Anda di halaman 1dari 25

PENGUATAN MODERASI BERAGAMA

DENGAN KEARIFAN LOKAL

OLEH:

AKBP M. YAMIL S.Ag., M.H


PENDAHULUAN
MODERASI BERAGAMA (MB)
1. Sebuah istilah yang dimuculkan pada era peradaban global, era digital, era trans-
ideologi nasional.
2. Suatu cara pandang (paradigma) agama dalam menyikapi Kehidupan Bersama
(masyarakat, komunitas, bangsa, negara) di tengah perbedaan, kemajemukan,
keragaman, kebhinekaan.
3. Agama sebagai basis membangun Keadilan untuk memperkuat Persatuan,
Persaudaraan, Kerukunan, Toleransi, dan Kemaslahatan Umat dalam kehidupan
Berbangsa, dan Bernegara.
4. Pemikiran, sikap, dan perilaku moderat suatu masyarakat Beragama berbasis
Keadilan dalam Bernegara. Indikatornya, antara lain: Komitmen Keagamaan,
Toleransi, Anti Kekerasan (radikal), dan Akomodatif terhadap Budaya Lokal
5. Mewujudkan Islam yang Rahmatan lil ‘alamin dan menghindari kekerasan,
menangkal radikalisme, terorisme, paham intoleransi dan disintergrasi yang kini
makin nyata.
Dari lima hal di atas, lalu bagaimana Dakwah PMI merespon MB dalam perspektif
Islamic Community Developmnet .

2
AKAR HISTORIS MODERASI BERAGAMA
1. Istilah Moderasi Beragama dan muatan subtansinya, pada dasarnya secara
akademik merupakan kelanjutan dari SEJARAH PERADABAN ISLAM, atau
SEJARAH PERADABAN DI DUNIA ISLAM, yaitu lebih dikenal
PERKEMBANGAN MODERN/ALIRAN MODERN DALAM ISLAM.
2. SEJARAH PERADABAN ISLAM (old history) berpusat pada kajian politik dan
kekuasaan, sehingga mengesankan konflik sosial, peperangan, sentimen, dan
hanya memerankan ketokohan orang-orang yang kuat (pemegang hegenomi
politik). Kita yang mengkaji SPI “seolah-olah” mewarisi kesan itu, dan di antara
dampaknya adalah “muncul potensi kekerasan.” Kita dapat menganalisis terutama
PERJALANAN DAULAH ISLAMIYAH, Dinasti Umayah dan Dinasti
Abbasiyah. Meskipun ada sisi moderasinya dalam beragama, sehingga dua
Dinasti itu juga mengukir kemajuan dan kejayaannnya masing-masing.
3. SEJARAH PERADABAN ISLAM (new history) diorientasikan pada kajian
berpusat pada SEJARAH SOSIAL (social history) yaitu memberdayakan lembaga
sosial, lembaga pendidikan, jaringan intelektual (ulama/ ilmuwan), dengan
harapan Umat Beragama (Islam) mampu bangkit kembali untuk maju, mengukir
kejayaan masa lalu hadir kekinian, dan mengejar ketinggalannya dari kemajuan
Peradaban Barat Modern. New history dalam SPI inilah yang membangun dan
mengembangan Moderasi Beragama yang kini menjadi trendy dan brandy
Masyarakat Islam.
3
DEFINISI MODERASI BERAGAMA
Suatu cara pandang, sikap, praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara
mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan, dan
membangun kemaslahatan umat berdasarkan prinsip adil, berimbang, dan menaati
konstitusi sebagai kesepakatan berbagsa. (Oman Fathurrahman Ketua Pokja MB Kemenag
RI).

- MB sebagai Paradigma agama, bagi penganutnya, untuk melindungi martabat


kemanusiaan dalam menyikapi perbedaan secara adil.
- MB sebagai sikap dan perilaku, bagi pemeluknya, untuk membangun
kemaslahatan umat (antarumat beragama) dalam kehidupan Negara.
-MB dalam Webinar ini, untuk menarasikan dan menganalisis realitas kehidupan
sosial, fakta-fakta sosial, fenomena kehidupan masyarakat, bangsa dan negara atau
peradaban global dengan menempatkan Agama sebagai basis/pendekatan
membangun dan mengembangkan Keadilan. Sebagaimana disinyalir dalam QS. Al-
Baqarah : 143.
Moderasi Islam (Islam Wasathiyah)
- Keseimbangan antara Keyakinan (yang kokoh) dengan toleransi (KH. Hasyim Muzadi)
- Keislaman yang mengambil jalan tengah (tawasuth) (KH. Ma’ruf Amin)
- Sebagai al-shirat al-Mustaqim, jalan tengah tertumpu pada tauhid (M. Din Syamsuddin)
4
KARAKTERISTIK MODERASI BERAGAMA
QS. Al-Baqarah : 143

