PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Agama pada Prodi Studi Agama-Agama
pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
ABDUL RAJUWANDY RAKHMAT
NIM: 30500118007
PENDAHULUAN
menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini. Hal ini berkaca pada
ideologi Negara yaitu pada Pancasila sila ke tiga yang berbunyi “Persatuan
Indonesia”. Tentu hal ini menjadi dasar kepada seluruh rakyat Indonesia
dan agama tetapi harus tetap saling menghargai untuk selalu menjaga persatuan
Indonesia.
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu" atas dasar undang-undang
ini, semua warga, dengan beragam identitas agama, kultur, suku, jenis kelamin, dan
sebagainya, wajib dilindungi oleh Negara.1 Kemajemukan yang ada di NKRI tidak
hanya terlihat dari beragamnya jenis suku, ras, dan bahasa. Akan tetapi juga terlihat
1
Baidi Bukhori, Toleransi Terhadap Umat Kristiani (Semarang: IAIN Walisongo
Semarang, 2012), h. 1.
1
2
Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Di setiap agama tersebut memiliki
perayaan dan cara ibadah masing-masing. Seperti hal nya yang dikatakan oleh
Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab kita kenal dengan Gus Mus, “perbedaan
adalah hal yang fitri, maka upaya penyeragaman merupakan upaya yang sia-sia”.2
Dari opini beliau dapat kita pahami bahwasannya perbedaan merupakan sebuah
garis takdir dalam kehidupan, khususnya di Indonesia perbedaan agama yang ada
akan tetap terjalin sebagai sikap toleransi antar umat beragama bukan malah sebagai
pemecah belah bangsa. Untuk menciptakan kerukunan tetap terjalin maka harus
Toleransi sendiri berasal dari bahasa arab yaitu “ihtimal, tasamuh” yang
artinya sikap membiarkan, dan lapang dada. Sedangkan toleransi menurut istilah
atau kelompok lain.3 Ada salah satu tokoh yang berkata toleransi merupakan bukan
hanya sekedar menghargai dan tenggang rasa akan tetapi menerapkan sikap saling
mengerti dengan tulus dan memiliki tujuan yang sama untuk menciptakan hidup
perdamaian antar individu dengan yang lainnya.4 Ada pula pengertian utama dari
toleransi merupakan suatu sikap yang aktif didorong oleh pengakuan atas hak-hak
negara.
2
Ahmad Nurcholish, Celoteh Gus Mus (Jakarta: PT Gramedia, 2018), h. 174.
3
Pius A Partanto & M Dahlan, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arloka, 1994), h. 753.
4
Suwardiyamsyah, Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang toleransi beragama, Jurnal Al-
Irsyad, 8(1), (2017), h. 120.
3
agama yang diyakini tanpa memaksakan kehendak orang lain untuk memeluk
agamanya. Agama Islam juga mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain.
Walaupun ada perbedaan dalam hal keyakinan namun masih ada persaudaraan
surat Al-Baqarah/2:256,
ُْ َ َ َ َ ٰ ْ َُْ ُ َّ ُْ َ َْ ُ ْ ُّ َ ََّ َّ ْ َ ْ ْ َ
ِاّلل فق ِد ْاست ْم َسك ِبالع ْر َوة ْۢ ِالرشد ِم َن الغيۚ ف َم ْن َّيكف ْر ِبالطاغ ْو ِت ويؤم
ِ ن ِب الدي ِنِۗ قد تبين َ
ِ ل ٓا ِاك َراه ِفى
ِ
َ َ َ ْ َ ُْْٰ
َ ُ ٰ ام ل َهاِۗ َو
٢٥٦ اّلل َس ِم ْي ٌع ع ِل ْي ٌم الوثقى لا ان ِفص
Terjemahnya:
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas
jalan yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada tagut5 dan
beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat
kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.6
menjalankan agama dengan nyaman dan damai. Setiap masing-masing agama pasti
mengajarkan individu untuk bersikap baik, benar, dan damai antar sesama manusia.
