Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL

PENERAPAN NILAI – NILAI MODERASI BERAGAMA


DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN MASYARAKAT
ISLAM DI KELURAHAN DEMANG LEBAR DAUN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah negara dengan keragaman etnis, suku, budaya, bahasa,

dan agama yang nyaris tiada tandingannya di dunia. Selain enam agama yang

paling banyak dipeluk oleh masyarakat, ada ratusan bahkan ribuan suku, bahasa

dan aksara daerah, serta kepercayaan lokal di indonesia. 1 Keragaman sebuah

bangsa tentu melahirkan tantangan tersendiri, khususnya dalam membangun

harmoni. Bukan suatu hal yang mudah menyatukan berbagai perbedaan, kerena

tak jarang perbedaan membawa pada lahirnya perpecahan dan bahkan konflik. 2

Di Indonesia, dalam era demokrasi yang serba terbuka, perbedaan

pandangan dan kepentingan di antara warga negara yang sangat beragama itu

dikelola sedemikian rupa, sehingga semua aspirasi dapat tersalurkan sebagaimana

mestinya. Demikian halnya dalam beragama, konstitusi kita dijamin kemerdekaan

umat beragama dalam memeluk dan menjalankan ajaran agama sesuai dengan

kepercayaan dan keyakinan masing-masing. 3

Maraknya aksi radikalisme dan terorisme atas nama Islam di dunia

maupun Indonesia sedikit banyak telah menempatkan umat Islam sebagai pihak

yang dipersalahkan. Ajaran jihad dalam Islam seringkali dijadikan sasaran

1
Lukman Hakim Saifuddin, Moderasi Beragama, (Jakarta: Kementerian Agama RI,
2019),hlm. 2.
2
Nasaruddin Umar, Islam Nusantara Jalan Panjang Moderasi Di Indonesia, (Jakarta: PT
Gramedia, 2019),hlm. 15.
3
Lukman Hakim Saifuddin, Moderasi Beragama, Op.Cit. hlm.5.

1
2

tuduhan sebagai sumber utama terjadinya kekerasan atas nama agama oleh umat

Islam. 4

Indonesia, dengan segala kondisinya yang plural dan banyak perbedaan

baik suku, golongan, ras dan agama sedang menghadapi ancaman disintegrasi.

Disintegrasi bangsa indonesia banyak bersumber dari ideologi- ideologi liberal

dan ekstrim yang masuk dalam ajaran Islam. Ideologi liberal dari barat yang

menghendaki adanya kebebasan, yang mengancam moral dan budaya ke-timuran.

Akhirnya terwacanakan Islam yang liberal, bebas dan tidak terkontrol. Sisi lain,

ekstrimisme merebak di masyarakat Indonesia akibat ajaran islam transnasional

(lintas nasional atau lintas kebangsaan). Ideologi gerakan ini tidak lagi bertumpu

pada konsep nation-state, melainkan konsep umat. Dua persoalan tersebut

mendapat perhatian khusus dari pemerintah Indonesia. Untuk melawan dua arus

besar tersebut, pemerintah Indonesia mewacanakan Islam moderat.

Melihat dari fenomena yang berkembang saat ini, bisa jadi kita terkejut.

Bagaimana mungkin di Indonesia paham radikal mendapat tempat di nusantara

dan berkembang sedemikian rupa. Padahal sejak awal kedatangannya ke

Indonesia, Islam telah tampil dengan keramahannya. Islam disebarkan dengan

cara damai, tidak ada pemaksaan kepada penduduk satu wilayah untuk memeluk

Islam. Bahkan dengan kasus tertentu, Islam diterima setelah berdialog bahkan

dalam waktu panjang dengan tokoh atau ketua adat wilayah tertentu. Bahkan yang

sangat menarik adalah, pada saat Islam masuk terlepas dari budaya yang

dibawanya, apakah Arab, Gujarat atau India, budaya itu tidak dipaksakan pula

4
Ahmad Darmadji, Pondok Pesantren Dan Deradikalisasi Islam Di Indonesia, Jurnal
Millah, (Vol. 11, No. 1, Tahun 2011), hlm. 236.
3

dengan penduduk setempat. Bahkan dalam tingkat tertentu, Islam dapat berdialog

dengan budaya lokal. Adakalanya Islam menolaknya dengan lembut karena

bertentangan dengan akidah, namun banyak diterima dan diakomodasi karena

secara prinsif sama sekali tidak bertentangan dengan nilai dasar ajaran Islam. 5

Keragaman di Indonesia yang sangat beragama seperti digambarkan di

atas, kita menumbuhkan visi dan solusi yang dapat menciptakan kerukunan dan

kedamaian dalam menjalankan kehidupan keagamaan, yakni dengan

mengedepankan moderasi beragama, serta tidak terjebak pada ekstrimisme,

intoleransi, dan tindak kekerasan. 6

Di Indonesia istilah ―moderasi Islam‖ atau ‗moderasi dalam Islam‘ yang

terkait dengan istilah ―Islam moderat‖ sering dipersoalkan segelintir kalangan

umat muslim sendiri. Bagi mereka, Islam moderat. Bagi mereka Islam hanyalah

Islam; tidak ada moderasi Islam atau Islam moderat. Karena itulah istilah ―Islam

Wasathiyyah‖ yang ―Qur‘ani—bersumber dari Al-Quran (QS. Al-baqarah 2: 143)

lebih diterima dan karena itu lebih lazim digunakan.