‫الر ُس ْو ُل َعلَْي ُك ْم َش ِه ْي ًدا ۗ َو َما َج َعلْنَا‬


َّ ‫َّاس َويَ ُك ْو َن‬ ِ ‫ك َج َع ْل ٰن ُك ْم اَُّمةً َّو َسطًا لِّتَ ُك ْو ُن ْوا ُش َه َداۤ َء َعلَى الن‬ َ ِ‫َو َك ٰذل‬
‫ت لَ َكبِْي َرةً اِاَّل َعلَى‬
ْ َ‫ب َع ٰلى َع ِقَب ْي ۗ ِه َواِ ْن َكان‬ ُ
ِ‫الرسو َل ِم َّمن َّي ْن َقل‬
ْ ْ ُ َّ ‫ع‬
ُ ِ‫ت َعلَْي َهٓا اِاَّل لَِن ْعلَم َم ْن َّيتَّب‬
َ َ ‫ن‬
ْ ‫ك‬
ُ ‫ي‬ْ
ِ‫ال ِْق ْبلَةَ الَّت‬
ِ
‫ف َّرح ْي ٌم‬ ٌ ‫َّاس لََرءُ ْو‬ ٰ ِ ِ ِ ِ ٰ ٰ
ِ ‫الَّ ِذيْ َن َه َدى اللّهُ ۗ َو َما َكا َن اللّهُ ليُض ْي َع ايْ َمانَ ُك ْم ۗ ا َّن اللّهَ بِالن‬
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan
kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan
siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah
diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha
Penyayang kepada manusia.”

umat Islam, umat pertengahan, yaitu umat terbaik yang pernah ada di bumi ini.
Umat yang terbaik sangatlah pantas menjadi saksi. Tujuannya adalah agar kamu
menjadi saksi atas perbuatan manusia.
Ummatan wasathan (QS.2:143) dimaknai sama dgn Khairu Ummah (QS.3:110)

KARAKTERISTIK MB mencirikan Ummatan wasathan


(syahidan/Saksi): Tawasuth, Tawazun, I’tidal, Tasamuh, Musawah,
Syura, Islah, Aulawiyah, Tathawwur wa Ibkar 5
Umat yang menjadi Saki adalah Umat yang Terbaik (Khairu Ummah)
MODERASI BERAGAMA (AGAMA BASIS KEADILAN)
1. Agama sebagai basis membangun Keadilan.
2. Konsep Keadilan, dalam Perspektif MB memiliki beberapa prinsip untuk
membangun dan menegakkan keadilan yaitu:
- Prinisp Moderat (Tawasuth) , tak Ekstrem (Guluw), bukan JaKa – JaKi
- Prinsip Keseimbangan (Tawazun), duniawi-ukhrawi, teks-konteks
- Prinsip Tegak Lurus (I’tidal), yaitu keadilan
- Prinsip Toleransi (Tasamuh), utamakan Islah & Mashlahah al-Ummah
Prinsip TTIT-MB dapat diformulasikan dalam membangun PMI/ICD
3. Keadilan, dalam perspektif MB, bertujuan untuk memperkuat :
- Kesalehan individu sekaligus kesalehan sosial secara seimbang
- Persatuan, Persaudaraan, dan Kerukunan umat Beragama
- Kemaslahatan Umat dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Keadilan dalam konteks MB dapat dikembangkan guna memberdayakan ummatan
wasathan atau khairu ummah merupakan cerminan Islamic Community
Developmnet (ICD) atau PMI.
Dengan demikian, PMI/ICD dapat dikembangkan dengan membangun keadilan yang
terurai pada empat prinsip (TTIT) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (di
Indonesia).