Oleh karena itu sebagai umat yang Bergama hendaknya kita memiliki sikap
toleransi dan berusaha hidup damai dengan para pemeluk agama lainnya. Masjid
semenjak zaman Nabi mempunyai fungsi ganda, sebagai tempat ibadah dan tempat
5
Kata tagut disebutkan untuk setiap yang melampaui batas dalam keburukan. Oleh karena
itu, setan, dajal, penyihir, penetap hukum yang bertentangan dengan hukum Allah Swt., dan
penguasa yang tirani dinamakan tagut.
6
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2013), h. 42.
4
kegiatan sosial kemasyarakatan. Salah satu fungsinya dalam bidang sosial adalah
Bagi umat Islam, masjid (juga mushalla) merupakan sesuatu yang sangat
masyarakat seperti yang dicita-citakan oleh agama. Cita-cita itu adalah terwujudnya
pribadi, keluarga dan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin, bermaktub alam
Al-Qur’an. Oleh karena itu, masjid berperan besar bagi umat dalam melakukan
melalui program kesalehan sosial dan ekonomi yang meliputi semangat dan
diwujudkan dalam pemberian zakat, infak dan sedekah, mempunyai sikap toleran
dengan masjid, maka peran utamanya tidak lain adalah memakmurkan masjid. Ini
berarti, kegiatan yang berorientasi pada masjid selalu menjadi program utama. Di
7
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah (Cet; I, Jakarta:
Kencana, 2013), h. 88.
8
Dalmeri, Revitalisasi fungsi Masjid sebagai Pusat Ekonomi dan Dakwah Multikultural,
Walisongo, 22(2), (2014), h. 324.
5
Remaja masjid merupakan suatu wadah bagi remaja Islam yang cukup
efektif dan efisien untuk melaksanakan aktivitas pendidikan Islam. Remaja-
remaja berkepribadian muslim ini dapat melanjutkan harapan bangsa
menuju cita-cita yang luhur dan berbudi pekerti yang baik sesuai dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945, adalah untuk
menyejahterakan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.9
tidak lain adalah memakmurkan masjid. Ini berarti, kegiatan yang berorientasi pada
keilmuan dan keterampilan anggotanya. Aktivitas remaja masjid yang baik adalah
strategi, metode, taktik dan teknik yang tepat. Untuk sampai pada aktivitas yang
ikut menjamin kestabilan nasional dan harus mampu tampil sebagai unsur pemuda
yang dapat memikul tanggung jawab bangsa dan negara. Dan berkewajiban untuk
9
C. S. T. Kansil, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Jakarta: PT. Pradya
Paramita, 1991)
10
Aslati, Pemberdayaan Remaja Berbasis Masjid, Jurnal Masyarakat Madani, 3(2),
(2018), h. 5-7.
6
1. Fokus Penelitian
bertumpu pada pandangan remaja masjid dan masyarakat terhadap Isu Toleransi
Beragama di Desa Tamanyeleng Kabupaten Gowa. Ada beberapa hal yang menjadi
perhatian khusus terhadap penelitian ini, yaitu pandangan remaja masjid terhadap
Isu Toleransi Beragama dan sikap para remaja masjid terhadap Isu Toleransi
11
Tina Afiatin, Religiusitas Remaja: Studi Tentang Kehidupan Beragama Di Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jurnal Psikologi, (1), (1998), h. 58-59.
7
2. Deskripsi Fokus
a. “Pemuda”, Pemuda, orang yang masih muda; orang muda: harapan bangsa.12
c. “Agama”, Agama berasal dari bahasa Sanskrit. Ada yang berpendapat bahwa
kata itu terdiri atas dua kata, a berarti tidak dan gam berarti pergi, jadi agama
artinya tidak pergi; tetap di tempat; diwarisi turun temurun. Agama memang
berarti teks atau kitab suci. Selanjutnya dikatakan bahwa gam berarti tuntunan.
C. Rumusan Masalah
12
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 975.
13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1204.
8
D. Kajian Pustaka
berbagai konflik dan kasus-kasus intoleran. Dalam hal ini toleransi sangat
pemaksaan dan tekanan terhadap pihak lain. Toleransi ini hanya akan efektif
yang telah disebutkan di atas, memang sudah tidak berlangsung lagi. Namun
tidak menutup kemungkinan kasus tersebut akan terjadi lagi. Oleh karena
itu, sikap toleransi harus selalu ditumbuhkan dan dijalankan oleh setiap
14
Wahdah, Problematika Toleransi Umat Beragama di Indonesia di Era Modern: Solusi
Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Aqlam, 2(1), (2020), h. 476.
