Proposal Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Agama pada Prodi Studi Agama-Agama
pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
WAHIDIN
NIM: 30500118009
Segala puji bagi Allah yang Maha Bijaksana yang memberikan hikmah
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Tiada kata yang patut peneliti ucapkan selain
puji syukur Ke hadirat Allah swt. karena atas berkat rahmat-Nya sehingga peneliti
hingga akhir terdapat kekurangan dan kesalahan. Semoga proposal ini dapat
Gowa-Samata,2022
Penyusun
Wahidin
NIM: 30500118009
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada
jiwa dan kehendak Ilahi yang mengatur alam semesta. Dalam pandangan
fungsionalisme, agama (religion atau religi) adalah suatu sistem yang kompleks
bukan ilusi tetapi merupakan fakta sosial yang dapat diidentifikasi dan
menyuruh umatnya untuk beragama (atau berislam) secara menyeluruh (QS. Al-
Baqarah/2:208),
ٌ ُ َ ُ َ ٗ َّ ٰ َّ ُ ُ ُ ََّ َ َّ ً َّۤ َ ْ
َّ
ْ يٰٓ َايُّ َها الذيْ َن ٰا َم ُنوا ْاد ُخ ُل
٢٠٨ ۖولا تت ِبع ْوا خط ٰو ِت الش ْيط ِنِۗ ِانه لك ْم عد ٌّو ُّم ِب ْين
السل ِم كافة ى
ِ ِ ف ا و ِ
1
JP. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi: terj. Kartini Kartono (Jakarta: Raja Grafindo
Prasada, 2004), h.428.
2
Achmad Fedyani Saifudi, Antropologi Kontemporer ; Suatu Pengantar Kritis Mengenai
Paradigma, ed. Pertama (Jakarta: Kencana, 2006), h. 15.
3
Abdullah Syamsuddin, Agama dan Masyarakat, Pendekatan Sosiologi Agama (Ciputat:
Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 31.
1
2
Terjemahnya:
diperintahkan untuk berislam. Searah dengan pandangan itu, Glock dan Stark
aspek lain dalam agama menjadi koheren. Konsepnya tersebut mencoba melihat
keberagamaan seseorang bukan hanya dari satu atau dua dimensi, tetapi mencoba
terjadi ketika seseorang melakukan kegiatan ritual (beribadah), tetapi juga ketika
melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya
yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat dengan mata, tapi
juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang, karena itu
4
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2013), h. 32.
5
Djamaluddin Ancok dan Fuad Nasroni Suroso, Psikologi Islami Solusi Islam atas
Problem-Problem Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), h. 76.
3
penghayatannya atas agama Islam serta seberapa jauh implikasi agama tercermin
dalam perilakunya.6
perhatian semua kalangan khususnya umat muslim sekarang ini adalah kelompok
Jama’ah Tabligh. Hal ini dikarenakan kelompok ini memiliki keunikan tersendiri
modern.7
sama, seperti yang terjadi dalam agama Islam. Perbedaan itu muncul ketika
6
Umar Abdul Aziz, Pola Keberagamaan Remaja Tangerang (Studi Kasus Remaja di
Kelurahan Buaran Indah), Skripsi (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2019), h. 13.
7
Syamsu A. Kamaruddin, Jama’ah Tabligh sejarah, karakteristik, dan Pola Perilaku
Dalam Perspektif Sosiologi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010) h. 8
4
identitas sebagai simbol, ideologi yang menjadi seperangkat keyakinan ,dan ritual
penting bagi pengikutnya namun dianggap biasa saja, unik bahkan dianggap
suatu perilaku atau kebiasaan yang aneh. Aktivitas yang mereka lakukan itu tidak
keagamaan ini tampak semakin aneh ketika masyarakat melihat Jama’ah Tabligh
memakai atribut dan alat-alat yang biasa mereka gunakan dalam melakukan
tebal dan panjang, sering ber-toh hitam di dahi dan biasanya mengenakan celana
“cingkrang” atau “sontog” lengkap dengan gamis yang panjangnya sampai lutut
8
Muhamad Ridwan Effendi, dkk, Relasi Agama dan Masyarakat: Studi Tentang Interaksi
Masyarakat Bandung Barat dan Jamaah Tabligh, Hayula: Indonesian Journal of
Multidisciplinary Islamic Studies, 5(1), (2021), h. 2-3.