‫س ْو ُل َعلَ ْي ُك ْم‬
ُ ‫الر‬ َ ‫ش َهدَ ۤا َء‬
ِ َّ‫علَى الن‬
َّ َ‫اس َويَ ُك ْون‬ ُ ‫طا ِلتَ ُك ْونُ ْوا‬ َ ‫َو َك ٰذلِكَ َجعَ ْل ٰن ُك ْم ا ُ َّمةً َّو‬
ً ‫س‬

ُ ‫س ْو َل ِم َّم ْن يَّ ْنقَ ِل‬


‫ب‬ َّ ‫ش ِه ْيدًا ۗ َو َما َجعَ ْلنَا ْال ِق ْبلَةَ الَّتِ ْي ُك ْنتَ َعلَ ْي َهاۗ ا ََِّّل ِلنَ ْعلَ َم َم ْن يَّتَّبِ ُع‬
ُ ‫الر‬ َ

‫ض ْي َع‬ ‫ّٰللاُ ۗ َو َما َكانَ ه‬


ِ ُ‫ّٰللاُ ِلي‬ ْ ‫َع ٰلى َع ِقبَ ْي ِهۗ َوا ِْن َكان‬
‫َت لَ َك ِبي َْرةً ا ََِّّل َعلَى الَّ ِذيْنَ هَدَى ه‬

ٌ ‫اس لَ َر ُء ْو‬
‫ف َّر ِح ْي ٌم‬ ِ َّ‫ّٰللا ِبالن‬
َ ‫اِ ْي َمانَ ُك ْم ۗ اِ َّن ه‬

5
Babun Suharto, Moderasi Beragama: Dari Indonesia Untuk Dunia, (Yogyakarta: Lkis,
2019), hlm. 23.
6
Lukman Hakim Saifuddin, Moderasi Beragama, (Jakarta: Kementerian Agama
RI,2019), Op.Cit. hlm. 7.
4

Artinya: dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat
yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak
menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami
mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.
dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang
yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
manusia.7
Moderasi Islam dalam bahasa Arab disebut dengan al-wasathiyyah, al-

islamiyyah. Al-Qaradawi menyebut beberapa kosakata yang serupa makna

dengannya kata Tawasuth(Pertengahan), Tasamuh(toleran) Tawadzun(seimbang),

I‘tidal, Ta‘adul dan Istiqomah. Sementara dalam bahasa inggris sebagai Islamic

Moderation. Moderasi Islam adalah sebuah pandangan atau sikap yang selalu

berusaha mengambil posisi tengah dari dua sikap yang berseberangan dan

berlebihan sehingga salah satu dari kedua sikap yang dimaksud tidak

mendominasi dalam pikiran dan sikap seseorang. 8

Bersikap moderat merupakan hal yang sangat penting dalam menyikapi

keberagamaan, ketika seseorang memiliki sikap moderasi beragama dalam dirinya

maka mereka tidak akan fanatik apalagi sampai pada taraf tertinggi yaitu

fanatisme buta yang berlebih-lebihan sehingga mengkafirkan orang lain yang

berbeda dengannya. Mengapa sikap moderasi sangat penting, agar kita bisa

membentengi diri untuk tidak bersikap fanatisme buta yang akan memicu

terjadinya perpecahan dalam bangsa kita, dan moderasi beragama juga adalah

7
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemah Juz 2, (Surabaya:
Duta Ilmu, 2006), hlm. 22.
8
Abd, Rauf Muhammad Amin, Prinsip Dan fenomena Moderas Islam dalam Trdisi
Hukum Islam, (Makassar: Jurnnal Al-Qur’an 20, Desember 2014), hlm. 24. Diakses
jurnalqalam.or. id/index.php/Al-Qur‟an/articel/download/339/254. Pada kamis 13 Aguatus
2020.
5

salah satu alat atau strategi untuk mewujudkan kerukunan, membangun dan

merawat bangsa kita dari paham-paham radikal. 9

Dalam buku M. Quraish Shihab Islam yang Saya Pahami menjelaskan

beragama itu hadir dalam hati nurani seseorang, jadi ada kebebasan dalam

memilih agama. Karna keberagamaan itu harus didasarkan oleh kepatuhan yang

tulus kepada Allah swt. Sebagaiman firman-Nya dalam QS. al-Bayyinah/98:5

‫ص ٰلوةَ َويُؤْ تُوا‬


َّ ‫الديْنَ ەۗ ُحنَفَ ۤا َء َويُ ِق ْي ُموا ال‬
ِ ُ‫صيْنَ لَه‬ َ ‫َو َماۗ ا ُ ِم ُر ْوۗا ا ََِّّل ِليَ ْعبُدُوا ه‬
ِ ‫ّٰللا ُم ْخ ِل‬

ۗ‫الز ٰكوةَ َو ٰذلِكَ ِد ْينُ ْالقَ ِي َم ِة‬


َّ

Artinya : Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas

menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar

melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang

lurus (benar).10

Jadi, Allah telah memberikan kebebasan pada hambanya sesuai apa yang

mereka inginkan, sesuai apa yang ada di dalam hati nuraninya, bukan apa yang

orang lain inginkan. Ketika terjadi suatu pemaksaan dalam beragama maka akan

terjadi pemasungan hati, padahal dalam Islam tidak mengenal yang namanya

kekerasan dan pemaksaan dalam memilih apa yang ingin mereka yakini. Oleh

karnanya, setiap umat Islam harus mampu memiliki sikap moderasi beragama,

sebagai dasar kita agar kita bisa menjaga keharmonisan dan demi kebaikan

9
Kementrian Agama, R.I. Moderasi Beragama, h. 10.
Kementerian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, Edisi 2014 (Jakarta :
10

Abyan, 2014), hlm. 598.


6

masyarakat yang berada di sekeliling kita yang memiliki perbedaan keyakinan,

perbedaan paham yang kita anut.

Islam selalu memberi kelonggaran bagi setiap manusia baik dalam segi

beragama, tidak ada paksaan di dalamnya, karna Islam adalah rahmatan lil

alamin. Jadi untuk itu semua kalangan masyarakat harus mampu menanamkan

sikap moderasi beragama, bertoleransi agar tidak saling menjatuhkan antar agama

sehingga memicu kekerasan antar sesama.11

Moderasi Beragama sesugguhnya merupakan kunci terciptanya toleransi

dan kerukunan, sehingga hal itulah yang dapat mengembangkan masyarakat islam

tanpa adanya perselisihan antar sesama, serta dapat terciptanya perdamaian

saudara sesama muslim maupun saudara sebangsa.

Dengan demikian, hasil penelitian ini diharap dapat menerapkan nilai-nilai

moderasi beragama terkhususya bagi masyarakat yang ada di kelurahan demang

lebar daun. Hal ini membuktikan moderasi beragma hadir untuk menciptakan

keseimbanga dalam beragama, termasuk itu dalam upaya megembangkan

masyarakat islam.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peulis tertarik untuki meneliti

dengan mengangkat judul: “PENERAPAN NILAI-NILAI MODERASI

BERAGAMA DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN MASYARAKAT

ISLAM DI KELURAHAN DEMANG LEBAR DAUN”.

