Anda di halaman 1dari 28

TEMA I PUTRA

MODERASI BERAGAMA DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN ISLAM


RAHMATAN LIL ’ALAMIN
Judul “MODERASI BERAGAMA DALAM KEHIDUPAN ANTAR SESAMA”

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

‫َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل ~ َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل اْلَم ْح ُم ْو ِد عَلى ُك ِّل َح ال‬


ٍ ~ ‫َاْش َهُد َاْن آلِء َلَه ِّاَالُهَّللا َو ْح َدُه َالَش ِرْيَك َلُه ُذ واْلَعَظَم ِة َو اْلَج َالِل‬
~ ‫َو َاْش َهُد َاَّن ُم َح َّم ًدا َعْبُد ُه وَرُسْو ُلُه َو َخ ِلْيُلُه َص اِد ُق اْلَم َقاِل‬
~ ‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َع ْبِد َك َو َرُسْو ِلَك ُم َح َّم د‬
ٍ ‫َو َع َلى َاِلِه َو َاْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َتْسِلْيمًا َك ِثْيًر ا~ َاَّم ا َبْع ُد‬
Majelis Hakim yang arif dan bijaksana, hadirin sekalian pecinta syarhil qur’an yang kami
banggakan.
Indonesia adalah negeri yang kaya raya, berbagai macam adat istiadat, bahasa, suku
bangsa. Negeri yang sangat mempesona dengan alam yang indah serta berbagai macam flora
dan fauna. Dilengkapi dengan keragaman agama, seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu,
Budha dan Khong Hu Chu serta berbagai macam kepercayaan lokal masyarakatnya. Agus
Ahmadi dalam sebuah tulisannya “Religious Moderation In Indonesia’s Diversity” (2019)
mengatakan bahwa keragaman budaya atau multikultural merupakan sebuah peristiwa alami
karena proses interaksi yang terjadi dalam komunitas masyarakat Indonesia. Lebih jauh
Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya “Secercah Cahaya Ilahi, Hidup Bersama Al-
Qur’an” mengatakan bahwa keanekaragaman dalam kehidupan merupakan sebuah
keniscayaan yang dikehendaki Allah, termasuk dalam perbedaan pendapat bahkan
keanekaragaman tanggapan manusia menyangkut kebenaran kitab suci, penafsiran
kandungannya serta bentuk pengamalannya.
Dalam praktek keagamaan, terkadang sebagian kelompok meyakini bahwa
keyakinannyalah yang pasti dijamin kebenarannya, faham dan keyakinan orang atau
kelompok yang lain adalah salah. Dalam konteks inilah diperlukan cara pandang kita untuk
beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak
ekstrim kanan maupun ekstrim kiri. Sikap dan cara pandang ini lazim kita kenal sekarang ini
dengan “moderasi beragama”. Lalu apa sesungguhnya moderasi beragama itu? Bagaimana
implementasinya dalam kehidupan antar sesama?
Hadirin, pada kesempatan yang mulia ini, dalam Musabaqah Syarhil Qur’an tergugah
hati kami bertiga untuk menyampaikan syarahan dengan judul: “MODERASI BERAGAMA
DALAM KEHIDUPAN ANTAR SESAMA”
Sebagai landasan awal firman Allah di dalam al-qur’an penggalan dari surah Al-
Baqarah ayat 143 yang akan dilantunkan oleh qori’ kami berikut ini:
﴿ ‫ۗ َو َك ٰذ ِلَك َج َعْلٰن ُك ْم ُاَّم ًة َّوَس ًطا ِّلَتُك ْو ُنْو ا ُش َهَد ۤا َء َع َلى الَّناِس َو َيُك ْو َن الَّرُسْو ُل َع َلْيُك ْم َش ِهْيًدا‬
Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu
menjadi
saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan) kamu.
Majelis Hakim yang kami Muliakan, hadirin sebangsa dan setanah air yang dirahmati Allah
subhanahu wata’ala.
Dalam Tafsir Al-Misbah karya Muhammad Quraish Shihab disebutkan bahwa kata
“wasathan” pada ayat tersebut berarti perilaku adil yang dimiliki umat Islam, yang tidak
ekstrim dalam beragama dan tidak pula liberal dalam memahami serta mempraktekkannya.
Lebih jauh kata Beliau, dikatakan bahwa Islam itu mengedepankan esensi dalam beragama
bukan hanya simbol-simbol dan kovernya saja. Sementara itu Abdul Mustaqim dalam kitab
Tafsir Al-Maqashidi menyebutkan bahwa moderasi beragama dalam Islam bukan hanya
dalam perilaku sosial akan tetapi juga dalam beribadah, berakidah dan juga bermuamalah.
Para ulama sepakat bahwa karakter Islam adalah agama yang moderat, agama yang tidak
ekstrim dalam memahami teks sehingga berujung pada tindakan ekstrimis, radikalis dan
bahkan fundamentalis.
Rasulullah SAW bersabda:

)‫َاَال َهَلَك اْلُم َتَنِّطُعْو َن َثَالَث َم َّر اٍت (رواه مسلم عن ابن مسعود‬
Artinya:
“Ketahuilah! Akan binasa orang-orang yang berlebihan (atau melampaui batas dalam
beragama). Nabi mengulang-ulang ucapan tersebut sebanyak 3 kali berturut-turut “ (HR.
Muslim dari Ibnu Mas’ud).
Lantas hadirin, pertanyaannya sekarang adalah bagaimana sikap ideal yang seharusnya
ditampilkan umat Islam saat ini baik dalam hal beragama maupun dalam seluruh aktifitas
mereka, Jawabannya adalah dengan menjadi muslim yang “mutawassith”, yaitu muslim yang
bejiwa pertengahan, dalam arti kita harus bijaksana dalam beragama. Bijaksana dalam
membaca, bijaksana dalam menelaah dan bijaksana dalam mengamalkan ajaran agama kita
secara komprehensif atau menyeluruh, baik itu dari teks-teks ayat Al-Qur’an, hadits-hadits
Nabi SAW atau pun ijma’ para ulama.
Seringkali seseorang dibenci karena faktor etnis, agama, gender dan lain-lain. Yang
sering dilupakan bahwa sisi seseorang sebagai sesama manusia yang seyogyanya saling
menghormati sering terlupakan, tertutup oleh baju etnis, agama, gender dan lain-lain. Padahal
dalam Al-Qur’an sudah jelas disebutkan bahwa perbedaan itu justru agar manusia mengenal
antara satu dengan yang lainnya. Sebagaimana dalam surah Al-Hujurat ayat 13 yang akan
dilantunkan oleh qori’ kami berikut ini;

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َج َعْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَعاَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا‬
١٣ ‫﴾ َعِلْيٌم َخ ِبْيٌر‬
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah
orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti”.
Dewan hakim yang kami muliakan, hadirin sebangsa dan setanah air yang dirahmati
Allah subahanahu wata’ala.
Dalam moderasi beragama terkait dengan hubungan antar sesama maka kita bisa
menerima yang sesuai dengan agama dan budaya bangsa kita juga bisa menolak atau
memfilter secara bijak cara pandang, sistem nilai yang tidak sesuai dengan agama dan budaya
bangsa, dengan melalui metode dakwah yang efektif dan pendekatan-pendekatan yang
humanis.
Manusia adalah makhluk sosial, yang memiliki kecenderungan hidup bersama dan suka
bekerjasama dalam keragaman. Saling menolong, saling membantu, saling memberi manfaat
antara satu dengan yang lainnya. Manusia pada dasarnya adalah bersaudara. Persaudaraan
dalam Islam dikenal dengan “ukhuwwah” terminologi ini terkait dengan makna saudara
kandung. Ada istilah ukhuwwah Islamiyyah, ukhuwwah wathaniyyah dan ukhuwwah
insaniyyah.
Moderasi beragama atau sikap pertengahan adalah sikap terbaik, Rasulullah SAW
bersabda;

)‫َخ ْيُر اُاْلُم ْو ِرَاْو َس ُطَها (روه البيهقي‬


Artinya: “Sebaik-baiknya perkara adalah yang pertengahan” (HR. Al-Baihaqi)
Hadirin, Adapun kesimpulan dari syarahan kami ini adalah
1. Moderasi beragama adalah sikap dan cara pandang yang moderat dalam memahami
dan mengamalkan ajaran agama. Sikap dan cara pandang ini adalah pilihan yang tepat
dalam meminimalisir perbedaan dan konflik yang terjadi disebabkan oleh perbedaan
etnis, budaya dan agama. Islam adalah agama yang moderat.
2. Islam menjunjung tinggi dan menghargai perbedaan yang merupakan sunnatullah.
Sebagai Seorang muslim kita harus memposisikan diri kita sebagai sebagai
mutawassith, yakni seorang yang berjiwa pertengahan, bijak dalam mensikapi
perbedaan.
Oleh karena itu, melalui moderasi beragama mari kita bangun sikap untuk saling
menghormati antar pemeluk agama, tidak terlalu mencintai kehidupan dunia, mengontrol diri
untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat serta bagaimana menjadi seorang
yang moderat di tengah-tengah masyarakat yang beragam ini.
Dengan Demikian, semoga kita dituntun dan ditakdirkan Allah SWT menjadi muslim
yang moderat dan adil dalam menilai sesuatu serta mengedepankan rasionalitas dalam
menghadapi dan menyelesaikan persoalan. Hadirin, sebelum kami mengakhiri syarahan kami
ini, ijinkanlah kami membawakan pantun,