5
anggota Jama’ah Tabligh biasanya terlihat ketika mereka melakukan Khuruj, yaitu
metode dakwah keluar daerah dengan cara mendatangi satu persatu rumah umat
Muslim di tempat lain. Sebelum keluar biasanya mereka menentukan dulu berapa
lama waktu untuk berdakwah. Ada yang tiga kali dalam sebulan, empat puluh hari
sebagian dari mereka merasa tersinggung karena terus menerus didatangi oleh
berbohong dengan alasan tidak ada di rumah ketika di datangi oleh anggota
prasangka sosial yang beragam dari masyarakat. Selain adanya beragam bentuk
seperti kasus di atas yang telah menimbulkan masalah baru dan mengakibatkan
membuat bentuk-bentuk baru bagi masyarakat dan terakses dalam segala bidang
6
1. Fokus Penelitian
Jama'ah Tabligh di Kecamatan Lambu Kabupaten Bima. Ada beberapa hal yang
2. Deskripsi Fokus
a. “Pola Keberagamaan”, Pola ialah model yang digunakan sebagai acuan dalam
diharapkan. Kamus besar bahasa Indonesia pola adalah bentuk (struktur) yang
tetap. Pola tersebut digunakan agar sesuatu yang telah digambarkan sesuatu
9
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 692.
7
awalan “ke” dan akhiran “an”, awalan “ke” yang berarti di sini lebih bermakna
dan lain-lain.10
b. “Anggota”, anggota merupakan orang yang menjadi bagian atau yang masuk
dalam suatu golongan.11 Yang dimaksud dengan anggota di sini ialah orang-
orang yang menggabungkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan
oleh Jama’ah Tabligh, yang ditandai dengan bentuk keberagamaan yang sama
c. “Jama’ah Tabligh”, Kata Jama’ah Tabligh berasal dari bahasa Arab yang
bertujuan kembali ke ajaran Islam yang murni. Aktivitas Jama’ah ini tidak
hanya terbatas pada kelompok mereka saja. Tujuan utama gerakannya ialah
membangkitkan jiwa spiritual dalam diri tiap-tiap pribadi muslim baik secara
C. Rumusan Masalah
10
J.S.BaduduSota Mohamad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan,1994), h.11.
11
https://www.google.com/amp/skbbi.web.id/anggota.httml di aksses pada tanggal 31
oktober 2022
8
D. Kajian Pustaka
secara spesifik terkait dengan pola keberagamaan Jama’ah tabligh. Selain itu,
tempat yang akan diteliti oleh peneliti yakni di kecamatan Lambu, Kabupaten
karya tulis peneliti terdahulu baik dalam bentuk skripsi, jurnal, buku maupun
karya tulis ilmiah lainya yang di anggap memiliki relevansi dengan apa yang akan
di teliti dan karya tulis tersebut dapat digunakan sebagai referensi atau rujukan
1. Skripsi yang ditulis oleh Rizza Maulana Bahrun tentang “Pola Komunikasi
Jama’ah Tabligh kebon jeruk lebih suka menemukan hal yang baru dalam
teliti ialah skripsi tersebut membahas tentang pola komunikasi atau dialog
antar Jama’ah atau mubalig agar lebih saling mengenal antar satu dengan
yang lainnya. Sedangkan penelitian yang akan peneliti teliti ialah terkait
Jamaa’ah Tabligh ini membuat mereka merasa tidak nyaman dan mereka
Tabligh ini memiliki tujuan yang baik. Sehingga bentuk disparitas Sosio-
12
Rizza Maulana Bahrun, Pola Komunikasi Interpersonal Dalam Jama’ah Tabligh (Studi
Kasus Jama’ah Tabligh Kebon Jeruk) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2017)
10
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti teliti
3. Jurnal yang ditulis oleh Ahmad Dzaky yang berjudul “Pola Pendidikan
dipilihnya. Dalam hal ini, orang tua memberikan peluang kepada mereka,
13
Hasbiah Jamaludin, Disparitas Sosio-Religius Komunitas Jama’ah Tabligh (Studi
Kasus Komunitas Jama’ah Tabligh Dengan Warga Di Kelurahan Bontolebang Kecamatan
Mamajang Kota Makassar), Skripsi (Makassar: Unismuh, 2021).
