Anda di halaman 1dari 7

Nama : Fina Al Mafaz

NIM : 19210042

Kelas : PPMHI (A)

1. Apa yang dimaksud dengan moderasi beragama dan moderasi Islam?


Jawab:
a. Moderasi beragama
Menurut bahasa latin, moderasi berasal dari kata moderatio yang berarti sedang,
atau tidak kurang dan tidak lebih. Dalam konteks keagaamaan, moderasi disebut
juga dengan wasathiyah dan yang melakukan disebut dengan wasit yang berarti
penengah, perantara, pelerai.1 kata wasit bahkan sudah diserap ke dalam bahasa
Indonesia yang mempunyai tiga arti, yaitu: penengah atau perantara, misalnya
dalam dunia perdagangan dan bisnis; pelerai/pemisah/pendamai antara orang yang
berselisihh; dan pemimpin pertandingan.2
Sedangkan menurut istilah, moderasi berarti pemahaman sikap baik yang
dibangun melalui ajaran yang lurus, tidak kurang dan tidak lebih dalam berfikir,
bertindak dan berperilaku, sehingga berada di pertengahan yang menjadikan
seseorang tidak ekstrim dalam menyikapi sesuatu. Kemudian dalam konteks agama,
moderasi diterapkan dalam cara beragama yang jauh dari kekerasan, menjunjung
tinggi kedamaian, tenggang rasa, menjaga nilai yang baik-baik, menerima
perbedaan, dan menerima ijtihad yang disesuaikan dengan kondisi geografis, sosial,
da budaya sehingga umat islam menjadi tidak kaku dan tidak ekstim dalam
beragama.3
Beragama berarti memeluk atau menganut agama tertentu. Misalnya menganut
agama Islam, Kristem, Budha, dan agama lain yang diperbolehkan di negara
Indonesia. Istilah beragama diartikan sebagai menebar kedamaian, menebar
kecintaan dan kasih sayang terhadap semua yang ada di bumi kapan pun dan
dimanapun. Beragama itu tidak dianggap sebagai upaya menyeragamkan
keberagaman, namun bagaimana menyikapi keberagamaan dengan kearifan.

1
Mustaqim Hasan, “Prinsip Moderasi Beragama Dalam Kehidupan Berbangsa,” Jurnal Mubtadiin 7, no. 2
(2021): 111–23.
2
Fauziah Nurdin, “Moderasi Beragama Menurut Al-Qur’an Dan Hadist,” Jurnal Ilmiah Al-Mu’ashirah 18, no. 1
(2021): 61.
3
Hasan, “Prinsip Moderasi Beragama Dalam Kehidupan Berbangsa.”
Agama juga tidak boleh diguakan sebagai alat untuk saling merendahkan satu sama
lain.4
Jadi moderasi beragama adalah cara pandang dalam memeluk agama tertentu
dengan modert, tidak ekstrem kanan dan tidak ekstrim kiri sehingga tidak timbul
radikalisme dan liberalisme dalam beragama.5 Allah SWT menjadikan umat
manusia sebagai ummatan wasathan yaitu sebagai umat yang memiliki ajaran
agama yang sempurna, mempunyai akhlakul karimah, dan mempunyai amal yang
paling utama. Seperti yang dijelaskan dalam QS.Al-Baqarah ayat 143:
َ ‫ش ِهيد ۗاَﵟ‬
َ َ‫علَ ۡي ُك ۡم‬
َ َُ‫سول‬
َُ ‫ٱلر‬ َ ِ َّ‫علَىَٱلن‬
َّ َََ‫اسَ َويَ ُكون‬ َ ‫ﵟو َك َٰذَلِكَََ َجعَ ۡل َٰنَ ُك َۡمَأ ُ َّمةََ َو‬
ُ ََ‫سطاَ ِلتَ ُكونُوا‬
َ َ‫ش َهدَآ ََء‬ َ
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat
pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”
Maka sudah seharusnya sebagai umat islam, kita harus menyebarkan ajaran
agama dengan penuh kedamaian agar tercipta islam yang rahmatan lil alamin.6
b. Moderasi Islam
Moderasi Islam berarti sikap moderat di dalam beragama Islam bagi umat Islam itu
sendiri. Yang terjadi sekarang adalah Islam terdiri dari berbagai macam aliran yang
mempunyai keyakinannya sendiri tentang ajaran agama yang dianutnya. Aliran ini
bermacam-macam baik yang nasional maupun internasional. Sikap yang bisa
diambil dalam moderasi Islam ini adalah mengambil hukum yang seimbang, yaitu
tidak condong kanan dan tidak pula ekstrim kiri. Selain itu, karena banyaknya
perbedaan, sebagai umat Islam juga harus saling menghargai dan tenggang rasa.
Jangan sampai antar umat Islam sendiri malah terjadi perpecahan yang hebat.
Dalam hal berdakwah, umat islam juga dilarang untuk melakukan kekerasan.
Islama dalah agama rahmatan lil alamin. Maka penyebarannya juga harus
menggunakan kasih sayang, kedamaian dan ketulusan.7
2. Bagaimana/Apa dasar hukum (normatif) dan basis historis beragama dengan prinsip
moderat?
Jawab:

