Anda di halaman 1dari 3

- Tema besar: Ajaran Buddha yang Universal

- Inti yang ingin disampaikan:


a. Sedikit asal-usul Waisak.
b. Agama Buddha itu universal
- Naskah

Perkenalan dan Pendahuluan:


1. Sapa
2. Salam
3. Pengantar

Yang mulia Bikkhu Sangha,


Yang kami hormati para Atthasilani, rama, ramani.
Yang berbahagia bapak ibu saudara saudari
Terpujilah Sang Buddha, Namo Buddhaya. Semoga kita semua berbahagia,
sukkhi hontu. Salam sejahtera untuk kita semua.
Senang sekali pada hari ini, kami berdua Devin Dinnatha, dan juga Indra Viriya
Rahardjo mempunyai kesempatan untuk berbagi Dhamma pada hari ini. Adapun
topik Dhamma pada hari ini adalah Moderasi beragama membangun
kedamaian.

Seperti yang sudah kita ketahui, Agama Buddha merupakan salah satu dari
enam agama di Indonesia. Sama seperti yang lainnya, Agama Buddha juga
memiliki perayaan, salah satunya adalah Waisak. Waisak adalah perayaan
Agama Buddha di mana terjadi tiga peristiwa penting, yakni lahirnya Pangeran
Siddharta di Taman Lumbini, Pertapa Gotama mencapai penerangan sempurna
di Bodhagaya, dan Sang Buddha mencapai Parinibbana di Kusinara. Ketiga
peristiwa ini, terjadi pada bulan yang sama dalam penanggalan Buddhis, yaitu
Bulan Waisak.

Bapak ibu saudara-saudari yang berbahagia, tahun ini kita memasuki tahun
ketiga pada masa pandemi, semoga kita semua memiliki harapan yang baik
agar pandemi ini segera berakhir. Semoga yang saat ini sedang sakit, dengan
kekuatan kebajikan yang telah dilakukan dan doa dari kita semua dapat
mengkondisikan pada pemulihan dan menjadi sehat kembali. Tahun ini umat
Buddha bisa merayakan Tri Suci Waisak secara langsung dengan protokol
kesehatan yang ketat. Ajaran Buddha yang begitu luar biasa, mengajak kepada
kita semua senantiasa mengembangkan cinta kasih dan kasih sayang kepada
semua makhluk. Sejalan dengan inti ajaran Buddha, yakni “Tidak melakukan
segala kejahatan, Senantiasa mengembangkan kebajikan, dan membersihkan
batin. Inilah ajaran para Buddha.” Ayat tersebut menandakan bahwa Agama
Buddha selalu mengajarkan untuk terus berbuat kebajikan. Tentunya, kebajikan
tersebut dapat berbentuk apapun asal tidak merugikan diri sendiri maupun
makhluk lain dan sesuai dengan Ajaran Buddha.
1. Agama Buddha memiliki suatu norma dan panduan bagi kita semua dalam
berkegiatan sehari-hari. Norma dan panduan tersebut sering kita sebut
dengan “Pancasila Buddhis”. Pancasila Buddhis terdiri dari 5 hal, yaitu
pantang membunuh, pantang menucuri, pantang berbuat asusila, pantang
berbohong, dan pantang mengonsumsi makanan/minuman yang dapat
melemahkan kesadaran. Selain Pancasila Buddhis, kita juga diharapkan
dapat mengembangkan Pancadhamma, yakni dengan mengembangkan cinta
kasih dan kasih sayang, mengembangkan pencaharian benar,
mengembangkan penahanan diri dari hal-hal buruk, mengembangkan
kejujuran, dan mengembangkan kesadaran benar.

2. Ada banyak contoh pada kehidupan di zaman Buddha yang mengembangkan


Pancadhamma. misalnya kita mengenal hartawan Anatapindika. Beliau
adalah salah satu penyokong di zaman Buddha yang sangat baik hati. Bukan
hanya berdana, namun juga memiliki mata pencaharian yang baik, mampu
menahan diri dari hal-hal yang buruk, jujur, dan senantiasa mengembangkan
kesadaran benar. Begitu juga dengan penyokong lainnya seperti dengan
Visakkha, seorang perempuan yang baik hati dan teguh dalam sila dan
pengembangan pancadhamma dalam kesehariannya.

3. Bapak ibu saudara saudari yang berbahagia, kalau kita mengembangkan


Pancadhamma, maka sesungguhnya kehidupan kita akan menjadi baik,
bukan hanya untuk diri kita tetapi juga untuk orang lain. Dasar dari semua itu
adalah cinta kasih yang universal. Cinta kasih universal yang dimaksud
adalah mengembangkan cinta kasih untuk semua makhluk tanpa
membeda-bedakan jenis, suku, ras, dan juga agama. Indonesia adalah
negara yang beragam dan memiliki perbedaan yang sangat banyak, sehingga
membanggakan dan memaksakan agama sendiri ke orang lain adalah
tindakan negatif yang harus kita hindari.

4. Bapak ibu saudara saudari yang berbahagia, tentunya, tidak ada satupun
orang yang diperbolehkan untuk memaksa orang lain untuk memercayai
agamanya. Begitu pula dengan Agama Buddha. “Ehipassiko” sebuah kata
yang sudah sangat tidak asing bagi kita semua memiliki arti “Datang, lihat,
dan buktikan”. Sang Buddha sendiri tidak memaksakan kita semua untuk
memercayai ajaran-Nya. Namun, kita perlu bukan hanya mempelajarinya,
tetapi kita juga berupaya mempraktikannya. Selain itu, kita sebagai umat
Buddha, berusaha menghormati agama yang lain, agar terciptanya kehidupan
moderasi beragama yang baik dalam membangun kedamaian di negeri
tercinta kita, Indonesia!
5. Bapak ibu saudara saudari yang berbahagia, dalam anguttara nikaya,
terdapat empat cara dalam membangun kedamaian yang kita sebut cattu
sanghavatthu, yakni:
1. Dana => bantu menolong
2. Piyavaca => ucapan lemah lembut, tidak menyakiti orang lain
3. Atthacariya => tahu melakukan hal-hal yang bermanfaat, tidak melakukan
yg tidak bermanfaat
4. Samanatata => mampu membina diri ke arah yang lebih baik.

Penutup:
Bapak ibu saudara saudari yang berbahagia, marilah kita bersama-sama
mengembangkan cinta kasih dan kasih sayang kepada semua makhluk dengan
senantiasa memiliki semangat dalam mempraktikan ajaran Buddha sesuai
dengan Dhammapada Bab II ayat 25, yakni “Dengan usaha tekun, semangat,
disiplin, dan pengendalian diri, hendaklah orang bijaksana membuat pulau bagi
dirinya sendiri, yang tidak dapat ditenggelamkan banjir.”

Demikianlah apa yang kami sampaikan. Selamat hari Tri Suci Waisak. Semoga
kita semua berbahagia, semoga semua makhluk berbahagia, sadhu sadhu
sadhu.

Anda mungkin juga menyukai