14
StaiRas yidiyah, Khalidiyah Rakha, dan Amuntai Kalimantan, Education Patterns In
The Tablighi Jamaat Familiy In South Kalimantan, Jurnal Studi Islam Lintas Negara, 2 (2),
(2020).
11
akan peneliti teliti yaitu terletak pada fokusnya. Penelitian pada jurnal
sedangkan yang akan peneliti teliti yaitu berfokus pada bentuk atau pola
4. Jurnal yang ditulis oleh Irpan, Uswatun dan Novianti tentang Karakter
tabligh tidak hanya fokus pada hubungan antara manusia dengan sang
lain. Sikap toleran yang ditanamkan oleh Jama’ah Tabligh menjadi sebuah
peneliti teliti yaitu terletak pada titik fokus. Penelitian dalam jurnal di atas
15
Irpan, Uswatun, dan Novianti, Karakter Religius-Toleran Jamaah Tabligh, Mudabbir, 1
(2), (2020), h. 99-108.
12
Tabligh. Sedangkan fokus penelitian yang akan diteliti oleh peneliti yaitu
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
yaitu:
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
Hal tersebut dilakukan agar dapat memberikan pemahaman terkait dengan cara
kita menghargai suatu kepercayaan ataupun keyakinan dan perspektif dalam suatu
hal serta memberikan pelajaran yang berharga bahwa perbedaan dalam suatu
kebudayaan ataupun tradisi seharusnya tidak menjadi sumber utama suatu konflik
dan permusuhan, melainkan dari perbedaan tersebutlah lahir suatu ikatan dan
TINJAUAN TEORITIS
A. Pola Keberagamaan
pelaksanaan, dan penghayatan seseorang atas ajaran agama yang diyakininya atau
suatu sikap penghayatan diri kepada suatu kekuatan yang ada di luar yang
rangkaian seperti perbuatan, perilaku dan kegiatan orang yang beriman yang telah
religiusitas dapat dilihat dari aspek, di antaranya aspek keyakinan, terhadap ajaran
akidah, aspek ketaatan terhadap ajaran agama (syari’ atau ibadah), aspek
16
Irwan Abdullah, dkk, Dialektika Teks Suci Agama: Strukturasi Makna Agama Dalam
Kehidupan Masyarakat (Yogyakarta: Pusat Pelajar,2008),h.87.
17
Taufik Abdulahdan M. Rusli Karim, Metode Penelitian Agama Sebuah Pengantar
(Yogyakarta: Tiarawancana,1989),h.93.
14
15
dari kaum petani di perdesaan dalam kehidupan mereka, agama masih berperan
agama baik itu ekonomi agama, pendidikan, politik dan sosial lainnya.
mempengaruhi, agama juga tidak statis melainkan berubah mengikuti jaman serta
agama dapat mengurangi rasa cemas dan takut, sedangkan di dalam masyarakat
yang sudah mulai berkembang peran agama relatif berkurang terhadap kegiatan
ekonomi mereka yang semakin maju. Meskipun perhatian kita tertuju sepenuhnya
kepada Dunia, namun akhirat tempat hari akhir persinggahan manusia yang tidak
kehidupan sehari-hari.19
kesejahteraan dan dilandasi iman yang kuat berupa dalam berperilaku dan akhlak
18
Zulfi Mubarok, Sosiologi Agama (Malang:Uin Maliki Press, 2010), h.13.
19
Elizabeth K. Nottingham, Agama Dan Masyarakat, terj. Abdul Muis Marpaung
(Jakarta: CV. Rajawali, 1985), h. 4.
16
B. Jama’ah Tabligh
berasal dari Deobandi, tempat belajar Muhammad Ilyas yang merupakan salah
satu madrasah terbesar di India bagi pengikut mazhab Hanafi. Pada tahun 1303 H
Kandahla. Kemudian bersama kedua orang tua dan saudaranya, mereka tinggal di
Nizhamuddin, New Delhi, India yang pada akhirnya menjadi markas besar
Jama'ah Tabligh.