11
M. Quraish Shihab,Islam yang Saya Pahami (Tangerang: PT. Lntera Hati,2017), hlm.
228-230.
7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang yang sudah dipaparkan di atas maka rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Proses pelaksanaan dalam menerapkan nilai-nilai moderasi

beragama di Kelurahan Demang Lebar Daun ?

2. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam penrapan nilai-nilai moderasi

beragama ?

C. Tujuan Penlitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Proses pelaksanaan dalam menerapkan nilai-nilai

moderasi beragama di Kelurahan Demang Lebar Daun

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam penrapan nilai-nilai moderasi

beragama

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka manfaat dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan

tentang Penerapan nilai-nilai Moderasi Beragama. Penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat sebagai reward dan informasi bagi peneliti lain yang melakukan

penelitian sejenis.
8

b. Manfaat Praktis

Manfaat Praktis yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi referensi

bagi masyarakat untuk belajar tentang Moderasi Beragama.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka merupakan uraian tentang hasil penelitian terdahulu

yang relevan dengan penelitian yang sedang direncanakan guna mengetahui

persamaan dan perbedaan skripsi yang akan dilakukan oleh peneliti. Dalam

penyusunan skripsi ini, penulis juga melakukan penelusuran terhadap peneliti-

peneliti terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan penulis teliti.

Skripsi yang ditulis oleh Anjeli (2021) dengan judul “Penerapan nilai-nilai

moderasi beragama pada pendidikan anak usia dini melalui pendidikan agama

islam” Skripsi tersebut diterbitkan di Program Studi Pedidikan Islam Anak Usia

Dini Fakultas Tarbiyah Dan Tadris Institut Agama Islamnegeri (Iain) Bengkulu.

Secara garis besar skripsi ini membahas tentang moderasi beragama pada

pendidikan anak usia dini melalui pendidikan agama islam. Rumusan masalah

dari skripsi tersebut ialah Bagaimana penerapan nilai-nilai moderasi beragama

pada pendidikan anak usia dini dalam pendidikan agama Islam. Dilihat dari

peelitiann tersebut, metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian

kualitatif kepustakaan metode pengumpulan data yaitu dengan cara wawancara

dilanjutkan observasi dan dokumentasi. Teknik analisa data penggabungan

seluruh data lalu dilakukan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini

menunjukan bahwa dengan menggunakan metode tersebut dapat menyimpulkan


9

bahwa moderasi beragama ialah cara bersikap atau cara kita menjalankan

agama. 12

Skripsi yang ditulis oleh Hardianti (2021) dengan judul “Peran tokoh

agama dalam penanaman sikap moderasi bragama pada generasi milenial di

borog kapala kab. Bantaeng” Skripsi tersebut diterbitkan di Jurusan Akidah

Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar. Secara

umum skripsi ini membahas tentag moderasi beragama pada generasi milenial di

borog kapala kab. Bantaeng. Rumusa masalah yang pertama Bagaimana maksud

dan urgensi moderasi beragama di Borong Kapala, kedua Bagaimana bentuk

peran tokoh agama di Borong Kapala dalam menanamkan sikap moderasi

beragama, ketiga Bagaimana peluang dan tantangan penanaman moderasi

beragama pada generasi milenial di Borong Kapala. Dilihat dari penelitian

tersebut, metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian field research

(penelitian lapangan), yang dimana penelitian lapangan merupakan metode

dimana peneliti terjun secara langsung ke lokasi yang menjadi objek daripada

penelitian dan dalam memperoleh data tersebut peneliti melakukan wawancara

dan pengamatan secara langsung untuk mendapatkan data yang bersifat outentik.

Dengan menggunakan metode tersebut dapat menyimpulkan bahwa Penanaman

moderasi beragama tidak akan berjalan mulus, karna akan ada peluang dan

tantangan yang akan dilalui. karna kecenderungan pengamalan ajaran agama

12
Anjeli, Penerapan nilai-nilai moderasi beragama pada pendidikan anak usia dini
melalui pendidikan agama islam, Institut Agama Islam negeri (IAIN) Bengkulu,2021.
10

terkadang berlebihan dan sering kali menyisakan kebenaran sepihak dan

menganggap dirinya paling benar sementara yang lain salah. 13

Skripsi yang ditulis oleh Masturaini (2021) denga judul “Penanaman

nilai-ilai moderasi beragama di pondok pesantren (Studi pondok pesantren

shohifatusshofa NW Rawamangun Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu

Utara)” Skripsi tersebut diterbitkan di Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Palopo. Secara umum skripsi ini membahas nilai-ilai moderasi beragama

di pondok pesantren. Rumusan masalah yang pertama Bagaimana keberadaaan

pondok Pesantren Shohifatusshofa NW Rawamangun Kecamatan Sukamaju

Selatan Kabupaten Luwu Utara, kedua Bagaimana penanaman nilai-nilai

moderasi beragama di Pondok Pesantren Shohifatusshofa NW Rawamangun

Kecamatan Sukamaju Selatan Kabupaten Luwu Utara, ketiga Bagaimana metode

penanaman nilai-nilai moderasi beragama di Pondok Pesantren Shohifatusshofa

NW Rawamangun Kecamatan Sukamaju Selatan Kabupaten Luwu Utara. Dilihat

dari penelitian tersebut, metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan

metode kualitatif. Penelitian kualitatif (qualitative research) merupakan suatu

payung konsep yang meliputi berberapa format penelitian yang akan membantu

memahami dan menjelaskan makna fenomena sosial dari setting alamiah yang

ada. Dengan menggunakan metode tersebut dapat menyimpulkan bahwa Kiprah

Pesantren Shohifatusshofa NW Rawamangun telah membawa dampak positif

masyarakat plural di Kecamatan Sukamaju Selatan. Dalam model pendidikan

13
Hardianti, Peran tokoh agama dalam penanaman sikap moderasi bragama
pada generasi milenial di borog kapala kab. Bantaeng, Universitas Negeri Islam (UIN)
Alauddin Makassar,2021.
11

serta pengembangan ajaran moderasi beragama di berbagai kalangan serta kelas-

kelas masyarakat Luwu, Jawa, Bali, bahkan masyarakat Lombok.14

Skripsi yang ditulis oleh Achmad Akbar (2020) degan judul “Pera guru

PAI dalam membagun moderasi beragama di SDN Beriwit 4 dan SDN Danau

Usung 1 Kabupaten Murug Raya” Skripsi tersebut diterbitkan di Program Studi

Pedidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Jurusan Tarbiyah

Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya. Secara Umum Skripsi Ini Membahas

