Septya Adinda
Mahasiswa UIN Walisongo Semarang Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik
TERVERIFIKASI
FOLLOW
Berbicara tentang agama memerlukan suatu sikap yang ekstra hati-hati. Sebab agama merupakan
persoalan sosial, tetapi penghayatannya sangat bersifat individual. Apa yang dipahami dan apa yang
dihayati sebagai agama oleh seseorang sangat tergantung pada keseluruhan latar belakang dan
kepribadiannya. Hal itu seantiasa membuat adanya perbedaan tekanan penghayatan dari satu orang ke
orang lain dan membuat agama menjadi bagian yang sangat mendalam dari kepribadian atau privasi
seseorang. Maka dari itu agama senantiasa bersangkutan dengan kepekaan sosial.
Selain itu agama merupakan pedoman hidup dan menjadi tolok ukur yang mengatur tingkah laku
penganutnya dalam kehidupan sehari-hari. Baik atau tidaknya tindakan seseorang tergantung pada
seberapa taat dan seberapa dalam penghayatan terhadap agama yang diyakini. Agama berperan sangat
penting dalam mengatur kehidupan manusia dan mengarahkannya kepada kebaikan bersama. Untuk
memperoleh pemahaman tentang peranan agama lebih jauh lagi, Abul Qosim Al-Khu'i, penulis buku
Menuju Islam Rasional mengatakan, pada dasarnya kita membutuhkan agama dikarenakan agama
mampu melestarikan hubungan yang baik dan harmonis antar manusia. (Nazwar, 2016)
Secara lebih terperinci, pentingnya peran agama dalam kehidupan manusia dapat dipahami dalam poin-
poin berikut: Pertama, agama menghidupkan nilai luhur moralitas. Diturunkannya agama kepada
manusia mempunyai agenda menghidupkan moralitas dalam rangka mengatur kehidupan manusia.
Agama sangat mendukung nilai luhur yang menyeru kepada prinsip kebaikan, seperti keadilan,
kejujuran, toleransi, dan tolong-menolong.
Dalam proses kehidupan yang dijalani manusia, agama sangat mendukung untuk tindakan kebaikan.
Artinya, agama tidak hanya memberikan nilai-nilai yang bersifat moralitas, namun juga menjadikannya
sebagai fondasi keyakinan. Agama mensyarakatkan moralitas sebagai bagian iman secara keseluruhan.
Tak hanya moralitas yang ditekankan agama bersifat mengikat kepada setiap penganutnya.
Abul Qosim Al-Khu'i menegaskan, tanpa bantuan agama, dapat dipastikan bahwa nilai-nilai kebajikan
atau moralitas tersebut niscaya akan kehilangan maknanya dan akan menjelma menjadi serangkaian
nasihat belaka yang bersifat tidak mengikat. Dengan kata lain, nilai-nilai tanpa makna hanya bercorak
nasihat tidak lebih dari sekedar anjuran atau seruan belaka, misalnya, diucapkan seorang sahabat karib
kita, sementara kita sendiri bebas untuk menerima atau menolaknya.
Kedua, agama memberi kekuatan dalam menanggung penderitaan hidup. Agama menghidupkan
kekuatan dalam diri manusia untuk mampu menghadapi pelbagai penderitaan hidup dan berperan
sebagai benteng kokoh yang melindunginya dari serangan keputusasaan dan hilangnya harapan. Berkat
keimanan yang kuat dan keyakinan bahwa Allah pasti memberi pertolongan, setiap masalah yang
muncul dan setiap jalan buntu yang ditemui dalam kehidupannya dapat dipecahkan dan diatasi. Alhasil,
ia akan mampu menghindar dari rongrongan keputusasaan dan kesia-siaan. (Nazwar, 2016)
Jadi, selain peran iman sebagai kekuatan pendorong/motivasi, tetapi juga merupakan faktor yang
memungkinkan manusia sanggup menghadapi dan menanggung cobaan hidup dengan penuh ketegaran
dan menyelamatkannya dari kepahitan akibat kegagalan dan kekecewaan yang alami. Ketiga, agama
menjadi pegangan dan pedoman hidup. Al-qur'an merupakan pedoman hidup yang tidak pernah
berubah setiap zaman. Meskipun terdapat berbagai perbedaan tafsiran dalam memahaminya, namun
tidak pernah ada perubahan dalam kitab suci yang diyakini kebenarannya tersebut.
Pada faktanya, manusia tidak dapat hidup tanpa adanya pegangan atau pedoman yang menjadi acuan
dalam hidup. Karenya, ia akan cenderung berusaha mengisi hidupnya dengan cara dan jenis pedoman
hidup apapun, meski pedoman tersebut beserta nilai-nilai yang dikandungnya itu keliru dan
menyesatkan. Pada saat itu, kehidupan intelektualnya tidak diisi dengan keyakinan yang masuk akal dan
ajaran yang sehat. Dalam keadaan demikian, agama dapat menjadi pegangan hidup dan intelektual
dengan ajaran yang sehat dan mampu menyelamatkan seseorang dari dorongan kecenderungan ke arah
kesia-siaan dalam menjalani kehidupan.