Jama’ah Tabligh lahir karena dilatar belakangi oleh sebuah peristiwa yang
terjadi pada tahun 1920, yaitu ketika Muhammad Iliyas sedang melalukan
memeluk agama Islam, melalukan perbuatan atau praktik yang menyimpang atau
tidak sesuai dengan ajaran Islam. Bentuk perbuatan yang menyimpang tersebut
meminta kepada Dewa Brahmana untuk menentukan hari dan tanggal perkawinan
mereka, mencampurkan hari besar Islam dengan hari besar Hindu, atau ikut
20
Khalimi, Ormas-Ormas Islam: Sejarah, Akar Teologi dan Politik (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2010), h. 199.
17
praktik ritual keagamaan masyarakat di Mewat yang telah bercampur aduk inilah
yang kenal sekarang dengan nama Jama’ah Tabligh. Anggota awalnya adalah
masyarakat Mewat yang telah kembali kepada pemahaman dan praktik ritual yang
negara dan melakukan misi dakwah dengan mengirim anggotanya dari berbagai
negara pula.22 Gerakan Jama’ah Tabligh berfokus dibidang dakwah dan jihad.
yang mungkar bukan hanya tugas dari para ulama atau mubalig saja, melainkan
menjadi tugas semua Ummat yang mengaku dirinya sebagai orang yang beragama
islam. Sebagai pengikut Nabi Muhammad saw., orang Islam mewarisi pun
21
Husein bin Muslim bin Ali Jabir, Membentuk Jama’ah Muslimin (Cet. III, Jakarta:
Gema Insani Pers, 1992) h. 259.
22
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam ( Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve,
2001) h. 266.
18
keburukan.23
Tabligh memakai satu metode atau cara, yakni keluar dari rumah ke rumah, dari
kampung ke kampung, dari daerah ke daerah lain, bahkan mereka melakukan dan
biaya sendiri.24
pengikutnya, baik secara lahir maupun batin. Janji mulia agama tersebut,
Jama’ah Tabligh mempunyai prinsip dakwah yang bersumber dari Al-.Qur’an dan
manusia untuk beramal baik dan menjauhkan diri dari perbuatan yang mungkar.
Dalam berbagai banyak bidang, semisal dalam bidang Fiqih, ormas dan
politik, Jama’ah Tabligh ini menyatakan dirinya sebagai komunitas yang netral.
23
Maulana Muhammad Zakariya al-kadhalawi, Keutaman Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
(Bandung: Pustaka Ramadhan, 2003), h. 2.
24
Nadhar M. Ishaq Shabah, Khuruj fii sablilillah (Bandung: Pustaka Billah, 2001), h. 13
25
Budhy Munawar Rachman, Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah (Jakarta:
Paramadina, 1995), h. 103.
19
aktivitas keberagamaannya secara riil, yaitu melalui praktik dan upaya untuk
yang dilakukan oleh mereka, kegiatan mengajak orang ini dikenal dengan istilah
dakwah. Salah satu akhlak yang ditekankan Jama’ah Tabligh adalah untuk
menjalankan syariat.27
dalam berdakwah anggota Jama’ah Tabligh harus menggunakan cara sopan dan
halus, atau dilarang menggunakan cara kasar, apalagi memaksa. Kedua, di awal
Shalat berjamaah. Ketiga, mereka berpandangan bahwa tempat yang paling mulia
adalah masjid. Keempat, tidak ada aktivitas dalam kehidupan yang lebih mulia
memahami dua hal yaitu maksud hidup dan keperluan hidup. Maksud dan tujuan
hidup untuk tiga hal yaitu untuk beribadah, sebagai khalifah, dan untuk
26
Ali Jabir bin Husein bin Muhsin, Membentuk Jama’atul Muslimin (Jakarta: GemaInsani
Press, 1998), h. 38.
27
Darussalam, dkk, Model Dakwah Jama’ah Tabligh (Salatiga: STAIN Salatiga Press,
2011), h. 28.