Tentang Pera guru PAI dalam membagun moderasi beragama. Rumusan masalah

yang pertama Bagaimana peran guru PAI dalam membangun Moderasi Beragama

di SDN Beriwit 4 dan SDN Danau Usung 1 Kabupaten Murung Raya, kedua Apa

saja nilai-nilai moderasi beragama yang dibagun oleh guru PAI di SDN Beriwit 4

dan SDN Danau Usung 1 Kabupaten Murung Raya, ketiga Apa saja faktor

pendukung dan faktor peghambat dalam membangun Moderasi Beragama oleh

guru di SDN Beriwit 4 dan SDN Danau Usung 1 Kabupaten Murung Raya.

Dilihat dari penelitiann tersebut, metode peelitian yang digunakan yaitu

mengunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field

research) dan metode penelitian kuliatif deskriptif. Deskriptif adalah suatu usaha

untuk menuturkan suatu masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, selain

itu juga menyajikan data, menganalisis data dan menginterpretasi. Dengan

menggunakan metode tersebut dapat disimpulkan bahwa Moderasi beragama

tidak hanya berfokus pada murid yang beragama Islam, tetapi juga diggaungkan

untuk murid yang beragama lain. Guru PAI memiliki berinovasi dengan
14
Masturani, Penanaman nilai-ilai moderasi beragama di pondok pesantren (Studi
pondok pesantren shohifatusshofa NW Rawamangun Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu
Utara), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo, 2021.
12

bekerjasama kepada setiap guru baik beragama Islam dan non-Islam untuk

mensiarkan moderasi beragama.15

Melihat dari keempat karya tersebut tentunya ada persmaan dan perbedaan

dalam penelitia ini terhadap apa yang penulis lakukan. Adapun perbedaan

penelitia ini terletak pada rumusan masalah dan informan yang memberikan data

yang diperlukan penulis dan tempat serta waktu penelitian. Kemudian

persamaannya terletak pada kajian yang dibahas, yaitu tentang Moderas

Beragama. Dari kesimpulan diatas maka dapat dikatakan bahwa penelitian denga

judul Penerapan nilai-nilai moderasi beragama dalam upaya mengembangka

masyarakat islam di kelurahan demang lebar daun.

F. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini peneliti perlu memecahkan masalah dengan teori

sebagai penujang keberhasilan dalam suatu penelitian yang diteliti lakukan.

Sehingga dalam penelitian ini terdapat kerangka teori yang menjadi acuan atau

landasan berpikir bagi peneliti dalam membangun judul penelitian dari peneliti,

yaitu sebagai berikut:

Penulis menggunakan teori meurut Koejorodiningrat penelitian lapangan

(field research) yaitu meneliti segala segi sosial yaitu dari suatu kelompok atau

golongan tertentu yang masih kurang diketahui. 16

15
Achmad Akbar, Pera guru PAI dalam membagun moderasi beragama di SDN Beriwit
4 dan SDN Danau Usung 1 Kabupaten Murug Raya, Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya,
2020.
16
Koenjorodiningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 119
13

1. Moderasi Beragama

Kata modeasi berasal dari bahasa latin moderation yang berarti ke- sedang-an

(tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga berarti penguasaan diri (dari

sikap sangat kelebihan dan kekurangan). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

menyediakan dua pengertian kata moderasi, yakni: 1. pengurangan kekerasan, dan

2. penghindaran keekstriman. Jika dikatakan, ―orang itubersikap moderat‖,

kalimat itu berarti bahwa orang itu bersikap wajar, biasa-biasa saja, dan tidak

ekstrem. 17

Moderasi Islam atau sering juga disebut dengan Islam moderat merupakan

terjemahandari kata wasathiyyah al-Islamiyyah. Kata wasata pada mulanya

semakna tawazun, I‟tidal, ta‟adul atau al-istiqomah yang artinya seimbang,

moderat, mengambil posisi tengah, tidak ekstrim baik kanan ataupun kiri. 18

Wasathiyah adalah sebuah kondisi terpuji yang menjaga seseorang dari

kecenderungan menuju dua sikap ekstrem; sikap berlebih-lebihan (ifrâth) dan

sikap muqashshir yang mengurang-ngurangi sesuatu yang dibatasi Allah swt.

Wasathiyah (pemahaman moderat) adalah salah satu karakteristik Islam yang

tidak dimiliki oleh agama-agama lain. Pemahaman moderat menyeru kepada

dakwah Islam yang toleran, menentang segala bentuk pemikiran yang liberal dan

radikal. Liberal dalam arti pemahami Islam dengan standar hawa nafsu dan murni

17
Lukman Hakim Saifuddin, Moderasi Beragama, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Kementrian RI, cet. 1, 2019), hlm. 15
18
Babun Suharto, et.all, Moderasi Beragama: Dari Indonesia Untuk Dunia, (Yogyakarta:
LKIS,2019).22.
14

logika yang cenderung mencari pembenaran yang tidak ilmiah. 19 Menurut Kamali,

wasathiyyah merupan aspek penting Islam, yang sayang agak terlupakan oleh

banyaknya umat. Padahal ajaran Islam tentang wasathiyyah mengnadung banyak

ramifikasi dalam berbagai bidang yang menjadi perhatian Islam. Moderasi

diajarkan tidak hanya oleh Islam, tetapi juga agama lain. 20

Moderasi beragama ini merupakan istilah yang dikemukakan oleh Kementrian

Agama RI moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan prilaku selalu

mengambil posisi di tengah-tengah, selalu bertindak adil, dan tidak ekstrem dalam