6
MODERASI BERAGAMA DALAM BERNEGARA
1. Agama sebagai basis membangun Keadilan untuk Kemaslahatan Umat dalam
kehidupan Berbangsa, dan Bernegara.
2. Terwujudnya Keadilan, yaitu KEADILAN BAGI SELURUH RAKYAT
INDONESIA (Sila Keempat Pancasila) atau Keadilan Sosial dalam perspektif ICD
menyangkut Kesejahteraan Sosial (Social Walfare).
3. Keadilan Sosial atau Kesejahteraan Sosial dengan indikator:
- Komitmen Kebangsaan (cinta tanah air, hubbul wathan minal Iman)
- Toleransi (menyikapi perbedaan, keragaman dengan bijak)
- Anti kekerasan (cegah, tangkal radikalisme, terorisme, dan sejenisnya)
- Akomodatif terhadap Kebudayaan Lokal, yaitu mengedepankan Kearifan Lokal
(local wisdom), akulturasi Budaya dan Agama , atau internalisasi nilai-nilai
agama dan lokalitas, agama berdialog dengan lokalitas, sebagai ekspreasi total
beragama (Islam, QS.2:208).

Perkuat Relasi Agama dan Negara dalam NKRI yang berdasarkan ideologi Pancasila,
UUD 1945, dan Kebhinekaan, menuju Baldah Thayyibah (QS. Saba:15), Baladan
Aminan (QS.2: 126), Baladil Amin (QS.At-Tin: 3)

7
MODERASI BERAGAMA
DALAM MENGAKOMODASI BUDAYA LOKAL
QS. Ali Imran (3): 110:
‫ون ِباهَّلل ِ ۗ َولَ ْو آ َم َن َأهْ ُل‬
َ ‫ُوف َو َت ْن َه ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َو ُتْؤ ِم ُن‬
ِ ‫ُون ِب ْال َمعْ ر‬َ ‫اس َتْأ ُمر‬ ِ ‫ت لِل َّن‬ ْ ‫ُك ْن ُت ْم َخي َْر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ ِر َج‬
َ ُ‫ون َوَأ ْك َث ُر ُه ُم ْال َفاسِ ق‬
‫ون‬ َ ‫ان َخيْرً ا لَ ُه ْم ۚ ِم ْن ُه ُم ْالمُْؤ ِم ُن‬َ ‫ب لَ َك‬ ِ ‫ْال ِك َتا‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulitu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
1. Kriteria Khairu Ummah : amar ma’ruf, nahy munkar, dan iman
2. Al-Ma’ruf berarti kebaikan. Menurut Al-Isfahani , Al-Ma’ruf adalah kebaikan
meliputi segala bentuk perbuatan yang dinilai baik oleh akal, peradaban, dan
syara’. Kebaikan yang bersifat lokal disebut al-Ma’ruf.
3. Al-’Urfu adalah kebudayaan atau budaya lokal, kearifan lokal di Indonesia
termasuk di Lampung yaitu Budaya PIIL PESANGGIRI.
4. Upaya mewujudkan Khairu Ummah dalam perspektif MB adalah
mempertimbangkan kebaikan dari nilai Budaya Lokal dari masing-masing
daerah/lokasi. Seperti Budaya PIIL PESANGGIRI Lampung.
5. Kearifan Lokal dalam Budaya PIIL PESANGGIRI merupakan warisan orang tua,
dan kekayaan yang mesti dilestarikan, ditransformasikan, diberdayakan, dan
didialogkan dengan agama, akan menjadi modal penguatan Moderasi Beragama
di daerah-daerah di Indonesia. 8
MENDIALOGKAN AGAMA DENGAN KEARIFAN LOKAL
(BUDAYA PIIL PESANGGIRI LAMPUNG)
AGAMA, sebagai Sistem Kepercayaan meliputi Keyakinan (Bilieve) dan ritual-ritual
Kebenaran dan Praktik (Rites: faith & practices) yaitu ‘Ibadah & Mu’amalah, terhubung
dengan hal-hal suci (related to sacred) yang mengikat pengikutnya (things unites
aclherents) dalam suatu masyarakat (in a single community) yang disebut gereja (known as a
church). (Emile Durkheim)
Agama, meliputi: Iman/aqidah, Syari’ah (ibadah dan Muamalah), Akhlak.
- Iman (Bilieve) : sebagai daya kekuatan spiritual, sumber pemberdayan
- Syari’ah :sebagai simbol, praktek, dan aturan bagi pemeluk agama dalam melaksanakan
ritual-ritual yang sakaral secara benar. Seperti Shalat, Zakat, Puasa, dan ibadah Haji bagi
yang mampu.
- Rites (Syari’ah) memiliki nilai Universal dan mengakomodasi nilai Lokal. Ada simbol, pola,
dan model/modis yang berbeda dalam mengekspresikan Kebaikan (al-Ma’ruf) begitu sarat
lokalitas. Di sini, MB mampu memperkuat kearifan Lokal. Contoh Model dan Modis
menutup aurat dalam Ibadah Shalat bagi Pria & Wanita di masing-masing daerah/negara
terdapat keragaman yang terakomodatif.
- Budaya Piil Pesanggiri : Falsafah hidup, Nilai dan Norma yang mengatur tata hidup
masyarakat Lampung dalam kehidupan sosial. Ada empat Prinisp:
bejuluk adek (nama panggilan gelar), nemui nyimah (sikap santun, pemurah, terbuka,
keakraban, kerukunan, silaturahmi) nengah nyapur (sikap suka bergaul, berkunjung,
bersahabat dengan siapa saja, toleransi), sakai sembaian (tolong – menolong, gotong
royong, kebersamaan, persamaan, solidaritas).
- Medialogkan dengan Agama (Islam): bejuluk adek (muru’ah/tawasuth), nemui nyimah
9
(silaturahmi), nengah nyapur (tasamuh), sakai sembaian (ta’awun/islah)
METODE DAKWAH DALAM MODERASI
BERAGAMA
Pengertian MD-MB
Proses dakwah menggunakan cara-cara teknis dan metodologis yang dapat
memudahkan pesan dakwah dan tujuan dakwah.
Macam-macam MD-MB
MD (QS. An-Nahl: 125) : hikmah, mau’izhah, mujadalah
MD (Hadits Nabi Saw) : Dakwah berarti cegah munkar : bi al-Yad, Lisan, Qalb
MD (pakar Dakwah) : Tajribi, Fithri ,’Athifi (inderwi, Jatidiri, ekspresi/akhlak)
MD (ahli Dakwah) : Istiqrai, Istinbathi, Iqtibasi (kajian, ijtihad, penalaran/aplikasi)
MD (Sosiolog): Metode Riset, Metode Aksi, Metode Riset Aksi, Metode RA Partisipan
MD (thariq al-da’wah, manhaj al-da’wah, ushlub al-da’wah, wasail al-da’wah)

