Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“NILAI – NILAI ASWAJA AN – NAHDLIYYAH”

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Aswaja (Ahlussunnah
wal Jama’ah)
Dosen Pengampu : Alex Yusron Al Mufti, S.Ag., M.S.I
Kelas 1BIA2

Disusun oleh Kelompok 8 :

No Nama NIM

1 Muhammad Najih Al Azizi (211320000627)


2 Ramaza Tasya’ Abul A’amal (211320000618)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga dapat tercipta sebuah makalah guna memenuhi tugas
mata kuliah Aswaja ( Ahlussunnah wal Jama’ah ).
Adapun dalam penulisan makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan
dari berbagai pihak. Penulisan makalah ini mungkin sangat jauh dari kata
sempurna, karena masih banyak kekurangan – kekurangan baik dari segi materi
maupun dalam penyajiannya. Hal tersebut disebabkan karena kemampuan dan
pengalaman penulis yang masih sangat terbatas. Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan teman – teman.

Jepara, 5 Oktober 2021

Tim Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................II
DAFTAR ISI..........................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Nilai – Nilai Aswaja An – Nahdliyah...........................................................2
B. Penerapan Nilai – Nilai Aswaja dalam Kehidupan Sehari – hari.................4
BAB III PENUTUP.................................................................................................6
3.1. Simpulan....................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berfalsafah Pancasila sangat menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan yang bersumber kepada harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk ciptaan-Nya. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama serta
kepercayaannya. Hal ini tergambarkan dari kemajemukan masyarakat Indonesia
yang multi religious yang diharapkan dapat saling menghargai antar sesama
pemeluk agama lain sesuai dengan amanat Pancasila. Data Badan Pusat Statistik
tahun 2010 menunjukkan bahwa komposisi masyarakat Indonesia yang beragama
87 % adalah muslim, 6.9% Kristen, 2.9 % Katolik, 1.7% Hindu, dan Konghucu
0.05%..
Keberagaman di Indonesia yang berlandaskan pada filsafat Pancasila
bukanlah hal yang mudah untuk menyatakan kata sepakat dalam menghargai
perbedaan pendapat antar umat beragama bahkan intern agama sendiri. isu-isu
atas konflik yang berakar dari intern agama kerap muncul ke permukaan.
Kekerasan yang dipicu atas klaim kebenaran golongan tertentu, radikalisme
agama dan lain sebagainya menjadi hal yang menimbulkan keresahan dikalangan
masyarakat Islam dan rakyat Indonesia pada umunya. Agama dijadikan sebagai
atas gerakan jihad dalam arti sempit yaitu perang atas dasar kekerasan.
Organisasi keagamaan diharapkan tidaklah tinggal diam dalam bersikap
bijak atas gerakan-gerakan yang mengatas namakan agama tersebut. Nahdlatul
Ulama (NU) harus memberikan andil yang kuat atas isu-isu tersebut. NU
merupakan organisasi keagamaan yang mempunyai nilai-nilai yang diunggulkan
dalam ideologinya yang dikenal dengan ahl al-sunnah wa al-jama’ah atau aswaja,
bertolak atas prinsip at-tawassuth (adil), at-tawazun (keseimbangan) dan al-
tasamuh (toleransi). Tujuan organisasi NU sangatlah mengunggulkan nilai nilai
kemanusiaan yang didasarkan atas dua sumber utama agama Islam yaitu Qur’an
dan Sunnah.

A. KeberagamanRumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan nilai aswaja tawassuth?
2. Apa yang dimaksud dengan nilai aswaja tawazun?
3. Apa yang dimaksud dengan nilai aswaja i’tidal?
4. Apa yang dimaksud dengan nilai aswaja tasamuh?

B. Tujuan
1. Menjelaskan tentang nilai aswaja tawassuth
2. Menjelaskan tentang nilai aswaja tawazun
3. Menjelaskan tentang nilai aswaja i’tidal
4. Menjelaskan tentang nilai aswaja tasamuh

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Nilai – Nilai Aswaja An – Nahdliyah


1.1. Tawassuth
a. Pengertian Tawassuth
Tawasuth adalah mengambil Jalan Tengah, yaitu sikap tidak
condong kepada ekstrem kanan ( Kelompok yang berkedok agama) maupun
kelompok ekstrem kiri (kelompok komunis). Tawasuth ini juga bisa
didefinisikan sebagai sikap moderat yang berpijak pada prinsip keadilan
serta berusaha menghindari segala bentuk pendekatan
dengan tatharruf (ekstrim, keras), at-tawassuth atau sikap tengah-tengah,
sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan.
Ini disarikan dari firman Allah SWT:
ً‫اس َويَ ُكونَ ال َّرسُو ُل َعلَ ْي ُك ْم َش ِهيدا‬ ْ ُ‫ك َج َع ْلنَا ُك ْم أُ َّمةً َو َسطا ً لِّتَ ُكون‬
ِ َّ‫وا ُشهَدَاء َعلَى الن‬ َ ِ‫َو َك َذل‬
<> Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat
pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian)
atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT
menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian.
(QS al-Baqarah: 143).

1.2. I'tidal (Tegak Lurus)


I'tidal artinya tegak lurus, yaitu Sikap tegak dalam arti tidak
condong pada kepentingan di luar Nahdlatul Ulama dan umat. Lurus
dalam arti semata-mata berjuang demi kepentingan NU dan umat. Sikap
ini pada intinya memiliki arti menjunjung tinggi keharusan berlaku adil
dan  lurus di tengah-tengah kehidupan bersama.Kesimpulannya,
Nahdlatul Ulama dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok
panutan yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun
serta menghindari segala bentuk pendekatan yang condong pada faham-
faham ekstrim, al-i'tidal atau tegak lurus. Dalam Al-Qur'an Allah SWT
berfirman:
‫وا قَوَّا ِمينَ هّلِل ِ ُشهَدَاء بِ ْالقِ ْس ِط َوالَ يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم َعلَى‬ ْ ُ‫وا ُكون‬ ْ ُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬
َ‫وا هّللا َ إِ َّن هّللا َ خَ بِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬
ْ ُ‫وا هُ َو أَ ْق َربُ لِلتَّ ْق َوى َواتَّق‬
ْ ُ‫وا ا ْع ِدل‬
ْ ُ‫أَالَّ تَ ْع ِدل‬
Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi
orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi
(pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada
suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena
keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada
Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan. (QS al-Maidah: 8)

2
1.3. Tasamuh (Toleran)
Tasamuh artinya toleran, maksudnya adalah bahwasanya NU
toleran terhadap perbedaan pandangan dalam masalah agama budaya dan
adat istiadat.
Kesimpulannya Tasamuh adalah sikap toleran terhadap perbedaan
pandangan baik dalam masalah keagamaan, terutama hal-hal yang
bersifat furu' atau menjadi  masalah khilafiyah, serta dalam masalah
kemasyarakatan dan kebudayaan.
Contoh : Menghargai agama lain yang di terapkan di Bali. Mereka saling
menghargai dalam permasalahan lingkup agama dan budaya. Jika umat
Hindu merayakan Nyepi, umat Muslim disana juga menghargai dengan
cara tidak keluar dari rumah.
prinsip ini, golongan Ahlussunnah wal Jama'ah juga mengamalkan sikap
tasamuh atau toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati
orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti
mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam
meneguhkan apa yang diyakini. Firman Allah SWT:
‫فَقُواَل لَهُ قَوْ الً لَّيِّنا ً لَّ َعلَّهُ يَتَ َذ َّك ُر أَوْ يَ ْخ َشى‬

1.4. Tawazun (Seimbang)

Tawazun artinya seimbang, yaitu Sikap seimbang Dalam berkhidmah


demi terciptanya keserasian hubungan antara sesama umat manusia dan
antara manusia dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dalam bahasa
sederhana, kita sering menyebutnya sebagai hubungan vertikal dan
horizontal. Maksud vertikal adalah hubungan kita dengan tuhan (Allah).
Sedangkan maksud horizontal adalah hubungan kita dengan manusia.
Sebagai warga Nahdlatul Ulama, kita dituntut untuk seimbang dalam
menjalani hubungan, entah hubungan dengan tuhan maupun dengan
manusia. Jadi kita tidak boleh mengabaikan salah satunya.

Contoh : Kita selalu beribadah pagi siang malam tak henti henti, tetapi
dengan tetangga sendiri kita acuh dan tidak mau menyapa jika bertemu.
Begitu juga sebaliknya, dengan tetangga kita ramah, dermawan dan baik
hati, tetapi tidak pernah beribadah.Selain ketiga prinsip ini, golongan
Ahlussunnah wal Jama'ah juga mengamalkan sikap tasamuh atau
toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang
memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui
atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan
apa yang diyakini. Firman Allah SWT: ‫فَقُ•واَل لَ•هُ قَ••وْ الً لَّيِّن•ا ً لَّ َعلَّهُ يَتَ• َذ َّك ُر أَوْ يَ ْخ َش•ى‬
“Maka berbicaralah kamu berdua” (Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS)
kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut dan mudah-
mudahan ia ingat dan takut. (QS. Thaha: 44) Ayat ini berbicara tentang
perintah Allah SWT kepada Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS agar

3
berkata dan bersikap baik kepada Fir'aun. Al-Hafizh Ibnu Katsir (701-774
H/1302-1373 M) ketika menjabarkan ayat ini mengatakan,
"Sesungguhnya dakwah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS kepada
Fir'aun adalah menggunakan perkataan yang penuh belas kasih, lembut,
mudah dan ramah. Hal itu dilakukan supaya lebih menyentuh hati, lebih
dapat diterima dan lebih berfaedah". (Tafsir al-Qur'anil 'Azhim, juz III hal
206).

Kesimpulannya, kita sebagai warga NU harus memiliki sikap Tawazun


(Seimbang), yaitu keseimbangan berhubungan dengan tuhan dan manusia.
Dan keseimbangan mencari akhirat dan dunia.
Kedua at-tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam
penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional)
dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits). Firman Allah
SWT:
ِ ‫َاب َو ْال ِمي َزانَ لِيَقُو َم النَّاسُ بِ ْالقِس‬
‫ْط‬ َ ‫ت َوأَن َز ْلنَا َم َعهُ ُم ْال ِكت‬
ِ ‫لَقَ ْد أَرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بِ ْالبَيِّنَا‬
“Sunguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti
kebenaran yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab
dan neraca (penimbang keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan
keadilan.” (QS al-Hadid: 25)
B. Penerapan Nilai – Nilai Aswaja dalam Kehidupan Sehari – hari
2.1. Tawassuth
Adapun contoh sikap tawassuth dalam kehidupan sehari-hari adalah:

 Tidak membeda-bedakan golongan dalam berinteraksi dan berkomunikasi.

 Menjalin silaturahmi antar sesama agar tidak timbul pertikaian.

 Menerima pendapat orang lain yang tidak sepaham.

 Menerima saran, masukan, dan kritik membangun dari orang lain.

 Menggunakan bahasa yang santun dan menyejukkan saat berkomunikasi.

 Bersikap toleransi terhadap segala perbedaan yang ada.

2.2. Tasamuh
Contoh penerapan TASAMUH Dlm kehidupan sehari" adalah :

1.) Bergaul dengan semua teman tanpa membedakan agamanya.


2.) Menghargai dan menghormati perayaan hari besar keagamaan umat
lain.
3.) Tidak menghina dan menjelek-jelekkan ajaran agama lain.

4
4.) Menghargai teman nonmuslim saat berdoa dan beribadah sesuai
agamanya masing-masing.

2.3. Tawazun
Contoh penerapan TAWAZUN dlm kehidupan sehari" :
1.)Selalu adil dan tidak memihak dalam memutuskan sesuatu perkara
diantara teman.
2.)Memberikan hadiah kepada setiap teman sesuai dengan kebutuhan
mereka.
2.4. I’tidal
Contoh penerapan ITIDAL dlm kehidupan sehari" adalah :

1.) Seseorang yang selalu memathui aturan.


2.)Selalu menegakkan kebenaran Di setiap kalangan.
3.)Tidak pernah goyang atau putus semangat dalam menegakkan
kebenaran dan keadilan

5
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
Islam mengajarkan pada manusia untuk bersikap adil terhadap
sesamamanusia, tidak membedakan antara satu sama lain bahkan
tidakmembedakan atas adasar kesenjangan sosial. Karakter Al I’tidal mampu
membawa untuk selalu mengambil jalan tengah dan tidak condong kanan dan
kiri dalam bertindak

6
DAFTAR PUSTAKA

Pengertian Tasamuh, Manfaat, Dalil, Serta Contohnya. (2021, Desember 1). Diambil
kembali dari merdeka.com: https://www.merdeka.com/trending/pengertian-
tasamuh-manfaat-dalil-serta-contohnya.html

Pengertian Tawasuth, I'tidal, Tasamuh, Tawazun dan Amar Ma'ruf Nahi Munkar. (2021,
Desember 1). Diambil kembali dari abusyuja:
http://www.abusyuja.com/2019/10/pengertian-tawasuth-itidal-tasamuh-
tawazun.html

Pengertian Tawazun (Seimbang), Manfaat dan Klasifikasi Tawazun. (2021, Desember 1).
Diambil kembali dari Bacaan Madani:
https://www.bacaanmadani.com/2019/09/pengertian-tawazun-seimbang-
manfaat-dan.html

Anda mungkin juga menyukai