20
dalam lima hal, yaitu makan minum, rumah, kendaraan, pakaian, dan pernikahan.
tidak terlalu memikirkan dan konsen pada bidang ekonomi baik secara mikro
dilakukan secara mandiri dan tidak mengantungkan kepada pihak lain. Realitas di
lapangan, Jama’ah Tabligh ternyata memiliki tradisi dan etos kerja yang tinggi,
kuat, dan ulet. Etos kerja tersebut ditandai dengan usaha yang dilakukan oleh
pekerjaan, yang terpenting dapat mendatangkan Rizki, manfaat, dan halal serta
C. Interaksi Sosial
Interaksi sosial ialah hubungan antara satu individu dengan individu yang lain.
Individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi
28
Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny, Mudzakarah Masturat (Cirebon: Pustaka Nabawi,
2009), h. 4.
29
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pusat penelitian bahasa Depertemen Pendidikan
Nasional (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008) h. 594.
30
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pusat penelitian bahasa Depertemen Pendidikan
Nasional h. 1522.
21
terdapat hubungan timbal balik hubungan tersebut dapat terjadi antar individu
mengenai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-
kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem dan hubungan sosial.32
antara dua individu atau lebih di mana kelakuan individu yang mengubah,
masyarakat berperilaku dan berinteraksi satu dengan yang lainnya. Interaksi sosial
merupakan basis untuk menciptakan hubungan sosial yang berpola yang disebut
struktur sosial. Interaksi sosial dapat pula dilihat sebagai proses sosial di mana
mengorientasikan dirinya pada orang lain dan bertindak sebagai respons terhadap
yang nyata antar individu. Karena hal itu, menurut Simmel pemahaman
masyarakat pada level struktural yang makro harus berpijak pada interaksi sosial
31
Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: CV, Andi Offset,
2002). h. 65.
32
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1990), h. 78.
33
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 54.
34
Fredian Tonny Nasdian, Sosiologi Umum, ( Jakarta: Buku Obor, 2015), h. 39.
22
yang teramati pada level mikro, misalnya interaksi dalam silaturahmi atau
terpenting adalah adanya interaksi. Melalui interaksi, timbal balik antar individu
saling berhubungan dan saling berpengaruh. Pokok perhatian Simmel bukanlah isi
Simmel dengan tradisi Kantian dalam filsafat yang memisahkan isi dan bentuk.
Namun, pandangan Simmel cukup sederhana dunia nyata yang tersusun dari
peristiwa, tindakan, interaksi, dan lain sebagainya. Dari segi perhatian Simmel,
yang penting dalam bentuk-bentuk interaksi yaitu bahwa ukuran dan diferensiasi
yang menghasilkan banyak hubungan yang jauh lebih berjarak, tidak berpribadi,
dan terpecah-pecah.36
manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu mereka
saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau mungkin berkelahi satu
sosial. Interaksi sosial terjadi karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain
35
Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 35.
36
George Rizter, Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
postmodern (Yogyakarta: Pusataka Pelajar, 2014), h. 43.
23
manusia.37
manusia dalam kajian sosiologi. Interaksi sosial yang dimaksud ialah suatu
tindakan sosial yang bersifat timbal balik melalui suatu kontak dan komunikasi
antara dua orang atau lebih. Tindakan sosial dalam interaksi sosial memiliki
makna atau arti subjektif bagi individu yang dikaitkan dengan orang lain.
Selanjutnya kontak sosial dikatakan sebagai tahap awal terjadinya interaksi sosial.
kemungkinan kontak sosial terjadi melalui alat komunikasi yang telah tersedia di
era modern seperti saat ini. Kontak sosial bukan hanya dengan sentuhan langsung
ataupun melalui suara, melainkan dapat melalui kontak mata. Interaksi sosial tidak
komunikasi antar individu ataupun antar kelompok. Sebagai gejala sosial, kontak
sosial tidak serta merta harus menunjukkan hubungan fisik, karena saat ini orang
dapat tetap berhubungan dengan pihak lain tanpa harus saling bersentuhan atau
37
George Rizter, Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
postmodern, h. 43.
38
Damsar, Pengantar Teori Sosiologi ( Jakarta: Kencana, 2015), h. 8.