Fungsi MD-MB:
Sbg teknis mempermudah pesan dakwah kepada tujuan dakwah MB

Tujuan MD-MB :
Untuk efektifitas dan efisiensi pencapaia hasil dan tujuan dakwah MB.

10
STRATEGI DAKWAH DALAM PENGUATAN MODERASI
BERAGAMA
Pengertian Strategi Dakwah (SD-MB)
Proses dakwah menggunakan metode, teknik, taktik, dan manuver tertentu yang dapat
mengantarkan tujuan dakwah dalam Modrasi Beragama (MB).
Macam-macam SD-MB:
Metode/cara menghubungkan pesan dakwah dari Da’i kpd Mad’u
Teknik / cara memudahkan pesan dakwah mengubah kondisi Mad’u
Taktik/cara mensiasati kondisi Mad’u mencapai hasil & tujuan dakwah
Manuver/cara menunjukkan kekuatan kpd Mad’u utk tujuan dakwah MB
Fungsi SD-MB:
Penguatan Da’i kembangkan dakwah pada Mad’u untuk tujuan dakwah berwawsan MB
Manfaat SD-MB di Era (Generasi) Millenial:
- Artinya, zaman/masa terkini, yang terjadi pada abad ke-21 (peradaban global)
- Abad ke-21 ditandai oleh kemajuan peradaban bidang IT
-Kemajuan IT menandai perubahan pengguna IT ke media konvergensi
-Media Konvergensi yaitu integrasi media konvensional & Medsos
-Medsos mempengaruhi karakteristik generasi Milenial & non milenial
-Generasi Milenial: instan, rentan, asupan, partisipan, & akun Medsos
-Generasi pejuang dan pelopor pola & gaya hidup berbasis Digital
-QS. Ali Imran: 104 -(SD: Da’wah Khair, Amar Ma’ruf Nahy Munkar : Muflihun) 11
-QS. Ali Imran: 110 -(SD: Khairu Ummah : Iman, amr ma’ruf,Nahy munkar : Maslahah
-QS. An-Nahl: 125 -(SD: hikmah, mau’izhah hasanah, mujadalah ahsan : Muhtadin
Ciri-Ciri Generasi Millennial (lahir 1983-2001)
1.Akran dg penggunaan teknologi/IT
2.Membuat inovasi yg bermanfaat
3.Pendidikan yg unggul
4.Informatif, Kreatif, dan Produktif
5.Pola pikir yg open minded
6.Kritis thd Politik, Sosial, Ekonomi
7.Complex problem solving
8.Critical Thingking
9.Creativity
10.People management
11.Coordinating with others
12.Emotional intelligence
13Judgement and Decision Making
14 Service Orientation
15. Negotiation
16. Cognitive Flexibility
(Elwood Carlson,  The Lucky Few: Between the Greatest Generation and
the Baby Boom (2008), generasi millennial  lahir tahun 1983 – 2001)