beragama.21 Moderasi beragama menurut Lukman Hakim Saifuddin adalah proses

memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, agar

terhindar dari perilaku ekstrem atau berlebih-lebihan saat meng

implementasikannya. Cara pandang dan sikap moderat dalam beragama sangat

penting bagi masyarakat plural dan multikultural seperti Indonesia, karena hanya

dengan cara itulah keragaman dapat disikapi dengan bijak, serta toleransi dan

keadilan dapat terwujud. Moderasi beragama bukan berarti memoderasi

agama, karena agama dalam dirinya sudah mengandung prinsip moderasi, yaitu

keadilan keseimbangan.22

Moderasi beragama menurut M. Quraish Shihab adalah moderasi

(wasthiyyah) bukanlah sikap yang bersifat tidak jelas atau tidak tegas terhadap

19
Afrizal Nur dan Mukhlis Lubis. Konsep Wasathiyah Dalam Al-Quran; (Studi
Komparatif Antara Tafsir Al-Tahrîr Wa At-Tanwîr Dan Aisar At-Tafâsîr). Jurnal: An-Nur, Vol. 4
No. 2, 2015.
20
Azyumardi Azra, CBE, Moderasi Islam Di Indonesia Dari Ajaran,Ibadah, hingga
Prilak, (Jakarta: Kencana, 2020),hlm. 22.
21
Lukman Hakim Saifuddin,Moderasi Beragama,(Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Kementrian RI,cet.1.2019),hlm.17.
22
Ibid.
15

sesuatu bagaikan sikap netral yang pasif, bukan juga pertengahan matematis.

Moderasi beragama bukan sekedar urusan atau orang perorang, melainkan juga

urusan setiap kelompok, masyarakat, dan negara. Moderasi beragama menurut

Nasaruddin Umar adalah suatu bentuk sikap yang mengarah pada pola hidup

berdampingan dalam keberagaman beragama dan bernegara. 23 Moderasi

beragama menurut Ali Muhammad Ash- Shallabi, wasthiyyah (moderasi) ialah

hubungan yang melekat antara makna khairiyah dan baniyah baik yang bersifat

inderawi dan maknawi. 24

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan, Moderasi beragama adalah cara

pandang dan cara kita bersikap tegas dalam menghargai dan menyikapi perbedaan

keberagaman agama, dan juga perbedaan ras, suku, budaya, adat istiadat, dan juga

etis agar dapat menjaga kesatuan atar umat beragama serta memelihara kesatuan

NKRI.

2. Prinsip-Prinsip Moderasi

Prinsip dasar moderasi ialah adil dan berimbang. Salah satu prinsip dasar

dalam moderasi beragama adalah selalu menjaga keseimbangan di antara dua hal,

misalnya keseimbangan antara akal dan wahyu, antara jasmani dan rohani antara

hak dan kewajiban, antara kepentingan individu dan kemaslahatan komunal,

antara keharusan dankesukarelaan, antar teks agama dan ijtihad tokoh agama,

antara gagasan ideal dan kenyataan, serta keseimbangan antara masa lalu dan

masa depan. Dalam KBBI, kata ―adil diartikan:

23
Nasaruddin Umar, Islam Nusantara jalan panjang moderasi beragama di Indonesia,
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2019), hlm. 105.
24
Ali Muammad Ash-Shallabi, Wasathiyah Dalam Al-Qur‟an Nilai-Nilai Moderasi Islam
dalam Akidah, Syariat, dan Akhlak, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, cetakan. 1, 2020), hlm. 41.
16

a. Tidak berat sebelah/tidak memihak

b. Berpihak pada kebenaran

c. Sepatutnya/tidak sewenang-wenang.

Prinsip yang kedua, keseimbangan, adalah istilah untuk menggambarkan

cara pandang, sikap, dan komitmen untuk selalu berpikir pada keadilan,

kemanusiaan, dan persamaan. Kecenderungan untuk bersikap seimbang bukan

berarti tidak punya pendapat. Mereka yang punya sikap seimbang berarti tegas,

tetap tidak keras karena selalu berpihak kepada keadilan, hanya saja

keberpihakannya itu tidak sampaimerampas hak orang lain sehingga merugikan.

Keseimbangan dapat dianggap sebagaibentk cara pandang untuk mengerjakan

sesuatu secukupnya, tidak berlebihan dan juga tidak kuang, tidak konservatif

dan juga tidak liberal. 25

Ada lima prinsip-prinsip dasar moderasi islam yang harus dipahami dan

diimplementasikan dalam kehidupan islam yang moderat, sebagai berikut: 26

a. Prinsip keadilan (Al-„adl)

Disepakati oleh para ahli tafsir klasik maupun modern, bahwa arti

sesungguhnya dari moderat atau wasahan adalah keadilan dankebaikan. Bahkan

Nabi SAW menafsirkan al-wasath dalam surat Al-Baqarah: 143 dengan

―keadilan‖ (HR. Bukhari). Oleh karena nya tidak ada moderasi tanpa keadilan

dan tidak ada keadilan tanpa moderasi, semakin moderat sebuah sikap terhadap

lingkungan dan manusia, maka semakinadl dan baik pula hidup mereka. Dari

25
Lukman Hakim Saifuddin, Moderasi Beragama,...hlm. 19.
26
Khairan Muhammad Arif, Islam Moderasi: Tela‟ah Komprehensif Pemikiran
Wasathiyyah Islam, pespektif Al-Qur‟an dan As Sunnah, Menuju Islam Rahmatan Li Al-
Alamin, (Jakarta: Pustaka Ikadi, 2020), hlm. 73-80
17

sinidapat disimpulkan bahwa moderasi harus melahirkan keadilan dan kebaikan

bukan sebaliknya, kapan sebuah pemikiran dan sikap dipandang adil dan baik,

maka itu adalah moderasi. Sebaliknya bila suatu pemikiran dan sikap

keagamaan melahirkan kontroversi, fitnah dan kezaliman, maka dapat

dipastikan pemikiran dan sikap itu tidak moderat.

b. Prinsip Kebaikan (Al-Khairiyah)


Moderasi adalah kebaikan itu sendiri. Bila sebuah sikap tidak

mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan, maka dapat dipastikan sikap

tersebut tidak moderat, sebaliknya sikap ekstrem, radikal dan liberal akan

melahirkan keburukan bahkan kejahatan baik bagi diri pelakunya maupun bagi

orang lain.

c. Prinsip Hikmah (Al-Hikmah)

Modersi ilslam, selain memiliki prinsip keadilan dan kebaikan juga

memiliki hikmah dan kearifan dalam semua bentuk dan dimensi ajaranya, tidak

ada ajaran islam yang tidak mengandung hikmah dan tidak ada syariatnya yang

bertentangan dengan hikamah. Ibnu Qayyim berkata:‖sesungguhnya bangunan

utama syariah, adalah berdiri atas hikmah-hikmah dan maslahat hamba, baik

dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat, dia adalah keadilan

seluruhnya, rahmat seluruhnya, maslahat seluruhnya dan hikmah seluruhnya.

