Kehidupan manusia dengan asfek sosial yang berbeda perlu di kaji ulang.
Untuk kembali di revitalisasi dan reorientasi sesuai petunjuk Al-Quran.
Manusia mutlak memerlukan bimbingan dan petunjuk, dan petunjuk itu
telah turun berada di tengah-tengah kita saat ini, yaitu Al-Quranul
karim. Al-Quran adalah kitab suci yang sarat nilai dan merupakan
petunjuk ( hudan ) bagi kehidupan manusia. Al-Quran bukan karya
manusia seperti kitab lainnya. Sampai hari ini dan bahkan sampai
kapanpun Al-Quran tidak akan bisa di tiru , diubah ataupun bahkan
dihilangkan di permukaan bumi karena dipelihara oleh Sang Maha Pencipta
yaitu Allah swt sebagaimana Firman-Nya :
Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya ( Qs. Al-Hijr 9).
Dalam kontek kehidupan modern saat ini dimana masyarakat dengan basis
tehnologi dan ilmu pengetahuan yang sering disebut sebagai masyarakat
milenial telah mengalami pergeseran nilai baik nilai-nilai sosial ataupun
budaya. Umpamanya saja nilai kebersamaan yang selama ini menjadi ciri
khas pergaulan sosial kita sedikit demi sedikit sudah mulai hilang
digantikan dengan sikap individualistik dan egoistik. Pergeseran nilai
tersebut telah merambah masuk mulai dari kehidupan keluarga sampai
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam kontek
kehidupan bernegara , umpamanya Indonesia ( khususnya ) secara masif
menuju kepada perubahan struktur dan pola yang tidak seimbang . Banyak
kesenjangan yang kita lihat dan saksikan Baik kesenjangan dalam
berpolitik dan berekonomi, maupun kehidupan beragama . Akibat dari itu
telah memicu timbulnya gejolak dan gejala ketidak puasan masyarakat
sehingga muncul berbagai aksi-aksi sosial seperti apa yang disebut
dengan people power ( kita tidak mengulas apa itu people power ). Hal
tersebut tentu saja akibat dari hilangnya pola keseimbangan akibat
benturan kepentingan yang pada akhirnya memporak porandakan nilai
kebersamaan dalam masyarakat. Ini tentu pula tidak lepas dari akibat lain
yang takterhindarkan dari akibat pergaulan dalam percaturan dunia global
saat ini.
Dalam kontek seperti ini, 14 abat yang lalu Islam telah memberikan
petunjuk kepada kita seperti yang dapat kita baca dalam Al-Quran surat Al-
Hujurat ayat 13 diatas. Untuk mewujudkan kebersamaan dalam
keragaman khususnya dalam kontek kehidupan berbangsa dan bernegara
sekurang-kurangnya terdapat dua perfektif besar petunjuk Al-Quran yang
mesti kita amalkan dalam mewarnai kehidupan bersama dalam keragaman
yaitu ; Pertama; mengamalkan prinsif as-syu’ub, yaitu menerima
eksistensi dan perbedaan suku bangsa lain sebagai anugerah rahmad dari
Allah swt. Kedua; nahdhariyah al-nahdha, yaitu menerima eksistensi
kemanusiaan . Bahwa manusia merupakan ciptaan Allah swt yang memiliki
kesamaan hak satu sama lain .
Dari dua prinsif yang di ajarkan Al-Quran sangat jelas bagi kita bahwa
keragaman ( plural ) merupakan sunnatullah dan anugerah Yang Maha
Kuasa. Pluralisme masyarakat adalah salah satu ciri utama dari masyarakat
multikultural seperti Indonesia. Dalam kajian para ahli sosiologi Indonesia
disebut sebagai negara yang masyarakatnya pluralistik. Kata ini sering
diartikan dengan masyarakat majemuk / plural society. ( Nasikun;
1998 ). Berdasarkan petunjuk Al-Quran pluralisme ( keragaman ) sangat
penting artinya terutama dalam semangat persatuan dan kesatuan
bangsa. Keragaman merupakan potensi strategis untuk mewujudkan
pembangunan dan sekaligus sebagai rahmad Allah swt. Keragaman
merupakan kekuatan atau energi untuk membangun kebersamaan .