12
STRATEGI DAKWAH DALAM MODERASI BERAGAMA DI
ERA MILENIAL
BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK) TERHADAP DA’I WASATHIYAH
- Sebuah tuntutan urgen bagi Da’i Wasathiyah dilaksanakan kegiatan Bimtek Operator Sim
Penais dalam rangka penggunaan IT & memanfaatkan medsos secara positif, bukan
dibudakkan oleh medsos
- update data yang akurat dan akuntabel tentang sistem informasi manajemen
penerangan Agama, Penceramah Agama, atau DA’I yaitu: mu’alim, muballigh, Qari,
Ustadz, Hafizh, dll.
PENGUATAN KOMPETENSI DA’I WASATHIYAH
- Kompetensi Pedagogik PA/DA’I era milenial
- Kompetensi Keahlian PA/DA’I : Virtualisasi Dakwah era milenial (admin)
- Kompetensi Profesional PA/DA’I : Pelayanan kpd masyarakat milenial (Bimas)
- Kompetensi Manajerial PA/DA’I : Penguatan Lembaga Dakwah/Ormas Islam/Penais
- Kompetensi Sosial-Ummatiyah : Wawasan Kebangsaan & Kemasyarakatan, wawasan
Kenegaraan, wasana keagamaan (Islam) yaitu moderasi beragama, Moderasi Islam, Islam
wasathiyah, Islam Berkemajuan pada era milenial
POSISI PENAIS DAN PERAN DA’I WASATHIYAH
- Posisi DA’I : sebagai pelaksanaan berbagai bentuk Dakwah,
urgensi Dakwah Virtual, IT Dakwah, Medsos Dakwah
Sim Penais sebagai sistem informasi manajemen dakwah
- Peran DA’I : sebagai DA’I Milenial (penggiat dakwah virtual &Medsos) 13
STRATEGI DAKWAH (TABLIGH)
BAGI DA’I WASATHIYAH
1.Pengertian Sterategi Komunikasi Dakwah (S-KomDak) merupakan
pendekatan-pendekatan alternatif Dakwah yang ditempuh guna memposisikan Organisasi
Dakwah (PENAIS) dalam mencapai keberhasilan dakwah yang berkesinambungan
berdasarkan pemikiran optimal (akurat, akuntabel, realistik, objektif) dalam rangka
mencapai suatu tujuan Dakwah (Thompson & Strickland dalam Hermander, 2004 ).
- Ada optimalisasi memperoleh tujuan Dakwah -
Ada suatu implikasi/tindakan secara sistemik dalam Proses Dakwah
- Ada pengembangan rencana komunikasi dakwah (misal: SimPenais/SimDak)