4
Nurdin, “Moderasi Beragama Menurut Al-Qur’an Dan Hadist.”
5
Nurdin.
6
Hasan, “Prinsip Moderasi Beragama Dalam Kehidupan Berbangsa.”
7
Syafri Samsudin, “Konsep Moderasi Islam Perspektif M.Quraish Shihab Dan Relevansinya Terhadap
Pendidikan Agama Islam Kontemporer,” Skripsi UIN Lampung, 2021, 21.
Berikut ini merupakan dasar hukum moderasi agama:8
a. Dalam rangka mengatur tata cara pelaksanaan penyiaran agama, diterbitkan salah
satu SKB Menteri Agama dan Menteri dalam Negeri No.1 tahun 1979 entang Tata
Cara Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri Kepada Lembaga
Keagamaan di Indonesia, tertanggal 2 Januari 1979
b. Dalam rangka memberikan perlindungan kepada agama, dikeluarkan Penetapan
Presiden RI No. 1 Tahun 1965 tentang Penegahan Penyalahgunaan dan/atau
Penodaan Agama serta KUHP Pasal 156a yang menetapkan hukuman pidana atas
penistaan agama
c. Untuk enjawab banyaknya konflik pendirian rumah ibadah, pemerintah telah
menerbitkan PBM No 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Tugas Kepala Daerah dalam
Memelihara Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan FKUB dan Pendirian
Rumah Ibadat.
d. Integrasi rumusan moderasi beragama dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 20202024
3. Apa cakupan moderasi beragama/hukum Islam?
Jawab:
a. Moderasi dalam akidah
b. Moderasi dalam Syariah
c. Moderasi dalam akhlak
d. Moderasi dalam politik
e. Moderasi dalam manhaj9
4. Bagaimana ciri-ciri/karakteristik moderasi beragama?
Jawab:
Ciri-ciri moderasi beragama:10
a. Wasathiyah, adalah pandangan atau suatu perilaku yang mengupayakan upaya jalan
tengah diantara 2 pandangan yang sangat bertentangan.
b. Tawazun berarti seimbang, maksudnya jika diterapkan dalam moderasi beragama
adalah berperilaku adil, diberat sebelah, adil, dan tidak melenceng dari garis yang
ditentukan.

