Anda di halaman 1dari 12

TASAWUF SEBAGAI MEDIA MEWUJUDKAN MASYARAKAT

SEHAT, AMAN, MAKMUR, SEJAHTERA, DAN BAHAGIA

Disusun Oleh:

Kelompok 11
Lina Wati (1910202011)
Lista Diana (1910202024)
Nabila Rista (1910202038)

Dosen Pengampu:
Aida Imtihana, M.Ag.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2021
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Tasawuf Sebagai Media Mewujudkan Masyarakat Sehat, Aman, Makmur,
Sejahtera, Dan Bahagia” dengan maksimal dan tepat waktu.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberi bantuan, baik materi, maupun pemikirannya. Jika
dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan kami
memohon maaf sebesar-besarnya.
Dan kami mengharap kritik dan saran dari kalian guna memperbaiki makalah
ini kedepannya, dan tak lupa kami berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Palembang, 16 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2
A.
B.
C.
BAB III PENUTUP .....................................................................................................
A.
B.
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sudah sejak awal bahwa tasawuf bertujuan untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan. Akan tetapi, ini menunjukan betapa kita pada saat ini masih jauh dari-Nya.
Tasawuf bukan hanya menyadarkan kita akan keterpisahan dari sumber dan tempat
kembali kita yang sejati, tetapi juga sekaligus menjelaskan kepada kita dari mana kita
berasal dan kemana kita akan kembali. Dengan demikian tasawuf memberi kita
arahan dalam hidup ini. Dari ajaran para sufi, kita jadi paham bahwa manusia itu
bukan hanya makhluk fisik, tetapi juga makhluk spiritual, disamping fisiknya yang
memiliki asal usul spiritualnya pada Tuhan.
Dengan menyadari betapa manusia itu juga makhluk spiritual, maka lebih
mungkin kita akan bertindak lebih bijak dan seimbang dalam memperlakukan diri
kita. Dengan memperhatikan kesejahteraan,kebersihan dan kesehatan jiwa. Dalam
menjawab problema psikologis, tasawuf mengajarkan tentang hidup bahagia. Hidup
bahagia haruslah hidup sehat, karena orang yang tidak sehat mungkin sekali tidak
bahagia. Hidup sehat meliputi fisik dan jiwa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ruang lingkup media mewujudkan masyarakat sehat?
2. Apa saja ruang lingkup media mewujudkan masyarakat aman?
3. Apa saja ruang lingkup media mewujudkan masyarakat makmur dan sejahtera?
4. Apa saja ruang lingkup media mewujudkan masyarakat bahagia?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tasawuf Sebagai Media Mewujudkan Masyarakat Sehat


Sudah sejak awal bahwa tasawuf bertujuan untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan. Akan tetapi, ini menunjukan betapa kita pada saat ini masih jauh dari-Nya.
Tasawuf bukan hanya menyadarkan kita akan keterpisahan dari sumber dan tempat
kembali kita yang sejati, tetapi juga sekaligus menjelaskan kepada kita dari mana kita
berasal dan kemana kita akan kembali. Dengan demikian tasawuf memberi kita
arahan dalam hidup ini.1
Dari ajaran para sufi, kita jadi paham bahwa manusia itu bukan hanya
makhluk fisik, tetapi juga makhluk spiritual, disamping fisiknya yang memiliki asal
usul spiritualnya pada Tuhan. Dengan menyadari betapa manusia itu juga makhluk
spiritual, maka lebih mungkin kita akan bertindak lebih bijak dan seimbang dalam
memperlakukan diri kita. Dengan memperhatikan kesejahteraan,kebersihan dan
kesehatan jiwa.2
Dalam menjawab problema psikologis, tasawuf mengajarkan tentang hidup
bahagia. Hidup bahagia haruslah hidup sehat, karena orang yang tidak sehat mungkin
sekali tidak bahagia. Hidup sehat meliputi fisik dan jiwa.3
1. Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik dalam ajaran tasawuf tergantung pada makanan dan
minumannya. Makanan dan minuman yang dikonsumsi harus sehat dan halal.
Makanan dan minuman tidak sehat dapat menimbulkan penyakit, dan yang haram
mendorong kepada pembentukan karakter yang buruk merupakan cermin jiwa yang
tidaksehat. Makanan haram bukan hanya babi dan minuman yang haram. tetapi juga
penghasilan yang diperoleh dengan cara haram, seperti hasil curian dan korupsi.