Setiap masalah yang keluar dari keadilan pada kezaliman, dari rahmat kepada

sebaliknya, dari kebaikan (maslahat) kepada kerusakan (mafsadat) dan dari

hikmah kepada sia-sia, maka itu bukan syari‘ah, walaupun berusaha

dimasukkan takwil.
18

d. Prinsip Konsisten (Al-Istiqomah)

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah membagi istiqimah atau konsisten pada 5

dimensi:

1) Konssiten meng-Esakan Allah melalui keinginan, ucapan,

perbuatan dan niat, yang disebut ikhlas.

2) Konsisten memastikan terlaksananya semua amal sesuai dengan

syariah terhindar dari bid‘ah, yang disebut megikutui.

3) Konsisten dalam semangat beramal untuk taat pada Allah sesuai

kemapuan.

4) Konsisten dalam moderat atau pertengahan pada setiap amal,

terhindar dari berlebihan dan mengurangi (ekstrim kanan dan

ekstrim kiri).

5) Konsisten berada dalam batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh

syariah dan tidak tergoda oleh hawa nafsu.

e. Prinsip Keseimbangan (At-Tawazun)

Salah satu prinsip dasar wasatiyyah adalah keseimbangan (At-

Tawazun), bahkan keseimbangan adalah salah satu pandanan kata adil atau “At-

Ta‟adul”. Prinsip At-Tawazun juga mewajibkan moderat dalam memandang

nilai-nilai rohani dan spiritual, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara rohani

dan materi. Islam sarat dengan ajaran spiritual dan keimanan, namun tidak

melupakan hal-hal yang bersifat materi, seperti: harta, makan dan minum, tidur,

menikah dan sebagainya.


19

Adapun menurut Afrizal Nur dan Mukhlis Lubis, ciri-ciri moderat dapat

diidentifikasi berdasarkan 10 ciri-ciri sebagai berikut:27

a. Tawassuth (mengambil jalan tengah/tidak melebih-lebihkan dan

mengurangi ajaran islam).

b. Tawazzun (seimbang antara tuntutan kehidupan duniawi dan ukrowi

serta tegas dalam menyatakan prinsip terhadap penyimpangan dan

perbedaan

c. I‟tidal (adil/merealisasikan hak dan kewajiban secara proporsional)

d. Tasammuh (toleran dalam permasalahan yang bersifat ikhtilafi, baik

dalam keagamaan, sosial, budaya dan kemasyarakatan)

e. Musawah (egaliter/tidak bersikap diskriminatif terhadap sesama)

f. Syura (dialog untuk menyelesaikan permsalahan)

g. Islah (reformasi/mengutamakan perbaikan dan kemajuan demi

kemaslahatan umum)

h. Awlawiyah (memprioritaskan hal-hal yang terpenting dari yang

kurang penting)

i. Tathawwur wal ibkar (dinamis dan inovatif untuk menjawab

tuntutan kemajuan dan kemaslahatan umum).

j. Tahaddur (Keadaban//menjunjung tinggi akhlak mulia, identitas

dan integritas sebagai umat terbaik dalam kehidupan).

27
Khoirul Mudawinun Nisa‘, Integrasi Nilai-Nilai Moderasi Pada Anak Usia Dini
Berbasis Living Values Education (LVE). Prosiding 2nd Annual Conference For Muslim
Scholerss (AnCoMS) Kopertais Wilayah 4 Surabaya tahun 2018, hlm. 727-729
20

3. Pengembangan Masyarakat

Pengembangan Masyarakat merupakan konsep yang berkembang sebagai

tandingan (opponent) terhadap konsep negara kesejahteraan (welfare state).

Kedua konsep ini muncul dalam wacana pembangunan yang diperankan oleh

negara (sebagai tanggung jawab Pemerintah) untuk mensejahterakan

masyarakat (rakyat) dan mendistribusikan kesejahteraan tersebut secara merata

(adil).

Inti dari konsep kesejahteraan adalah pemenuhan kebutuhan hidup

manusia (human needs) yang dimulai dengan pemenuhan kebutuhan dasar (basic

needs), seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan. Di negara maju,

telah terbukti bahwa konsep negara-kesejahteraan (welfare state) tidak mampu

berjalan secara berkelanjutan pada saat negara krisis ekonomi karena dibebani

oleh peningkatan pengangguran dan kemiskinan. 28 Gagasan pengembangan

masyarakat muncul sebagai sebuah respon dari gagalnya kegiatan-kegiatan

pembangunan. Meskipun program pembangunan disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat itu sendiri, namun konsep tersebut tidak mempertimbangkan kondisi

yang sebenarnya sehingga mengakibatkan hilangnya kapasitas dan kesadaran

masyarakat untuk bertindak.

Konsep pembangunan dianalisis gagal karena orientasi pembangunan

hanya pada sektor kebutuhan masyarakat yang bersifat fisik, yang dianalisir

mengakibatkan ketergantungan masyarakat terhadap program pemerintah yang

bersifat Charity.

28
Jim Ife, Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat
di EraGlobalisasi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), Cet. III, h. 7
21

Kalau pada konsep Negara-kesejahteraan (welfare state), pemerintah

campur tangan langsung pada pengelolaan dan distribusi kesejahteraan

masyarakat. Sedangkan pada konsep pengembangan masyarakat, lebih ditekankan

pada upaya pemenuhan kebutuhan oleh masyarakat sendiri (community-base

service) dengan ide utama keberlanjutan dalam penyelenggaraan kebutuhan hidup

manusia karena dikembangkannya keswadayaan (self-reliance) masyarakat.