24
menyurat dan lain sebagainya.39 Kontak sosial kemudian terbagi menjadi dua,
yaitu kontak primer dan kontak sekunder. Kontak primer adalah kontak yang
terjadi saat awal kejadian berlangsung. Kontak primer memiliki pengertian yang
sama dengan kontak langsung. Yaitu kontak yang terjadi saat seseorang
kebalikan dari kontak primer, yaitu kontak yang terjadi tidak secara langsung
penyampaian informasi dari suatu pihak kepada pihak yang lain, baik itu individu
dapat berupa apa pun yang bisa diberi makna tertentu oleh penggunanya, baik itu
terdapat lima elemen utama, yaitu komunikator (orang yang mengirim pesan),
komunikator (orang yang menerima pesan), pesan (isi yang ingin disampaikan),
media (alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan), efek (perubahan yang
kontak sosial dapat menghasilkan kerja sama, namun juga dapat menimbulkan
39
Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, Sosiologi Suatu Pengantar (Edisi Revisi),
(Jakarta: PT Raja Grandfindo Persada, 2015), h. 58-59.
40
Agung Tri Haryanto dan Eko Sujatmiko, Kamus Sosiologi (Surakarta: Aksara Sinergi
Media, 2012), h. 122.
41
Adon Nasrullah Jamaluddin, Sosiologi Pedesaan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015),
h. 59.
42
Farida Rahmawati dan Sri Muhammad Kusumantoro, Pengantar Ilmu Sosiologi
(Klaten: Cempaka Putih, 2016), h. 27.
25
Maka dari itu perlunya kontak dan komunikasi yang baik agar terwujud interaksi
43
Adon Nasrullah Jamaluddin, Sosiologi Pedesaan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015),
h. 59.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
kecamatan Lambu.
2. Lokasi Penelitian
Bima, karena Kecamatan Lambu merupakan salah satu daerah yang selalu
dilintasi oleh aktivitas dakwah dari anggota Jama’ah Tabligh. Selain itu, di
kecamatan Lambu juga tersebar anggota Jama’ah Tabligh yang selalu melakukan
aktivitas dakwahnya.
B. Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan Sosiologis
26
27
menguasai hidupnya.44 Dalam penelitian ini peneliti ikut serta berbaur dan
2. Pendekatan Teologis
ketuhanan dari suatu agama. Pendekatan teologis pada penelitian ini digunakan
untuk melihat dan menjelaskan terkait pola keberagamaan, pola interaksi dan
C. Sumber Data
1. Data primer (primary data), yaitu data empiris yang diperoleh langsung
masyarakat.
secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan dari pihak lain)
44
Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Cet. V;
Jakarta: UI Press, 1986), h. 5.
45
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi (Jakarta: Rajawali
pers, 2010), h. 29-30.
28
tertentu yang dianggap berkaitan erat dengan tujuan penelitian. Sehingga peneliti
mengenai masalah yang akan dikaji serta mampu memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti dalam memperoleh data. Dalam penentuan informan ini
melibatkan, di antaranya:
3. Remaja Masjid
4. Aparat Desa
lapangan untuk mendapatkan data yang sebenarnya dari informan. Adapun teknik
46
Rosady Ruslan, MetodePenelitian Public Relation Dan Komunikasi, h. 173.
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2013), h. 218.
29
1. Observasi
yang sudah diteliti.48 Adapun jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini
dijadikan sebagai metode sekunder atau pelengkap saja, yaitu untuk melengkapi
sekaligus untuk memperkuat serta menguji kebenaran data yang telah diperoleh
2. Wawancara
informan di sebut dalam konteks penelitian ini, jenis interview yang penulis
kemudian apabila informasi dan sampel sudah di rasa cukup, maka penelitian
akan dihentikan.
48
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT.Gramedia,
1990), h. 173.
49
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Ed. I; Jakarta: Granit, 2004), h.
72.
30
3. Dokumentasi
ini penulis menggunakan kamera, dan alat tulis untuk membantu mengumpulkan
data-data dan penulis akan mengambil gambar secara langsung dari tempat
4. Instrumen Penelitian
a. Alat tulis menulis, buku, pulpen/pensil sebagai alat untuk mencatat informasi
b. Alat perekam suara sebagai alat untuk merekan narasumber saat di lapangan
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
C. Rumusan Masalah
D. Kajian Pustaka
A. Pola Keberagamaan
B. Jama’ah Tabligh
C. Interaksi Sosial
A. Jenis Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
C. Sumber Data
Bima
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulam
B. Implikasi penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, Umar. Pola Keberagamaan Remaja Tangerang (Studi Kasus Remaja
di Kelurahan Buaran Indah), Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2019.