8
Kementrian Agama RI, Moderasi Beragama Kemenag RI, Badan Litbang Dan Diklat Kementerian Agama RI
Gedung Kementerian Agama RI Jl.MH. Thamrin No.6 Lt. 2 Jakarta Pusat, 2019.
9
Tri Wahyudi Ramdhan, “Dimensi Moderasi Islam,” Al-Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman 2, no. 2 (2018): 34–43,
https://doi.org/10.35309/alinsyiroh.v2i2.3320.
10
Hasan, “Prinsip Moderasi Beragama Dalam Kehidupan Berbangsa.”
c. I’tidal yang berarti lurus dan tegas, maksudnya disini adalah tidak berat sebelah,
tidak sewenang-wenang, membagi sesuai porsinya, menempatkan sesuatu pada
tempatnya, serta melaksanakan hak dan kewajiban.
d. Tasamuh yang berarti toleransi, maksudnya adalah umat manusia harus mempunyai
perilaku untuk senantiasa menghargai pendapat orang lain. Menghargai disini
bukan berarti mengikuti dan membenarkan, namun hanya sampai memberikan
penghormatan sebagai tanda sopan dan santun kepada orang lain.
e. Musawah yang berarti persamaan. Karena pada dasarnya, islam tidak membeda-
bedakan manusia dari segi personal yang bersifat gifted seperti bentuk fisik, ras,
suku, budaya, keturunan, dll. Namun Allah SWT melihat umatnya berdasarkan
tingkat ketaqwaan masing-masing. Jadi, sebagai manusia, kita tidak berhak untuk
bertindak diskriminasi.
f. Syuro yang berati musyawarah musyawarah adalah jalan atau cara menyelesaikan
masalah cara berdialog atau berdiskusi untuk mencapai jalan keluar yang disepakati
g. Islah yang berarti perdamaian. Maksudnya jika diterapkan dalam moderasi
beragama adalah memberikan kondisi yang baik dan memberikan ruang untuk
kemajuan zaman demi kepentingan bersama.
h. Alawiyah berarti mendahulukan prioritas. Awlawiyah dalam konteks moderasi
berarti kehidupan umat harus memperioritaskan kepentingan bersama demi
kemaslahatan bersama.
i. Tathawur wa Ibtikar yang artinya dinamis dan inovatid
j. Tahadhdhur yanag berarti mempunyai moral, kepribadian, dan integritas yang
tinggi
5. Bagaimana menanamkan sikap moderat dalam beragama ?
Jawab:
Sikap moderasi beragama dapat ditanamkan melalui beberapa sikap sebagai berikut:
bersikap porposional; bijak dan arif; adil terhadap multicultural; toleran; sika beragama
yang terbuka; beragama yang sedang tidak ekstrim kiri maupun kanan; sikap beragama
yang damai; keterbukaan (open minded), sikap fundamentalis; dan fleksibel.11
6. Bagaimana contoh / implementasi sikap moderat dalam hukum Islam /hukum keluarga
? misalnya dalam persoalan poligami, perkawinan, dan kewarisan dan lain-lain.