1
Muzakkir, Hidup sehat dan bahagia dalam perspektif tasawuf, (Jakarta: Prenadamedia
Group,2018), hal.7.
2
Mulyadhi Kartanegara, Menyalami Lubuk tasawuf, (Jakarta:Erlangga,2006), hal.272.
3
Sudirman Tebba, Tasawuf Positif, (Bogor:Kencana,2003), hal.29.
Selain sehat dan halal dalam tasawuf makanan dianjurkan lebih banyak sayur-
sayuran dan buah-buahan, serta sebaiknya tidak terlalu banyak mengonsumsi daging
karena daging dapat membentuk karakter yang keras, padahal kita dianjurkan
bersikap lemah lembut kepada sesame makluk Allah.
2. Kesehatan Jiwa
Selain makanan dan minuman, ibadah seperti shalat, puasa dan zikir juga ikut
berpengaruh terhadap kesehatan fisik maupun jiwa. Shalat selain untuk beribadah
ataupun melatih jiwa juga terdiri atas beberapa posisi tubuh yang masing-masing
berdampak positif bagi kesehatan. Selain itu, puasa juga mengandung manfaat bagi
kesehatan. Puasa adalah menahan diri dari makanan,minuman, dan berhubungan seks
mulai dari waktu imsak sampai magrib. Dengan berpuasa maka fungsi-fungsi tubuh
diistirahatkan dan diberi peluang untuk segar kembali. Selama berpuasa kegiatan
yang biasa dalam pencernaan dikurangi sehingga memungkinkan tubuh untuk
mengeluarkan bahan yang tidak berguna.
Ibadah lain yang berdampak positif terhadap kesehatan adalah zikir. Zikir
berarti mengingat, menyebut dan mengagungkan Allah. Dengan zikir pikiran dan
perasaan dapat menjadi tenang, sehingga orang akan hidup sehat, terhindar dari
penyakit-penyakit gangguan jiwa seperti stress.Tasawuf adalah disiplin ilmu yang
tumbuh dari pengalaman spiritual yang mengacu moralitas yang bersumber dari nilai
islam. Tasawuf sangat berperan penting dalam mengatasi problem psikologis yang
terjadi di era modern ini. Tasawuf menawarkan agar manusia kembali pada yang
sejati, sebagai fitrah manusia sejak lahir yang dibekali nilai-nilai rohani dengan
memperhatikan kesejahteraan, kebersihan dan kesehatan jiwa.

B. Tasawuf Sebagai Media Mewujudkan Masyarakat Aman


Menurut islam, rasa aman termasuk nikmat Allah Ta’ala yang sangat besar
atas segenap umat manusia. Keamanan (Al-Amnu) memiliki antonim ketakutan (al-
khauf). Keamanan atau rasa aman adalah ketenangan dan kedamaian tanpa merasakan
adanya ancaman terhadap ketidakstabilan dan situasi kaotis, baik pada saat ini
maupun masa mendatang.4 Rasa aman adalah sesuatu yang mutlak dibutuhkan,
sedemikian berharga rasa aman bagi manusia sampai balasan di dunia yang dijanjikan
Allah kepada mereka yang menyambut ajakannya antara lain adalah rasa aman. Allah
berfirman dalam Al-Qur’an surah an-Nur 55
Keamanan ini berupa jaminan, stabilitas, kepastian, perlindungan, bebas dari
rasa takut, gelisah, dan kekacauan, kebutuhan atas struktur, tata tertib, hukum,
perbatasan, daya perlindungan, dan sebagainya. Aman juga merupakan salah satu
keadaan psikologis yang dimiliki oleh setiap orang. Pada hakikatnya, manusia
membutuhkan rasa aman dalam dirinya. Seorang yang sudah sufi pasti akan
merasakan keamanan dalam dirinya, karena mereka yakin bahwa ada Allah SWT
yang selalu mengawasi dan menjaganya dalam segala sesuatu yang mereka lakukan.
Kedekatan seorang sufi kepada Allah lah yang sebenarnya membuat mereka selalu
merasakan ketenangan dan keamanan di dalam hati serta kehidupannya.

C. Tasawuf Sebagai Media Mewujudkan Masyarakat Makmur dan Sejahtera


Kata makmur dalam kamus bahasa Indonesia bermakna sejahtera, serba
kecukupan dan tidak kekurangan. Kata makmur yang dimaksud pada pembahasan
disini diambil dari bahasa Arab yaitu kata ‫ عمر‬yang secara bahasa bermakna
menghuni, mendiami, menempati, memanjangkan umur, memelihara, membangun
dan memakmurkan. Menurut istilah kata ‫ العم<<ارة‬adalah lawan dari kata ‫ خ<<راب‬yaitu
meruntuhkan atau menghancurkan. Bila dikatakan ‫ أرضه عمر‬berarti membangun atau
memakmurkannya dengan suatu kemakmuran, seperti yang terdapat dalam QS. at-
Taubah/9:19.5
Dilihat dari pengertiannya, sejahtera sebagaimana dikemukakan dalam kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah aman, sentosa, damai, makmur dan selamat (terlepas)
dari segala macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya. Pengertian ini sejalan
dengan pengertian Islam yang berarti selamat, sentosa, aman, dan damai. Dapat

4
Muhammad Imarah, Islam dan Keamanan Sosial, (Jakarta:Gema Insani Press, 1998), hal.9.
5
Aibdi Rahmat, Manusia Sebagai Pemakmur Bumi: Jurnal Manhaj Vol. 5 No. 3, 2017, hal. 11.
dipahami bahwa masalah kesejahteraan sosial sejalan dengan misi kerasulan Nabi
Muhammad SAW., sebagaimana diinyatakan dalam ayat yang berbunyi:
“Dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh
alam”. (Q.S. al-anbiya [21]: 107).6
Terlihat bahwa seluruh aspek ajaran Islam ternyata selalu terkait dengan
masalah kesejahteraan sosial. Hubungan dengan Allah misalnya, harus dibarengi
dengan hubungan sesama manusia (habluminAlllah wa habluminannas). Demikian
pula anjuran beriman selalu diiringi dengan anjuran melalakukan amal saleh, yang
didalamnya termasuk mewujudkan kesejahteraan sosial.
Dalam tasawuf untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, dan bahagia erat
kaitannya dengan memelihara lingkungan hidup untuk mewujudkan masyarakat
makmur, dan sejahtera. Dengan lingkungan hidup seseorang akan mencintai alam.
mencintai lingkungan hidup berarti memeliharanya dan menjaganya dari kehancuran,
tidak malah menghancurkannya. Berlaku wajar dalam memanfaatkan lingkungan
hidup juga merupakan wujud kecintaan kita kepada karunia Allah itu.
Selanjutnya kecintaan itu mendorong kita untuk lebih bersyukur kepada
Tuhan yang menyediakan segala keperluan dari lingkungan hidup, sehingga manusia
dapat makmur, sehat dan bahagia.
Jadi. Cinta dan syukur merupakan ajaran tasawuf yang relavan dalam
memelihara dan menjaga kelestarian lingkungan hidup bagi kesejahteraan dan
kemakmuran manusia sendiri, untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang
sejahtera dan makmur.

C. Tasawuf Sebagai Media Mewujudkan Masyarakat Bahagia


Sebuah penggambaran yang sederhana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1990) disebutkan bahwa kebahagiaan adalah perasaan bahagia, terdapat kesenangan
dan ketentraman hidup baik lahir dan bathin. Sejauh ini memang definisi kebahagiaan
bisa menjadi sangat menjadi segitu subjektif dan berbeda-beda pada setiap orang.
Kebahagiaan yang biasa diketahui adalah bentuk emosi positif dan cenderung

6
Sudirman, Manfaat Tasawuf dalam kehidupan sehari-hari, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2008), hal 32.
menanti atau paling tidak harus mengalami hal yang menyenangkan dan berarti
terlebih dahulu untuk merasakannya.7
Rasa bahagia muncul dari dalam diri sendiri berupa sikap hidup, bukan dari
luar seperti kekayaan, kekuasaan, popularitas, dan sebagainya. Sikap hidup yang
diajarkan dalam tasawuf adalah merasa cukup (qona’ah), mensyukuri apa yang
diperoleh, bersabar dengan keadaan hidupnya, senang dengan kondisi diri yang sulit
(ridho), optimis (raja’) dan rasa cinta (mahabbah), hidup sehat pun merupakan salah
satu syarat untuk hidup bahagia. Itu berarti bahwa tasawuf memiliki ajaran untuk
hidup bahagia yaitu sikap-sikap sufistik seperti qona’ah, syukur, sabar, ridho, raja’
dan mahabbah. 8
Untuk meraih kebahagiaan tertinggi, al-Ghazâlî berpendapat bahwa
kebahagiaan akhirat hanya dapat diraih dengan takwa dan mencegah serta mengekang
hawa nafsu. Caranya, dengan memutus kontak hatinya dengan dunia dengan cara
menjauhkan diri dari alam yang penuh tipu daya dan kepalsuan menuju alam yang
kekal dan menghadapkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. [12]
Al-Ghazali juga berpendapat bahwa kebahagiaan dan kelezatan sejati ialah
apabila kit adapt mengingat Allah. Menurut al-Ghazali kesempurnaan bahagia itu
tergantung kepada tiga kekuatan yaitu :
1. Kekuatan Marah
2. Kekuatan Syahwat
3. Kekuatan Ilmu
Maka sangatlah perlu manusia berjalan ditengah-tengah antara tiga kekuatan
itu. Jangan berlebih-lebihan menurutkan kekuatan marah, yang menyebabkan
mempermudah yang sukar dan membawanya kepada binasa. Jika kekuatan marah
terletak ditengah-tengah timbullah kesabaran, keberanian, dan segala pekerjaan dapat
dikerjakan. Jangan pula berlebih-lebih pada kekuatan syahwat sehingga menjadi
seorang yang humuq yang membawa kerusakan. Jika kekuatan syahwat berjalan

7
Wahyu Rahardjo, Kebahagiaan Sebagai Suatu Proses Pembelajaran: Jurnal Peneliian Psikologi Vol. 2
No. 12, 2007, hal. 127.
8
Sudirman Tebba, Manfaat Tasawuf dalam kehidupan sehari-hari, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2008), hal
33.
ditengah-tengah, maka timbullah ‘iffah (dapat memerintah diri sendiri) dan Qona’ah.
[13]
Begitu juga dengan kekuatan ilmu, dengan ilmu dapat menjadikan seorang
menjadi tawaduk (rendah diri), berwibawa, mulia dan mempunyai derajat yang tinggi
baik di kehidupan social maupun di sisi Allah SWT. Jadi, jika dari tiga kekuatan
tersebut ditimbang baik-baik dan diletakkan ditengah-tengah, maka luruslah
perjalanan manusia menuju petunjuk Allah, dan tercapailah kebahagiaan sejati.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tasawuf bertujuan untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan. Akan tetapi, ini menunjukan betapa kita pada saat
ini masih jauh dari-Nya. Tasawuf bukan hanya menyadarkan kita akan keterpisahan
dari sumber dan tempat kembali kita yang sejati, tetapi juga sekaligus menjelaskan
kepada kita dari mana kita berasal dan kemana kita akan kembali. Dengan demikian
tasawuf memberi kita arahan dalam hidup ini. Dari ajaran para sufi, kita jadi paham
bahwa manusia itu bukan hanya makhluk fisik, tetapi juga makhluk spiritual,
disamping fisiknya yang memiliki asal usul spiritualnya pada Tuhan. Dengan
menyadari betapa manusia itu juga makhluk spiritual, maka lebih mungkin kita akan
bertindak lebih bijak dan seimbang dalam memperlakukan diri kita.
B. Saran
Demikianlah pembahasan terhadap kajian tasawuf. Semoga dari apa yang
disajikan bisa membawa manfaat bagi penulis dan lebih-lebih kepada para pembaca.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah dengan segala kelebihan dan kekurangannya,
untuk itu apabila di dalam penyajian karya ilmiah mata kuliah “Akhlak Tasawuf” ini
terdapat sesuatu yang lebih, maka semata-mata itu hanyalah berasal dari Allah SWT
dan apabila terdapar sesuatu yang mengganjal hati para pembaca, maka itu adalah
sebuah kesalahan pribadi dari kami. Untuk itu kami meminta maaf sebesar-besarnya
atas segala kekurangan yang ada dan berharap kepada pembaca dan dosen
bersangkutan untuk menegur kami bila ada kesalahan agar bisa kami perbaiki di
kemudian hari. Semoga makalah ini bisa berguna bagi kami semua.
DAFTAR PUSTAKA

1. Imarah, Muhammah. 1998. Islam dan Keamanan Sosial. Jakarta:Gema Insani


Press
2. Kartanegara,Mulyadhi. 2006. Menyalami Lubuk tasawuf. Jakarta:Erlangga
3. Muzakkir. 2018. Hidup sehat dan bahagia dalam perspektif tasawuf. Jakarta:
Prenadamedia Group
4.Rahmat, Aibdi. 2017. Manusia Sebagai Pemakmur Bumi: Jurnal Manhaj Vol. 5 No.
5. Rahardjo,Wahyu. 2007. Kebahagiaan Sebagai Suatu Proses Pembelajaran: Jurnal
Peneliian Psikologi Vol. 2 No. 12.
6. Sudirman. 2008. Manfaat Tasawuf dalam kehidupan sehari-hari. Jakarta: Pustaka
Irvan
7.Tebba,Sudirman. Tasawuf Positif, (Bogor:Kencana,2003), hal.29.
8.Tebba,Sudirman. 2008. Manfaat Tasawuf dalam kehidupan sehari-hari, Jakarta:
Pustaka Irvan.

Anda mungkin juga menyukai