Anda di halaman 1dari 13

ANGGOTA

Kelompok 6 :
1. Abdul Halim Ar Rasyid (C1M022097)
2. Suryapati Rizky Mustika (C1M022138)
3. Ririn Auliya Hidayahmi (C1M022129)
4. Eldita Padila Ramadani (C1M022108)
5. MIftahul islamiyah (C1M022119)
6. Shelvya Aprya Lingga (C1M022135)
7. Padia Rahmayani (C1M022126)
8. Nikita (C1M022124)
ISLAM DAN
KEBERAGAMAN SOSIAL
BUDAYA DI INDONESIA
Kelompok 6
Latar Belakang

 Keragaman budaya, tradisi dan agama adalah suatu keniscayaan hidup, sebab setiap orang atau
komunitas pasti mempunyai perbedaan sekaligus persamaan. Di sisi lain pluralitas budaya, tradisi
dan agama merupakan kekayaan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Namun jika kondisi seperti itu
tidak dipahami dengan sikap toleran dan saling menghormati, maka pluralitas budaya, agama
atau tradisi cenderung akan memunculkan konflik bahkan kekerasan (violence). Oleh karena itu
memahami pluralitas secara dewasa dan arif merupakan keharusan dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara.
 Jika tidak, perbedaan budaya, tradisi atau kultur seringkali menyebabkan ketegangan dan konflik
sosial. Kenyataan di lapangan menyebutkan bahwa perbedaan budaya atau tradisi dalam suatu
komunitas masyarakat tidak selamanya dapat berjalan damai. Di satu sisi ia merupakan kekayaan
masyarakat Indonesia, namun di sisi lain ia dapat menjadi faktor pemicu konflik horisontal.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian maka bisa dirumuskan
beberapa masalah berikut ini:

Bagaimana pandangan islam tentang Bagaimana kebudayaan masyarakat


keberagaman atau plural ? muslim pada era kontemporer ?

Bagaiman konsep membangun persatuan Bagaimana cara menghadapi


dan kesatuan di tengah kehidupan social keberagamaan dalam keberagaman ?
budaya Indonesia yang plural ?

Bagaimana peranan dakwah dalam Bagaimana peran masyarakat dalam


transformasi social budaya ? menjaga sosial budaya di Indonesia ?
KAJIAN TEORI
(Pembahasan
)
Pandangan Islam Tentang Keberagaman
atau Plural
Bagi orang Islam hidup dalam kemajemukan merupakan kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya dalam
mengemban amanah Allah dengan mengingat batas-batas/norma yang ada. Allah menegaskan bahwa sikap
hidup yang sehat itu adalah menggunakan segi-segi kelebihan masing-masing untuk secara maksimal saling
mendorong dalam usaha mewujudkan berbagai kebaikan dalam masyarakat. Kemajemukan hidup dalam
masyarakat tidak sekedar tertulis dalam sejarah masalalu dimanaRasulullah s.a.w. menyebarkan agamanya,
tetapi dalam kehidupan sekarangpun terbukti tentang kemajemukan hidup masyarakat.

Dalam menanggapi kemajemukan agama, M. Din Syamsuddin mengatakan bahwa kemajemukan agama adalah
kenyataan yang tidak dapat diingkari mungkin merupakan "Sunnatullah" dalam proses pembiakan dan
persebaran umat manusia. Proses ini bahkan dapat terjadi dalam satu tradisi keagamaan yang majemuk
dikalangan umat satu agama. Sinyalemen-sinyalemen yang tertuang dalam Al-Qur'an dan fakta-fakta yang
dikemukakan oleh para pakar tentang pluralisme kehidupan manusia memberikan indikasi bahwa aspek-aspek
perilaku sosial budaya produk manusia sangat mempengaruhi budaya Qur'ani.
‫َو َاْن َز ْل َنٓا ِاَلْيَك اْل ِك ٰت َب ِباْل َح ِّق ُم َص ِّد ًقا ِّلَما َبْيَن َيَدْي ِه ِم َن اْل ِك ٰت ِب َو ُم َهْي ِم ًنا َع َلْي ِه َفاْح ُك ْم‬
‫ُك‬ ‫ْن‬ ‫ِم‬ ‫ا‬ ‫َن‬ ‫ْل‬ ‫َع‬ ‫َج‬ ‫ٍّل‬ ‫ُك‬ ‫ِل‬ ‫ِّۗق‬ ‫َح‬ ‫ْل‬‫ا‬ ‫َن‬ ‫ِم‬ ‫َءَك‬ ‫ۤا‬ ‫َج‬ ‫َّما‬ ‫َع‬ ‫ُه‬ ‫َء‬ ‫ۤا‬ ‫َو‬ ‫ْه‬ ‫َا‬ ‫ْع‬ ‫َّت‬ ‫َت‬ ‫اَل‬ ‫َو‬ ‫ُه‬ ‫ّٰل‬‫َبْي َنُهْم ِبَمٓا َاْن َز َل ال‬
‫ْم‬ ‫ْم‬ ‫ِب‬
‫ّٰل‬
‫ِش ْر َع ًة َّو ِم ْن َهاًج اۗ َو َلْو َش ۤا َء ال ُه َلَج َع َلُكْم ُاَّم ًة َّو اِح َدًة َّو ٰل ِك ْن ِّلَيْب ُلَو ُك ْم ِفْي َمٓا ٰا ٰت ىُك ْم‬
‫َفاْس َتِبُقوا اْل َخ ْيٰر ِۗت ِاَلى الّٰل ِه َمْر ِج ُع ُكْم َج ِم ْيًعا َفُيَنِّبُئُكْم ِبَما ُكْنُتْم ِفْي ِه َتْخ َتِلُفْو َۙن‬