11
Agus Akhmadi, “Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia Religious Moderation in Indonesia ’ S
Diversity,” Jurnal Diklat Keagamaan 13, no. 2 (2019): 45–55.
Jawab:
a. Poligami
Banyak sekali tuduhan kepada Islam tentang poligami. Poligami dianggap sebagai
perselingkuhan yang dilegalkan, banyak rumah tangga yang hancur karena
poligami, dan poligami dianggap sebagai pendiskriminasian terhadap perempuan.
Namun sejatinya konsep Islam adalah monogami, dan poligami merupakan
pengecualian. Disinilah letak moderat nya ajaran islam tentang poligami. Yang
mana sebelumnya poligami dilakukan tanpa batas kemudian Islam datang dengan
memberi Batasan maksimal sebanyak 4 istri. Namun tudingan sebelumnya juga bisa
benar terjadi apabila poligami dilakukan dengan sembarangan. Dengan
membolehkan poligami maksimal 4 istri, Islam juga menyertai persyaratan yang
sangat ketat, salah satunya adalah berbuat adil. Dan sudah dijelaskan dalam surat
an-nisa bahwa sejatinya manusia tdak mampu sepenuhnya berbuat adil. Disini islam
juga mengambil tengah-tengah dimana yang dimaksud adil disini adalah hal-hal
yang bisa diusahakan oleh manusia itu sendiri seperti jatah, nafkah, dll. Namun
perihal yang tidak bisa manusia kendalikan seperti pembagian perasaan itu adalah
kehendak Allah.12
b. Waris
Pada zaman sebelum Islam datang, wanita tidak hanya sampai tidak mendapat
bagian warisan. Akan tetapi justru wanita dianggap sebagai barang yang sama-sama
bisa diwariskan dalam surat annisa Allah menyebutkan secara rinci bagian-bagian
ahli waris. Dan wanita termasuk didalamnya. Allah tidak pernah melakukan
diskriminasi kepada manusia baik laki-laki maupun perempuan, disinilah letak
moderasinya. Perihal bagian warisan perempuan yang hanya mendapatkan setengah
dari bagian laki-laki, itu karena setelah menikah, laki-laki mendapat kewajiban
untuk menafkahi istri dan anak-anaknya, sedangkam wamita tidak demikian. Dari
penjelasan tersebut maka pembagian waris menurut al-quran sudah adil. Namun ada
juga pendapat yang membolehkan menyamakan bagian warisan antara laki-laki dan
perempuan.13
c. Mahar

12
Yusuf Baihaqi, “Moderasi Hukum Keluarga Dalam Perspektif Al-Quran,” Istinbath 16, no. 2 (2017): 375.
13
Baihaqi.
Wanita pada masa jahiliyah dinikahi tanpa mahar, atau jika ada mahar dia sama
sekali tidak berhak atas mahar tersebut karena itu adalah hak walinya. Bertolak
belakang dengan sekarang, wanita-wanita justru meminta mahar yang berlebihan
hingga terkadang menyulitkan pihak laki-laki. Islam yang sebenarnya dalam
memaknai mahar adalah sesuatu yang digunakan untuk mengungkapkan cinta dan
keseriusan laki-laki kepada perempuannya. Bentuk moderasi mahar dalam Islam
adalah sebaiknya yang tidak memberatkan laki-laki dan tidak merendahkan
perempuan.14

Sumber:

Akhmadi, Agus. “Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia Religious


Moderation in Indonesia ’ S Diversity.” Jurnal Diklat Keagamaan 13, no. 2
(2019): 45–55.

Baihaqi, Yusuf. “Moderasi Hukum Keluarga Dalam Perspektif Al-Quran.”


Istinbath 16, no. 2 (2017): 375.

Hasan, Mustaqim. “Prinsip Moderasi Beragama Dalam Kehidupan Berbangsa.”


Jurnal Mubtadiin 7, no. 2 (2021): 111–23.

Nurdin, Fauziah. “Moderasi Beragama Menurut Al-Qur’an Dan Hadist.” Jurnal


Ilmiah Al-Mu’ashirah 18, no. 1 (2021): 61.
https://doi.org/10.22373/jim.v18i1.10525.

Ramdhan, Tri Wahyudi. “Dimensi Moderasi Islam.” Al-Insyiroh: Jurnal Studi


Keislaman 2, no. 2 (2018): 34–43.
https://doi.org/10.35309/alinsyiroh.v2i2.3320.

RI, Kementrian Agama. Moderasi Beragama Kemenag RI. Badan Litbang Dan
Diklat Kementerian Agama RI Gedung Kementerian Agama RI Jl.MH.
Thamrin No.6 Lt. 2 Jakarta Pusat, 2019.

Samsudin, Syafri. “Konsep Moderasi Islam Perspektif M.Quraish Shihab Dan


Relevansinya Terhadap Pendidikan Agama Islam Kontemporer.” Skripsi UIN
Lampung, 2021, 21.

14
Baihaqi.

Anda mungkin juga menyukai