Pengembangan masyarakat dikenal dengan istilah Community

Development. Community Development makna yang penting dari dua konsep

yaitu : community yang bermakna “kualitas hubungan sosial” dan Development

bermakna “perubahan kearah kemajuan yang terencana dan bersifat gradual.” 29

Perubahan yang dimaksud diatas adalah perubahan yang bersifat transformatif

yang lahir langsung dari masyarakat, yang terjadi melalui proses yang alami.

Melalui perubahan yang transformatif dan terencana menjadikan masyarakat lebih

kreatif dalam meningkatkan kondisi kehidupannya serta dapat memampukan

dirinya sendiri.

Soetomo dalam bukunya mendefinisikan community development adalah

suatu proses yang merupakan usaha masyarakat sendiri yang diintegrasikan

dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan

kultural komunitas, kedalam kehidupan nasional dan mendorong kontribusi

komunitas yang lebih optimalbagi kemajuan nasional. 30

29
Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta : Yayasan Pustaka
Obor Indonesia, 2014), h. 30.
30
Soetomo, Pembangunan Masyarakat , (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), h. 79
22

G. Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian adalah langkah yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan informasi atau data serta investigasi pada data yang telah

diperoleh tersebut.

Ada beberapa metode yag digunakan dalam penulisan skripsi ini, yaitu :

1. Jenis dan Sifat Penelitian

a. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenisnya, penelitian skripsi ini termasuk dalam penellitian

lapangan atau sering disebut field research. Menurut

Koenjorodiningrat penelitian lapangan (field research) yaitu meneliti

segala segi sosial yaitu dari suatu kelompok atau golongan tertentu

yang masih kurang diketahui. 31 Penelitian lapagan bermaksud

mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang

dan interaksi suatu sosial, individu, kelompok, lembaga dan

masyarakat.32 Sedangkan menurut Kartini Kartono, penelitian

lapangan yaitu penelitian yang dilakukan kancah kehidupan yang

sebenarnya.33 Jadi penelitian lapangan adalah penelitian yang

mengangkat data dan permasalahan yang ada dalam kehidupan

masyarakat. Dalam hal ini menjelaskan realitas yang ada yaitu tentang

31
Koenjorodiningrat, Metode-metode penelitian masyarakat,Edisi Ketiga, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1997),h.119
32
Husain Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Askara, 2000), h.5
33
Kartini Kartono, Pengantar Metologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1996), h.
23

Penerapan nilai-nilai moderasi beragama dalam upaya

mengembangkan masyarakat islam di kelurahan demang lebar daun.

b. Sifat Penelitian

Kemudian sifat penelitian ini bersifat deskriftif analisis yang dimaksud

dengan metode deskriftif adalah “ Suatu metode dalam meneliti suatu

objek yang bertujuan membuat skripsi, gambaran secara sistmatis dan

objektif, megeai sifat-sifat, fakta-fakta, cirri-ciri, serta hubungan

diantara usur-usur yang ada dalam fenomena tersebut.34 Dalam

penelitian ini akan digambarkan bagaimana Penerapan nilai-nilai

moderasi beragama dalam upaya mengembangkan masyarakat islam di

kelurahan demang lebar daun.

2. Data dan Sumber Data

Data Kualitatif adalah sumber data yang kita gunakan bersifat

induktif dan berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan

kemudian dikontribusikan menjadi hipotesis dan teori.

Dalam Penelitian ini yang didapatkan melalui penelitian lapangan di

Kelurahan Demang Lebar Daun .

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini dibagi dalam dua

golongan yaitu:

a. Data Primer, dalam penelitian ini data primer diperoleh dari hasil

wawancara dan observasi penulis kepada sumber data yakni tokoh-

34
Kaelan, M.S, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta:
Paradigma,2005),h. 58
24

tokoh agama, tokoh masyarakat yang ada di kelurahan demang lebar

daun dan lurah demang lebar daun.

b. Data Sekunder, data ini diperoleh dari sumber data selain orang yang

diteliti. Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dari Ketua RT. 35,

Ketua RW. 10, Guru Madrasah Al-Amalul Khair, Ketua Masjid Nurul

Iman dan lurah demang lebar daun.

3. Teknik Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian. Karena tujuan yang paling utama yaitu mendapatkan

data.35 Adapun metode yang digunakan oleh penulis yaitu:

a. Teknik Observasi

Analisi (observasi), suatu metode pengumpulan data yang dilakukan

secara sistematis dan pengamatan dan pencatatan yang diteliti. 36 Ada

tiga jenis teknik pokok dalam Observasi yaitu : Observasi Participant

dan Observasi non Participan, observasi eksperimen dan non

eksperimen, observasi sistematik dan non sistematik. Jenis Observasi

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Obsevasi Participant, yaitu

peneliti turut ambil bagian dalam keadaan objektif yang

diobservasikan. Teknik Observasi ini merupakan teknik sekunder yang

penulis gunakan untuk memperoleh data dan mengamati secara

35
Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal.
239
36
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis. (Bandung: Alfabeta, Cv, 2004), hal,203
25

langsung tentang Penerapan nilai-nilai moderasi beragama dalam

upaya mengembangkan masyarakat islam di kelurahan demang lebar

daun.

b. Teknik Wawancara

Wawancara ini dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,

dan bisa dilakukan dengan beberapa cara mulai dari tatap muka

maupun melalui via telepon. Dalam hal ini penulis melakukan tanya

jawab secara langsung akan dilakukan informasi penelitian yakni

Penerapan nilai-nilai moderasi beragama dalam upaya

mengembangkan masyarakat islam di kelurahan demang lebar daun.

c. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari

tempat penelitian meliputi: buku-buku yang rilevan, peraturan-

peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter data yang

rilevan penelitian.37 Dalam hal ini penulis mengumpulkan

dokumentasi di Kantor Lurah Demang Lebar Daun hingga meminta

laporan dari ketua RT Setempat.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang lingkup wilayah Kelurahan Demang

Lebar Daun Kota Palembang.