2. Elemen-elemen S-KomDak:
. Goal & Objective Dakwah . Public Dakwah
. Strategy Dakwah . Taktik Dakwah
. Budget & Time Dakwah . Evaluation/Monev Dakwah
(Thompson dalam Suwandi, 2000)
3. Tahapan S-KomDak:
(1) Analysis , (2) Planning, (3) Target Dakwah
(4) Message , (5) Strategy & Tactic Dakwah
(6) Time & Budget, (7) Evaluatin Dakwah
(Gregory dalam Venus, 2009) 14
Strategi dakwah (tablgih/KPI) memperkuat Moderasi Beragama,
baik elemen maupun tahapan Dakwah KPI yang mendukung Dakwah PMI.
STRATEGI DAKWAH WASATHIYAH DI ERA MILENIAL
- Saluran komunikasi Dakwah yang dirancang untuk menyampaikan pesan Islam wasathiyah
- Mempengaruhi khalayak luas (mad’u) dalam komunikasi Dakwah Wasathiyah
 peranan media KOMDAK  (Media massa & Medsos) untuk memeroleh pengaruh, kekuasaan, mengubah
opini publik, dukungan citra Islam. (Jack Plano, 1989 )
Dalam komunikasi Dakwah, jumlah pengguna Medsos yang tinggi , terutama da’i dan mad’u yang
memiliki potensi besar untuk membantu meningkatkan partisipasi dakwah publik (mad’u), dengan
memperhatikan protokol kesehatan pada masa pandemi Covid-19.
- Pemanfaat Medsos dalam Aktivitas Dawah Wasathiyah di Era Milenial
Pelaku Dakwah (Da’i)
Sasaran Dakwah (Mad’u/publik/khalayak) : tabligh dan taklim
Partisipam kemitraan Dakwah (fundrising/donasi dakwah)

-Peranan & Fungsi Medsos dalam Penguatan Dakwah Wasathiyah


membantu mencapai tujuan komunikasi Dakwah wasathiyah yang telah ditetapkan dalam
strategi Dakwah era Milenial.
membantu tercapainya tujuan komunikasi Dakwah wasathiyah (pencitraan, membentuk
pendapat umum, meningkatkan partisipasi dakwah, membantu sosialisasi Dakwah
wasathiyah virtual, memberikan pendidikan dakwah, dan sarana rekrutmen Da’i Milenial
dalam pemanfaatan media sosial bagi Tujuan Dakwah wasathiyah di era Milenial.
Membantu perencanaan komunikasi dakwah dengan manajemen dakwah yang baik shg
penguatan kompetensi PAI semakin eksis pada era milenial.
Strategi komunikasi Dakwah dapat membantu komunikator (da’i) untuk memaksimalkan
setiap peluang untuk menyampaikan pesan dakwah wasathiyah.
15
DA’I WASATHIYAH MEMANFAATKAN MEDIA KONVERGENSI

PENGERTIAN ERA KONVERGENSI DAKWAH WASATHIYAH


- Situasi dan kondisi (masa) di mana masyarakat/PUBLIK membutuhkan pengintegrasian media
yang ada (media massamengintegrasi, internet, media online, atau media digital) untuk
digunakan dan diarahkan kepada tujuan Dakwah.
- Suatu masa di mana masyarakat kan media (konvergensi media) yang biasanya merujuk pada
media komunikasi digital karena dimungkinkan adanya konvergensi jaringan Dakwah
seperti virtual dakwah, zoom dakwah, youtube dakwah.