9
sebagai Desa atau Banjar Pakraman yang juga bertujuan untuk melestarikan
kelompok minoritas agama, seperti umat Islam dan Kristen maka relasi
sering kali tidak mematuhi peraturan pendirian tempat ibadah yang telah
agamanya.
10
sesudah Orde Baru. Hal ini diduga disebabkan oleh krisis politik dan
ekonomi yang memperkuat kompetisi antara orang asli dan pendatang yang
persoalan clash antar umat beragama paling banyak terjadi di tingkat akar
ekonomi dan ranah agama atau relasi dalam ranah ekonomi memengaruhi
muncul.15
baik itu seorang individu atau kelompok kepada agama yang di anut orang
lain. yang paling penting adalah ketika perbedaan agama sebagai latar
belakangnya namun tetap selalu rukun dan tidak saling bermusuhan. Kedua,
15
Cahyo Pamungkas, Toleransi Beragama dalam Praktik Sosial: Studi Kasus Hubungan
Mayoritas dan Minoritas Agama di Kabupaten Buleleng, Episteme, 9(2), (2014), h. 311-312.
11
yang lainnya terhadap status sosial yang dimilikinya. Semacam tidak boleh
4. Jurnal dari Ridho Siregar, Ella Wardani, Nova Fadilla, Ayu Septiani, yang
dimunculkan oleh generasi millenial yang dalam hal ini adalah mahasiswa
sangat setuju yang dipilih oleh para responden. Persepsi berarti juga
yang ada pada toleransi itu sendiri. Aspek mengenai sikap yang
berada pada kategori cukup baik. Hal ini menjadi perhatian kita bersama
toleransi beragama. Aspek kerja sama antar pemeluk agama yang dibangun
oleh generasi millenial menunjukkan kategori cukup baik. Akan tetapi pola-
16
Fatimatuz Zahro, Membangun Toleransi antar Umat Beragama (Studi Fenomenologi
Komunitas Gusdurian Banyumas), Skripsi (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2021), h. 79.
12
menunjukkan bahwa kerja sama antar pemeluk agama berada pada kategori
yang negatif atau dalam hal ini ada pula yang bersifat acuh terhadap
5. Jurnal dari Novina Sabila Zahra dan Andi Ramdhan Al-Qadri, dengan judul,
yang berbeda agama adalah bahagia, senang, baik-baik saja dan tidak
dianut dengan individu lain, memberikan ucapan pada hari raya keagamaan,
serta bersikap baik dan terbuka. Respon terhadap situasi yang melibatkan
17
Ridho Siregar, dkk, Toleransi Antar Umat Beragama dalam Pandangan Generasi
Millenial, Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, 16 (4), (2022), h. 1347-1348.
13
sebelumnya memiliki perbedaan dari segi tertentu, baik ditinjau dari metode
ini lebih fokus pada pandangan remaja masjid dan masyarakat setempat di Desa
Tamanyeleng Kabupaten Gowa terkait Isu Toleransi Beragama, dan menjadi hal
yang menarik untuk di telusuri dan dikaji lebih dalam lagi. Sedangkan persamaan
mengambil penelitian pada suatu fenomena yang membahas tentang Isu Toleransi
1. Tujuan Penelitian
18
Novina Sabila Zahra & Andi Ramdhan Al-Qadri, Konsep Toleransi Beragama pada
Remaja Suku Bugis Makassar, Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, 5 (1), (2022), h. 31.
14
2. Manfaat Penelitian
Peneliti membagi manfaat penelitian ini ke dalam dua aspek manfaat, yaitu:
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
masyarakat umum tentang pandangan remaja masjid dan masyarakat terkait dengan
dilakukan agar dapat memberikan pemahaman terkait dengan cara kita menghargai
suatu kepercayaan ataupun keyakinan dan perspektif dalam suatu hal serta
ataupun tradisi seharusnya tidak menjadi sumber utama suatu konflik dan
permusuhan, melainkan dari perbedaan tersebutlah lahir suatu ikatan dan hubungan
TINJAUAN TEORITIS
A. Pemuda
2009 Pasal 1.1 mengklarifikasikan pemuda adalah warga negara Indonesia yang
dengan 30 tahun.19
Kelompok usia demografi ini oleh lembaga yang berbeda didefinisikan secara
berbeda:
3. European Union (EU) dengan batasan usia pemuda yaitu 15-29 tahun.
4. UN Habitat (Yout Fund) dengan batasan usia pemuda yaitu 15-23 tahun.
5. World Bank (WB) dengan batasan usia pemuda yaitu 15-34 tahun.
6. African Union (AU) dengan batasan usia pemuda yaitu 15-35 tahun.
generasi muda dan kaum muda, atau kaum muda mempunyai definisi yang
beragam. Pemuda lebih dilihat pada jiwa yang dimiliki oleh seseorang. Jika orang
tersebut memiliki jiwa yang suka memberontak, penuh inisiatif, kreatif, anti
19
Undang-Undang Republik Indonesia No.40 Tahun 2009 Pasal 1.1.
15
16
kemapanan, serta ada tujuan lebih membangun kepribadian, maka orang tersebut
Pemuda adalah sosok individu jika dilihat dari segi fisik sedang dalam
masa-masa perkembangan dan jika dilihat dari segi mental dia berada dalam
Pertama, berdasarkan kelompok umur dan ditinjau dari segi biologis, segi budaya,
atau dilihat dari secara fungsional, segi kekaryaan, segi sosial yang digunakan untuk
muda” dan dari sudut ideologis-politis. Kedua, corak dan aspek kemanusiaannya,
1. Sebagai insan biologis; pada masa pubertas masa muda dapat dianggap
berakhir yaitu pada usia 12 tahun sampai 15 tahun Ada juga yang
20
Frans Singkoh Ersas A. Gahung, T.A.M.Ronny Gosal, Peran Pemerintah dalam
Pemberdayaan Pemuda di Desa Liwutung Kecamatan Pasan Kabupaten Minahasa Tenggara, Jurnal
Eksekutif, 1(1), (2017), h. 5.
21
Ersas A. Gahung, T.A.M.Ronny Gosal, Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Pemuda
di Desa Liwutung Kecamatan Pasan Kabupaten Minahasa Tenggara, h. 5.
22
Muzakkir, Generasi Muda dan Tantangan Abad Modern Serta Tanggung Jawab
Pembinaannya, Al-Ta'dib : Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 8(2), (2015), h. 114-115.
17
muda biologis. Objek tinjauan dari segi ini adalah perkembangan jasmani
2. Sebagai insan budaya; secara struktural ada yang beranggapan bahwa masa
muda berakhir pada usia 21 tahun, karena pada masa itu adalah masa
3. Sebagai insan intelek; dilihat dari sudut ini beranggapan bahwa berakhirnya
masa muda pada saat tamat perguruan tinggi yaitu kisaran usia 25 tahun,
4. Sebagai insan kerja dan profesi; dengan maksud orang yang mempunyai
penghasilan sebagai tenaga kerja, pada usia kisaran antara 14 tahun s/d 22
tahun dalam usia mudanya. Sebagai insan profesi biasanya berkisar antara
5. Sebagai insan ideologis; berkisar usia antara 18 tahun s/d 40 tahun dalam
kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan sosial.23
Jiwa pemuda yang selalu mempunyai semangat yang tinggi, ingin selalu
maju dan selalu ingin atau menjadi merupakan modal besar bagi pembangunan
masyarakat. Oleh karena itu, wajar jika masyarakat mempunyai banyak harapan
baik.
a. Hereditas (Keturunan/Pembawaan)
individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai “totalitas karakteristik individu
yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun
psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma)
b. Faktor Lingkungan
individu”. Faktor lingkungan yang dibahas pada paparan berikut adalah lingkungan
keluarga, sekolah.
1) Lingkungan Keluarga
23
Undang-Undang Republik Indonesia No.40 Tahun 2009 Pasal 16.
24
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 31.
19
anak sehingga menjadi seorang pribadi yang sehat, cerdas, terampil, mandiri, dan
(kondisi fisik, psikis, dan moralitas anggota keluarga) dan faktor eksternal
beragam.
jannatii = rumahku surgaku); dan ada juga keluarga yang mengalami broken home,
2) Lingkungan Sekolah
kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berpikir, bersikap maupun cara
berperilaku.26
25
Syamsul Yusuf L.N, Perkembangan Peserta Didik, h. 26.