Keempat, agama mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Selain memberikan pedoman hidup yang
bersifat spiritual, agama juga mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Keyakinan agama mengajarkan
kepada manusia bahwa pengetahuan tak terbatas merupakan sumber dari keteraturan alam yang
berlaku di jagat raya ini (yang menjadi dasar dari teori ilmu pengetahuan), yang diibaratkan sebagai
sebuah buku maha besar yang dikarang seorang sarjana yang sangat cerdas. Setiap halamannya yang
berisi serangkaian paragraf dan kalimat, mengandungi cahaya kebenaran yang mendorong kita untuk
mempelajari dan merenungkannya. (Nazwar, 2016)
Kelima, agama sebagai integrator (menyatu padukan), baik individual maupun sosial, dalam arti bahwa
agama mengintregasikan dan menyerasikan segenap aktivitas manusia, baik sebagai perseorangan
maupun anggota masyarakat, yaitu integrasi dan keserasian sebagai insan yang taqwa kepada Tuhan
yang Maha Esa, serta integrasi dan keserasian antara manusia sebagai makhluk social dalam
hubungannya dengan sesama dan lingkungannya. Dengan kata lain, integrasi dan keserasian antara
mengejar kebaikan dunia dan akhirat.
Keenam, agama sebagai sublimator (memperindah) agama menyandukan dan mengkuduskan segala
perbuatan manusia, sehingga perbuatan manusia, bukan hanya yang bersifat keagamaan saja, tetapi
setiap perbuatan dijalan kan dengan tulus ikhlas dan penuh pengabdian karena keyakinan agama,
bahwa segala pekerjaan yang baik merupakan bagian pelaksanaan ibadah insan terhadap Sang pencipta
atau al-kholiqnya atau Tuhan Yang Maha Esa.
Pada hari Minggu tanggal 22 Oktober 2017 kami melakukan wawancara dengan Pendeta Protestan di
GKI Cipinang Indah. Kami mewawancari bapak Pendeta Suryadi Niman. Dengan pertanyaan dan
jawaban sebagai berikut :
Menurut saya, toleransi nya cukup baik, hanya saja jangan pakai indikatornya di Jakarta. Di daerah itu
tidak seperti di Jakarta, di Jakarta mungkin ada kepentingan-kepentingan tertentu tapi di Indonesia
masih cukup baik.
Saya tidak melihat muslim atau bukan tapi saya melihat pertama, politik di suatu negara berbeda beda.
Saya tidak tau politik yang sebenarnya, jadi kalau mau tau, mungkin dicari dulu tentang politiknya
sehingga jelas tapi secara umum jikalau ini sasarannya adalah suku atau sebagainya ini bukanlah jadi
kasus agama tapi jadi kemanusiaan. Manusia siapapun agamanya harus dibela bukan karena agama nya
tapi manusia nya.
Di satu sisi kita menghargai kedaulatan sebuah negara tetapi di satu sisi yang lain sebagai anggota PBB
yang walaupun hak dan wewenang ada di sebuah negara tetapi ada aturan umunya, dalam PBB biasanya
ada macam-macam organisasi ada yang mengatur HAM. Seandainya hanya dilakukan penyingkiran
tanpa pembunuhan dan sebagainya menurut saya itu memang hak mereka tetapi jika sudah dilakukan
pembunuhan, pemusnahan suatu kaum, terlepas dari agamanya, kemanusiaan harus diperhatikan.
Kalau saya toleransi, orang tua saya awalnya muslim masuk kristen, Jadi kalau lebaran kami pergi ke
sana, sebaliknya kalau natal kami buka rumah. Jadi soal toleransi bagi kami tidak masalah hanya saja ada
saja yang menghembus-hembuskan tetapi kami tetap dapat undangan jika ada acara di masjid kami
tetap masuk, tidak diusir. Toleransi bagi kami tidak masalah.
Menurut ajaran yang di anut di dalam kitab ada tidak yang menerangkan tentang toleransi?
Di Matius 7:12, Yesus mengatakan segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat
kepadamu perbuatlah demikian juga kepada mereka itulah isi seluruh hukum taurat dan kitab para nabi.
Nah, disempurkan oleh Yesus, kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Jadi kita tidak melihat
agamanya, latar belakangnya, kita melihat bahwa bentuk toleransi nya ada karena kita sesama ciptaan
Tuhan. Di Matius 7:12 ini lebih umum, segala sesuatu tetapi Yesus menyempurnakannya dalam kasih.
Saya hanya ingat keputusan PGI mengenai toleransi beragama, bahwa kita sebagai orang percaya, orang
Kristen, berkata demikian “Kita hanya percaya Juruselamat Yesus Kristus, tetapi saat yang bersamaan
kita tidak bisa membatasi karya Allah dalam menyelamatkan manusia.” Menurut saya orang Kristen ya
hanya percaya Yesus satu-satunya, tetapi saat itu juga kami sadar Tuhan punya cara yang tidak bisa kita
batasi. Kami tidak bisa menghakimi orang lain karena Tuhan tidak dapat kami kekang, kami tutup untuk
menyelamatkan manusia.
