Anda di halaman 1dari 5

WARNA-WARNI KEHIDUPAN BERAGAMA

“Tidak kenal maka tidak sayang.” Demikianlah bunyi peribahasa yang berlaku tidak
hanya pada organisasi, termasuk juga pada agama. Agama merupakan pondasi kehidupan
sekaligus pengarah bagi setiap pemeluknya. Kata agama secara Etimologi berasal dari bahasa
Sanskerta “a” berarti tidak dan “gama” berarti kacau. Jadi dapat disimpulkan bahwa agama
berarti tidak kacau. Agama bertujuan untuk menjadikan tatanan (aturan) yang berasal dari
Tuhan, dimana hal tersebut mampu menuntun manusia menjadi seseorang yang berakal dan
berusaha mencari kebahagiaan, baik di dunia ataupun di akhirat.
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai keberagaman, seperti halnya
keberagaman agama. Pemerintah Indonesia mengakui bahwa terdapat ada enam agama resmi
di Indonesia yaitu agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Salah satu
agama mayoritas di Indonesia adalah agama Islam. Agama Islam beribadah di Masjid. Masjid
merupakan tempat sujud umat muslim kepada Allah SWT. Masjid pertama kali dibangun di
dunia ialah Masjid Quba. Saat itu Rasuluallah SAW dalam perjalanan hijrah dari Mekkah
menuju Madinah, kemudian Nabi mendirikan Masjid untuk pertama kalinya di
perkampungan Quba. Masjid yang dibangun pada 8 Raibul memiliki sejarah penting bagi
perkembangan umat muslim. Dari situ tersebarlah Masjid ke seluruh dunia sampai ke tanah
Batak khususnya kota Tarutung. Termasuk Masjid Raya Al Jihad Raja Oppu Bindu
Hutagalung. Masjid Al Jihad merupakan Masjid tertua yang berada di kota Tarutung tepatnya
di kampung Melayu Hutagalung. Masjid ini berdiri pada tahun 1812. Kata Al Jihad sendiri
memiliki arti “Penuh Perjuangan”. Masjid saat ini dirawat oleh keluarga Ibu Melati
Hutagalung yang tinggal tepat di dekat Masjid tersebut. Masjid tidak tertutup dengan
kedatangan orang-orang yang berasal dari manapun, baik dari luar daerah, luar penduduk
Hutagalung maupun dari luar kota.
Setiap agama tentunya memiliki kepercayaan yang berbeda-beda namun semua
agama mengajarkan tentang kebaikan. Agama memberikan warna yang berbeda dari
keberagaman tersebut. Perbedaan tidak hanya mengandung banyak unsur yang memicu
konflik namun pada hakekatnya perbedaan itulah yang seharusnya menciptakan persatuan,
karena tak dapat dipungkiri bahwa perbedaan itu adalah sebuah anugrah yang harus di jaga
dengan baik. Dalam keberagaman manusia yang berbeda agama tidak harus terpecah belah
dan saling memusuhi satu sama lain. Meskipun Indonesia adalah negara yang kaya akan
perbedaan dan keberagaman, hal tersebut membuat Indonesia tidak rentan terpecah-belah
akibat perbedaan yang ada. Justru dengan keberagaman tersebut mereka saling membantu,
mengayomi, menghargai dan saling berpartisipasi. Islam mengajarkan toleransi, yang jika
merujuk Al-quran toleransi beragama. Toleransi beragama berarti saling menghormati dan
berlapang dada terhadap pemeluk agama lain, tidak memaksa mengikuti agamanya dan tidak
mencampuri urusan agama masing-masing. Dalam kehidupan beragama, perilaku toleran ini
merupakan satu prasyarat yang utama bagi setiap orang yang menginginkan satu bentuk
kehidupan bersama yang aman dan saling menghormati. Seperti yang dilakukan jemaah
Masjid Al Jihad bahwa toleransi antar umat beragama yang mereka lakukan terjalin dengan
baik. Mereka menjunjung tinggi toleransi sehingga terciptanya kerukunan dan kedamaian
antar umat beragama. Walaupun masjid berada di tengah masyaarakat yang mayoritas
Kristen. Buktinya sampai saat ini hubungan umat beragama masih terjalin dengan baik