5. Teknik Analisis Data

37
Riduawan,Metode & Teknik Penyusunan Tesis.(Bandung: Alfabeta, 2006), hal. 105
26

Analisis data adalah proses menyusun data dan mengelompokkan

kategori-kategori dan urutan-urutan dasar. Analisis dilakukan terhadap

data hasil studi pendahuluan atau sekunder, yang akan digunakan untuk

menentukan fokus penelitian. Pada dasarnya, analisis data kualitatif

dilaksanakan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Peneliti

menggunakan model analisis interaktif. Menurut Miles dan Huberman

dalam proses pengumpulan data lapangan analisis dalam pelaksanaannya

melalui tahapan- tahapan sebagai berikut :

a. Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan terjun ke lapangan. Dalam

penelitian ini pengumpulan data dipeoleh dari mencatat semua data

objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi, wawacara dan

dokumentasi.

b. Proses reduksi data

Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus

penelitian. Reduksi data metupakan suatu bentuk analisis yang

menggolongkan, mengarahkan, membuang, yabg tidak perlu dan

mengorganisasikan data-data yan telah direduksi.

c. Penyajia data

Penyajian data adalah sekumpula informasi tersusun yang

memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk teks naratif,


27

dengan tujuan dirancang guna menggabungkan informasi yang

tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami.

d. Penarikan dan Kesimpulan

Setelah data disajikan, maka dilakukan penarikan kesimpulan atau

verifikasi. Untuk itu diusahakan mencari pola, model, tema, hubungan,

persmaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis, dan sebagainya.

Dalam tahap ini dilakukan analisis alur peran Penerapan nilai-nilai

moderasi beragama dalam upaya mengembangkan masyarakat islam di

kelurahan demang lebar daun.

H. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan merupakan tata urutan atau langkah-langkah

penulisan yang diutarakan dalam tiap-tiap bab, dirangkap secara teratur dan

sistematis. Adapun penulisannya sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan terdiri dari latar belakang masalah yang dibuat berdasarkan

judul penelitian. Rumusan masalah yang menjadi dasar permasalahan dari

penelitian. Tujuan penelitian sebagai bahan penilaian dari pencapaian hasil

penelitian. Kegunaan penelitian sebagai harapan peneliti terhadap pemanfaatan

hasil dari pelaksanakaan penelitian. dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab ini akan terdiri atas tinjauan pustaka dan kerangka teori. Tinjauan

pustaka ini akan membahas mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang

pembahasannya sama dengan penelitian ini. Kerangka teori mendeskripsi teori


28

yang berisi teori-teori mengenai moderasi beragama, dan pengembangan

masyarakat.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan prosedur pencarian data yang meliputi metode

dan pendekatan penelitian, data dan jenis data, lokasi/objek penelitian, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diidentifikasikan lokasi penelitian. Kemudian

pembahasan secara rinci hasil penelitian mengenai penerapan nilai-nilai moderasi

beragama berdasarkan data yang sudah didapatkan yang kemudian dianalisis

untuk memperoleh hasil dari penelitian.

BAB V PENUTUP

Dalam penelitian ini akan terdiri dari penarikan kesimpulan berisi

penjelasan singkat yang diambil berdasarkan dari hasil penelitian, serta saran yang

berisi rekomendasi yang dilakukan oleh pihak yang diteliti ataupun masyarakat

luas.
29

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal Nur dan Mukhlis Lubis. 2015. Konsep Wasathiyah Dalam Al-Qur’an;

(Studi Komparatif antara Tafsir Al-Tahrir Wa At-Tanwir Dan Aisar At-

Tafsir). Jurnal: An-Nur, Vol. 4 No. 2. fjyghjfgfhvjhyghggfjhyg

Amin, Abd. Rauf Muhammad. 2014. Prinsip dan Fenomena Moderasi Islam

dalam Tradisi Hukum Islam. Makasar: Jurnal Al-Qur‘an.

Arif, Khairan Muhammad. 2020. Islam Moderasi: Tela‟ah Komprehensif

Pemikiran Wasathiyyah Islam, pespektif Al-Qur‟an dan As Sunnah,

Menuju Islam Rahmatan Li Al-Alamin. Jakarta: Pustaka Ikadi.

Ash-Shallabi, Ali Muammad. 2020. Wasathiyah Dalam Al-Qur‟an Nilai-Nilai

Moderasi Islam dalam Akidah, Syariat, dan Akhlak. Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar.

CBE, Azyumardi Azra. 2020. Moderasi Islam Di Indonesia Dari

Ajaran,Ibadah,hingga prilaku. Jakarta : Kencana

Darmadji, Ahmad. 2011. Pondok Pesantren Dan Deradikalisasi Islam Di

Indonesia. Jurnal Millah. Vol. 11, No. 1.

Departemen Agama Republik Indonesia. 2016. Al-Qur’an Dan Terjemahan Juz 2.


Surabaya: Duta Ilmu.
Frank Tesoriere, JIM Ife. 2008. Community Develoment, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Kementrian Agama RI. Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah. Edisi 2014 Jl.

Tarumanegara Utama no. 37: Abyan, 2014

Koenjorodiningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


30

Mhajir, K.H Afifudin. 2018. Membangn Nalar Islam Moderat (Kajian

Metodologi. Jawa Timur: Tawirul Afkar.

Nasdian, Fredian Tonny , 2014, Pengembangan Masyarakat, Jakarta : Yayasan

Pustaka Narbuko.

Rianto Adi, Motodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Cetakan 4 Agustus 2021.

Saifuddin, Lukman Hakim. 2019. Moderasi Beragama, (Jakarta: Kementrian

Agama RI.

Shihab, M.Quraish. 2019. Islam Yang Saya Pahami. Tangerang: PT. Lentera Hati.

Soetomo, 2015, Pemberdayaan Masyarakat,Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Suharto, Babun, Mooderasi Beragama: Dari Indonesia Untuk Dunia. Yogyakarta

Umar, Nasaruddin, 2019. Islam Nusantara Jalan Panjang Moderasi di Indonesia.

Jakarta: PT Gramedia.

Usman, Dr Husaini, M.Pd, dan M.T Purnomo Setiady. “METODOLOGI

PENELITIAN SOSIAL.,” t.t.,185.

Anda mungkin juga menyukai