Artinya :
"Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran,
yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara
mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan
aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja),
tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan." (Qs.Al Maidah ayat : 48)
Konsep Membangun Persatuan dan Kesatuan di
Tengah Kehidupan Social Budaya Indonesia yang
Plural

Masalah antar teologi, sejarah, primodialisme, muncul akibat pluralisme agama di Indonesia yang saling
tarik menarik, ketika umat beragama sendiri berada dalam lingkungan intern pluralisme berhadapan
dengan masalah teologi, baik Islam, Budha, Protestan, Hindu, Konghucu, Khatolik, dan agama lainnya,
dengan melupakan aspek esoteris agama-agama ada dan masih mempersoalan truth claim (klaim
kebenaran). Dan tidak dapat dipungkiri karena sudah merupakan kenyataan sosial, bahwa kita memiliki
agama yang berbeda-beda.

Pluralisme agama memandang semua agama setara dengan agama-agama yang lainnya dan terhadap
pluralitas agama sebuah paham dan cara pandang semua agama adalah sama (Khaerurrozikin, 2015).

primodialisme termasuk menghambat perkembangan pemikiran keagamaan karena dianggap sebagai faktor
pengganjal dalam persoalan kebenaran universal (Utoyo, 2015).
Peranan Dakwah Dalam Transformasi
Sosial Budaya
Dalam konteks kebudayaan, interaksi dakwah dengan lingkungan sosial berkembang dua tipe
pendekatan yang dia metrical, yaitu pendekatan yang kompromis dan non kompromis. (Simuh,
1993 : 6).

Tipe pendekatan non kompromis, dengan demikian, tetap relevan untuk menciptakan seni atau memperhalus
seni budaya setempat ke arah yang positif yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan agama.
Pendekatan tipe kompromis ini sangat dominan dalam sejarah

Tipe pendekatan non kompromis bcrdasarkan pada pengembangan nalar yang membedakan secara
diameterik antara yang Islami dan yang tidak Islami.Istilah istilah diametrik seperti iman dan kafir, Islam
dan Jahiliyah, tauhid dan musyrik adalah sarana untuk menarik garis pemisah (furqan) yang tegas dan
diametrik antara yang Islami dan yang tradisi Sosial budaya masa jahiliyah yang sangat bertentangan
dengan Islam. Ciri utama tipe pendekatan ini, kurang terbuka dan hanya dapat menerima unsur-unsur tradisi
setempat atau yang bisa diintegrasikan dengan ajaran Islam.
Peranan Dakwah Dalam Transformasi
Sosial Budaya
Dalam Islam tidak ada pertentangan antara etika yang terinternalisasi dengan hukum yang
tereksternalisasi, antara niat yang terssembunyi dengan tindakantindakan nyata. (Manzoor, 1991 :
64 )Dalam era globalisasi ini ada dua kecenderungan para pemikir muslim yaitu:

Pertama, kelompok modernis berkeyakinan dan bersikap optimis yang realistis. Artinya, mereka menerima
dan membuka diri dengan penuh gairah pengaruh ilmu dan teknologi barat sebagai sarana yang paling
ampuh untuk menyegarkan dan mendinamisir kemurnian pemahaman agama mereka.

Kedua, kelompok revitalis, mengembahgkan sikap optimis yang romantisme. Mereka berkeyakinan bahwa
Islam justru merupakan alternatif bagi kemajuan peradaban barat.
Cara Menghadapi Keberagaman Dalam
Keberagamaan

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam Memahami dan menerima


menyelesaikan masalah, semua itu sebuah keberagaman
pilihan dengan segala konsekuensinya. Dengan
segala dinamika dan kompleksitas kehidupan Menghargai pendapat
dalam masyarakat, menurut Pruitt dan Rubin
(Pruit & Rubin, 2011: 56-59).
Sikap peduli dan empati
Adapun cara-cara menyikapi keberagaman
dalam keberagamaan:
Cara Menghadapi Keberagaman Dalam
Keberagamaan

Peran masyarakat dalam menjaga keragaman dan keselarasan


budaya antara lain sebagai berikut:

Mengembangkan sikap saling Mengembangkan rasa nasionalisme


menghargai

Meninggalkan sikap primordialisme Menyelesaikan semua konflik dengan


cara yang akomodatif melalui mediasi,
kompromi, dan adikasi;

Menegakkan supremasi hukum Mengembangkan kesadaran sosial


Kesimpulan

Surat Al Hujurat Ayat 13

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُع ْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو ا‬
‫ۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم َخ ِبْيٌر‬

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Anda mungkin juga menyukai