CIRI-CIRI ERA KONVERGENSI DAKWAH WASATHIYAH


• Penggunaan media internet/digital secara terpadu oleh publik untuk aktivitas Dakwah
• Peralihan, transformasi, persimpangan media Dakwah lama & baru oleh pengguna media
• Kecenderungan menggunakan media digital, dan kurang tertarik pada media maenstraem terutama di
kalangan generasi mellanial dalam mengakses pesan/informasi Dakwah.
URGENSI MEDIA KONVERGENSI PADA ERA MILENIAL BAGI DA’I WASATHIYAH
• Media Konvergensi diburu pengguna/masyarakat (Da’i & Mad’u)
• Profesional media lebih satu platform media untuk menyampaikan Pesan Dakwah
• Pekerja media lebih kreatif dalam menyediakan konten Dakwah kepada publik (mad’u).
• Profesional media menggunakan berbagai macam media untuk mengakses Pesan Dakwah.
• Membuka peluang Mad’u memilih tingkat interaktivitas dalam memilih konten Dakwah
• Memungkinkan konsumen (Mad’u) berinteraksi dan mengisi konten Dakwah di Medso.
• Audiens (Mad’u) dapat mengontrol kapan, di mana, bgmn mereka mengakses informasi
• Penyebaran informasi tetap dilakukan secara faktual dan solutif sehingga menimbulkan 1penjelasan 16
dan makna yang sama mengenai pesan Dakwah yang disebarkan oleh Da’i
(Gun Gun Siswadi, Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa , 20/6/2017 )
UPAYA PENGUATAN KOMPETENSI DA’I WASATHIYAH DI ERA MILENIAL
1. Media Konvergensi merupakan persimpangan media lama dan media baru dalam mengakses
pesan Dakwah sehingga sampai pada tujuan Dakwah Wasathiyah.
2. Pengguna Medsos (Internet/Online) dituntut mampu melakukan kolaborasi dan konversi
media, (meminjam teori Henry Jenkis) ada tiga:
• Aliran konten di platform beberapa media, (televisi dan internet: e-rekapitulasi).
• Kerjasama antar-industri beberapa media, spt televisi , Youtube, dll.
• Perilaku migrasi khalayak media (mad’u), spt: dari surat kabar ke internet
3. Proses Dakwah Virtual mempergiat konversi media (medMass ke Medsos):
- Konversi media lama (surat kabar) ke media baru (internet) yaitu: pergeseran/proses
teknologi (teknologi informasi Dakwah) spt: SimPenais.
- pergeseran paradigma industri, budaya, dan sosial yang mendorong masyarakat
(konsumen/Mad’u) mencari infomasi/pesan dakwah baru /terkini.
- Kemunculan internet/digitalisasi informasi dapat meningkatkan pesan Dakwah, di mana
media internet/digital menyatakan “3 C” (istilah Henry Jenkis) yaitu:
* Computing (Input Data via komputer) , yaitu DA’I yang ahli Komputer
* Communication (proses komunikasi Dakwah): DA’I (Muballigh/Komunikator)
* Content (isi/materi Dakwah): Bimtek, SimPenais, Dakwah Virtual, dsb.
4. Komunikator Dakwah (Da’i) membutuhkan internet supaya memiliki kesamaan makna
tentang konten Dakwah kepada Komunikan Dakwah (Mad’u).
Misal, Tahapan Dakwah: Persiapan, Pelaksanaan, dan Pelaporan Dakwah.
17
MODERASI BERAGAMA MENANGKAL
RADIKALISME
MB sebagai suatu pemikiran, sikap, dan perilaku yang moderat bagi suatu masyarakat
Beragama berbasis Keadilan dalam kehidupan bernegara memiliki beberapa
indikatornya, antara lain: Menangkal Paham Radikal, Terorisme, Intoleransi dan
paham lain yang dapat mengancam dan mengaggu kehidupan Berbangsa dan
Bernegara.

Untuk mencegah /menangkal Radikalisme, MB diarahkan pada:


- Penguatan Komitmen Keagamaan pada paham agama yang moderat
- Peneguhan Toleransi dalam merespon perbedaan dan keragaman
- Peningkatan Sikap dan Perilaku Akomodatif terhadap Budaya Lokal
- Pengidentifikaisan/Pewaspadaan atas Narasi Islamisme/Islam Ideologis.

-MB sebagai pendekatan lunak (soft approach), model kontra narasi paham radikal,
strategi kontra radikalisasi, dan deradikalisasi; dengan model dakwah yang moderat,
yaitu:
- Dakwah wasathiyah, atau Moderasi Dakwah
- Islam Wasathiyah, Islam Berkemajuan (Dinul Hadarah)
- Moderasi Beragama, Moderasi Islam, Islam Nusantara
18
PANDANG ISLAM TENTANG RADIKALISME
Islam tidak pernah mentorerir segala bentuk kejahatan (al-munkarat) seperti pembunuhan,
kekerasan, terorisme, ekstremisme, bughat; sunngguhpun berdalih agama (Islam). Aksi
radikal, aksi teror termasuk Al-Munkar, dan Al-Bughat.
Pelaku radikal teroris wajib diperangi, dilawan dengan mencegah paham radikal dan
melakukan kerjasama dengan aparat keamanan (POLRI, TNI) serta aparat penegak hukum
lainnya, dan seluruh komponen masyarakat/bangsa. Tujuannnya untuk melakukan
Pencegahan Semesta Radikal Terorisme berbasis Moderasi Beragama & Kearifan Lokal.
Radikalisme dalam pandangan Islam, yaitu:

1.Melanggar Ketaatan kpd Allah Swt, Rasul-Nya & ulil amri.