masyarakat sekitar. Mereka menerapkan kasih dan damai yang merupakan jantung ajaran
agama, karena itu merupakan kebutuhan kemanusiaan perdamaian merupakan komponen
terpenting. Contoh perilaku toleransi agama lain seperti memberikan kesempatan kepada
mereka melakukan ibadahnya, tolong-menolong antar warga ketika melaksanakan hari raya,
dan tidak membeda-bedakan tetangga serta menghargai perbedaan agama. Sikap dan perilaku
toleransi terhadap keberagaman masyarakat merupakan kunci untuk meningkatkan persatuan
dan kesatuan serta mencegah proses perpecahan masyarakat. Contoh lain yang dapat dilihat
dari agama Islam yaitu, dimana agama Islam yang berteman dengan orang yang berbeda
dengan agamanya misalnya agama Kristen, dan tidak pernah melakukan pertikaian atau
pertentangan. Umat Islam diperbolehkan bekerjasama dengan pemeluk agama lain dalam
aspek ekonomi, sosial, dan urusan duniawi lainnya. Namun pada situasi dewasa masih ada
ditemukan tentang agama Islam yang memiliki sifat panatik, baik dari makanan bahkan
hubungan pertemanan dan persaudaraan yang dilakukan. Sebagian dari mereka hanya ingin
berteman dengan satu keyakinan saja. Bukan hanya itu ada juga mereka yang membedakan
makanan yang halal dan tidak halal. Hal ini dapat membuat munculnya kritikan-kritikan
bahwa agama Islam adalah agama intoleran, deskriminatif dan ekstrem sehinggaj munculnya
permasalahan antar umat beragama. Oleh karena itu sangat diperlukan kesadaran bertoleransi,
khususnya toleransi beragama yang tinggi untuk saling menghargai guna menciptakan
kehidupan yang tentram dan damai dalam kehidupan.
Keberagaman dalam kehidupan ini sangatlah berpotensi negatif dan positif tetapi
walaupun demikian hal positif serta negatif dapat dinetralisir dengan kesadaran itu sendiri.
Kesadaran terbentuk dari cara beripikir serta ajaran pengamatan yang diterima seseorang.
Jikalau yang diajarkan negatif maka hasilnya tentu perilaku negatif begitu juga sebaliknya
jika yang diajarkan positif maka hasilnya perilaku positif. Sama halnya seperti ajaran untuk
selalu bertoleransi tinggi, dengan tidak membedakan teman serta selalu merasa saling
memiliki kehidupan bermasyarakat. Maka ajaran tersebut dapat menjadikan sesorang berpikir
untuk saling bertoleransi memiliki rasa untuk bertanggung jawab, menjaga, dan rasa saling
melengkapi dalam hidup. Agar keberagaman menjadi suatu keindahan dan menjadi daya tarik
bagi negara Indonesia.
Selain memiliki toleransi yang tinggi, hal menarik perhatian yang dapat dilihat dari
agama Islam yaitu ketaatan mereka dalam ibadah yaitu shalat lima waktu. Ibadah merupakan
potret moralitas hamba Allah yang tunduk dan patuh kepada semua perintah-Nya. Ibadah
merupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian terhadapnya, karena ibadah itu tidak
bisa dimain-mainkan. Dalam Islam ibadah harus berpedoman pada apa yang telah Allah
perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad berupa kitab suci Al-Quran
dan segala perbuatan, perkataan, dan ketetapan Nabi. Dalam peribadahan yang dilakukan
oleh umat muslim banyak sekali hal yang sangat menarik karena mereka sangat taat
melakukan ibadah dan ibadahnya pun sangat tersusun. Ketaatan ibadah berhubungan dengan
perilaku sosial dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai pemberi ketenangan, rasa
terlindungi dan rasa cinta kasih terhadap sesama. Hal sederhana yang dapat dijadikan contoh
dalam kehidupan seperti melaksanakan peribadahan di jam-jam yang telah disusun.
Bagi mereka ibadah itu adalah wajib dilakukan kapanpun dan dimanapun berada.