Abdulah, Taufik. & Rusli Karim, M. Metode Penelitian Agama Sebuah
Pengantar. Yogyakarta: Tiarawancana,1989.
Abdullah, Irwan. Dialektika Teks Suci Agama: Strukturasi Makna Agama Dalam
Kehidupan Masyarakat. Yogyakarta: Pusat Pelajar,2008.
Adi, Rianto. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Ed. I; Jakarta: Granit,
2004.
Ahmad As-Sirbuny, Abdurrahman. Mudzakarah Masturat. Cirebon: Pustaka
Nabawi, 2009.
Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.
Ancok, D.& Nasroni Suroso, Fuad. Psikologi Islami Solusi Islam atas Problem-
Problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsini. Manajemen Penelitian. Cet. VI, Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Badudu Sota, Mohamad Zain, J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1994.
Chaplin, JP. Kamus Lengkap Psikologi: terj. Kartini Kartono. Jakarta: Raja
Grafindo Prasada, 2004.
Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedia Hukum Islam Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, 2001
Damsar. Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta: Kencana, 2015.
Darussalam. Model Dakwah Jama’ah Tabligh. Salatiga: STAIN Salatiga Press,
2011.
Effendi, M. R., Kahmad, D., Solihin, M., & Yusuf Wibisono, M. Relasi Agama
dan Masyarakat: Studi Tentang Interaksi Masyarakat Bandung Barat dan
Jamaah Tabligh. Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic
Studies. 5 (1), (2021).
Faruk. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
Fedyani Saifudi, Achmad. Antropologi Kontemporer ; Suatu Pengantar Kritis
Mengenai Paradigma, ed. Pertama. Jakarta: Kencana, 2006.
Husein bin Muhsin, A.J. Membentuk Jama’atul Muslimin. Jakarta: Gema Insani
Press, 1998.
Irpan, Uswatun, &Novianti. Karakter Religius-Toleran Jamaah Tabligh.
Mudabbir. 1 (2), (2020).
34
35
Jabir, Husein bin Muslim bin Ali Membentuk Jama’ah Muslimin Cet. III, Jakarta:
Gema Insani Pers, 1992
Jamaludin, Hasbiah. Disparitas Sosio-Religius Komunitas Jama’ah Tabligh (Studi
Kasus Komunitas Jama’ah Tabligh Dengan Warga Di Kelurahan
Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar). Skripsi. Makassar:
Unismuh, 2021.
Kamaruddin, Syamsu A. Jama’ah Tabligh sejarah, karakteristik, dan Pola Perilaku
Dalam Perspektif Sosiologi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Kementerian Agama Republik Indonesia.Al-Qur’an dan Terjemahnya. Solo: PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2013.
Khalimi. Ormas-Ormas Islam: Sejarah, Akar Teologi dan Politik. Jakarta: Gaung
Persada Press, 2010.
Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia,
1990.
Maulana Bahrun, Rizza. Pola Komunikasi Interpersonal Dalam Jama’ah Tabligh
(Studi Kasus Jama’ah Tabligh Kebon Jeruk). Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2017.
Mubarok, Zulfi. Sosiologi Agama. Malang: Uin Maliki Press, 2010.
Munawar Rachman, Budhy. Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah.
Jakarta: Paramadina, 1995.
Nadwi, Ali. Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah Maulana M. Ilyas, terj.
Masrokhan A. Yogyakarta: Ash-Shaff, 1999.
Nasution, Harun. Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan.
Cet. V, Jakarta: UI Press, 1986.
Nottingham, E.K. Agama Dan Masyarakat, terj. Abdul Muis Marpaung. Jakarta:
CV. Rajawali, 1985.
Rasyidiyah, S., Rakha, K.& Kalimantan, A. Education Patterns In The Tablighi
Jamaat Familiy In South Kalimantan. Jurnal Studi Islam Lintas Negara. 2
(2), (2020).
Rizter, George. Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
postmodern Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi. Jakarta:
Rajawali pers, 2010.
Shabah, Nadhar M. Ishaq. Khuruj fii sablilillah. Bandung: Pustaka Billah, 2001.
36