2.Membuat citra buruk nama & karakteristik Islam
3.Merusak Tujuan Agama Islam
4.Tindak kejahatan terhadap agama yang dianutnya, karena tindakan radikal
berdalih agama (Islam)
5.Tidak diridhoi oleh Allah, maka “perjuangannya” selalu gagal, korban pelaku
radikal/teror bukan mati syahid
6.Pelaku radikal menanggung sanksi (‘iqab) di dunia dan di akherat kelak, jika
tidak bertaubat nasuha
7.Tindak Radikal Menentang UU No. 5/2018 tentang pemberantasan tipiter
8.Tindak Radikal Menentang UU No. 16 /2017 ttg Ormas
19
MEWASPADAI POLA PENYEBARAN RADIKALISME
MELALUI ORMAS ISLAM/LEMBAGA DAKWAH DI INDONESIA

Menjurus Sudah

20
21
Jaringan kelompok radikal dan teroris internasional ada 10 yaitu:
ISIS, JI dan Kelompok Sempalan, Al-Qaedah, AQAP, Taliban, Taliban Pakistan,
22
Nusra Front, Boko Haram, Abu Sayaf, dan Lashkar-e-Taiba; ini berdampak di Indonesia.
 Ideologi, doktrin
(Pendidikan)
 Politik, Hukum
 Ekonomi  Pemerintah Pusat
 Sosial & Budaya  Pemerintah Daerah
 Balas dendam  Tokoh Masyarakat
 TOKOH AGAMA/DA’I
 Psikologi
 Tokoh Adat
- Pimp. Ideologis  TOKOH PENDIDIKAN
- Pimp. Organisasi  MAHASISWA/
- Kharismatik PELAJAR
 Insan Media Massa
- Faham Militan  Masyarakat
- Para Pengebom
- Teroris yg sdh
dihukum
- Terlatih Direktorat
- Psk penyerang Deradikalisasi
DERADIKALISASI BNPT
- Dana
- Bahan baku
- Tmpt sembunyi, Direktorat
latihan Pencegahan
- Sarana prasarana BNPT

Simpati KONTRA 23
perjuangan RADIKALISME Direktorat
tapi tdk beraksi Perlindungan
(PASIF) BNPT
MODERASI BERAGAMA DAN ISLAM RAHMATAN
DALAM PENCEGAHAN RADIKAL-TERORISME

Dalil (QS.2:143) dan Pengertian Moderasi Islam :


‫شهَدَا َء َعلَى النَّاسِ وَ يَ ُكونَ ال َّرسُو ُل َعلَ ْي ُكمْ َشهِ يد ًۗا‬ َ َ‫وَ َك ٰ َذلِ َكجَ ع َْلنَا ُكمْ ُأ َّمةًو‬
ُ ‫سطًالِ َت ُك ونُوا‬
MUI,NU:proses mewujudkan agama Islam yg moderat ( Islam wasathiyah ):
(tawasuth), keseimbangan (tawazhun), lurus dan tegas (itidal), toleransi (tasamuh), egaliter (musawah), mengedepankan musyawarah (syura), berjiwa reformasi (ishlah), dahulukan yang prioritas (aulawiyah), dinamis /inovatif (tathawwur wa ibtikar), dan berkeadaban (tahadhdhur).
MUHAMMADIYAH: Proses mewujudkan Islam sbg agama peradaban ( dinul hadharah ). Wasathiyah adalah keseimbangan antara keyakinan (yang kokoh)
dengan toleransi (M. Din Syamsuddin).

24
Ciri-ciri Dakwah Wasathiyah (QS.2:143) & Islam Rahmatan (QS Al-Anbiya: 107)
1.
Islam penebar rahmat, maslahat, amanat
2.
Islam membawa kesejukaan, kedamaian, keselamatan
3.
Islam memiliki keseimbangan:aqidah,ibadah,mu’amalah,& siyasah
Bentuk-bentuk Moderasi Islam: Islam Nusantara (NU), Islam Berkemajuan (MUH)
Nilia-nilai Moderasi Islam (Dakwah wasathiyah) dalam mewujudkan Khairu Ummah
1.
Ajaran tawasuth : jujur/lurus/teguh
2.
Ajaran tawazun : seimbang, harmoni, serasi
3.
Ajaran Tasamuh : toleransi, teposeliro
4.
Ajaran Ta’addul/I’tidal : tegak/berdiri kuat/adil
5.
Ajaran Tarahum : kasih sayang, persaudaraan
DENGAN ALAT SECANGGIH APAPUN KEHADIRAN POLISI DITENGAH-
TENGAH MASYARAKAT TIDAK DAPAT DIGANTIKAN

SELAMAT BERTUGAS

Anda mungkin juga menyukai