Shalat dapat dilakukan di Masjid mana pun yang ditemui. Tidak ada yang dapat menghalangi
seperti pekerjaan, perjalananan. Saat berpergian atau liburan tidak lupa untuk membawa
perlengkapan yang dibutuhkan untuk shalat seperti sajadah, sarung, mukena, kopiah, tasbih,
dan Al-Quran. Hal ini sangat menarik, tidak hanya itu bahkan saat sakit sekalipun mereka
wajib untuk melaksanakan ibadah tetapi dengan cara yang berbeda, karena shalat itu
merupakan sumber cahaya kekal baik di dunia ataupun di akhirat. Ibadah shalat merupakan
salah satu cara berkomunikasi dengan Allah SWT untuk memohon petunjuk dan meminta
ampun segala salah dan khilaf. Dengan aktif melakukan shalat berarti aktif berkomunikasi
dengan Allah SWT. Hal demikian akan mengingatkan kita kepada Allah kapanpun dan
dimanapun kita berada yang pada gilirannya dapat mengendalikan segala amal perbuatan.
Melakukan shalat dengan sungguh-sungguh akan menghindarkan dari perbuatan yang tidak
disukai Allah. Jika tidak dilakukan dan sengaja tidak dilakukan maka ia akan berdosa, karena
itu merupakan hukum wajib. Manusia yang bergelimang dosa yang tidak pernah melakukan
shalat. Akibatnya mereka tidak pernah ingat kepada Dzat Yang Maha mengadili dan tidak
menyadari bahwa setiap amal dan perbuatannya akan dimintai pertanggungjawabannya kelak
di akhirat.
Islam juga berpendapat bahwa pahala ditentukan dari sejauh mana kaki melangkah
untuk pergi melaksanakan shalat. Mengapa demikian? karena Allah melihat bagaimana
kerelaan hati dan niat umatnya untuk melakukan shalat. Ternyata dalam agama Islam ibadah
memiliki waktu tertentu juga dalam mendapatkan pahala yaitu shalat di waktu subuh atau
pagi hari. Pagi hari dapat dijadikan tempat untuk membangun kebiasaan berproduktivitas
yang amat baik serta awal kesuksesan kegiatan yang dilakukan dalam satu hari penuh. Ibadah
pada waktu subuh sesorang diuji bagaimana memberikan hati dan waktu untuk bangun dari
tidurnya mengucap syukur kepada sang pencipta-Nya. Dimana pagi hari adalah waktu pulas
dalam tidur dan bermalas-malasan tetapi umat muslim tidak melewatkan waktu beribadah
yang ditentukan itu. Dalam perspektif umat Kristiani juga ada yang memilih waktu pagi ini
adalah waktu yang tepat untuk berdoa. Karena melihat suasana pagi yang tenang, dapat
memberikan kenyamanan hati dan pikiran yang masih bersih. Peribadahan yang dilakukan
pada pagi hari sebenarnya juga memberikan dampak yang besar bagi kesehatan mental dan
fisik dengan cara mengendalikan emosi dalam sebuah permaslaahan kehidupan. Selesai
melakukan ibadah juga ada waktu tidak merasakan kebisingan dan segala aktivitas hiruk
piruk manusia dipadatnya hari, waktu yang baik untuk menghirup udara segar karena belum
ada pencemaran udara seperti polusi.
Dari hal tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan bahwa ibadah itu sangatlah
penting untuk dilaksanakan karena dapat memperkuat keyakinan kepada sang pencipta dan
sebagai bukti pengabdian serta rasa terimakasih kepada-Nya. Tujuan penciptaan manusia di
dunia, tidak hanya untuk bermain-main, bercanda gurau, dan tanpa tujuan. Setiap muslim
menyadari benar tujuan hidup adalah untuk beribadah kepada sang pencipta. Karena itu,
begitu semarak syair-syair ibadah dilakukan di berbagai tempat dalam komunitas umat Islam,
mulai dari shalat puasa, zakat, haji, dan lain sebagainya. Namun tentunya semua itu
dilakukan harus dengan ikhlas dan benar.
Tetapi ada banyak manusia menganggap bahwa ibadah hanya sebagai formalitas atau
pencitraan saja bahkan ada pula orang menganggap ibadah itu tidak penting dilakukan.
