari ketidak-sucian "Dengan segala kejahatan yang telah kamu lakukan selama hidupmu, tetapi kamu tahu
Pantang berbicara bohong memberikan yang terbaik kepada anakmu, sungguh para Buddha dan Bodhisattva akan
Pantang memfinah terguncang dengan perbuatanmu." Tanpa disengaja, tiba-tiba dari sampul kitab tersebut terjatuh
Pantang berbicara kasar sebuah kunci mobil BMW dan kwitansi pembelian mobil yang tanggalnya persis satu bulan
Pantang terhadap kesembronoan dan berbicara yang tidak berarti sebelum hari wisuda Hsiau-fei.
Pantang terhadap sifat iri hati Hsiau-fei terpaku tanpa bisa bersuara, berbagai perasaan menghinggapinya. Dengan sisa tenaga
Pantang terhadap sifat dengki yang ada, Hsiau-fei segera berlari ke garasi dan menemukan sebuah mobil BMW yang telah
Pantang dari pandangan salah berlapiskan debu tetapi masih jelas bahwa mobil tersebut belum pernah disentuh sama sekali
Penyesalan dari Ketidaksabaran karena jok mobilnya masih terbungkus plastik. Di depan kemudi terpampang foto ayahnya yang
Hsiau-fei adalah seorang mahasiswa yang sebentar lagi akan di wisuda. Dia sangat tersenyum bangga. Tiba-tiba lemaslah seluruh tubuhnya, dan airmatanya tanpa terasa mengalir
mendambakan akan mendapatkan hadiah wisuda dari ayahnya, seorang pengusaha kaya yang terus tanpa dapat ditahannya,......... suatu penyesalan yang mendalam atas ketidaksabarannya
sangat menyayanginya sebagai anak satu-satunya. Hsiau-fei selama berhari-hari telah sendiri........, suatu penyesalan yang tak mungkin berakhir........
membayangkan akan mengendarai mobil BMW idamannya sambil bersenang-senang dengan Sang Buddha bersabda : " Segala sesuatu yang berkondisi tidak kekal adanya. Apabila dengan
temannya. kebijaksanaan orang dapat melihat ini; maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah
Jalan yang membawa pada kesucian." (Dhammapada , 277).
Perbedaan Dua Sahabat Berubah Menjadi Persamaan penderitaan hidupnyapun sudah tidak diingat lagi, yang diingat hanya menguliti kacang sambil
Terdapat sebuah kisah tentang dua orang bersahabat yang bernama Ayin dan Ayang. Mereka membaca "Hung Mami Pana Hung".
berdua adalah orang yang saleh, berjiwa besar, dan penuh cinta kasih. Ayin mempunyai agama Sampai suatu hari datanglah seorang bhikshu muda pengembara yang melewati rumah tempat
atau kepercayaan yang berbeda dengan Ayang. Walaupun begitu mereka secara teratur bertemu tinggal sang Lo-pakme. Mendengar Lo-pakme tersebut membaca mantra yang salah, maka
untuk mendiskusikan keyakinan mereka, dengan tujuan mencari suatu persamaan yang mereka bhikshu muda tersebut berbaik hati untuk membetulkannya dengan berkata, "A-pho (Nenek),
tidak ketahui namanya. mantra yang A-pho baca itu salah, seharusnya 'Om Mani Padme Hum'......, dengan nada
Meskipun mereka saling menghormati dan mengajukan argumentasi dengan penuh sopan belakang agak panjang, ....Hummmmm.........., dan mulutnya ditutup....Hummmmmmm......."
santun, namun pada setiap akhir pertemuan, mereka tidak pernah merasa puas. Segala cara dan Lo-pakme yang sangat menghormati Buddha, tentunya senang ada bhikshu yang mengajarinya,
metode diskusi yang diketahui telah mereka tempuh tapi tetap tidak menghasilkan apa-apa. dan baru sadar bahwa selama ini dia telah menglafal mantra yang salah, maka setelah beberapa
Sampai mereka merasa putus asa, mereka mulai kehilangan kendali diri, dalam hati masing- kali melakukan lafalan sebagaimana yang diajarkan bhikshu muda tersebut, akhirnya lafalan
masing mulai muncul perasaan "lebih unggul". Akhirnya tercetus kata-kata Ayin, "Ah, tersebutpun telah menjadi benar kembali, sebagai "Om Mani Padme Hummm.....", tentunya
seandainya engkau adalah aku, tentu akan bisa memahami apa yang ingin kusampaikan, dan dengan nada belakang yang agak panjang sambil mulut ditutup.
diskusi ini akan dapat membawa kita lebih mengerti 'sesuatu' itu." Ayang menimpali, "Hei, aku Keesokan harinya, sesudah menjamu bhikshu muda tersebut sarapan pagi karena diajak untuk
juga berpikir begitu. Tapi bagaimana cara kita bisa saling tukar diri kita masing-masing?" menginap dan setelah bhikshu muda tersebut meninggalkan tempatnya sambil sekali lagi
Karena memang mereka tidak dapat saling tukar diri, maka tak lama kemudian mereka mengingatkan Lo-pakme untuk melafal mantra secara benar, khususnya penutupan mulut pada
menemukan pemecahan yang disetujui paling tepat. Diputuskan, Ayin akan mempelajari agama saat 'Hummmm......' . Kemudian Lo-pakme sudah siap dengan mantra barunya untuk menguliti
atau kepercayaan Ayang dan Ayang akan mempelajari agama atau kepercayaan Ayin. Karena kacang, diapun melafal, "Om Mani Padme Hummmmm....", sambil menutup mulut pada suara
mereka memang menginginkan hasil terbaik dan terbenar, maka mereka berikrar akan mantra terakhir. Tetapi kacang tidak melompat sama sekali...., tidak percaya akan
mempelajari dengan sepenuh hati, berusaha memahami dengan hati terbuka, tidak malah penglihatannya, diapun mengulangi kembali sampai beberapa kali, tetap saja tidak terjadi
mencari-cari titik kelemahan yang akan digunakan untuk menyerang lawannya. Akhirnya keajaiban kacang yang terkuliti sendiri dan melompat. Akhirnya Lo-pakme menyerah dan pasrah
mereka berikrar, setelah 40 tahun mereka akan bertemu lagi untuk saling berdebat sampai ada serta memilih untuk melafal mantra yang benar saja karena menghormati nasehat bhikshu
yang mengaku kalah. muda, dan memulai dari awal lagi menguliti kacang dengan tangannya yang sudah makin
Konon cerita, 40 tahun kemudian, Ayin dan Ayang yang telah sama-sama tua, memenuhi ikrar bertambah keriput.
mereka untuk saling bertemu pada senja hari di tempat terakhir mereka bertemu. Mereka saling Anggota Tubuh Yang Egois
berpandangan, tak sepatah kata pun yang terucapkan. Sinar mata mereka penuh kasih yang Suatu waktu seluruh anggota tubuh merasa benci terhadap perut. Mereka semua iri karena
menghanyutkan sukma, senyum mereka begitu halus dan tulus. Mereka saling memeluk. mereka selalu harus bekerja keras mempersiapkan makanan dan membawanya sampai ke perut,
Resonansi getaran jiwa mereka pada angin yang membelai, pada daun-daun yang berbisik, dalam sementara perut sendiri tidak pernah berbuat lain kecuali mencerna hasil jerih payah pekerjaan
seluruh relung ruang di jagad raya ini: "Saudaraku, kau selalu di dalam diriku, dan aku selalu di mereka.
dalam dirimu ." Sejak saat itu tak ada lagi diskusi, karena dalam pelukan itu mereka mengerti Sehingga mereka mengambil keputusan untuk melakukan demonstrasi dengan mogok membawa
tanpa mengetahui dan mendapatkan tanpa mencari. makanan ke perut. Pikiran tidak mau memikirkan untuk makan, anggota tangan tidak mau
Penderitaan Nenek Kacang mengambil makanan ke mulut, gigi tidak mau mengunyah, dan tenggorakan tidak mau menelan,
Dahulu terdapat seorang nenek yang sejak kecil hidupnya sudah menderita sekali karena itulah kesepakatan mereka. Hal ini, menurut mereka akan memaksa perut untuk bekerja bagi
hidupnya sebatang kara tanpa ada sanak dan famili. Nenek ini terkenal dengan sebutan Lo- dirinya sendiri tanpa harus tergantung sama mereka.
pakme pengulit kacang atau nenek tua pengulit kacang, karena tugasnya menguliti kacang Tetapi hasil keputusan tersebut menghasilkan pikiran yang lemah, tubuh yang lesuh, tidak
sebagai penghidupannya . Lo-pakme pengulit kacang walaupun buta huruf tetapi tetap senang bersemangat hingga hampir membuat mereka berada dalam garis kematian. Akhirnya dengan
menghormati Buddha dan Bodhisattva di vihara dan banyak berbuat amal. Dia tidak bisa lemah, mereka baru menyadari kesalahan keputusan mereka, dimana mereka sadar bahwa tubuh
menghafal berbagai sutra yang menurutnya rumit sekali, sehingga hanya ada satu mantra yang ini tidaklah murni berdiri sendiri adanya, dimana perasaan ke-aku-an hanya akan menyebabkan
selalu dihafalnya yaitu mantra "Om Mani Padme Hum" yang dilafalnya sebagai "Hung Mami penderitaan, dan satu sama lain seharusnya saling bergantungan.
Pana Hung". "Kebebasan dari nafsu merupakan kebahagiaan di dunia, suatu keadaan yang mengatasi semua
Begitu senangnya Lo-pakme terhadap mantra tersebut sehingga setiap kali menguliti kacang, dia nafsu keinginan inderawi. Tetapi penghancuran kesombongan yang menganggap `Inilah Aku',
melafal mantra tersebut dengan senang, melupakan segala penderitaan hidup yang dialaminya. ini adalah kebahagiaan yang tertinggi." (Udana, 10)
Setelah lebih dari 40 tahun melafal mantra tersebut secara salah tanpa ada yang membetulkan Sang Buddha bersabda : " Dengan melalui banyak kelahiran, aku telah mengembara dalam
lafalannya tersebut, sampai hal tersebut mengetuk hati para Bodhisattva, hingga suatu hari, samsara (siklus kehidupan). Terus mencari, namun tidak kutemukan pembuat rumah ini.
diciptakanlah suatu keajaiban, dimana setiap kali Lo-pakme menyebutkan sekali "Hung Mami Sungguh menyakitkan kelahiran yang berulang-ulang ini. O, pembuat rumah, engkau telah
Pana Hung", maka kacang yang belum dikuliti akan loncat ke keranjang lainnya dengan kulit kulihat, engkau tak dapat membangun rumah lagi. Seluruh atapmu telah runtuh dan tiangmu
yang telah dibuang. Hal ini makin membuat Lo-pakme senang akan mantranya dan segala
berandarmu telah patah. Sekarang batinku telah mencapai Keadaan Tak Berkondisi (Nibbana). Sang Buddha bersabda : " Pembuat kejahatan hanya melihat hal yang baik selama buah
Pencapaian ini merupakan akhir daripada nafsu keinginan." (Dhammapada , 153 - 154). perbuatan jahatnya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatan jahatnya telah masak, ia
Sebab Akibat yang Saling Bergantungan dan Kebahagiaan. akan melihat akibat-akibatnya yang buruk. Pembuat kebajikan hanya melihat hal yang buruk
Sebagian kalangan yang tidak mengerti mengenai Buddhisme berpendapat bahwa agama selama buah perbuatan bajiknya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatannya itu telah
Buddha mengajarkan penderitaan. Hal ini tidak benar adanya karena justru di dalam masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang baik." (Dhammapada, 119 - 120 ).
penderitaan ini kita dapat menemukan kebahagiaan yang sejati sehingga membawa kita Pemuda Subha menghadap Sang Buddha untuk menanyakan perbedaan nyata di antara umat
kepada kesucian pikiran sebagaimana dikatakan oleh Sang Buddha dalam Samyutta Nikaya : manusia, "Apakah alasannya dan sebabnya, o Guru, kita jumpai di antara umat manusia ada
"Penderitaan menimbulkan Kepercayaan [Saddha]; yang berumur pendek dan berumur panjang, berpenyakit dan sehat, jelek dan rupawan , tak
Saddha menimbulkan rasa gembira [Pamoja]; berpengaruh dan berpengaruh, miskin dan kaya, hina dan mulia, dungu dan bijaksana."
Pamojja menimbulkan Kesenangan [Piti]; Sang Buddha bersabda : "Semua mahluk hidup mempunyai karma sebagai milik mereka,
Piti menimbulkan Ketenangan [Passadhi]; warisan mereka, sebab awal mereka, kerabat mereka, pelindung mereka. Karma itulah yang
Passadhi menimbulkan Kebahagiaan [Sukha]; membedakan makhluk hidup dalam keadaan rendah atau tinggi." (Majjhima Nikaya,
Sukha menimbulkan Pemusatan Pikiran [Samadhi]; Cullakammavibhanga Sutta, 135)
Samadhi menimbulkan Pengetahuan dan Pandangan akan benda-benda sebagaimana adanya Sang Buddha Mencerahkan
[Yathabhutananadassana]; Angulimala, seorang perampok jalanan dan pembunuh yang mempunyai hobby koleksi
Yathabhutananadassana menimbulkan rasa benci [Nibbida]; kelingking manusia yang dibunuhnya, pada suatu saat bertemu Sang Buddha dan bermaksud
Nibbida menimbulkan Ketidakmelekatan [Viraga]; menggenapkan koleksinya menjadi 1000 buah. Maka diapun menghadang Sang Buddha dan
Viraga menimbulkan Pelepasan [Vimutti]; bermaksud membunuhNya. Angulimala yang terkenal lincah dalam bergerak, tetap tidak bisa
Vimutti menimbulkan Pemadaman Nafsu Keinginan [Khaye Nana] yaitu Pencapaian tahap menyentuh tubuh Sang Buddha yang kelihatan sama sekali tidak bergeming. Karena kecapaian,
Kesucian" . akhirnya Angulimala bertanya kenapa Sang Buddha bisa bergerak begitu cepat, yang oleh Sang
Sang Buddha mencapai Pencerahan. Beliau bersabda, " Kebenaran yang sebenarnya adalah Buddha dijawab, "Wahai Angulimala, Aku sudah dari tadi tidak bergerak, engkaulah yang masih
Hukum Sebab Akibat. Tanpa menyadari kebenaran pokok tersebut, maka orang akan menjadi terus bergerak." Angulimala yang mendengarkan perkataan Sang Buddha ini akhirnya berubah
rumit seperti sebuah bola benang, tidak mampu untuk menghentikan penderitaan dan kelahiran seketika dan menjadi pengikut Sang Buddha yang mampu mencapai tingkat Arahat.
kembali." Alavaka, setan yang kejam yang hobby memakan daging manusia, sesudah bertemu Sang
"Dalam hal ini, O , Sariputra, wujud (rupa) adalah kekosongan (sunyata), dan kekosongan itu Buddha dapat menghentikan kebiasaan memakan daging dan mencapai tingkat kesucian
sendiri adalah wujud; kekosongan tidak berbeda dari wujud, dan wujud juga tidak berbeda dari pertama.
kekosongan; apapun yang merupakan wujud, itu adalah kekosongan, apapun yang merupakan Ambapali, seorang pelacur dapat terbersihkan pembawaannya setelah bertemu Sang Buddha
kekosongan itu adalah wujud. Begitu pun halnya dengan vedana (perasaan), samjna dan mencapai tingkat Arahat.
(pencerapan/persepsi), samskara (dorongan pikiran/bentuk-bentuk mental), dan vijnana Untuk memahami kondisi bekerjanya karma sebagai suatu Hukum Sebab Akibat, kita dapat
(kesadaran). Demikianlah, O, Sariputra, segala sesuatu (dharma) bercorak kekosongan memulainya dengan mengenali adanya hukum yang bekerja di alam semesta ini. Dalam
(sunyata); mereka tak muncul, juga tak berakhir; tidak kotor, juga tidak murni bersih; tidak Abhidhamma Vatara 54, dan Dighanikaya Atthakatha II-432, dapat ditemui adanya Lima
kurang, tidak lengkap atau bertambah." Hukum Alam [Pancaniyama Dhamma] , yaitu :
Sedangkan dalam naskah Pali terdapat sabda berikut: "Beginilah, dengan cara yang sama, O Rtu Niyama [Utu Niyama], yaitu hukum sebab-akibat yang berkaitan dengan suhu,
para siswa, seorang bhikkhu harus memandang semua rupa (bentuk jasmani), vedana contohnya gejala timbulnya angin dan hujan, bergantinya musim, perubahan iklim,
(perasaan), sanna (pencerapan/persepsi), sankhara (dorongan pikiran/bentuk-bentuk mental), sifat panas, dan sebagainya.
dan vinnana (kesadaran), tidak peduli dari jaman lampau, dari jaman sekarang atau pun dari Bija Niyama, yaitu hukum sebab-akibat mengenai biji-bijian, contohnya sesawi berasal
jaman yang akan datang, jauh atau dekat. Dan ia mengamat-amatinya dan menelitinya secara dari biji sesawi, gula berasal dari tebu, dan sebagainya.
cermat, dan setelah diteliti dengan cermat, semua itu tertampak kepadanya sebagai sesuatu Karma Niyama [Kamma Niyama], yaitu hukum sebab-akibat yang berkaitan dengan
yang kosong , hampa dan tanpa diri." (Samyutta Nikaya XXI : 5-6) perbuatan, contohnya perbuatan baik akan menghasilkan akibat baik, dan
"Ajaran Sang Buddha didasarkan atas dua Kebenaran, yaitu Kebenaran Duniawi (Sammuti- perbuatan buruk akan menghasilkan akibat buruk.
sacca/Sammati-satya) dan Kebenaran Tertinggi/Akhir (Paramattha-sacca/Paramartha-satya). Citta Niyama, yaitu hukum sebab-akibat yang berkiatan dengan hasil pikiran, misalnya
Mereka yang tidak mengerti perbedaan antara dua Kebenaran ini tidak akan mmahami arti yang proses kesadaran, timbul dan lenyapnya kesadaran, sifat kesadaran, kekuatan batin,
mendalam dari Ajaran Sang Buddha." telepati, kemampuan membaca pikiran orang lain, kemampuan mengingat hal-hal
Sang Buddha bersabda :"Aku nyatakan, O para Bhikkhu, bahwa niat [cetana] itulah Kamma, yang telah terjadi, dan sebagainya.
dengan niat seseorang bertindak melalui badan jasmani, ucapan dan pikiran." (Anguttara Nikaya
III,I-117).
Dharma Niyama [Dhamma Niyama], yaitu hukum sebab-akibat yang berkaitan dengan meditasi Suhu persis bentuknya seperti tai kerbau." (tai kerbau yang berbentuk kerucut, kecil di
gravitasi, berupa gejala alam yang menandai akan terlahirnya atau meninggalnya atas dan melebar ke bawah, diumpamakan dengan jubah Mahabhikshu yang bergelai menutupi
seorang Bodhisattva ataupun seorang Buddha. keseluruhan kaki pada saat duduk meditasi, sehingga berbentuk kerucut).
Sang Buddha bersabda : " Tidak di langit, di tengah lautan, di celah-celah gunung atau di Hari itu, Niu-tzu dengan riang kembali ke rumah dan menceritakan pengalaman tersebut kepada
manapun, juga dapat ditemukan suatu tempat bagi seseorang untuk dapat menyembunyikan diri adiknya, "Ha..ha...ha..., adikku sayang, hari ini kakak senang sekali karena telah berhasil
dari akibat perbuatan jahatnya. " (Dhammapada, 127). mencapai meditasi seperti Sang Buddha." Adiknya yang agak bingung menanyakan lebih lanjut
Sang Buddha bersabda, "Aku mengingat berjuta kali kelahiranKu dari kehidupan yang lampau dan setelah mengetahui persis cerita dari kakaknya, diapun berkomentar, "Kakak telah keliru
sebagai berikut: mula-mula 1 kehidupan, kemudian 2 kehidupan, kemudian 3, 4, 5, 10, 20 sampai besar sekali, kalau di dalam pikiran kakak hanya ada tai kerbau, maka di dalam pikiran Suhu
50 kehidupan, kemudian seratus, seribu, seratus ribu dstnya" (Majjhima Nikaya, Mahasaccaka hanya ada Sang Buddha."
Sutta No. 36, I.248) Sang Buddha bersabda, "Aku memiliki Cinta Kasih kepada makhluk-makhluk tanpa kaki,
Sang Buddha bersabda : "Ada Delapan Hal yang jika dikembangkan dan dilatih akan kepada yang berkaki duapun Aku memiliki Cinta Kasih. Aku Memiliki Cinta Kasih kepada
membawa ke Nibbana, menuju ke Nibbana dan mencapai puncaknya Nibbana. Apakah Delapan makhluk-makhluk berkaki empat, kepada yang berkaki banyakpun Aku memiliki Cinta Kasih."
Hal tersebut? Tak lain adalah Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, Perbuatan Benar, (Anguttara Nikaya, II, 72).
Mata Pencaharian Benar, Usaha Benar, Kesadaran Benar dan Konsentrasi Benar." (Samyutta " Bila seseorang memiliki pikiran Cinta Kasih, ia merasa kasihan kepada semua makhluk di
Nikaya, V 10) dunia, yang ada di atas, di bawah dan di sekelilingnya, tak terbatas di manapun." (Jataka, 37)
Sang Buddha bersabda : " Orang yang telah bebas dari ketahyulan, yang telah mengerti Kembangkanlah pikiran yang penuh Cinta Kasih; bersikaplah penuh Kasih Sayang dan terlatih
keadaan tak tercipta (nibbana), yang telah memutuskan semua ikatan (tumimbal lahir), yang dalam sila. Bangkitkan semangatmu, bersikaplah teguh, senantiasa mantap dalam membuat
telah mengakhiri kesempatan (baik dan jahat), yang telah menyingkirkan semua nafsu kemajuan" (Theragatha, 979)
keinginan, maka sesungguhnya ia adalah orang yang paling mulia. " (Dhammapada, 97). Daging, tidak bisa didapatkan tanpa menyakiti makhluk hidup lain, dan apabila seseorang
Sang Buddha bersabda : "Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat menyakiti makhluk yang memiliki kesadaran maka orang itu tidak bisa mendapatkan
sesuai dengan ajaran, maka orang lengah itu sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi kebahagiaan surgawi. Karena itu biarlah semua tidak makan daging."
milik orang lain; ia tak akan memperoleh manfaat kehidupan suci. Biarpun seseorang sedikit Khungtrul Rinpoche,"Jangan dengan sengaja mengambil kehidupan (membunuh)
membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan makhluk hidup apapun, walaupun itu adalah seekor semut; karena untuk hal yang
ketidaktahuan, memiliki pengetahuan benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada menyangkut kehidupan, tidak ada istilah 'besar' atau 'kecil'."
apapun baik di sini maupun di sana, maka ia akan memperoleh manfaat kehidupan suci." Hal ini juga tersebut dalam Lankavatara Sutra " Dengan kekhawatiran akan timbulnya
(Dhammapada, 19, 20) kelaliman atas makhluk hidup, sepatutnya Bodhisattva dalam berlatih diri untuk mencapai
Ketika kita menyatakan berlindung kepada Dharma (Dhammang Saranang Gacchami) Kasih Sayang berpantang makanan daging."
berarti kita harus memiliki pengertian yang benar terhadap Ajaran Sang Buddha dan Demikian juga dalam Brahmajala Sutra terdapat sabda berikut, "Siswa Sang Buddha tidak boleh
menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari secara bijaksana. dengan sengaja makan daging makhluk hidup, karena kalau ia berbuat demikian, maka ia
Sang Buddha bersabda : " Tinggalkan apa yang telah lalu, yang akan datang maupun yang menghancurkan benih-benih Maha Kasih Sayang dan Sifat Kebuddhaan. Ia menyebabkan orang-
sekarang (kemelekatan terhadap lima kelompok kehidupan) dan capailah ` Pantai Seberang ' orang yang bertemu padanya menghindarinya. Karenanya semua Bodhisattva harus pantang
(nibbana). Dengan pikiran yang telah bebas dari segala sesuatu, maka engkau tak akan makan daging makhluk apapun, sebab makanan hewani merupakan sumber dosa-dosa yang tak
mengalami kelahiran dan kelapukan lagi." (Dhammapada, 348). terhingga."
Pemuda Meniru Buddha Sang Buddha Menyadarkan Nelayan
Niu-tzu, adalah seorang pemuda yang senang sekali mempelajari meditasi dan dengan rutin Suatu ketika, ada seorang nelayan yang tinggal di dekat gerbang utara kota Savatthi. Suatu hari,
belajar bersama seorang Mahabhikshu. Setelah sekian lama belajar dan merasa sudah mencapai melalui kemampuan batin luar biasa, Sang Buddha melihat bahwa telah tiba saatnya bagi
tingkat tertentu, maka Niu-tzu terdorong untuk menilai dirinya sendiri , dan diapun bertanya nelayan itu untuk mencapai tingkat kesucian sotapatti.
kepada Mahabhikshu , "Suhu, bagaimanakah kemajuan meditasi saya selama ini?" . Maka dalam perjalanan pulang dari berpindapatta, Sang Buddha bersama dengan para bhikkhu,
Mahabhikshu tersebut berkata, "Bagus sekali, bagus sekali....., Anda telah duduk dengan berhenti di dekat tempat dimana Ariya sedang menangkap ikan. Ketika nelayan itu melihat Sang
sempurna seperti Sang Buddha." Niu-tzu senang sekali menerima pujian tersebut dan bangga Buddha, dia melemparkan alat penangkap ikannya kemudian datang dan berdiri di dekat Sang
sekali hatinya. Buddha. Sang Buddha mulai menanyakan nama-nama para bhikkhu di hadapan si nelayan, dan
Mahabhikshu yang mengetahui pemuda ini serta terdorong untuk menguji pemuda tersebut akhirnya, Beliau menanyakan nama nelayan itu.
bertanya lebih lanjut, "Menurut Niu-tzu, kalau Suhu meditasinya bagaimana?" Niu-tzu yang Ketika si nelayan menjawab bahwa namanya adalah Ariya, Sang Buddha berkata bahwa para
merasa sudah lebih maju meditasinya dan memang selama ini sering merasa geli kalau melihat orang mulia (Ariya) tidak melukai makhluk hidup apapun, tetapi karena si nelayan membunuh
postur meditasi Mahabhikshu tersebut, merasa memiliki kesempatan untuk melepaskan ikan-ikan maka dia tidak layak menyandang nama Ariya.
ganjalan hatinya, "Suhu maaf dulu yah, tapi karena saya harus bicara sejujurnya, maka postur
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut (Dhammapada Atthakatha, 270), "Oh, para bhikhu, kelima hal ini adalah dana dari seorang yang baik. Apakah kelima hal itu ? Ia
"Seseorang tidak dapat disebut Ariya (orang mulia) apabila masih menyiksa makhluk hidup. Dia berdana dengan keyakinan ; ia berdana dengan hormat; ia berdana tepat pada waktunya; dengan
yang tidak lagi menyiksa makhluk-makhluk hiduplah yang dapat dikatakan mulia. hati ikhlas; dan ia berdana tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun pihak lain."
Nelayan Ariya mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khobah Dharma Sang Buddha "Dengan memberikan dana dengan keyakinan dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut
berakhir. masak, maka akan datanglah kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; serta ia
Yesus <http://jesuswasvegetarian.html>dan murid-murid utamaNya termasuk akan elok dipandang, tampan/cantik, bagaikan keindahan bunga teratai yang mengagumkan."
adikNya, James adalah vegetarian. Dapat diteliti juga dalam Kitab Kejadian 1:29, "Dengan berdana secara hormat dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, maka
dimana Allah bersabda, "Lihatlah Aku telah berikan kepadamu tumbuh-tumbuhan ia akan memperoleh kemakmuran , kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; dan anak-
berbiji, memenuhi permukaan bumi, dan pohon-pohon berbuah, itulah semua bagimu istrinya, para pesuruh dan pegawainya akan mendengarkan kata-katanya dengan sabar dan
sebagai makananmu." Demikian juga disabdakan, "Anda tidak boleh memakan patuh, serta akan melayaninya dengan hati yang penuh pengertian."
daging yang berdarah sebab kehidupan berada dalam darah." (Kitab Kejadian 9:4). "Dengan berdana secara tepat waktu dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak,
Yohanes yang juga dikenal vegetarian karena hanya memakan madu hutan dan maka ia akan memperoleh kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; dan
locust (sejenis pepohonan berbiji yg dinamakan locust tree [Ceratonia siliqua] atau kebaikan akan datang kepadanya tepat pada waktunya dan berlimpah ruah."
dikenal juga 'St.John's Bread', namun dalam berbagai alkitab di Indonesia "Dengan berdana secara ikhlas dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, ia akan
diterjemahkan sebagai belalang). Dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma memperoleh kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang melimpah; dan pikirannya akan
tersirat juga pesan vegetarian, "Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh menikmati sepenuhnya kebahagiaan dari kelima panca inderanya."
karena makanan! Segala sesuatu adalah suci, tetapi celakalah orang, jika oleh "Dengan berdana tanpa merugikan diri sendiri maupun pihak lain dimanapun juga, dan jika
makanannya orang lain tersandung! Baiklah engkau jangan makan daging atau buah dari dana tersebut masak, ia akan memperoleh kemakmuran, kekayaan, dan harta benda
minum anggur, atau sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu." yang berlimpah; dan tidak akan ada dari manapun juga sesuatu yang akan merugikan harta
(Roma 14:20-21). bendanya ; baik api atau air, pemerintah atau pencuri, atau ahli waris yang berwatak buruk."
Dalam Al Q'uran terdapat larangan memakan daging binatang yang mati ataupun "Memberi makanan, seseorang memberikan kekuatan; memberi pakaian, seseorang memberikan
darah binatang, demikian juga adanya larangan untuk memakan daging dari keindahan; memberi penerangan, seseorang memberikan penglihatan; memberi angkutan,
binatang yang disembelih secara tidak halal (tanpa basmallah). Murid paling seseorang memberikan kesenangan; memberi perlindungan, seseorang memberikan semuanya;
terkemuka Nabi Muhammad, kemenakannya sendiri, menasihatkan kepada murid- tetapi seseorang yang mengajarkan Dharma, Ajaran Sang Buddha yang istimewa, orang seperti
muridnya, "Jangan jadikan perut kalian itu kuburan binatang." itu memberikan makanan surgawi." (Samyutta Nikaya, I, 32)
"Jika seseorang benar-benar baik hati, mengapa ia masih makan daging makhluk lainnya? "Kedermawanan, perkataan yang ramah, melakukan hal yang baik untuk orang-orang lain, dan
Melihat mereka menderita seharusnya ia tidak tega memakannya! Pemakan daging tidak memperlakukan semua orang secara sama; bagi dunia, tali-tali simpati ini bagaikan
mengenal welas asih, jadi bagaimana ini dapat dilakukan oleh seorang yang baik hati?" penyambung roda kereta." (Anguttara Nikaya, Vol. 32)
Kita harus menyadari bahwa , 'makan adalah untuk hidup, bukanlah hidup untuk makan'. "Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci serta tidak mengumpulkan bekal (kekayaan)
Panca-Sila : selagi masih muda , akan merana seperti bangau tua yang berdiam di kolam yang tidak ada
Tidak melakukan pembunuhan makhluk hidup [panatipata-veramani] ikannya. Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci serta tidak mengumpulkan bekal
Tidak mencuri [adinnadana veramani] (kekayaan) selagi masih muda, akan terbaring seperti busur panah yang rusak, menyesali masa
Tidak berjinah [kamesumicchacara veramani] lampaunya." (Dhammapada, 155, 156).
Tidak berbohong [musavada veramani] Sang Buddha bersabda: "Dunia dikendalikan oleh pikiran, oleh pikiran dunia
Tidak minum minuman memabukkan [surameraya majjapamadatthanna veramani] diganggu. Pikiran itu sendirilah satu hal yang membawa semua yang lain ada di
Sang Buddha bersabda, "Pada orang yang memiliki kebajikan moral yang sempurna, memiliki bawah kekuasaannya." (Samyutta
kebijaksanaan dan pikiran yang terarah, senantiasa melihat ke dalam (diri/batin) dan selalu
penuh perhatian murni; demikianlah ia menyeberangi banjir besar." (Sutta Nipata, 174). Sang Buddha Bersabda : "Sukar dikendalikan pikiran yang binal dan senang mengembara
Panca-Sila Buddhis sesuka hatinya. Adalah baik untuk mengendalikan pikiran, suatu pengendalian pikiran yang baik
Sang Buddha bersabda, "Seseorang tidaklah hina karena kelahiran, tidak juga kelahiran akan membawa kebahagiaan." (Dhammapada , 35)
menjadikan seseorang suci. Hanya perbuatan (Sila) yang membuat seseorang menjadi hina, Bendera Atau Angin Yang Bergerak
hanya perbuatan yang membuat seseorang menjadi suci. " (Sutta Pitaka, 136) . Mahabhikshu Zen Sesepuh Ke-enam, Hui-neng pada suatu hari tiba di Vihara Fa-hsing dan
"Bagi orang yang tanpa kejahatan, selalu berjuang demi kesucian, kesalahan seujung rambutpun melihat dua orang bhikshu sedang berbeda pendapat dengan beremosi sekali di depan sebuah
tampak sebesar mendung hitam." (Theragatha, 1001) tiang bendera.
Salah seorang bhikshu berkata, "Jika tidak ada angin, bagaimana mungkin bendera itu berkibar?
Oleh sebab itulah, saya mengatakan bahwa anginlah yang bergerak."
Bhikshu yang lainnya menimpali dengan emosi juga, "Jika tidak ada bendera, bagaimana kita bentuknya. Duduk untuk menjadi Buddha adalah membunuh Buddha. Apabila engkau belajar
bisa mengetahui bahwa angin bergerak? Jadi saya berpendapat bahwa benderalah yang duduk menjadi Buddha, itu sama halnya mengucilkan Buddha; kalau engkau terikat kepada
bergerak." Argumentasi ini akhirnya berubah menjadi debat kusir dimana masing-masing bentuk duduk, maka selamanya akan jauh dari Kebenaran."
bersikeras pada pendapat mereka masing-masing yang paling benar. Sang Buddha bersabda, "Ketika menjelajahi segenap penjuru dengan pikiran; Orang tak
Hui-neng akhirnya menengahi mereka dan berkata, "Sebenarnya tidak ada yang perlu menemukan seorang pun lebih disayang dari dirinya sendiri; Begitu pula setiap orang
diperdebatkan. Saya ingin menyelesaikan masalah ini. Bukanlah angin yang bergerak, juga memandang dirinya sendiri yang tersayang; Karena itu ia yang mencintai dirinya sendiri
bukanlah bendera yang bergerak. Pikiran kalianlah yang bergerak." sebaiknya tak mencelakai orang lain." (Samyutta Nikaya i, 75; Udana 47)
Berpikir untuk Tidak Berpikir "Dengan cara yang sama, hendaknya engkau mengembangkan pikiran Cinta Kasih kepada
Seorang Mahabhikshu Zen sedang melakukan meditasi. Seorang bhikshu muda melintasinya, teman dan lawan tanpa perbedaan. Setelah mencapai kesempurnaan dalam Cinta Kasih, engkau
menungguinya sampai selesai meditasi, dan bertanya, "Suhu duduk di sini dengan diam bagaikan akan mencapai pencerahan." (Jataka Nidanakatha, 169)
batu. Apakah yang sedang suhu pikirkan?" "Memancarkan ke satu jurusan dengan hati penuh Cinta Kasih, ..., ke atas, ke bawah dan ke
Mahabhikshu menjawabnya, "Saya sedang memikirkan untuk tidak berpikir." sekeliling; semua tempat dan secara merata ia memancarkan ke seluruh dunia dengan hati yang
Bhikshu muda bertanya lebih lanjut, "Bagaimana suhu dapat melakukannya?" penuh cinta kasih, melimpah, agung, tak terukur, bebas dari permusuhan, dan bebas dari
Mahabhikshu menjawab, "Dengan tidak berpikir." kesakitan" (Digha Nikaya , i,250).
Tidak Berhasil Menemukan Pikiran Tidak Seorangpun Yang Boleh Dibawa
Shen-kuang Hui-k'o menemui Bodhidharma dan berkata, "Pikiran saya tidak tenang, tolonglah Seandainya dia sedang duduk di sebuah tempat bersama orang yang disayangi, netral, musuh
saya untuk menenangkan pikiran saya yang kacau ini!" dan dirinya sendiri sebagai orang keempat, kemudian bandit-bandit datang kepadanya dan
Bodhidharma menjawab, "Mana bawakan ke sini pikiran Anda! Saya akan menenangkannya berkata, "Tuan, berikan salah seorang dari kalian", dan ketika ditanya mengapa, mereka
untukmu!" menjawab, "Agar kita dapat membunuhnya dan menggunakan darah dari tenggorokannya
Dengan penuh keheranan Hui-k'o berseru, "Saya tidak berhasil menemukan pikiran saya!" sebagai persembahan", dan bila dia berpikir, "Biarlah mereka membawa orang ini, atau orang
Bodhidharma tersenyum dan berkata, "Saya telah menenangkan pikiran Anda." itu", dia belum menghancurkan penghalang. Dan juga bila dia berpikir, "Biarlah mereka
Pada saat tersebut juga Hui-k'o mencapai pencerahan. membawa saya dan bukan ketiga orang lainnya", dia juga belum menghilangkan penghalang.
Sang Buddha bersabda: "Pikiran sangat sulit untuk dilihat, amat lembut dan halus; pikiran Mengapa? Karena dia mencari celaka dirinya sendiri yang dia harapkan untuk dibawa dan
bergerak sesuka hatinya. Orang bijaksana selalu menjaga pikirannya, seseorang yang menjaga mencari keselamatan dari hanya orang-orang lain. Namun ketika dia tidak melihat seorang pun
pikirannya akan berbahagia." (Dhammapada, 36) di antara keempat orang tersebut untuk diberikan kepada bandit, maka dia telah mengarahkan
"Cahaya dan suara merupakan tolak ukur seorang Guru Sejati, siapapun yang tidak dapat pikirannya secara tidak memihak terhadap dirinya dan ketiga orang lainnya, dan dia telah
memberi Anda pengalaman cahaya dan suara seketika, bukanlah seorang Guru Sejati." menghancurkan penghalang.
Menggosok Genteng Jadi Cermin Bagi orang yang belum menghilangkan diskriminasi terhadap keempat orang ini maka dia hanya
Mazu Daoyi (709-788) adalah seorang sesepuh Zen yang membawa pengaruh paling besar dijuluki "Ramah terhadap Makhluk-makhluk", namun bagi yang telah menghilangkannya maka
sesudah masa sesepuh ke-enam, Huineng (638-713). Mazu meninggalkan rumah pada usia 12 dia dijuluki "Mahir" atau "Mempunyai Rasa Persahabatan Sekehendaknya"
tahun untuk menjadi murid Nanyue Huairang (677-744). "Saya selalu berusaha untuk memperlakukan siapa saja yang saya jumpai sebagai seorang
Pada suatu hari, Nanyue melihat Mazu sedang duduk bermeditasi. Nanyue bertanya kepada sahabat lama. Hal ini memberi saya suatu kebahagiaan yang sejati. Ini adalah cara untuk
Mazu, "Untuk apa engkau duduk bermeditasi?" Mazu menjawab, "Aku ingin menjadi Buddha". mempraktekkan Kasih Sayang."
Setelah mendengar kata-kata tersebut, Nanyue keluar mengambil sepotong genteng bata yang Sang Buddha bersabda, "Ketika Sang Tathagata atau para siswaNya hidup di dunia, mereka
kemudian digosoknya di lantai. Mazu merasa tidak mengerti sehingga bertanya, "Anda berbuat untuk kebahagiaan banyak makhuk, timbul dari rasa Kasih Sayang untuk seluruh dunia,
menggosok genteng bata untuk apa?" Nanyue menjawab, "Aku ingin jadikan genteng bata ini untuk kebaikan, kesejahteraan, dan kebahagiaan dewa dan manusia.
sebagai cermin." Mazu dengan terheran-heran berkata, "Genteng bata digosok bagaimana bisa Dan siapakah Sang Tathagata itu? Mengenai hal ini, seorang Tathagata muncul di dunia,
menjadi cermin?" Nanyue menjawab, "Kalau genteng bata digosok tidak bisa menjadi cermin, Buddha Yang Maha Mulia, Buddha Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, sempurna
bagaimana pula duduk bermeditasi dapat menjadi Buddha?" pengetahuan dan perbuatanNya, sempurna menempuh jalan (ke Nibbana), pengenal segenap
Mazu kemudian bertanya bagaimana caranya agar dapat menjadi Buddha. Nanyue berkata, alam, pembimbing umat manusia yang tiada bandingnya, guru para dewa dan manusia, yang
"Pengertian ini sama halnya seperti orang menghalau gerobak yang ditarik oleh seekor lembu; sadar, yang patut dimuliakan.
bila gerobaknya tidak berjalan, apa yang harus dipecut? Gerobaknya atau lembunya? Dalam Dan siapakah siswa Sang Tathagata itu? Dia adalah seorang yang mengajarkan Dhamma yang
melakukan meditasi, engkau ingin belajar Zen yang duduk, atau engkau bermaksud meniru indah di awal, indah di pertengahan, dan indah pula di akhirnya, baik dalam kata-kata maupun
Buddha yang duduk? Untuk yang pertama, Zen tidak ada di dalam duduk atau berdiri. Untuk maknanya. Dia membuat kehidupan suci menjadi jelas, sempurna, dan tak ternoda.
yang kedua, Buddha tidak memiliki posisi tubuh yang tetap. Dharma berjalan terus, dan tidak Inilah Sang Tathagata dan para siswaNya, dan ketika mereka hidup di dunia, mereka berbuat
pernah berhenti di suatu tempat. Engkau karenanya jangan melekat ataupun membenci bentuk- untuk kebaikan banyak makhluk, untuk kebahagiaan banyak makhluk, timbul dari rasa Kasih
Sayang untuk seluruh dunia, untuk kebaikan, kesejahteraan, dan kebahagiaan dewa dan bertanya kepada tuan rumah, "Apakah para tamu berkunjung ke rumahmu brahmin yang baik?"
manusia." (Anguttara Nikaya II, 146) "Ya", jawabnya. "Apa yang kamu lakukan ketika mereka datang?" "Oh, kami menyiapkan jamuan
yang mewah." "Bagaimana seandainya mereka lupa datang, sehingga apa yang akan engkau
Sang Buddha bersabda, "Dan apakah yang merupakan kekuatan simpati? Ada empat pokok lakukan dengan jamuan yang telah dipersiapkan tersebut?" "Mengapa, dengan senang hati kami
simpati : murah hati, berbicara ramah, berbuat kebajikan dan memperlakukan semua secara sendiri akan memakannya." "Baik, brahmin yang baik, kamu telah mengundangku untuk
sama rata. Murah hati yang terbaik adalah murah hati dengan Dharma. Berbicara ramah yang menerima dana dan menjamuku dengan caci-maki. Aku tidak menerima apapun. Silahkan
terbaik adalah membabarkan Dharma berulang-ulang kepada pendengar yang baik dan penuh mengambilnya kembali."
perhatian. Kebajikan terbaik adalah membujuk, mendorong, dan membangun keyakinan pada Celaan tampaknya merupakan suatu warisan budaya manusia yang selalu langgeng dari waktu
mereka yang tidak memiliki keyakinan, kebajikan pada mereka yang tidak berkebajikan, ke waktu. Bagaimana dapat bersikap dengan tenang dan bijaksana dalam berbagai situasi
kemurahan hati pada mereka yang kikir, dan kebijaksanaan pada mereka yang bodoh. Perlakuan dicela dan dimaki akan mampu melatih diri kita dalam Keseimbangan. Ingatlah selalu pepatah
yang sama yang terbaik adalah persamaan antara orang yang telah memasuki arus [Sotapanna] yang mengatakan bahwa, "Biarlah anjing menggonggong, tetapi kafilah tetap berlalu", atau
dengan orang yang telah memasuki arus, antara orang yang hanya dilahirkan sekali lagi "Tong kosong nyaring bunyinya".
[Sakadagami] dengan orang yang hanya dilahirkan sekali lagi, antara orang yang tidak Sang Buddha bersabda, "Pelajarilah hal ini dari air; di lembah-lembah dan jurang-jurang,
dilahirkan lagi [Anagami] dengan orang yang tidak dilahirkan lagi, dan antara yang mahamulia mengalir dengan gemuruh anak sungai, tetapi sungai besar mengalir dengan tenang.
[Arahat] dengan yang mahamulia. Inilah yang dinamakan kekuatan Simpati." (Anguttara Tong kosong nyaring bunyinya, yang penuh selalu tenang. Orang bodoh adalah seperti tong yang
Nikaya, IV 362) setengah terisi, orang bijaksana adalah seperti kolam dalam yang tenang." (Sutta Nipata, 720-
Pengusaha Yang Bangkrut 721)
Penyusun mengenal seorang pengusaha yang sempat sukses dan menjadi salah seorang Menghidupkan Yang Mati
Konglomerat di negara ini. Walaupun latar belakang pengusaha ini tidaklah begitu mendukung Kisa Gotami kehilangan bayi tunggalnya, dan ia pergi mencari obat untuk menghidupkan bayi
karena berasal dari keluarga yang miskin, namun berkat kegigihan, ketangguhan, dan lelakinya yang telah mati. Dengan menggendong jenasahnya, dia menghadap Sang Buddha dan
kepintarannya dalam memajukan usahanya, sehingga dia memperoleh kepercayaan dari meminta obat. Sang Buddha setelah mengetahui persoalannya, dengan tenang berkata, "Baik,
berbagai lembaga keuangan yang memberikannya pinjaman dalam berusaha. saudari, dapatkah kamu membawa sedikit biji lada?" "Tentu, Bhante!" "Tetapi, saudari, biji lada
Setelah sekian lama melakukan ekspansi usaha yang tidak didukung oleh perencanaan dan misi tersebut haruslah berasal dari satu rumah dimana tidak seorangpun sanak keluarganya yang
yang terfokus pada pokok usahanya, akhirnya pengusaha ini mengalami masa-masa sulit yang pernah mati." Gotami pun berangkat dari mencari serta mengetuk ke hampir seluruh seluruh
tidak mungkin dapat dihindarinya, dimana pabrik, mesin, tanah dan segala fasilitas yang rumah di desa tersebut. Semua rumah yang didatanginya menyimpan biji lada, namun tidak ada
dijadikan jaminan kredit tersebut harus disita oleh bank karena sudah tidak mampu membayar satupun penghuni rumah yang dikunjunginya tersebut yang tidak pernah kehilangan sanak
kembali bunga dan pokok pinjamannya. keluarganya karena kematian. Akhirnya Kisa Gotami memahami sifat kehidupan.
Setelah bangkrut dan hidup secara sederhana, suatu hari penyusun bertemu bekas Konglomerat Puisi Bau Kentut
tersebut yang saat ini sudah menikmati masa pensiunnya, namun sama sekali tidak terbesit Seorang cendekiawan, Zhou Zi, yang telah mempelajari konsep Buddhisme dari gurunya, seorang
adanya keluh kesah ataupun rasa penyelesalan dalam dirinya atas segala kegagalan usaha yang Mahabhikshu Zen, pada suatu hari membuat suatu puisi yang menurutnya merupakan
ditekuninya. Satu kalimat yang sangat membekas dari bekas pengusaha sukses ini adalah, "Kita pencerminan keadaan batinnya yang tenang, tentram dan bahagia. Dalam puisinya tersebut,
datang ke dunia ini tanpa membawa apa-apa, demikian juga nanti pada saat kita kembali juga dilukiskan bagaimana dia telah mencapai keadaan batin yang damai, kokoh, tidak terpengaruh
tanpa membawa apa-apa . Usaha saya yang mulai dari nol tanpa modal sepeserpun, akhirnya oleh bahkan delapan mata angin sekalipun.
kembali juga menjadi nol. Paling tidak saya masih memiliki keluarga dan anak-anak yang masih Sungguh bangga sekali Zhou Zi akan puisi barunya tersebut, sehingga dia berniat untuk
menyayangi saya." mengirimkan kepada gurunya yang tinggal di seberang sungai, dengan harapan akan
Sokrates , filsuf Yunani kuno yang terkenal akan ungkapannya, 'Kenalilah dirimu!' [Gnothi memperoleh pujian. Zhou Zi segera mengirimkan kurir untuk menyampaikan puisinya tersebut,
seauton!] dituduh menyebarkan ajaran yang menyesatkan, dimana akhirnya meninggal karena yang diberi judul 'Hati yang Tiada Tergoyahkan'. Setelah gurunya menerima kiriman puisi
keracunan minuman. Namun pada detik terakhir ajalnya, Sokrates masih sempat tersebut dan membacanya, dimana oleh kurir cendekiawan dimintakan agar gurunya dapat
menenangkan murid-muridnya dengan berkata, "Maut itu ibarat tidur nyenyak yang abadi menuliskan kesannya, maka beliau menuliskan sesuatu di balik kertas puisi tersebut dan
tanpa terganggu sekalipun oleh mimpi. Kini tibalah saatnya untuk berpisah; aku menyambut diserahkannya kembali melalui kurir.
kematian dan kalian menempuh kehidupan; mana yang lebih baik, hanya Yang Maha Kuasa Zhou Zi menunggu kedatangan kurirnya untuk membaca pujian yang disampaikan oleh
yang tahu." gurunya, dan segera dibuka sampul berisi kertas puisinya. Betapa marahnya Zhou Zi
Tidak Menerima Undangan menemukan tulisan gurunya berupa tinta merah dengan tiga huruf besar, 'PUISI BAU KENTUT'.
Dalam memenuhi suatu undangan untuk menerima dana dari seorang Brahmin, Sang Buddha Sungguh geram Zhou Zi, dia menilai gurunya benar-benar tidak mengerti ungkapan yang
mendapatkan cacian 'babi', 'orang biadab', 'kerbau' dan kata-kata kotor lainnya. Tetapi Beliau mendalam dari dia akan konsep Buddhisme tentang keseimbangan batinnya. Zhou Zi
sama sekali tidak terganggu. Beliau tidak membalas, malah justru dengan sopan, Sang Buddha memutuskan untuk segera ke seberang sungai menemui gurunya.
Sesampainya di tempat gurunya, Zhou Zi menanyakan dengan emosi yang ditahan, "Kenapa Guru Khung Fu Zi bersabda, "Jika seseorang berbudi telah berketetapan hati untuk mencari
suhu mencela puisi saya, apakah suhu tidak bisa menangkap arti kiasan yang begitu mendalam Jalan Ketuhanan, namun masih malu memakai pakaian compang-camping dan makan makanan
dari puisi ini?" Mahabhikshu Zen tersebut tertawa dan berkata, "Ha...ha..ha..., lihatlah dirimu terlarang, maka tidak ada tempat untuk berbicara tentang Jalan Ketuhanan dengan dia." (Lun
sendiri muridku, baru terkena satu angin kentut saja, Anda sudah terbirit-birit ke sini...., apalagi Yu IV/9).
kalau diterpa delapan mata angin sekaligus!" " Seseorang harus mengarahkan aspirasinya terhadap Jalan Ketuhanan, memegang tinggi
(satu angin yang dimaksud oleh Mahabhikshu Zen tersebut adalah keadaan batin yang dicela). moralitas, bergantung kepada nilai-nilai sejati seorang Budiman dan mempelajari kesenian."
Sang Buddha bersabda, "Mereka yang telah memotong semua kemelekatannya dan telah (Lun Yu VII/6).
mengatasi gejolak batinnya, akan tenang, tentram dan bahagia, karena dia telah mencapai Guru Khung Fu Zi bersabda, " Tidak ada seorangpun yang bisa mengerti saya ! Saya tidak
keadaan batin yang damai." (Samyutta Nikaya I, 212). mengeluh terhadap Yang Maha Kuasa, dan saya juga tidak menyalahkan manusia. Dalam
yaitu "Tao yang dapat dibicarakan bukanlah Tao yang sebenarnya atau yang abadi dan nama belajar, saya mulai dari tingkat yang paling sederhana dan sedikit demi sedikit bergerak ke yang
yang dapat diberikan bukanlah nama yang sejati" (Tao Tee Cing Bab I, 1. ) demikian juga bunyi berada di atas. Jika saya mengerti, semua hanyalah oleh kekuasaan Tuhan saja." (Lun Yu
ayat berikut , "Tiada nama itulah kondisi permulaan terjadinya Langit dan Bumi. Setelah ada XIV/37).
nama itulah sumber dari segala benda." (Tao Tee Cing Bab I, 2) . Dalam Buddhisme dapat Guru Khung Fu Zi bersabda, " Seorang Budiman yang berwatak luhur memuliakan tiga hal,
disamakan yaitu memuliakan firman Tuhan Yang Maha Esa, memuliakan orang-orang besar yang berbudi
Secara garis besar, Confucius membagi proses ajarannya melalui 4 tahapan, yaitu : luhur dan memuliakan kata-kata yang diucapkan oleh orang-orang besar yang berbudi luhur. "
1. Mengarahkan pikiran kepada cara. (Lun Yu XVI/8).
2. Mendasarkan diri pada kebajikan. Guru Khung Fu Zi bersabda, " Saya lebih baik tidak berbicara. " Zi Kung (salah satu muridnya)
3. Mengandalkan kebajikan untuk mendapat dukungan. menanyakan lebih lanjut, bahwa kalau Guru tidak mau bicara, maka bagaimana mereka
4. Mencari rekreasi dalam seni. sebagai murid-muridnya harus mencatat. Yang dijawab oleh Guru Khung Fu Zi : " Apakah Yang
Beliau menyusun 8 prinsip belajar, mendidik diri sendiri dan hubungan sosial , yaitu : Maha Kuasa berbicara ? Empat musim bergantian dan segenap makhluk tumbuh dan hidup.
1. Menyelidiki hakekat segala sesuatu (Ke'-wu) Apakah Yang Maha Kuasa berbicara ? " (Lun Yu XVII/19).
2. Bersikap Jujur Guru Khung Fu Zi bersabda : " Secara alami, semua manusia itu adalah sama. Namun karena
3. Mengubah pikiran kita ada perbedaan dalam pendidikan dan lingkungan, sehingga menimbulkan perbedaan yang mana
4. Membina diri sendiri (Hsiu-shen) makin lama makin jelas perbedaan tersebut ." (Yun Lu XVII/2).
5. Mengatur keluarga sendiri Guru Khung Fu Zi bersabda : " Tanpa mengenal firman dari Yang Maha Esa, tidaklah mungkin
6. Mengelola negara menjadi seorang Budiman yang berbudi luhur. Tanpa menguasai ketentuan-ketentuan budi
7. Membawa perdamaian di dunia. pekerti, tidaklah mungkin mengembangkan suatu kepribadian. Tanpa mengetahui makna
Confucius membuat suatu daftar prioritas dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, yaitu : kandungan dari kata-kata, tidaklah mungkin dapat mengenal manusia." (Lun Yu XX/3 = alinea
- Kelakuan adalah syarat utama, terakhir dari Lun Yu).
- Berbicara adalah prioritas kedua, " Firman Th'ien itulah dinamakan Watak Sejati. Berbuat mengikuti Watak Sejati itulah
- Memahami soal-soal Pemerintahan adalah prioritas ketiga, dinamakan menempuh Jalan Kebenaran [Tao]. Bimbingan untuk menempuh Jalan Kebenaran
- Kesusasteraan adalah prioritas keempat. itulah dinamakan Agama." (ChungYung, Bab Utama 1).
"Dalam pendidikan, tidak ada perbedaan kelas."
" Kekuasaan dan bimbingan dari Yang Maha Esa sangat luas dan dalam; hal itu di luar "Apa yang disebut dengan Jalan Kebenaran [Tao] tidaklah dapat dipisahkan sedetikpun. Apa
jangkauan suara, sentuhan, atau penciuman." (Shi Cing IV Wen Wang I/7) yang dapat dipisahkan bukanlah Tao. Sehingga seorang Budiman senantiasa waspada di tempat
" Oh, betapa besarnya Yang Maha Kuasa ! Berkahnya dicurahkan pada bumi. Dengan pandangan dimana dia tidak kelihatan, dan tetap khawatir di tempat dimana dia tidak kedengaran. Tidak
secara menyeluruh dan perhatian yang seksama mengatur penghuni dunia, agar hidup ada yang lebih nyata daripada yang tersembunyi, dan tidak ada yang lebih jelas daripada yang
berkecukupan." (Shi Cing IV Wen Wang VII/1) gaib. Sehingga seorang Budiman haruslah senantiasa waspada pada saat dia menyendiri. Apabila
"Oh, betapa besarnya kekuasaan Yang Maha Kuasa, yang memerintah dan membimbing umat kegembiraan, kemarahan, kesedihan ataupun kesenangan belumlah muncul, maka dapat
manusia." (Shi Cing IV Thang I/1) dinamakan Chung [seimbang, sentral, jalan tengah]. Apabila telah muncul dalam tingkat yang
" Yang Maha Esa menciptakan umat manusia dan merancangkannya dengan sifat yang saleh berkesesuaian, maka dapat dinamakan harmonis. Chung merupakan suatu sumber terbesar dari
dan luas. Dengan fungsi-fungsi dari badan, kekuatan dan pikiran; tugas-tugas mereka untuk semua yang berada di bawah langit ini. Harmonis merupakan penembusan Jalan Kebenaran
dilaksanakan." (Shi Cing IV/ Thang VI/1) [Tao] dari semua yang berada di bawah langit. Apabila Jalan Tengah [Chung] dan harmonis telah
" Dia yang menentang Yang Maha Kuasa tidaklah akan memiliki apa-apa, walaupun dia berdoa." diwujudkan, maka Langit dan Bumi akan berada dalam posisi yang berkesesuaian, dan seluruh
(Lun Yu III/13). makhluk dan benda yang tak terhitung akan terpelihara." (Chung Yung, the Text , 2-5) Guru
Khung Fu Zi bersabda, "Seorang Budiman merealisasikan Jalan Tengah [Chung], seorang yang
hina-dina hidup bertentangan dengan Jalan Tengah. Seorang Budiman senantiasa Wasiat Keranjang
merealisasikan Jalan Tengah karena dia selalu bersamanya, sedangkan kehidupan yang Terdapat seorang anak yang pada awalnya sangat berbhakti terhadap orangtuanya. Hingga
bertentangan dari seorang hina-dina karena ketidak-peduliannya. " (Chung Yung, the sesudah berumah-tangga dan memiliki seorang anak, kedua orangtuanya masih tinggal
Commentary, 2) bersamanya. Istrinya yang pencemburu dan selalu memiliki prasangka buruk akan rasa bhakti
suaminya terhadap mertuanya yang sudah tua tersebut, berulang-kali mempengaruhi suaminya
Guru Khung Fu Zi bersabda, "Saya tahu kenapa Jalan Kebenaran tidak dilaksanakan. Yang agar dapat menyingkirkan orangtuanya tersebut dari rumah tempat tinggal mereka.
pintar melampauinya dan yang bodoh tidak dapat mencapainya. Aku tahu kenapa Jalan Tengah Hingga suatu hari, istrinya mengancam akan menceraikannya apabila tidak memenuhi
tidak diwujudkankan. Yang baik melampauinya dan yang dina tidak mencapainya. Tiada keinginannya untuk menyingkirkan mertuanya tersebut dari rumah tempat tinggal mereka.
seorangpun yang tidak makan ataupun minum, tetapi hanya sedikit yang benar-benar dapat Karena sayangnya suami ini terhadap istrinya, akhirnya mereka bersepakat untuk mengantar
mengecapinya. Begitulah! Jalan Kebenaran tidak diikuti." (Chung Yung, the Commentary, 4-5). kedua orangtua mereka ke panti jompo. Merekapun menyiapkan keranjang besar untuk
" Manusia jaman dulu yang hendak mewujudkan kebajikan mereka yang bercahaya kepada membawa kedua orangtua mereka. Keranjang besar yang dibeli dari pasar tersebut, dibawa
setiap kehidupan di dunia, terlebih dahulu dia berusaha mengatur negerinya; Untuk mengatur pulang ke rumah dan menjadi perhatian anak lelaki mereka yang berumur 10 tahun, sehingga
negerinya, terlebih dahulu dia mengharmonisasikan kehidupan rumah tangganya; Untuk diapun bertanya kepada kedua orangtuanya.
mengharmonisasikan kehidupan rumah tangganya, terlebih dahulu dia mengolah dirinya; Untuk "Papa dan Mama, buat apa keranjang besar ini?"
mengolah dirinya, terlebih dahulu dia meluruskan pikirannya; Untuk meluruskan pikirannya, Ayahnya menjawab, "Keranjang ini dibutuhkan untuk mengangkut Kakek dan Nenek ke tempat
terlebih dahulu ia membulatkan tekadnya secara baik; Untuk membulatkan tekadnya secara yang banyak temannya (maksudnya panti jompo). Karena Kakek dan Nenek akan lebih bahagia
baik, terlebih dahulu dia menambah pengetahuannya; dan Untuk menambah pengetahuannya, tinggal di sana."
dia harus meneliti inti dari setiap kejadian. Dengan meneliti inti dari setiap kejadian akan Anaknya yang cukup cerdik dan berbhakti inipun berpikir panjang, dan dengan polos
menambah pengetahuannya; Dengan bertambah pengetahuannya akan dapatlah membulatkan disampaikan permintaanya, "Papa dan Mama, tolong nanti sesudah keranjang ini dipakai jangan
tekadnya secara baik; Dengan tekad yang baik akan dapatlah meluruskan pikirannya; Dengan dibuang yah!"
pikiran yang lurus akan dapatlah mengolah dirinya; Dengan diri yang terolah akan dapat Ibunya menjadi heran dan menanyakan lebih lanjut, "Buat apa keranjang ini nak?"
mengharmonisasikan rumah tangganya; Dengan rumah tangga yang harmonis akan dapat "Akan saya pakai untuk mengangkut Papa dan Mama ke tempat yang bahagia tersebut apabila
mengatur negerinya; dan Dengan negeri yang teratur akan dapat dicapai kedamaian di dunia." sudah tua nantinya, sehingga Papa dan Mama dapat hidup lebih bahagia juga."
(Da Xue , the Text) Seperti halilintar yang menyambar di siang bolong, ayah dan ibunya menjadi sadar akan
Guru Khung Fu Zi bersabda, " Raja berfungsi sebagai raja, menteri berfungsi sebagai menteri, perbuatannya. Akhirnya merekapun membatalkan niat untuk memindahkan orangtuanya ke
ayah berfungsi sebagai ayah, dan anak berfungsi sebagai anak." (Lun Yu XII/11). panti jompo. Dan kemudian hidup bahagia bersama sampai orangtua mereka meninggal dun
Guru Khung Fu Zi bersabda, "Seorang Budiman [C'un Zi] bila belum memahami sesuatu tidak Dalam Kitab tentang Puisi (The Book of Poetry / Odes = Shi Cing) disebutkan :
akan terburu-buru mengeluarkan pendapat. Bilamana nama-nama (kedudukan-kedudukan) " Buah Pohon Peach sungguh matang, daunnya sungguh segar. Gadis itu akan ke rumah
tidak benar, maka pembicaraan tidak akan sesuai dengan hal yang sebenarnya, sehingga segala suaminya, dan dia akan menciptakan kehidupan yang harmonis dalam rumah tangganya."
urusan tidak akan dapat diselesaikan secara baik." (Lun Yu) Apabila rumah tangga telah harmonis, maka seluruh rakyat dalam suatu negara akan dapat
Guru Khung Fu Zi bersabda, "Apabila orangtua masih hidup, layanilah mereka dengan sopan diajarkan keharmonisan hidup. Dengan demikian kemampuan untuk memerintah dalam suatu
santun / budi pekerti. Pada saat mereka meninggal, makamkanlah dengan sopan santun / budi negara tergantung dari keharmonisan rumah tangga. Keharmonisan dalam rumah tangga juga
pekerti dan sembahyangilah dengan sopan santun / budi pekerti." (Lun Yu II/5). sangat ditekankan dalam Buddhisme sebagaimana sabda Sang Buddha, "Sebuah keluarga
Dalam sutra tersebut disabdakan oleh Sang Buddha : "Bila ada seseorang yang mengangkat adalah tempat dimana pikiran-pikiran bergabung dan bersentuhan satu dengan lain . Bila
ayahnya dengan bahu kirinya, dan ibunya dengan bahu kanannya, dan oleh karena beratnya pikiran-pikiran ini saling mencintai satu sama lain, rumah itu akan seindah taman bunga yang
menembus tulang sumsumnya, sehingga tulang-tulangnya hancur menjadi debu, dan orang asri. Namun bila pikiran-pikiran itu tidak harmonis yang satu dengan yang lain, keadaannya
tersebut mengelilingi Puncak Sumeru seratus ribu kalpa lamanya, sehingga darah yang keluar adalah bagaikan topan badai yang memporak porandakan isi taman itu. " (Anguttara Nikaya III,
dari kakinya membasahi pergelangan kakinya, orang tersebut belumlah cukup membalas 31)
kebaikan yang mendalam dari orang tuanya." Hubungan suami dengan isteri juga berdasarkan pengertian yang baik dan saling
Guru Khung Fu Zi bersabda, "Bila orangtua Anda masih hidup, janganlah berpergian jauh. menghormati. Seorang calon isteri selalu dinasehati oleh ibunya untuk dapat menghormati
Jika Anda harus berpergian jauh, Anda harus memberitahu mereka di mana Anda berada, supaya suaminya dan senantiasa menghindari perselihan paham. Seorang isteri dituntut dapat
mereka tidak merasa khawatir mengenai keadaan Anda ." (Lun Yu IV/19). menurut secara patut .
Guru Meng Zi bersabda, "Begitu seorang laki-laki lahir, orangtuanya tentu berharap kelak dia Guru Mencius bersabda, " Apabila seorang lelaki telah dewasa, ayahnya memberikan nasehat-
akan memperoleh seorang isteri. Dan begitu seorang anak perempuan lahir, orangtuanya tentu nasehat kepadanya. Pada waktu pernikahan seorang wanita akan dinasehati oleh ibunya dengan
berharap kelak dia akan memperoleh seorang suami. Semua orang memiliki pikiran yang memberikan pesan, supaya kalau telah berada di rumah sang suami, haruslah menghormatinya
demikian." (Meng Zi IIIB,3) dan jangan sampai berselisih paham. Isteri haruslah menurut secara patut." (Meng Zi III B/2).
ia serta senantiasa membela kebenaran.
"Cekatan dan cakap dalam pekerjaannya, harmoni dengan orang lain, demikian seorang isteri Li : sifat mulia pribadi seseorang dalam bersusila, bersopan-santun, bertata-krama,
menyenangkan suaminya , dan dengan hati-hati menjaga kekayaan suaminya." (Anguttara dan berbudi pekerti.
Nikaya IV, 271). Chih : sifat mulia pribadi seseorang mengenai kebijaksanaan, pengertian, dan kearifan.
"Dia memperlakukan saudara tuanya dengan benar, dia memperlakukan saudara mudanya Hsin : sifat mulia pribadi seseorang terhadap kepercayaan,dapat dipercaya oleh orang
dengan benar. " (Shi Cing) lain, serta dapat memegang janji dan senantiasa menepati janji.
Guru Khung Fu Zi bersabda, " Seorang yang masih muda, di rumah hendaklah berlaku bhakti, Guru Khung Fu Zi, " Kalau seseorang dapat melaksanakan lima hal di manapun di dunia ini
dan di luar rumah hendaklah bersikap sopan terhadap yang lebih tua. Dia haruslah bersungguh- dapatlah disebut memiliki Jen yang sempurna.," kemudian ditanyakan lebih lanjut apa kelima
sungguh dan dapat dipercaya. Dia haruslah memperhatikan cinta kasih terhadap sesama, dan hal tersebut dan dijawab oleh Guru Khung Fu Zi :
menjalin hubungan persahabatan dengan orang yang memahami cinta kasih." (Lun Yu I/6) " Kelima hal itu ialah :
Guru Khung Fu Zi bersabda," Apakah bukan sesuatu yang menyenangkan mempunyai teman - rasa hormat (Gravity = Kung),
yang datang mengunjungi dari jauh ? " (Lun Yu I/1 = awal kumpulan dari Lun Yu). - lapang dada dan berpandangan jauh (generosity of soul = Khuan),
Guru Khung Fu Zi bersabda, " Bila saya berjalan dengan dua orang lain, selalu ada sesuatu - dapat dipercaya (Sincerity = Hsin),
yang dapat saya pelajari dari mereka. Kekuatan mereka saya ambil, sedangkan kelemahan - cekatan dan giat bekerja (Earnestness = Min),
mereka saya pakai untuk mengoreksi diri saya sendiri." (Lun YU VII/21). - menaruh belas kasihan dan berpengertian (Kindness = Hui).
Guru Khung Fu Zi bersabda, " Ada tiga sifat sahabat yang membawa faedah dan ada tiga sifat Orang yang memiliki rasa hormat tidak akan dihina. Orang yang lapang dada, mendapatkan
sahabat yang membawa celaka. Seorang sahabat yang baik, jujur dan berpandangan luas akan simpati umum. Orang yang dapat dipercaya, mendapat kepercayaan orang. Orang yang cekatan
membawa faedah. Seorang sahabat yang licik, yang lemah dalam hal-hal yang baik dan hanya dan giat, berhasil dalam pekerjaannya. Orang yang menaruh belas kasihan, dapat dituruti
pandai bersilat-lidah akan membawa celaka." (Lun Yu XVI/4). perintahnya." (Lun Yu XVII/6).
Dua Orang Sahabat Yang Setia Guru Khung Fu Zi bersabda, " Tidak makan apa-apa kecuali nasi saja, tidak minum apa-
Pada suatu kehidupan sebelumnya, Kelana dan Derma merupakan dua orang sahabat yang apa kecuali air putih saja. Dengan menggunakan lengan yang dilipat sebagai bantal, saya
sangat setia dimana masing-masing telah berjanji bahwa pada kehidupan berikutnya mereka masih bisa menikmati kesenangan. Kekayaan dan kehormatan yang diperoleh secara tidak
akan saling mengingatkan agar dapat menjalani kehidupan yang lebih baik. menjunjung Kebenaran (I), bagiku adalah seperti awan yang lewat di langit." (Lun Yu
Tanpa mereka sadari, dalam kehidupan saat ini mereka setiap hari bertemu, namun bukan VII/16).
sebagai sahabat karib karena Derma telah menjadi seorang pengusaha yang kaya, sedangkan Guru Khung Fu Zi bersabda, " Pada saat beberapa orang berkumpul seharian tanpa
Kelana adalah seorang tunawisma yang pemabuk dan pemalas. Derma telah mengenal pengemis membicarakan sesuatu mengenai Kebenaran Sejati (I), dan mereka terlalu senang dengan
Kelana ini jauh hari sebelum dia berhasil menjadi seorang pengusaha yang kaya. Pada waktu itu saran yang kecil mengenai kepintaran, maka pembicaraan tersebut akan merupakan kasus
hidupnya masih tidak menentu dan sering bermabuk-mabukan, tetapi setelah bertemu dengan yang sulit." (Lun Yu XV/17). Guru Khung Fu Zi bersabda : " Menghormat tanpa
Kelana yang waktu itu meminta sedekah dalam keadaan yang menyedihkan dan sedang dilanda mengenal Li, akan merupakan pekerjaan yang merepotkan. Berhati-hati tanpa Li, akan
mabuk minuman keras, maka membuat dia tersadar untuk tidak menjadi seorang pemabuk dan menimbulkan perasaan serba takut. Keberanian tanpa Li, akan menimbulkan kekacauan.
pemalas. Kejujuran tanpa Li, akan menimbulkan sifat yang kasar." (Lun Yu VIII/2).
Sehingga diapun menjadi bersemangat sekali dalam bekerja, dimana setiap kali semangat
kerjanya mulai runtuh, Kelana akan muncul dan dalam keadaan mabuk meminta sedekah yang Guru Khung Fu Zi bersabda, " Apabila orang tua masih hidup, layanilah mereka dengan Li,
tentunya diberikan oleh Derma. apabila mereka telah meninggal makamkanlah dengan Li, dan sembahyangilah dengan Li."
Guru Meng Zi bersabda, "Bila seorang pemimpin negara memperlakukan menterinya sebagai Guru Khung Fu Zi bersabda, " Bila saya berjumpa dengan orang berkemampuan dan
tangan dan kakinya, maka menterinya akan memperlakukan pemimpin negaranya sebagai bijaksana, saya ingin menjadi seperti dia. Bila saya berjumpa dengan seorang yang tidak
jantung dan pikirannya. Jika seorang pemimpin negara memperlakukan menterinya sebagai mempunyai kemampuan dan tidak bijaksana, saya melihat diri saya sendiri dan bertanya
anjing dan kuda, maka menterinya akan memperlakukan pemimpin negaranya sebagai orang apakah saya juga mempunyai sifat-sifat yang tidak menyenangkan." (Lun Yu IV/17).
kebanyakan. Jika seorang pemimpin negara memperlakukan menterinya sebagai lumpur dan " Bila melakukan kesalahan, janganlah takut untuk memperbaikinya." (Lun Yu I/8).
rumput, maka menterinya akan memperlakukan pemimpin negaranya sebagai perampok dan Guru Khung Fu Zi yang dijawab," Yang diperlukan dalam suatu pemerintahan adalah makanan
musuh." (Meng Zi IVB, 3) yang cukup, senjata yang memadai dan kepercayaan rakyat kepada pemerintahannya."
. Wu Chang terdiri dari lima sifat luhur atau mulia berikut : Delapan Sifat Mulia Kebajikan atau Pa Te’ , terdiri dari :
Jen : sifat mulia pribadi seseorang terhadap moralitas, cinta kasih, kebajikan, kebenaran, tahu Hsiao : Bhakti , yakni berbhakti terhadap orangtua, leluhur, dan guru.
diri, Ti : Persaudaraan , yakni senantiasa berlaku hormat terhadap yang lebih tua sebagai saudara
halus budi pekerti, tenggang rasa serta dapat memahami perasaan orang lain, kemanusiaan. atau
I : sifat mulia pribadi seseorang dalam solidaritas, senasib dan sepenanggungan, adanya sifat rendah hati.
Cung : Kesetiaan, yakni kesetiaan terhadap atasan, teman dan kerabat. Guru Khung Fu Zi bersabda, " Belajar tanpa berpikir adalah sia-sia. Berpikir tanpa belajar
Hsin : Dapat Dipercaya, yakni senantiasa memiliki sifat-sifat dan bertingkah laku yang dapat adalah berbahaya." (Lun Yu II/15).
dipercaya Murid Confucius, Zi Kung berkata, " Kesalahan yang dibuat seorang yang berbudi adalah
Li : Susila, yakni bersusila atau bertata-krama, sopan santun dan berbudi pekerti yang luhur seperti gerhana matahari dan bulan. Bila dia membuat kesalahan, seluruh dunia bisa
I : Kebenaran, yakni senantiasa menjunjung tinggi kebenaran sejati atau suatu sifat solidaritas melihatnya. Bila dia mengoreksi dirinya sendiri, seluruh dunia akan mengaguminya." (Lun Yu
Lien : Sederhana, yakni sifat hidup yang sederhana dan senantiasa menjaga kesucian, yaitu XIX/21).
tidak Guru Khung Fu Zi bersabda, "Begitu banyak yang harus dipelajari, sehingga saya khawatir
menyimpang atau menyeleweng. bahwa saya akan kehilangan atas apa yang telah saya pelajari." (Lun Yu VIII/17).
Ch’e : Tahu Malu, yakni suatu sifat tahu diri atau tahu malu untuk tidak berbuat asusila. Guru Khung Fu Zi bersabda, " Bila saya berjalan dengan dua orang lain, selalu ada sesuatu
Guru Khung Fu Zi bersabda " Kepada siapapun yang memberikan sesuatu hadiah untuk yang dapat saya pelajari dari mereka. Kekuatan mereka saya ambil, kelemahan mereka saya
menghormati gurunya. Saya senang sekali menerima dan melatihnya." (Lun Yu VII/7). pakai untuk mengoreksi diri saya sendiri." (Lun Yu VII/22).
Perlakuan bhakti tidak hanya asal kelihatan dari bentuk luar saja, namun rasa bhakti yang Guru Khung Fu Zi bersabda, " Apakah Anda mendengar mengenai enam kejahatan yang
dilakukan dengan sepenuh hati dan penuh hormat, itulah bhakti yang sebenarnya. berhubungan dengan enam kebaikan ? Menyukai kebaikan hati tanpa menyukai belajar bisa
Guru Khung Fu Zi bersabda, "Sekarang yang dikatakan laku bhakti adalah asal dapat mengakibatkan ketidak-pedulian; menyukai keterus-terangan tanpa menyukai belajar bisa
memelihara, tetapi anjing dan kudapun dapat memberi pemeliharaan. Bila tidak disertai hormat, mengakibatkan salah arah; menyukai kejujuran tanpa menyukai belajar bisa mengakibatkan
apa bedanya?" (Lun Yu) kejahatan; menyukai ketulusan tanpa menyukai belajar bisa menjadi gegabah; menyukai
" Saya mendengar bahwa hidup dan mati adalah takdir; kekayaan dan kehormatan ditetapkan keberanian tanpa menyukai belajar bisa mengakibatkan kemalangan, dan akhirnya menyukai
oleh Yang Maha Kuasa. Jika seseorang berbudi yang mempunyai kemampuan hormat dan tidak kehebatan tanpa menyukai belajar bisa mengakibatkan kelancangan." (Lun Yu XVII/8).
melakukan kesalahan dan memperlakukan orang secara terhormat, maka semua yang ada Guru Khung Fu Zi bersabda, " Apakah bukan sesuatu yang membahagiakan, berpengetahuan
dalam empat lautan, bisa menjadi saudara laki-lakinya. Mengapa orang yang berbudi itu harus dan bisa menggunakannya ? " (Lun Yu I/1)
susah karena dia tidak mempunyai saudara laki-laki ? " (Lun Yu XII/5). Guru Khung Fu Zi yang dijawab," Yang diperlukan dalam suatu pemerintahan adalah makanan
Guru Khung Fu Zi bersabda, " Tiga hal yang harus diwaspadai oleh seorang Budiman dalam yang cukup, senjata yang memadai dan kepercayaan rakyat kepada pemerintahannya."
menjalani kehidupan ini : Bila dia masih muda, darah dan Chi’ tidak stabil, untuk itu dia harus Guru Khung Fu Zi bersabda, " Anda tidak tahu bagaimana Anda dapat melayani orang yang
menjaga dirinya terhadap hawa nafsu. Setelah cukup dewasa, darah dan Chi’-nya memuncak, sudah meninggal ? Memahami hidup saja Anda tidak bisa, bagaimana Anda bisa memahami
untuk itu dia harus menjaga diri terhadap keinginan melawan alam. Pada usia tua, darah dan kematian ? " (Lun Yu XI/12)
Chi’-nya berkurang, maka dia harus menjaga dirinya." (Lun Yu XVI/7). " Jika dalam usia 40 tahun orang masih jahat tingkah lakunya, maka jangan mengharapkan akan
Guru Khung Fu Zi bersabda, " Bagi seseorang yang tidak mempunyai apa-apa untuk merasa ada sesuatu yang baik dari dia dalam sisa hidupnya ." (Lun Yu XVII/26).
malu dan tidak mempunyai apa-apa yang disembunyikan. Ini berarti bahwa tingkah laku sehari- " Tiga hal yang harus diwaspadai oleh seorang Budiman dalam menjalani kehidupan ini : bila dia
harinya diuji keras." (Lun Yu XIV/21). masih muda, darah dan Chi’ tidak stabil,, untuk itu dia harus menjaga dirinya terhadap hawa
" Hidup ini mudah bagi orang yang tidak tahu malu, yang suka menonjolkan diri seperti seekor nafsu. Pada usia muda, darah dan Chi’-nya memuncak, untuk itu dia harus menjaga diri
burung gagak, suka menfitnah, tidak tahu sopan - santun, pongah dan menjalankan hidup kotor. terhadap keinginan melawan alam. Pada usia tua, darah dan Chi’-nya berkurang, maka dia harus
Hidup ini sukar bagi orang yang tahu malu, yang senantiasa mengejar kesucian, yang bebas dari menjaga dirinya. " (Lun Yu XVI/7).
kemelekatan, rendah hati, menjalankan hidup bersih dan penuh perhatian " ( Dhammapada, 245) Murid Confucius, Zeng Zi berkata, " Kata-kata seorang yang akan meninggal dunia sungguh
Guru Khung Fu Cu bersabda, " Ada sembilan hal yang harus direnungkan seorang Budiman: ramah." (Lun Yu VIII/4)
1. Bila melihat, dia harus melihat dengan jelas. sabda Sang Buddha, " Manusia yang berjuang untuk hidup pasti akan mencari sesuatu yang
2. Bila mendengar, dia harus mendengar dengan jelas, berarti. Ada dua cara untuk bersikap : yang benar dan yang salah. Jika ia mencari dengan sikap
3. Bila menunjukkan perasaan hatinya, dia harus kelihatan ramah, salah, ia mungkin menyadari bahwa sakit, umur tua, dan kematian adalah hal tidak
4. Bila bertingkah laku, dia harus kelihatan sopan, terhindarkan, tetapi tetap saja mengharapkan sesuatu yang tak mungkin. Bila ia mencari dengan
5. Bila berbicara, dia harus ingat akan kejujuran, pandangan benar ia memahami sifat sejati dari sakit, umur tua dan kematian, dan ia mencari
6. Bila bekerja, dia harus berusaha sebaik-baiknya, arti pada kehidupan yang mengatasi penderitaan manusia." (Majjhima Nikaya, 3-26).
7. Bila ragu-ragu, dia harus bertanya, " Watak sejati itu saling mendekatkan, kebiasan saling menjauhkan".
8. Bila marah, dia harus ingat akan akibatnya, bahwa," If mankind is to survive, it must go back 25 centuries in time to tap the wisdom of
9.Bila melihat adanya keuntungan, dia harus merenungkan apakah dia berhak Confucius." yang dapat diartikan " Jika nilai kemanusiaan tetap perlu dipertahankan, maka
mendapatkannya." haruslah kembali ke 25 abad yang lalu untuk menyentuh kebijaksanaan Confucius."
Guru Khung Fu Zi bersabda, " Mempelajari yang lama dan mengetahui yang baru dapat "Perjalanan seribu Li dimulai dari satu langkah kecil. " (Tao Tee Cing Bab 64, 5 ).
menjadi guru." (Lun Yu II/11).
," Saya tahu bagaimana burung terbang, bagaimana ikan berenang, bagaimana binatang darat " Aku tidak tahu anak siapakah Tao itu, rupanya Dia sudah ada lebih dahulu." (Tao Tee Cing
berlari. Tetapi yang berlari, tetap saja bisa terperangkap; yang berenang bisa terjala, yang IV,6).
terbang bisa terpanah. Namun siapa yang tahu bagaimana seekor naga mengendarai angin " Kebajikan bagaikan air. Air menguntungkan semuanya dan tidak pernah bersaing. Air
melalui awan menuju surga ? Hari ini saya bertemu Lau Zi dan hanya dapat membandingkannya senantiasa mengalir ke tempat yang lebih rendah, bahkan di tempat yang kotor sekalipun,
dengan seekor naga." sehingga air seperti sifat Tao." (Tao Tee Cing VIII, 1).
"Wujudkanlah dalam kesederhanaan, hiduplah secara alami, kurangilah sifat ke-aku-an, "Tiga puluh jari-jari suatu roda kereta yang terpasang pada gandaran hanya bisa berputar
kurangilah nafsu keinginan duniawi." tergantung dari satu lubang kosong sebagai porosnya. " (Tao Tee Cing XI,1 ).
TAO BERSIFAT HIDUP DAN MENGHIDUPI " Benda keramik; misalnya gelas, cangkir, mangkok dan sebagainya dapat dipakai, karena
MENGENAL BATAS ADALAH SIFAT TAO adanya bagian yang kosong, sehingga kalau tidak ada bagian kosongnya, maka tidak ada
TAK ADA KOMPROMI ANTARA BAIK DAN JAHAT DALAM TAO gunanya, tak dapat dipakai sebagai tempat teh atau lainnya." (Tao Tee Cing XI,2)
TAO YANG SEMPURNA TIDAK MEMPUNYAI BENTUK " Melubangi tembok untuk pintu atau jendela, barulah berguna untuk kamar." (Tao Tee Cing
ORANG YANG MAHIR ILMU TAO BERSIKAP SAMAR XI,3).
YANG MENGENAL TAO BERTUGAS SEBAGAI GURU " Yang menimbulkan keserasian antara energi positif (Yang) dan energi negatif (Yin), adalah
TAO YANG ABADI TIDAK MEMPUNYAI NAMA suasana kekosongan dari alam kosong (bu-khek/ wu-chi')." (Tao Tee Cing Bab 42 , 3).
SIFAT KEBALIKAN IALAH PERGERAKAN TAO " Kebulatan yang penuh kelihatan kosong adanya, tetapi kegunaanya tidak ada habisnya." (Tao
BILA TIDAK DITERTAWAKAN BELUM CUKUP UNTUK DISEBUT TAO Tee Cing Bab 45 , 2) " Mencapai kekosongan yang sempurna. Dalam keadaan diam dan
TAO MENCIPTA SATU, SATU MENCIPTA DUA Dst tenteram, hingga sampai pada puncaknya. Sehingga segala gerakan dari berbagai benda di
YANG MENGERTI TAO TAK BICARA DAN YANG BICARA TAK MEGERTI seluruh alam dunia ini dapat disaksikan, bagaimana tumbuh dan hidupnya segala pergerakan
TAO YANG SESUNGGUHNYA MUDAH DIMENGERTI DAN MUDAH DIJALANKAN"Tao, Khe' tersebut, begitupun kita akan menyaksikan kembalinya mereka pada asal mulanya." (Tao Tee
Tao, Fei Ch'ang Tao; Ming, Khe' Ming, Fei Ch'ang Ming" Cing XVI, 1 - 2 ).
yang dapat diartikan, "Ajaran Buddha didasarkan atas dua Kebenaran, yaitu Kebenaran Duniawi [samvrti-satya] dan
" Tao yang dapat dibicarakan, bukanlah Tao yang sebenarnya atau yang abadi; dan nama yang Kebenaran Akhir [paramartha-satya]. Mereka yang tidak mengerti perbedaan antara dua
dapat diberikan, bukanlah nama yang sejati." (Tao Tee Cing I,1) Kebenaran ini, tidak akan mengerti arti yang mendalam dari ajaran Buddha."
"Manusia memanggil Tuhan dengan berbagai nama, tetapi orang yang bijaksana mengetahui " Dilihat tidak kelihatan mukanya, sehingga dikatakan tidak berupa. Didengar tidak kedengaran,
bahwa Tuhan hanya Satu." sehingga dikatakan tidak bersuara. Diraba tidak dapat merasakannya, sehingga dikatakan tidak
" Wu Ming, Th'ien Ti Ci' Hsi You' Ming, Wan Wu' Ci' Mu' " berbentuk. Inilah tiga sifat yang tak dapat dimengerti atau dilukiskan, maka telah bersatu dalam
yang dapat diartikan : kesamaan." (Tao Tee Cing XIV, 1).
" Tiada nama, itulah kondisi permulaan terjadinya Langit dan Bumi. Setelah ada nama itulah "Dalam hal ini, O , Sariputra, wujud (rupa) adalah kekosongan (sunyata), dan kekosongan itu
sumber dari segala benda." (Tao Tee Cing I,2). ("Nameless it is the source of heaven and earth; sendiri adalah wujud; kekosongan tidak berbeda dari wujud, dan wujud juga tidak berbeda dari
named it is the mother of all things.") kekosongan; apapun yang merupakan wujud, itu adalah kekosongan, apapun yang merupakan
" Ada suatu benda yang sifatnya samar, namun menjadi pencipta dari segala benda di seluruh kekosongan itu adalah wujud. Begitu pun halnya dengan vedana (perasaan), samjna
alam semesta ini. Benda itu sudah ada terlebih dahulu sebelum ada langit dan bumi, sifatnya suci (pencerapan/persepsi), samskara (dorongan pikiran/bentuk-bentuk mental), dan vijnana
dan kosong. Dia berdiri sendiri dan tidak berubah, kekal dan abadi. Mengelilingi dan meliputi (kesadaran). Demikianlah, O, Sariputra, segala sesuatu (dharma) bercorak kekosongan
semuanya dengan tanpa berhenti dan tidak ada akhirnya, sehingga dapat dikatakan Ibu dari (sunyata); mereka tak muncul, juga tak berakhir; tidak kotor, juga tidak murni bersih; tidak
Alam Semesta." (Tao Tee Cing XXV, 1-2). kurang, tidak lengkap atau bertambah." Dalam Sutra Altar <sutrazen.htm> atau dikenal juga
Sutta Pitaka, Udana VIII : " Atti Ajatam Abhutam Akatam Asamkatan " (artinya : "Suatu Yang sebagai Sutra Sesepuh Ke-Enam <sutrazen.htm>, dikatakan, "Semua bentuk adalah
Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak.") khayalan....Jika seseorang memahami bahwa semua bentuk bukanlah bentuk, ia akan
" Aku tidak mengetahui namaNya, aku catat dan menyebutNya `Tao'." (Tao Tee Cing XXV, 3 ). memahami Kebenaran Sejati [Tathata]."
"Tao menciptakan satu, satu menciptakan dua, dua menciptakan tiga dan tiga menciptakan " Langit adalah abadi dan bumi sangatlah tua. Mereka dapat abadi dan langgeng, karena
segala benda dan makhluk yang berwujud dan terhampar di alam semesta ini. " (Tao Tee Cing, keberadaan mereka tidak untuk diri sendiri, tetapi untuk semua makhluk di alam semesta ini,
Bab 42, 1). sehingga langit dan bumi dapat kekal adanya." (Tao Tee Cing VII, 1).
" Maka dengan selalu meniadakan keinginan aku melihat keberadaan Tao." (Tao Tee Cing I,3). " Bila alam akan membuat susut / berkurang sesuatu, terlebih dahulu akan dibuatnya panjang /
" Alam semesta seperti alat yang menghasilkan angin (pompa), walaupun kosong tetapi tidak banyak." (Tao Tee Cing XXXVI, 1). " Kekayaan dan kemuliaan, apabila dijadikan kebanggaan,
pernah berakhir. Makin banyak dipompa makin banyak menghasilkan angin." (Tao Tee Cing V, akan mendatangkan kesusahan." (Tao Tee Cing VIX, 5).
3). " Siapa yang mengenal hukum kekekalan, berarti bijaksana, dan mengenal hukum kebenaran dan
hukum alam. Sebaliknya yang tidak mengenal hukum kekekalan itu berarti hidup dalam
kebencian dan dalam kebodohan, hingga hidupnya bertentangan dengan Tao dan hukum tenang dan jujur, dapat menyelesaikan segala persoalan secara bijaksana dan sempurna. Semua
kebenaran yang menyebabkan hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan, yang tiada habisnya." tugas dapat diselesaikan dengan baik. Setiap gerakan dilakukan pada waktu yang tepat, karena
(Tao Tee Cing XVI, 5 ). senantiasa mengalah. " (Tao Tee Cing VIII, 3).
" Bagaikan Alam yang menciptakan segala benda dan isinya, tetapi tidak menganggap sebagai " Maka seorang Budiman dalam tingkah laku sehari-hari tidak terpisah dari Tao, bagaikan
miliknya." (Tao Tee Cing II, 10). tentara yang bergerak maju tidak dapat terpisah dari perbekalannya." (Tao Tee Cing XXVI, 3).
" Bekerja tetapi tidak membanggakan kepandaiannya. Berjasa tetapi tidak mengakui pahalanya. " Kebajikan luhur tidak dikenal sebagai kebajikan. Tetapi justru ini adalah kebajikan yang sejati.
Oleh karena tidak mempunyai apa-apa, maka dia tidak pernah kehilangan apa-apa." (Tao Tee Kebajikan yang rendah terlihat nyata, akan tetapi justru karena kelihatan, maka bukanlah
Cing II, 11). merupakan kebajikan yang sewajarnya. Kebajikan luhur tanpa berbuat, namun tidak ada yang
, "Pada hakekatnya tiada pohon pencerahan [bodhi]. Tiada juga cermin bersih berkemilauan dan tidak dikerjakan olehnya. Kebajikan yang rendah dilakukan menurut sifat ke-aku-an, maka
tempat berdirinya. Karena dari awal semuanya kosong adanya. Bagaimana pula bisa ada debu perbuatannya mempunyai maksud tertentu, yaitu pamrih." (Tao Tee Cing XXXVIII, 1-4).
yang melekat." " Para Budiman di dunia ini senantiasa memperkecil diri dan suka bergaul dengan rakyat jelata,
" Maka orang yang mencapai kesempurnaan, dapat bekerja untuk kebaikan alam dan seolah- tanpa mengadakan perbedaan satu sama lain dan memandang mereka sama saja seperti dirinya
olah dapat menjadi perantara alam dalam mencurahkan Kasih Sayang kepada sesamanya (tanpa sendiri." (Tao Tee Cing Bab 49, 4 ).
membeda-bedakan). Orang yang dirinya diliputi Cinta Kasih, dapat bekerja untuk alam dan " Aku mempunyai tiga mestika, yang aku pegang teguh dan mempertahankannya. Pertama Cinta
dapat menjadi perantara alam dalam menyalurkan Cinta Kasihnya kepada sesama manusia Kasih, kedua Hemat, ketiga Tidak berani mendahului dunia." (Tao Tee Cing Bab 67, 3).
(tanpa membeda-bedakan)." (Tao Tee Cing XIII, 3). Pepatah mengatakan, bahwa " Semut di seberang lautan kelihatan, tetapi gajah di pelupuk mata
" Dalam pribahasa kuno dikatakan; bahwa siapa yang mengaku dirinya serba kurang, justru dia tidak kelihatan."
akan menjadi sempurna." (Tao Tee Cing XXII, 12 ) " Barang siapa mengenali kekurangan dalam dirinya sendiri, maka barulah dia dapat
" Barang siapa mencapai persatuan dengan Tao, maka seluruh alam ini seolah-olah dalam membersihkan kekurangan tersebut, sehingga dia akan tidak mempunyai kekurangan lagi.
genggaman tangannya; manusia dari segala dunia akan datang kepadanya, bukan untuk Seorang Budiman tidak mempunyai kekurangan, karena dia telah mengetahui segala
permusuhan melainkan untuk mendapatkan perlindungan darinya." (Tao Tee Cing Bab 35, 1). kekurangan dalam dirinya dan berani mengakuinya sebagai suatu kekurangan dalam dirinya,
" Diam atau tenang, adalah kekekalan atau kestabilan yang sesuai dengan sifat yang sempurna." sehingga dia dapat membersihkan segala kekurangan tersebut dan tidak mempunyai kekurangan
(Tao Tee Cing Bab 45, 6). lagi." (Tao Tee Cing Bab 71, 2-3).
" Maka dengan diri melihat diri; dengan rumah melihat rumah; dengan kampung melihat Guru Agung. Buddha Gautama bersabda, "Amat Mudah melihat kesalahan-kesalahan orang
kampung; dengan negeri melihat negeri; dan dengan dunia melihat dunia. Seseorang yang telah lain, tetapi sangat sulit untuk melihat kesalahan-kesalahan sendiri. Seseorang dapat
mencapai kesempurnaan dirinya, maka dapat menggunakan pandangannya yang jelas terhadap menunjukkan kesalahan-kesalahan orang lain seperti menampi dedak, tetapi ia
diri orang lain dan setelah dia dapat menyempurnakan rumah tangganya sendiri, maka diapun menyembunyikan kesalahan-kesalahannya sendiri seperti penjudi licik menyembunyikan dadu
dapat pandangan yang jelas rumah tangga lain. Sehingga dari kesempurnaan rumah tangganya yang berangka buruk. Barang siapa yang selalu memperhatikan dan mencari-cari kesalahan
sendiri, menjalar rumah tangga lain; dari kampungnya sendiri menjalar ke kampung lain; dari orang lain, maka kekotoran batin dalam dirinya akan bertambah dan ia semakin jauh dari
negerinya sendiri menjalar ke negeri lain, hingga jauh untuk kesempurnaan dunia." (Tao Tee penghancuran kekotoran-kekotoran batin" (
Cing Bab 54, 9). Yesus Kristus yang penuh Kasih juga memperhatikan pentingnya melakukan instropeksi diri,
" Panca warna dapat membuat mata menjadi buta, panca suara dapat membuat telinga menjadi sabda Beliau, "Jangan kamu menghakimi (orang lain), supaya kamu tidak dihakimi. Karena
tuli, panca rasa dapat membuat lidah kehilangan rasa sejati." ( Tao Tee Cing XII, 1 ). dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran
" Kemuliaan ataupun kehinaan mendatangkan rasa khawatir. Keberuntungan maupun yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat
kemalangan disebabkan adanya sifat ke-aku-an. Apa yang dimaksud dengan kemuliaan dan selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak aengkau ketahui."
kehinaan mendatangkan rasa khawatir ? Kehinaan adalah keadaan rendah yang sangat ditakuti. "Berpegangan pada satu ujung, lalu menggunakan prasangka kita untuk mengkritik orang lain,
Demikian juga kemuliaan dikhawatirkan akan musnah, sehingga dapat menyebabkan malu atau menasehati orang, melarang orang, ini menunjukkan bahwa kita belum dewasa, belum
kehinaan. Itulah sebabnya dikatakan bahwa kemuliaan dan kehinaan mendatangkan rasa mempunyai wawasan yang luas dan hati kita masih belum murni."
khawatir." (Tao Tee Cing XIII, 1). . Buddha Gautama bersabda, "Hendaknya orang terlebih dahulu mengembangkan diri sendiri
" Apakah yang dimaksud dengan keberuntungan maupun kemalangan itu disebabkan adanya dalam hal-hal yang patut, dan selanjutnya melatih orang lain. Orang bijaksana yang berbuat
sifat ke-aku-an ? Sebabnya kita bisa mendapat kemalangan karena adanya sifat ke-aku-an, demikian tak akan dicela." (Dhammapada, 158). Yesus Kristus bersabda, "Bagaimanakah
sehingga apabila kita tidak mempunyai sifat ke-aku-an, bagaimana kita bisa mendapat engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari
kemalangan ?" (Tao Tee Cing XIII, 2) matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok
" Di manapun seorang Budiman berada, senantiasa dapat menyesuaikan dirinya. Hatinya dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar dari
senantiasa tenteram, bagaikan air telaga yang dasarnya dalam. Dalam pergaulan selalu mata saudaramu."
mencurahkan cinta kasihnya. Bicaranya lemah lembut dan dapat dipercaya. Dengan hati yang
"Kita harus menemukan kekuatan Kasih dalam diri kita terlebih dahulu, baru kita dapat benar- " Sebaliknya pemerintahan dari raja yang bijaksana begitu sempurna, karena sang raja selalu
benar menyayangi orang lain." berhati-hati dalam membicarakannya, menjalankan pekerjaaannya untuk kepentingan rakyat,
" Seorang Budiman tidak menimbun. Semakin banyak dia berbuat kebaikan, semakin besar bukan untuk kepentingan diri sendiri, meskipun demikian tidak membanggakan pahalanya,
kebahagiaan yang dia dapat, dan semakin banyak dia memberi pada sesamanya, maka semakin sehingga rakyat tidak dapat mengetahui, dan menganggap kemakmuran ini terjadi dengan
bertambah miliknya." (Tao Tee Cing Bab 81, 4). sewajarnya."(Tao Tee Cing XVII,6 ).
" Orang yang berbudi mentaati perjanjian, sebaliknya orang yang tidak berbudi menggunakan " Dari itu Raja bijaksana berlaku adil dan tenggang rasa, akan tetapi tidak menggunakan
akal untuk menarik keuntungan dari perjanjian itu. " (Tao Tee Cing Bab 79, 3). kekerasan untuk menghukum. Tulus hati dan tak menyusahkan orang, berhati lurus dan tidak
" Hanya ada algojo abadi dari Yang Maha Kuasa yang bertugas melaksanakan hukuman mati. korupsi. Terang tetapi tidak menyilaukan." (Tao Tee Cing Bab 58, 7-8).
Barang siapa berani mewakili algojo tersebut untuk melakukan hukuman mati, maka dia dapat " Jikalau rakyat tidak takut lagi dengan kekuasaan pemerintah, maka dapat ditunggu datangnya
diumpamakan sebagai wakil tukang kayu untuk menggunakan kampaknya guna menebang pemberontakan dari rakyat. Jangan mempersempit tempat tinggalnya, jangan mempersukar
pohon. Dan barang siapa mewakili tukang kayu dengan menggunakan kampak untuk menebang kehidupannya." (Tao Tee Cing Bab 72, 1-2).
pohon, jarang yang tidak melukai tangannya sendiri." (Tao Tee Cing Bab 74, 3 - 4). " Tugas seorang pemimpin adalah melindungi rakyatnya. Ia adalah orang tua bagi rakyatnya
" Keluar dari jalan hidup berarti memasuki jalan kematian. Orang yang mengetahui jalan hidup dan ia melindungi mereka dengan undang-undangnya. Ia harus mengentaskan rakyatnya,
hanya 3 bagian. Yang mengetahui jalan mati hanya 3 bagian. Orang yang mempunyai kehidupan seperti orang tua mengasuh anak mereka, memberikan popok yang kering untuk mengganti
yang dapat menghindar dari tempat kematian hanya 3 bagian saja. Sebab apakah demikian ? yang basah, tanpa harus menunggu anaknya menangis. Demikian juga, seorang pemimpin
Karena hidup manusia itu terlalu mementingkan kesenangan hidupnya sendiri, sehingga hendaknya menghilangkan penderitaan dan memberikan kebahagiaan, tanpa harus menunggu
melupakan pada hidup benar dan Hukum Alam." (Tao Tee Cing Bab 50, 1 -2). rakyatnya mengeluh. Sesungguhnyalah, pemerintahannya tidaklah sempurna sampai rakyatnya
" Tao yang menghidupi, kebajikan yang memelihara; benda yang mewujudkan dan sifat alam merasakan kedamaian. Rakyatlah yang menjadi kekayaan negara. Oleh karena itu, seorang
yang menyempurnakan. Dari segala makhluk, tidak semuanya dapat memuja Tao dan pemimpin yang bijaksana, senantiasa memikirkan rakyatnya dan tidak akan melupakan
memuliakan kebajikan, karena justru dua aspek inilah yang menghidupi dan memelihara mereka walaupun sekejap."
mereka. Maka Tao mencipta, memelihara, membesarkan, menumbuhkan, menjaga, " Kelemahan yang sempurna dalam dunia ini, dapat menguasai benda-benda yang kuat di dunia."
menyempurnakan, merawat dan melindungi semuanya." (Tao Tee Cing Bab 51, 1,2,4 ). (Tao Tee Cing Bab 43, 1)
" Manusia hidup di masa mudanya bertubuh lemas, tetapi setelah mati menjadi kaku dan keras. " Melakukan pekerjaan tanpa berbuat (Wu Wei) dan bekerja tanpa pamrih." (Tao Tee Cing Bab
Segala benda di dunia ini misalnya pohon, rumput, dan sebagainya di waktu tumbuhnya dan 63, 1)
hidupnya adalah lemas, tetapi setelah mati menjadi kering dan kaku. Maka keras itu adalah sifat " Dari itu, aku mengetahui betapa gunanya kebajikan dari Tiada Berbuat [Wu Wei]." (Tao Tee
dari kematian. Sebaliknya kelembutan itu adalah sifat dari kehidupan." (Tao Tee Cing Bab 76, 1 - Cing Bab 43, 3).
3 ). " Memberi pelajaran dengan tiada berbicara, dan menggunakan dengan tiada berbuat, di antara
Darukkhandha-Sutta , " Misalkan sepotong kayu terapung di sungai. Bila kayu itu tidak manusia di dunia ini jarang yang dapat mencapai." (Tao Tee Cing Bab 43, 4).
tersangkut atau tenggelam, atau tidak diambil oleh manusia, atau tidak hancur karena lapuk, "Setelah mencapai tingkat meditasi dimana semua bentuk-bentuk pikiran dapat dihentikan, para
pada akhirnya kayu itu akan mencapai laut. Hidup adalah bagaikan sebatang kayu yang terbawa siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna, dengan cara demikian memiliki ketenangan yang
hanyut oleh arus sungai yang deras. Bila seseorang tidak terikat pada kehidupan yang mulia." (Theragatha, 650)
memuaskan diri sendiri, atau dengan meninggalkan duniawi, tidak terikat pada hidup yang " Diam adalah tuan dari gerak." (Tao Tee Cing XXVI, 2).
menyiksa diri sendiri; bila seseorang tidak menjadi sombong akan perbuatan baiknya atau "Damai, tenang dan terkendali, berbicara sedikit, tiada kesombongan. Orang sedemikian itu
terikat pada perbuatan jahatnya; bila dalam usahanya untuk mencari Pencerahan ia tidak menanggalkan semua kejahatannya, bagaikan angin yang merontokkan dedaunan pada
memandang rendah pandangan yang salah, atau menjadi ngeri karena pandangan yang salah, sebatang pohon." (Theragatha, 2)
orang seperti itu berjalan di Jalan Tengah." Apakah Jalan itu?
" Senantiasa berusaha agar rakyat tidak memiliki pengetahuan yang rendah, tidak timbul nafsu Seorang Bhikshu bertanya kepada Mahabhikshu Guishan Lingyou, "Apakah Jalan itu."
serakah dan angkara murka. Walaupun di antara mereka ada yang mengerti tipu muslihat, Guishan menjawabnya, "Pikiran adalah Jalan."
tetapi tentu mereka tidak berani melaksanakan, karena dalam suasana yang tenteram dan Bhikshu tersebut kebingungan dan bertanya lebih lanjut, "Saya tidak memahaminya."
kehidupan yang sederhana, pengaruh kejahatan akan musnah." (Tao Tee Cing III, 5). Dan dijawab oleh Guishan, "Kalau begitu Anda hanya perlu mengenal orang yang tidak
" Pada dahulu kala, yaitu era yang pertama, rakyat tidak mengetahui siapakah yang menjadi memahaminya."
kepala pemerintahan (raja). Pada era kedua, rakyat menghormati dan memuji pada kepala Bhikshu menanyakan lagi, "Dimana saya harus menemukan orang yang tidak paham seperti
pemerintahannya (rajanya). Setelah sampai pada era ketiga, rakyat takut pada kepala itu?"
pemerintahannya (rajanya). Dan pada era keempat, rakyat memandang rendah dan menghina Guishan menjawab, "Tiada lain itu adalah Anda sendiri. Jika Anda mencari pengetahuan dari
kepala pemerintahannya (rajanya)." (Tao Tee Cing XVII, 1 - 4). dunia luar, menyalahtafsirkan pengetahuan tersebut sebagai Zen atau Jalan, Anda cuma
melantur semakin jauh saja. Cara belajar seperti itu hanya akan menenggelamkan pikiran Anda
dan bukannya membawanya ke pantai seberang. Sehingga itu sama sekali tidak dapat disebut "Pikiran sangat sulit untuk dilihat, amat lembut dan halus; pikiran bergerak sesuka hatinya.
Jalan. Sadarlah bahwa yang tidak mengerti itu adalah pikiranmu sendiri, sifat Kebuddhaan Anda Orang bijaksana selalu menjaga pikirannya, seseorang yang menjaga pikirannya akan
sendiri yang masih belum dibangkitkan." berbahagia." (Dhammapada, 36)
" Himne Manusia " Pikiran pemula adalah sederhana, alami, dan meliputi seluruh kehidupan. Kita seharusnya
Aku dulu, dan aku kini. senantiasa mewujudkan pikiran pemula tanpa terpengaruh oleh tingginya pengetahuan dan
Demikianlah aku akan ada hingga akhir waktu, karena ada-ku tiada akhir. pencapaian kita - inilah suatu rahasia kehidupan dan praksis yang benar.
Telah kulintasi angkasa luas tak terhingga, dan terbang ke dunia fantasi, Pikiran pemula merupakan suatu pikiran yang terbuka dan bebas tanpa ikatan
dan menarik dekat lingkaran cahaya di ketinggian. Anda tidak boleh mengatakan, "Saya telah mengetahui tentang Zen" atau "Saya telah mencapai
Namun lihatlah diriku seorang tawanan persoalan. pencerahan." Senantiasa waspada terhadap hal tersebut, maka begitu kita memulai Zazen, maka
Telah kudengarkan ajaran Confucius, dan mendengarkan kearifan Brahma, kita akan dapat memulai penyelidikan pikiran pemula kita. Itulah rahasia meditasi Zen.
dan duduk di sisi Buddha di bawah pohon pengetahuan. "Dalam pikiran pemula terdapat banyak kemungkinan, tetapi dalam pikiran seorang yang ahli
Lihatlah diriku kini menghadapi kejahilan dan kekafiran. hanya terdapat sedikit kemungkinan."
Telah kukenal Sinai ketika Yang Maha Kuasa memperlihatkan diriNya kepada Musa. "Musnahkanlah Sang Buddha! Musnahkanlah Buddha yang muncul di luar dirimu sebab
Dekat Yordania telah kusaksikan mukjizat orang Nazareth. kamu harus memperoleh sifat Kebuddhaanmu sendiri!"
Di Madinah aku mendengar kata-kata Rasul dari Arabia. "Apa yang kita sebut 'aku' hanyalah merupakan suatu ayunan pintu yang bergerak
Lihatlah diriku kini seorang tawanan kesangsian. ketika kita menarik napas dan ketika kita membuang napas."
Telah kusaksikan kejayaan Babilonia dan kemuliaan Mesir dan keangungan Yunani. Tozan, seorang mahaguru Zen berkata, "Gunung yang biru adalah ayahanda dari awan
yang putih. Awan yang putih adalah putra dari gunung yang biru. Sepanjang hari
Mataku tak henti menatap kekerdilan dan kemiskinan karya mereka.
mereka saling berhubungan tanpa timbul ketergantungan. Awan yang putih tetaplah
Aku telah duduk bersama tukang sihir wanita dari Endor dan pendeta Asyiria,
awan putih, dan gunung yang biru tetaplah gunung biru." Inilah suatu penafsiran
dan para nabi Palestina, dan aku tak henti menyanyikan kebenaran.
tentang hidup yang murni dan benar.
Telah kupelajari kearifan yang turun ke India, "Memberikan domba atau sapi Anda suatu padang rumput yang besar dan leluasa
dan memperoleh keuntungan atas persajakan yang baik dari jantung Arabia, adalah suatu cara untuk mengendalikannya."
dan mendengarkan musik rakyat dari Barat. "Anda seharusnya bersyukur terhadap semak-belukar dalam pikiran Anda, karena pada akhirnya
Namun aku tetap buta dan tak melihat; telingaku tuli dan aku tak mendengar. semak-belukar tersebut akan memperkaya latihan Anda."
Telah kupikul kekerasan para penakluk yang tak pernah kenyang, "Dalam pola duduk zazen, pikiran dan badan Anda memiliki kekuatan yang agung untuk
dan merasakan tindasan para tiran dan perbudakan dari yang sangat kuat. menerima segala sesuatu sebagaimana adanya, apakah berkesesuaian ataupun tidak
Namun, kutetap kuat melakukan pertempuran bersama hari-hari. berkesesuaian."
Semua ini telah kudengar dan saksikan, Non-Dualisme
dan aku tetap seorang anak. Dalam Prajna Paramita Sutra, terdapat pernyataan, "Bentuk adalah kosong dan kosong adalah
Dalam kebenaran kan kudengar dan saksikan perilaku remaja, bentuk yang berisi." Tetapi apabila kita tidak mampu memisahkan bentuk dan isi tersebut dan
dan berangkat tua dan mencapai kesempurnaan dan kembali kepada Yang Maha Kuasa. terikat dengan pernyataan tersebut sebagai suatu hal yang terpisah, yang mana kita sebagai
Sutradharma Tj. Sudarman <mailto:sumanpeace@yahoo.com> suatu bentuk disamping pengertian kosong yang ada dalam diri kita, maka hal tersebut masih
To act is to fail; merupakan suatu keadaan yang dualistik. Pada saat kita masih mencoba mengendalikan pikiran
To grab is to lose; pada saat duduk diam, itulah yang disebut " Kosong itu isi, dan isi itu kosong." Namun apabila
To be silent is to master the action. latihan kita pada akhirnya mampu menyatukan diri, secara spontan pikiran mampu terhenti
Melakukan maka akan mengalami kegagalan; dengan sendirinya pada tingkatan kepasrahan yang tertinggi, maka kita telah mencapai apa
Meraub maka akan mengalami kehilangan; yang disebut "Kosong adalah kosong, dan isi adalah isi.", suatu pernyataan yang telah terbebas
Mendiamkan maka akan menguasai perbuatan. dari unsur dualisme. Bila Anda melakukan suatu pekerjaan, yang menjadi tujuan Anda
seluruh dunia ini terbentuk karena pikiran. Bentuk-bentuk tampak luar adalah tidak nyata hanyalah melakukan pekerjaan tersebut. Bentuk adalah bentuk, Anda adalah Anda, dan
(maya), tidak ada yang nyata diluar pikiran kekosongan yang sebenarnya akan Anda sadari dalam latihan ini.
Avalokitesvara Bodhisattva.
"Sukar sekali dikendalikan pikiran yang nakal dan senang mengembara sesuka hatinya. Adalah
baik untuk mengendalikan pikiran, suatu pengendalian pikiran yang baik akan membawa
kebahagiaan." (Dhammapada ,35)

Anda mungkin juga menyukai