26
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, h. 54.
20
a. Perkembangan Fisik-Motorik
progresif dan kontinu serta berlangsung pada periode tertentu. Pertumbuhan itu
bertambahnya besar dan berat jantung dan paru-paru serta bertambah sempurnanya
sistem kelenjar endoktrin/kelamin dan berbagai jaringan tubuh. Ada pun perubahan
perbandingan ukuran panjang dan lebar tubuh, ukuran besarnya organ seks, dan
Adapun yang dimaksud dengan motorik ialah segala sesuatu yang ada
unsur-unsur yang menentukan ialah otot, saraf, dan otak. Ketiga unsur itu
unsur yang satu saling berkaitan saling berkaitan, saling menunjang, saling
melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih
b. Perkembangan Intelektual
27
Mohammad Ali, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2012). h. 20.
28
Zulkifli L, Psikologi Perkembangan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1986), h. 31.
21
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan
Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih bersifat imajinatif,
c. Perkembangan Emosi
emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir. Gejala pertama perilaku emosional
berlebih-lebihan ini tercermin dalam aktivitas yang banyak pada bayi yang baru
lahir. Meskipun demikian, pada saat bayi baru lahir, bayi tidak memperlihatkan
reaksi yang secara jelas dapat dinyatakan sebagai keadaan emosional yang
spesifik.30
kurang sembarangan, dan lebih dapat dibedakan. Sebagai contoh, anak yang lebih
29
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, h. 178.
30
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, h. 210.
22
dari orang tuanya. Dalam mengembangkan moral anak peran orang tua sangat lah
Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah swt., adalah dia
dianugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal Allah swt. dan
melakukan ajaran-Nya. Dalam kata lain manusia dikarunia insting religius (naluri
beragama). Karena memiliki fitrah ini manusia dijuluki sebagai “Homo Devinans”,
dan “Homo Religious”. Yaitu makhluk yang bertuhan dan beragama. Fitrah
bergantung kepada proses pendidikan yang diterimanya. Hal ini sebagaimana yang
telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw dalam hadisnya sebagai berikut,
َ َ
َ َُ ْ َ َ ُ ْ َ َ ُ ُ ََََ َ ْ ْ َ َ َُْ ُ ُْْ َ ُ ُ
ِصرا ِنه ِ فأبواه يه ِودا ِنهِ أو يم ِجسا ِنهِ أو ين، ِكل مولودٍ يولد على ال ِفطرة
Terjemahnya:
31
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, h. 212.
32
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, h. 132-133.
23
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, hanya karena orang tuanya lah,
anak itu menjadi Yahudi, Majusi, atau Nasrani”.33
menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini tanpa ada yang
mengganggu atau memaksa baik orang lain maupun keluarga sekalipun.34 Toleransi
antar umat beragama adalah sikap menghormati dan menghargai semua hal yang
menghormati antar hak dan kewajiban yang ada di antara kita demi menjaga
keutuhan Negara dan menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat
beragama.35
33
HR. Bukhari & Muslim.
34
H. M. Ali, Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik (Jakarta: Bulan Bintang,
1989), h. 83.
35
Nur Cholish Majid, Passing Over Melintasi Batasan Agama (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2001), h. 138.
24
menghormati dan berlapang dada terhadap pemeluk agama lain dengan tidak
Pemahaman tentang toleransi tidak dapat berdiri sendiri, karena terkait erat
dengan suatu realitas lain yang merupakan penyebab langsung dari lahirnya
toleransi, yaitu pluralisme.38 Menghadapi dunia yang semakin plural, yang kita
butuh kan bukan bagaimana menjauhkan diri dari adanya pluralistis, tetapi
bagaimana cara kita untuk menyikapi pluralistis itu. Salah satu cara menyikapi
adil kepada siapa pun. Hal ini senada dengan firman Allah dalam Al-Qur’an, surat
Al-Mumtahanah/60:8-9,
َ َ ُ ُ َ ُ َ َّ ُ
ْ ْ ْ ُ ْ ُ َ ْ ُ ْ ُّ َ َ ْ ْ َ ْ ْ ْ ُ ْ ُ ْ َ ْ اّلل َعن الذيْ َن ل ْم ُي َقات ُل ْوك ْم فى ُ ٰ َلا َي ْن ٰهىك ُم
ِۗالدي ِن ولم يخ ِرجوكم ِمن ِدي ِاركم ان تبروهم وتق ِسط ٓوا ِالي ِهم ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ُ ُ ْ َ ُ ُ َّ َ ُٰ ُ ُ ْ ْ ُّ ُ َ ٰ َّ
ْ
الدي ِن َواخ َرج ْوك ْم ِم ْن ِد َي ِارك ْم ْ ْ َ َ َْ ٰ ْ َ َ َّ َْ
ِ ِانما ينهىكم اّلل ع ِن ال ِذين قاتلوكم ِفى٨ ي ب ال ُمق ِس ِطين ِِان اّلل ح
َ ٰ ُ َ ٰۤ ُ َ َّ َ ُ َّ َ ْ َ ُ َ ْ ٰٓ َ ْ ُ َ َ َ
٩ اجك ْم ان ت َول ْوه ْمۚ َو َم ْنَّيت َول ُه ْم فاول ِٕىك ه ُم الظ ِل ُم ْون ِ وظاهروا على ِاخر
Muhammad Nur Hidayat, Fiqh Sosial dan Toleransi Beragama (Kediri: Nasyrul’ilmi,
36
2014), h. 125-126.
37
Casram, Membangun Sikap Toleransi Beragama dalam Masyarakat Plural, Jurnal Ilmiah
Agama dan Sosial Budaya, 1(2), (2016), h. 188.
38
Agung Setiyawan, Pendidikan Toleransi dalam Hadits Nabi SAW, Jurnal Pendidikan
Agama Islam, 12(2), (2015), h. 221.
25
Terjemahnya:
Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir
kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-
orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarangmu (berteman
akrab) dengan orang-orang yang memerangimu dalam urusan agama,
mengusirmu dari kampung halamanmu, dan membantu (orang lain) dalam
mengusirmu. Siapa yang menjadikan mereka sebagai teman akrab, mereka
itulah orang-orang yang zalim.39
Dalam dua ayat di atas menjelaskan bahwa kita dianjurkan untuk berilaku
adil kepada non muslim ketika mereka tidak memerangi dan melakukan pengusiran.
Selain itu kita diwajibkan untuk berbuat baik kepada mereka. Jadi dapat
disimpulkan dari semua penjelasan di atas bahwa toleransi beragama adalah sikap
lapang dada untuk menghormati dan menghargai terhadap pemeluk agama lain
untuk meyakini dan melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang
diyakininya.
saling memudahkan. Sedangkan toleransi beragama itu sendiri adalah sikap lapang
dada untuk menghormati dan menghargai terhadap pemeluk agama lain untuk
meyakini dan melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya.
Tetapi kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haq bil
bathil (mencampuradukkan antara hak dan batil) yaitu suatu sikap yang dilarang
terhadap umat muslim. Seperti halnya mengikuti dan mengurusi agama atau
39
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 550.
26
keyakinan yang lain. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an, surat Al-
Kafirun/109:1-6,
ْ ُّ ْ َ َ َّ ٌ َ ۠ َ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ ْ ُ ٰ ْ ُ َْ ََ َ ْ ُ ُ َْ َ ُ ُ َْ َ َ ْ ُ ٰ ْ َ ُّ َ ٰٓ ْ ُ
٤َۙ ول ٓا انا ع ِابد ما عبدتم٣ ۚ ول ٓا انتم ع ِبدون مآ اعبد٢ َۙ ل ٓا اعبد ما تعبدون١ َۙقل يايها الك ِفرون
ُ ُ ُ َ ُ َْ َ ُ ٰ ُ َْ َ
٦ ࣖ لك ْم ِد ْينك ْم َوِل َي ِد ْي ِن٥ َِۗول ٓا انت ْم ع ِبد ْون َمآ اع ُبد
Terjemahnya:
Dalam ayat di atas sudah jelas kita diperintahkan untuk menghormati agama
lain. Akan tetapi tidak untuk mengurusi agama atau keyakinan orang lain apalagi
mencaci maki Tuhan mereka. Prinsip toleransi antar umat beragama dalam
untukku agamaku.41 Jadi ketika kita sudah meyakini bahwa hidayah atau petunjuk
merupakan hak mutlak milik Allah swt., maka dengan sendirinya kita tidak akan
memaksakan kehendak orang lain dalam beragama. Namun demikian, kita juga
diwajibkan untuk berdakwah menyeru kepada kebaikan yang berada pada garis-
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.42
2. Lokasi Penelitian
Gowa, karena narasumber untuk penelitian ini lebih mudah untuk ditemui dan
waktu untuk kegiatan wawancara akan lebih menjadi lebih efisien lagi. Kemudian
untuk berdialog kepada narasumber dapat lebih mudah dipahami oleh peneliti.
B. Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan Teologis
realitas sejati agama yang membahas mengenai ajaran-ajaran ketuhanan dari suatu
agama. Pendekatan teologis pada penelitian ini digunakan untuk melihat dan
42
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Cet. VI; Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h.
309.
27
28
2. Pendekatan Sosiologis
menguasai hidupnya.43 Dalam penelitian ini peneliti berbaur dan berinteraksi oleh
3. Pendekatan Fenomenologis
Langkah yang dilakukan yaitu menganalisis segala inti sari yang berhubungan
dengan fenomena tersebut. Sedangkan yang tidak penting dan di luar fenomenal
kita harus menyaringnya atau menahannya. Sehingga pada akhirnya sampai pada
ide yang menjelaskan secara real tentang hakikat tersebut.44 Apoche dalam usaha
C. Sumber Data
1. Data primer (primary data), yaitu data empirik yang diperoleh langsung dari
43
Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Cet. V;
Jakarta: UI Press, 1986), h. 5.
44
Mukhlis Latif, Fenomenologi Max Sceller Tentang Manusia: Disorot Menurut Islam,
(Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2014), h. 25.
45
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi (Jakarta: Rajawali
pers, 2010), h. 29-30.
29
keyakinan bahwa yang dipilih mengetahui masalah yang akan diteliti dan
2. Data sekunder (secondary data), yaitu data penelitian yang diperoleh secara
tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan dari pihak lain) atau
teknik purposive sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan data dengan
yang dianggap berkaitan erat dengan tujuan penelitian. Sehingga peneliti memilih
yang akan dikaji serta mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti
1. Imam dusun atau Imam Desa, selaku sosok yang dituakan di Desa tersebut.
2. Tokoh Agama
46
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi, h. 173.
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2013), h. 218.
30
3. Tokoh Masyarakat.
1. Observasi
yang sudah diteliti.48 Adapun jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini
dijadikan sebagai metode sekunder atau pelengkap saja, yaitu untuk melengkapi
sekaligus untuk memperkuat serta menguji kebenaran data yang telah diperoleh dari
hasil interview atau wawancara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan suatu
pengamatan tentang pandangan masyarakat khususnya para anak muda dan remaja
2. Wawancara
di sebut dalam konteks penelitian ini, jenis interview yang penulis gunakan adalah
48
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT.Gramedia, 1990),
h. 173.
49
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Ed. I; Jakarta: Granit, 2004), h.
72.
31
snowball, dengan cara penulis menentukan sampel satu atau dua orang yaitu Imam
Dusun atau Desa, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat, tetapi karena ketiga orang
ini belum lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain
yang dipandang lebih tahu tentang Isu Toleransi Beragama di Desa Tamanyeleng
Kabupaten Gowa, dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh tiga orang
sebelumnya. Begitu pun seterusnya, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini
semakin banyak.
3. Dokumentasi
berupa foto penelitian, catatan harian dan buku. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life historis), cerita biografi, peraturan
kebijakan. Dokumen berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan
lain-lain. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kamera, dan alat tulis untuk
4. Instrumen Penelitian
pengumpulan data yang disesuaikan dengan jenis penelitian yang dilakukan dengan
a. Alat tulis menulis, buku, pulpen/pensil sebagai alat untuk mencatat informasi
b. Alat perekam suara sebagai alat untuk merekan narasumber saat di lapangan
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif
yaitu dengan cara menggambarkan secara jelas dan mendalam. Dalam menganalisis
33
34