Ada kuda mengejar angsa


Angsa menyelam menangkap ikan
Mari jaga kerukunan bangsa
Toleransi agama harus diutamakan.

Kado mewah diikat pita


Kado berisi sebuah piama
Sungguh indah negeri kita
Ada toleransi hubungan agama.

Demikianlah syarahan yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat bagi semua
umat aamiin yarabbal’alamiin. Terimakasi atas segala perhatian mohon maaf atas segala
kekhilafan.
Wabillahitaufiq walhidayah,
Wassalaamu Alaikum Wr.Wb

TEMA I PUTRI
MODERASI BERAGAMA DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN ISLAM
RAHMATAN LIL ‘ALAMIN
Judul “MODERASI BERAGAMA DALAM KEHIDUPAN ANTAR SESAMA”

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


‫َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل ~ َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل اْلَم ْح ُم ْو ِد عَلى ُك ِّل َح اٍل ~ َاْش َهُد َاْن آلِء َلَه ِّاَالُهَّللا َو ْح َدُه َالَش ِرْيَك َلُه ُذ واْلَعَظَم ِة َو اْلَج َالِل‬
‫~ َو َاْش َهُد َاَّن ُم َح َّم ًدا َعْبُد ُه وَرُسْو ُلُه َو َخ ِلْيُلُه َص اِد ُق اْلَم َقاِل ~ َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َع ْبِد َك َو َرُسْو ِلَك ُم َح َّم ٍد َو َع َلى‬
ُ‫َاِلِه َو َاْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َتْسِلْيمًا َك ِثْيًر ا ~ َاَّم ا َبْع د‬
Majelis Hakim yang arif dan bijaksana, hadirin sekalian pecinta syarhil qur’an yang kami
banggakan.
Indonesia adalah negeri yang kaya raya, berbagai macam adat istiadat, bahasa, suku
bangsa. Negeri yang sangat mempesona dengan alam yang indah serta berbagai macam flora
dan fauna. Dilengkapi dengan keragaman agama, seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu,
Budha dan Khong Hu Chu serta berbagai macam kepercayaan lokal masyarakatnya. Agus
Ahmadi dalam sebuah tulisannya “Religious Moderation In Indonesia’s Diversity” (2019)
mengatakan bahwa keragaman budaya atau multikultural merupakan sebuah peristiwa alami
karena proses interaksi yang terjadi dalam komunitas masyarakat Indonesia. Lebih jauh
Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya “Secercah Cahaya Ilahi, Hidup Bersama Al-
Qur’an” mengatakan bahwa keanekaragaman dalam kehidupan merupakan sebuah
keniscayaan yang dikehendaki Allah, termasuk dalam perbedaan pendapat bahkan
keanekaragaman tanggapan manusia menyangkut kebenaran kitab suci, penafsiran
kandungannya serta bentuk pengamalannya.
Dalam praktek keagamaan, terkadang sebagian kelompok meyakini bahwa
keyakinannyalah yang pasti dijamin kebenarannya, faham dan keyakinan orang atau
kelompok yang lain adalah salah. Dalam konteks inilah diperlukan cara pandang kita untuk
beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak
ekstrim kanan maupun ekstrim kiri. Sikap dan cara pandang ini lazim kita kenal sekarang ini
dengan “moderasi beragama”. Lalu apa sesungguhnya moderasi beragama itu? Bagaimana
implementasinya dalam kehidupan antar sesama?
Hadirin, pada kesempatan yang mulia ini, dalam Musabaqah Syarhil Qur’an tergugah
hati kami bertiga untuk menyampaikan syarahan,
Magrib mengaji jadi kebiasaan
Akhlaq Rasulullah jadi pedoman
Izinkan kami menyampaikan syarahan
Semoga haidirin, hadirin semue jadi terkesan
dengan judul: “MODERASI BERAGAMA DALAM KEHIDUPAN ANTAR
SESAMA”
Sebagai landasan awal firman Allah di dalam al-qur’an penggalan dari surah Al-
Baqarah ayat 143 yang akan dilantunkan oleh qori’ kami berikut ini:

﴿ ‫ۗ َو َك ٰذ ِلَك َج َعْلٰن ُك ْم ُاَّم ًة َّوَس ًطا ِّلَتُك ْو ُنْو ا ُش َهَد ۤا َء َع َلى الَّناِس َو َيُك ْو َن الَّرُسْو ُل َع َلْيُك ْم َش ِهْيًدا‬
Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu
menjadi
saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan) kamu.
Majelis Hakim yang kami Muliakan, hadirin sebangsa dan setanah air yang dirahmati Allah
subhanahu wata’ala.
Dalam Tafsir Al-Misbah karya Muhammad Quraish Shihab disebutkan bahwa kata
“wasathan” pada ayat tersebut berarti perilaku adil yang dimiliki umat Islam, yang tidak
ekstrim dalam beragama dan tidak pula liberal dalam memahami serta mempraktekkannya.
Lebih jauh kata Beliau, dikatakan bahwa Islam itu mengedepankan esensi dalam beragama
bukan hanya simbol-simbol dan covernya saja. Sementara itu Abdul Mustaqim dalam kitab
Tafsir Al-Maqashidi menyebutkan bahwa moderasi beragama dalam Islam bukan hanya
dalam perilaku sosial akan tetapi juga dalam beribadah, berakidah dan juga bermuamalah.
Para ulama sepakat bahwa karakter Islam adalah agama yang moderat, agama yang tidak
ekstrim dalam memahami teks sehingga berujung pada tindakan ekstrimis, radikalis dan
bahkan fundamentalis.
Rasulullah SAW bersabda:

)‫َاَال َهَلَك اْلُم َتَنِّطُعْو َن َثَالَث َم َّر اٍت (رواه مسلم عن ابن مسعود‬
Artinya:
“Ketahuilah! Akan binasa orang-orang yang berlebihan (atau melampaui batas dalam
beragama). Nabi mengulang-ulang ucapan tersebut sebanyak 3 kali berturut-turut “ (HR.
Muslim dari Ibnu Mas’ud).
Lantas hadirin, pertanyaannya sekarang adalah bagaimana sikap ideal yang seharusnya
ditampilkan umat Islam saat ini baik dalam hal beragama maupun dalam seluruh aktifitas
mereka, Jawabannya adalah dengan menjadi muslim yang “mutawassith”, yaitu muslim yang
bejiwa pertengahan, dalam arti kita harus bijaksana dalam beragama. Bijaksana dalam
membaca, bijaksana dalam menelaah dan bijaksana dalam mengamalkan ajaran agama kita
secara komprehensif atau menyeluruh, baik itu dari teks-teks ayat Al-Qur’an, hadits-hadits
Nabi SAW atau pun ijma’ para ulama.
Seringkali seseorang dibenci karena faktor etnis, agama, gender dan lain-lain. Yang
sering dilupakan bahwa sisi seseorang sebagai sesama manusia yang seyogyanya saling
menghormati sering terlupakan, tertutup oleh baju etnis, agama, gender dan lain-lain. Padahal
dalam Al-Qur’an sudah jelas disebutkan bahwa perbedaan itu justru agar manusia mengenal
antara satu dengan yang lainnya. Sebagaimana dalam surah Al-Hujurat ayat 13 yang akan
dilantunkan oleh qori’ kami berikut ini;

﴿ ‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َج َعْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَعاَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن‬
١٣ ‫﴾ َهّٰللا َعِلْيٌم َخ ِبْي ٌر‬
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah
orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti”.
Dewan hakim yang kami muliakan, hadirin sebangsa dan setanah air yang dirahmati
Allah subahanahu wata’ala.
Dalam moderasi beragama terkait dengan hubungan antar sesama maka kita bisa
menerima yang sesuai dengan agama dan budaya bangsa kita juga bisa menolak atau
memfilter secara bijak cara pandang, sistem nilai yang tidak sesuai dengan agama dan budaya
bangsa, dengan melalui metode dakwah yang efektif dan pendekatan-pendekatan yang
humanis.
Manusia adalah makhluk sosial, yang memiliki kecenderungan hidup bersama dan suka
bekerjasama dalam keragaman. Saling menolong, saling membantu, saling memberi manfaat
antara satu dengan yang lainnya. Manusia pada dasarnya adalah bersaudara. Persaudaraan
dalam Islam dikenal dengan “ukhuwwah” terminologi ini terkait dengan makna saudara
kandung. Ada istilah ukhuwwah Islamiyyah, ukhuwwah wathaniyyah dan ukhuwwah
insaniyyah.
Moderasi beragama atau sikap pertengahan adalah sikap terbaik, Rasulullah SAW
bersabda;

)‫َخ ْيُر اُاْلُم ْو ِرَاْو َس ُطَها (روه البيهقي‬


Artinya: “Sebaik-baiknya perkara adalah yang pertengahan” (HR. Al-Baihaqi)
Hadirin, Adapun kesimpulan dari syarahan kami ini adalah
1. Moderasi beragama adalah sikap dan cara pandang yang moderat dalam memahami
dan mengamalkan ajaran agama. Sikap dan cara pandang ini adalah pilihan yang tepat
dalam meminimalisir perbedaan dan konflik yang terjadi disebabkan oleh perbedaan
etnis, budaya dan agama. I
2. slam adalah agama yang moderat. Islam menjunjung tinggi dan menghargai
perbedaan yang merupakan sunnatullah. Sebagai Seorang muslim kita harus
memposisikan diri kita sebagai sebagai mutawassith, yakni seorang yang berjiwa
pertengahan, bijak dalam mensikapi perbedaan.
Oleh karena itu, melalui moderasi beragama mari kita bangun sikap untuk saling
menghormati antar pemeluk agama, tidak terlalu mencintai kehidupan dunia, mengontrol diri
untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat serta bagaimana menjadi seorang
yang moderat di tengah-tengah masyarakat yang beragam ini.
Dengan Demikian, semoga kita dituntun dan ditakdirkan Allah SWT menjadi muslim
yang moderat dan adil dalam menilai sesuatu serta mengedepankan rasionalitas dalam
menghadapi dan menyelesaikan persoalan. Hadirin, sebelum kami mengakhiri syarahan kami
ini, ijinkanlah kami membawakan pantun,

Ada kuda mengejar angsa


Angsa menyelam menangkap ikan
Mari jaga kerukunan bangsa
Toleransi agama harus diutamakan.

Kado mewah diikat pita


Kado berisi sebuah piama
Sungguh indah negeri kita
Ada toleransi hubungan agama
Demikianlah, syarahan yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat bagi semua
umat aamiin yarabbal’alamiin. Terimakasi atas segala perhatian mohon maaf atas segala
kekhilafan.
Wabillahitaufiq walhidayah,
Wassalaamu Alaikum Wr.Wb

TEMA II (PUTRA)
“ETIKA KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL”

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

‫~ َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل ~ َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل اْلَم ْح ُم ْو ِد عَلى ُك ِّل َح اٍل‬