Kebiasaan sebenarnya banyak. Kita kan sekarang ada media sosial, satu jangan kita bicarakan soal
agama karena ini bukan perdebatan jadi artinya usahakan dengan maksud grup ini dibuat untuk
mengakrabkan, jadi jangan sedikit-sedikit menyinggung agama, juga politik. Itu dalam media massa,
selanjutnya dalam perkataan sehari-hari juga jangan lalu jangan membuat semacam kelompok yang
terpaku pada agama itu akan membuat orang punya pikiran buruk. Usahakan kelompoknya bercampur.
Kalian adalah mahasiswa yang harus berpikiran luas, berpikir bebas untuk menyatakan masa depan jadi
jangan dikotak-kotakan. Kemudian perbuatan kita, kita tidak memilah-milah, jangan karena seiman kita
baik lalu dengan yang lain tidak, jangan seperti itu.
- Kepercayaan yang dianut oleh seseorang atau pribadi yang sangat hakiki didalam berhubungan
dengan Tuhannya.
ini?
- Indonesia adalah Negara kepulauan dengan penduduknya yang tersebar disekian ratus pulau
dengan keaneka ragaman adat istiadat yang berbeda satu daerah dengan daerah lainnya, menjadikan
Indonesia sebuah Negara yang menganut berbagai paham atau kepercayaan dan agama yang berbeda.
Namunpun demikian the founding father Negara kita Indonesia telah menyatukan keaneka ragaman ini
melalui sebuah falsafah persatuan yang kita kenal dengan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda namun
tetap satu.
ini bisa terjadi, dan faktor apa saja yang memicu hal ni
terjadi?
- Pertikaian atau konflik yang dilatarbelakangi agama serinag terjadi karena adanya kepentingan
politik atau kepetingan kelompok orang atau organisasi. Karena dengan melihat sejarah perjuangan
bangsa yang turun temurun saling membantu untuk mencapai negera yang merdeka dan berdaulat
serta berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang sangat menjunjung tinggi nilai2 keramahtamaan,
sebenarnya sangat sulit dipercaya kalau ada pertikaian diantara sesama anak bangsa hanya karena
adanya perbedaan agama.
- Sangat tidak berpengaruh kalau masing-masing menyadari bahwa pada dasarnya kita semua sama
yang adalah ciptaan Tuhan untuk saling mengasihi.
- Terorisme merupakan sebuah akibat dari kurangnya pemahaman atau kurangnya pengertian yg
benar didalam menafsirkan sebuah ajaran agama. Sehingga dengan didasari dengan pengertian yang
salah itulah seseorang rela atau mau melakukan tindakan radikalisme.
apa?
- Jihad adalah sebuah ajaran agama yang bisa direalisasikan dengan berbagai cara misalnya untuk
mengentaskan buta huruf dengan rela dan mau mengajar orang2 yang termajinalkan karena tekanan
ekonomi tidak bisa duduk dibangku sekolah secara formal. Pada prinsipnya jihad adalah melakukan
kehendak Tuhan didalam berbagi kasih antar sesame umat manusia tanpa memandang perbedaan latar
belakang agama, suku dan ras.
- Sangat baik, karena sebagian besar masyarakat sekitar mempunyai latar belakang pendidikan yang
cukup baik.
Pertanyaan terakhir saya ,menurut pandangan Anda
- So far cukup baik, dengan adanya landasan Negara UUD 1945 dan Pancasila serta falsafah Bhinneka
Tunggal Ika merupakan dasar fundamental yang sangat kuat dan kokoh didalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang kita cintai ini.
Pada dasarnya semesta diciptakan tidak hanya untuk satu golongan, jadi sesama suatu golongan tidak
berhak untuk saling menghakimi. Dan jangan memandang agama dengan simbolik. Tidak semua orang
berkerudung beragama islam, tidak semua bangunan berkubah adalah masjid. Agama adalah perihal
keyakinan didalam hati nurani, bukan berdasarkan simbolik yang ada.
Pandangan agama kristen protestan mengenai konflik agama yang ada di Indonesia?
Mengapa kebanyakan konflik di Indonesia selalu berbasis agama? Karena agama belum masuk kedalam
teks kehidupan/realita kehidupan sehingga gampang sekali manusia dipancing mengenai agama. Kita
harus membawa agama terhadap realita kehidupan sehingga kita tidak menganggap orang lain sebagai
strangers didalam hidup kita.
Indonesia terdiri dari berbagai pulau. Pulau-pulau di Indonesia disatukan oleh selat. Begitu juga dengan
agama. Masyarakat indonesia memeluk agama yang berbeda-beda. Seharusnya toleransi itulah yang
bisa menyatukan bangsa indonesia seperti halnya pulau dan selat tadi.