Manusia lebih mengejar keinginan duniawi, sibuk melakukan pekerjaan masing-masing
sehingga melupakan ibadah yang merupakan sebuah kewajiban. Hal tersebut tidak baik untuk
dilakukan, justru sebagai manusia yang beragama harusnya dapat memberikan contoh yang
baik kepada masyarakat lain sama seperti agama Islam. Mengutamakan ibadah dibandingkan
segala hal yang pantas dikagumi dari mereka. Hal ini dapat sebagai contoh untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Menjadikan ibadah sebagai hal utama karena ibadah sebagai
bukti ungkapkan rasa terimakasih dan pengabdian kepada Tuhan yang sebagai sumber
kehidupan.
Berbagai kejahatan dan kekerasa sosial yang semakain banyak dijumpai akhir-akhir
ini adalah akibat kesalahan manusia itu sendiri yang selalu bergelimang dengan dosa. Mereka
melakukan shalat bukan karena ikhlas kepada Allah, namun hanya disadari niat dunia semata
karena ingin mendapat pujian dari orang lain. Itu tidak akan mendatangkan kemanfaatan apa-
apa bagi orang yang melakukannya. Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu tergantung
pada niatnya. Bisa saja suatu pekerjaan tampak baik, tetapi manakala niat mengerjakaannya
buruk, maka akan memperoleh hasil yang buruk pula. Sebaliknya, siapapun tidak boleh
melakukan pekerjaan buruk diniati untuk memperoleh kebaikan. Jika kita melihat perspektif
Kristiani terdapat dalam kitab Kolose 3:23 “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah
dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” Artinya melakukan
sesuatu bukan sebagai pencitraan saja agar baik dilihat mata orang banyak. Namun
melakukan dengan kesungguhan hati dan niat masing-masing. Sebagai rasa syukur kepada
Tuhan, hendaknya manusia juga sadar diri untuk beribadah kepada Sang Pencipta Langit dan
Bumi beserta isinya dan memperhatikan jenis-jenis ibadah yang dilakukan dengan baik dan
benar. Agama Islam melakukan ibadah untuk mencapai satu tujuan yang mana tujuannya
mendapat kedamaian dan keselamatan di dunia akhirat.
Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian terhadapnya, karena
ibadah itu tidak bisa dimain-mainkan. Ibadah harus berpedoman pada apa yang telah Allah
perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad berupa kitab suci Al-Quran
dan segala perbuatan, perkataan, dan ketetapan Nabi. Beribadah membuat kesejukan hati,
serta menambah rasa tenang dan bersyukur selalu. Peribadahan dalam agama muslim pun
sangat mengutamakan kebersihan, karena kesucian itu sangat penting. Contohnya dalam hal
berwudhu. Semua harus dibersihkan terlebih dahulu hingga ke ujung kaki. Hal ini
menjadikan manusia sadar akan betapa pentingnya membersihkan diri terlebih dahulu untuk
bersujud menyembah dan beribadah kepada sang pencipta-Nya.
Akhirnya, melihat dari aspek niat itu saja, yang harus dilakukan dengan tepat, maka
sebenarnya semua kegiatan akan selalu ada relevansinya dengan Islam. Artinya Islam harus
dihadirkan di dalam semua jenis kegiatan sehari-hari. Islam tidak hanya menjawab persoalan
ritual atau melihat sesuatu dari aspek fiqihnya, melainkan akan menjawab berbagai persoalan
luas secara tidak terbatas yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari oleh siapapun,
dimanapun, dan kapanpun. Maka sebuah proyek disebut telah dikerjakan secara Islami
manakala diawali dengan niat yang tepat, jujur, sabar, ikhlas, istiqomah, memilih pendekatan
atau cara terbaik, hingga akhirnya pekerjaan itu disebut sebagai amal shaleh.
Seperti kata bijak “semakin banyak yang diketahui maka semakin banyak pula yang
belum diketahui.” Oleh karena itu jangan pernah puas untuk terus mencari tau tentang sesuatu
yang dapat menambah wawasan serta bermanfaat bagi kehidupan. Khususnya tentang agama,
agar dapat mengetahui tentang warna-warni kehidupan umat beragama. Sehingga, manusia
dapat mengaplikasikan perilaku menjaga hubungan antar sesama dengan sebaik-baiknya, tak
terkecuali terhadap orang lain yang tidak seagama, atau yang lazim disebut dengan istilah
toleransi umat beragama. Sebagai rasa syukur kepada Tuhan, hendaknya manusia juga sadar
diri untuk beribadah kepada Sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya dan
memperhatikan jenis-jenis ibadah yang dilakukan dengan baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai