Kelas : X PASRAMAN
TUGAS NARASI
Yang kedua, ialah salah satu contoh penerapan masa Bhiksuka yang ada
disekitar rumah saya yaitu seorang Ustadz, dikenal dengan nama Ustadz Najan,
ia merupakan salah satu Ustadz yang sangat dikenal oleh warga sekitar saya.
Beliau berumur sudah 50 tahun ia memutuskan untuk menjadI Ustadz
dengan gelarnya sejak umur 45 tahun dan ia sangat melakukan kewajibannya
dengan baik pada masa bhiksuka ini, dimana kegiatan beliau setiap harinya
adalah beliau selalu menyebarkan ajaran kesusilaan, kesucian dan keagamaan
yang baik dan benar melalui kegiatan pengajian dengan warga sekitar
diberbagai tempat.
Ia juga selalu melakukan puasa ramadhan yang dimana pada umat
beragama islam wajib hukumnya untuk dilakukan oleh Ustadz, serta pahalanya
tidak terkirakan, kadang kala jika di daerah sekitar warga diadakan acara
pengajian beliau akan selalu datang untuk memberi ilmu dengan ikhlas pada
warga-warga tanpa adanya pemberian imbalan berupa materi atau non
materil, dan memimpin pengajian yang akan dilaksanakan oleh warga sekitar
secara bersama- sama.
Beliau menghabiskan sisa masa hidupnya dengan selalu menyebarkan
ajaran keagamaan agar manusia bisa melaksanakan kehidupan mereka tanpa
dilandasi rasa kebingungan dan tersesat, ia menghindari berbagai macam
larangan karena dianggap akan membawa pada keburukan sama seperti
kewajiban yang dijelaskan pada masa Bhiksuka yaitu seseorang bhiksuka
mampu menundukkan musuh-musuhnya diantaranya yaitu perilaku
kebingungan, kemabukan, hawa nafsu, iri hati, mengamuk, memperkosa,
memfitnah, membakar milik orang lain dan bahkan dalam hal-hal kecil untuk
bersikap terhadap orang lain atau menghadapi sesuatu.
Cara - cara menghindari perilaku tersebut akan ia ajarkan kepada
seluruh warga sekitarnya untuk menyebarkan ajaran kesusilaan yang baik, dan
menghindari adanya perselisihan atau bahkan kesalahpahaman. Selain Hal
tersebut Beliau juga melakukan dzikir yang diartikan dalam agama islam adalah
pujian untuk Tuhan (Allah) karna mempunyai sifat Asmaul Husna. Beliau
melakukan dzikir setiap hari dan selalu pada waktu yang tepat yaitu sehabis
solat dan sehabis solat subuh yang dimana sangat dianjurkan dalam
kepercayaan agamanya.
Sebagai Ustadz beliau juga memimpin pada saat acara pernikahan salah
satu warganya, karena itu merupakan salah satu kewajibannya sebagai seorang
Ustadz agar pernikahannya berjalan dengan lancar, resmi dan juga sah. Saat
pemakaman juga Ustadz Najan akan memimpin acara yang sedang
berlangsung, jika diibaratkan sama halnya seperti Pemangku yang ada di Bali.
Beliau adalah Ustadz yang sangat bijaksana tidak mudah terpengaruh
(terombang - ambing) oleh gelombang kehidupan ke duniawian. Dapat
dikatakan bahwa peran beliau sangat berpengaruh dalam mengayomi,
mengajarkan, mendidik sekaligus membina dan membimbing dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak kepada santrinya dan warganya agar menjadi
generasi yang shaleh dan akram, dan akan meneruskan ajaran kesucian kepada
sesama umatnya.
Beliau juga selalu memberikan perawatan spiritual kepada komunitas
Muslim dan mengorganisir untuk membangun semangat dan komunitas
Muslim yang aktif. Dalam kegiatannya sehari hari Beliau bisa memberikan
khotbah untuk mendorong kerohanian dan memberikan kenyamanan warga
yang membutuhkan.
Beliau mengatakan bahwa hendaknya kita bisa sepenuhnya akan
terlepas dari ikatan keduniawian jika sudah berumur, dan lebih baik jika
menyebarkan ajaran kesucian atau berbuat amal pada anak-anak santri, agar
bisa merasakan kedamaian dan ketenangan batin. Ustadz Najan terus
memfokuskan dirinya untuk menyebarkan ajaran kebaikan agar semua
umatnya tidak hilang arah bahkan hingga melakukan hal yang tidak boleh
dilakukan (tidak baik).
Kisah seorang Ustadz Najan ini sudah sangat melaksanakan kewajiban
sebagai seorang Ustadz yang benar di masa Bhiksuka, dimana ia selalu
menyebar ajaran kesucian, kemudian menghindari segala macam larangan
yang ada pada agamanya, dan tidak menerima imbalan berupa uang saat
melakukan pengajian (memberi ilmu dan nasihat secara ikhlas). Walaupun
dalam kehidupannya ia sebenarnya masih bertanggung jawab terhadap
keluarganya sebagai seorang suami yaitu menafkahi istri dan anak-anaknya.
Beliau dalam masa Bhiksukanya selalu mengabdi kepada Tuhan Yang
Maha Esa (Allah) dan tidak pernah menentang ajarannya ataupun
mempercayai aliran sesat seperti kepercayaan tidak adanya tuhan ataupun
pengikut pengikut satanis. Melalui hal tersebut Ustadz Najan secara tidak
langsung menimbulkan kebahagian dan ketentraman pada warga sekitar saya
ataupun pengikut-pengikutnya.
Ustadz Najan mengatakan Dengan melaksanakan semua kewajiban itu
dengan baik beliau akan mendapatkan pencerahan hingga nanti tiba akhir
hayatnya. Dan pada dasarnya Ustadz jika sudah melaksanakan kesemua hal
tersebut tugasnya akan tuntas dan selesai sebagai bekal pada akhiratnya nanti.
Dimana Ustadz Najan juga berbicara bahwa ia memang lebih
mementingkan akhirat nya dari pada keduniawian namun ia juga tidak lupa
pada Tanggung jawabnya sebagai seorang Ayah untuk menafkahi Istri dan
anak-anaknya dirumah. Jadi terlihat sedikit perbedaan yaitu dimana bahwa
Ustadz Najan memang melaksanakan kewajibannya dalam Bhiksuka namun
satu yang berbeda pada kepercayaan di agamanya yaitu bahwa walaupun itu
telah memasuki masa bhiksuka atau ingin hanya menyebarkan ilmu dan
kesucian bukan berarti ia akan lepas tanggung jawab terhadap keluarganya.
Dimana jika pada Masa Bhiksuka di Agama Hindu seseorang sudah
terlepas pada ikatan keduniawian dan terlepas pada tanggung jawabnya baik
sebagai kepala keluarga ataupun yang lainnnya.
Dari kedua contoh tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan
Masa Wanaprasta dan Bhiksuka sebenarnya juga ada yang melakukan disekitar
warga kita, dimana walaupun mereka adalah seseorang yang bukan beragama
Hindu melainkan bisa beragama islam seperti Ustadz dan juga beragama
Buddha, namun sebenarnya tujuan hidup penerapan mereka pada masa
diumur 60 tahun keatas itu sama, yaitu untuk selalu menyebarkan ajaran
kesusilaan, kesucian dan mencari ketenangan batin (rohani), agar bisa
mencapai moksa, dan juga pencerahan serta kedamaian.