‫~ َاْش َهُد َاْن آلِء َلَه ِّاَالُهَّللا َو ْح َدُه َالَش ِرْيَك َلُه ُذ واْلَعَظَم ِة َو اْلَج َالِل‬
‫~ َو َاْش َهُد َاَّن ُم َح َّم ًدا َعْبُد ُه وَرُسْو ُلُه َو َخ ِلْيُلُه َص اِد ُق اْلَم َقاِل‬
‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َع ْبِد َك َو َرُسْو ِلَك ُم َح َّم ٍد‬
‫َو َع َلى َاِلِه َو َاْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َتْسِلْيمًا َك ِثْيًر ا ~ َاَّم ا َبْع ُد‬
Majelis hakim yang arif nan bijaksana, hadirin sekalian pecinta syarhil qur’an yang
kami banggakan.
Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dengan berbagai kultur suku, ras dan
agama yang beraneka ragam memiliki banyak sekali potensi perubahan sosial. Dari berbagai
kalangan dan usia hampir semua masyarakat Indonesia memiliki dan menggunakan media
sosial sebagai salah satu sarana guna memperoleh dan menyampaikan informasi ke publik.
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai
“sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan
teknologi Web 2.0 dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content”.
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan
mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum
dan dunia virtual lainnya yang mampu terhubung dengan teman-teman untuk berbagi
informasi dan berkomunikasi. Namun sayang hadirin, Perkembangan teknologi informasi
membawa sebuah perubahan dalam masyarakat. Lahirnya media sosial menjadikan pola
perilaku masyarakat mengalami pergeseran baik budaya, etika dan norma yang ada,
memudarnya kebudayaan timur dan lunturnya norma-norma kesantunan dalam segala hal.
Hal ini memberikan pengaruh buruk bagi masyarakat, khususnya kaum pelajar. Sehingga
menyebabkan rendahnya etika dan moral masyarakat, bukan kesantunan berbahasa melainkan
kekerasan fisik dan pelecehan seksual. Jagat media sosial jadi liar, tak ramah, dan
mengabaikan kelaziman berkomunikasi, termasuk perilaku membully siapa pun atau
menjadikan pihak lain sebagai sasaran kemarahan, tak sedikit remaja yang mendapatkan
komentar negatif tentang dirinya di Media sosial, tidak sedikit mayoritas remaja pernah
menjadi korban Cyberbullying sehingga remaja yang menjadi korban cyberbullying
cenderung mengalami depresi, kecemasan dan bahkan memiliki pemikiran untuk bunuh diri.
Oleh sebab itu hadirin pada kesempatan yang mulia ini, pada musabaqah Syarhil
Qur’an tergugah hati kami bertiga untuk mengangkat Tema dengan judul..
“ETIKA KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL”
Sebagai landasarn awal Al-qur'an surah Al-Mujadilah ayat 9 yang akan dilantunkan oleh
Qori’ kami berikut ini;
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا َتَناَج ْيُتْم َفاَل َتَتَناَج ْو ا ِباِاْل ْثِم َو اْلُعْد َو اِن َو َم ْعِص َيِت الَّرُسْو ِل َو َتَناَج ْو ا ِباْلِبِّر َو الَّتْقٰو ۗى‬
)٩( ‫َو اَّتُقوا َهّٰللا اَّلِذ ْٓي ِاَلْيِه ُتْح َش ُرْو َن‬
“wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia,
janganlah kamu membicarakan perbuatan dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul,
tetapi bicaralah tentang perbuatan kebajikan dan takwa, dan bertaqwalah kepada Allah
yang kepadanya kamu akan dikumpulkan kembali.”
Mumhammad Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan ayat di atas
menyebut tiga ragam kedurhakaan, al-itsm (dosa), al-udwan (permusuhan), dan Ma’siyat Al-
Rasul (kedurhakaan kepada Rasul). Permusuhan adalah aktivitas yang dampak buruknya
merugikan diri sendiri dan juga orang lain, yang termasuk dalam hal ini adalah hak-hak
manusia. Sedangkan yang dimaksud dengan kedurhakaan kepada Rasul adalah setiap
perbuatan yang dilakukan dengan tidak mematuhi perintah atau larangan dari Rasulullah.
Hadirin, ayat tersebut memberi tuntunan kepada orang-orang beriman agar tidak
membicarakan pembicaraan rahasia, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan
orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya. Yaitu merencanakan atau melakukan
perbuatan yang dapat berakibat buruk dan dapat menciptakan permusuhan serta kedurhakaan
kepada Rasul. Jika seseorang memang harus melakukan pembicaraan rahasia dan tidak dapat
menghindarinya, maka hendaknya hal yang dibicarakan secara rahasia merupakan perbuatan
kebajikan yang dapat mendatangkan ketakwaan. Dengan begitu, manusia akan terhindar dari
siksa Allah swt., baik berupa siksa duniawi maupun ukhrawi.
Majelis hakim yang kami muliakan, hadirin yang kami banggakan.
Sedangkan dampak negatif dari media sosial adalah menjauhkan orang-orang yang
sudah dekat dan sebaliknya, interaksi secara tatap muka cenderung menurun, membuat
orang-orang menjadi kecanduan terhadap internet, menimbulkan konflik, masalah privasi,
rentan terhadap pengaruh buruk orang lain. Al-Qur'an menjabarkan tentang etika tersebut
dalam beberapa surah. Dalam surah Al-Mujadilah ayat 9 dijelaskan pula etika komunikasi
yang lainnya, serta menjelaskan bahwa dalam berkomunikasi manusia harus menghindari
pembicaraan rahasia, apalagi pembicaraan yang mengandung dosa, permusuhan, dan
kedurhakaan terhadap Rasul. Karena hal yang demikian akan membuat manusia merasakan
siksaan Allah swt. Islam pun memberikan perhatian yang besar terhadap etika penggunaan
media sosial. Hal ini dibuktikan dengan diaturnya etika penggunaan media sosial dalam Al-
Qur'an surah Al-Ahzab ayat 70, yang akan dilantunkan oleh Qori’ kami berikut ini.

‫ٰۤي ـَاُّيَها اَّلِذ ۡي َن ٰا َم ُنوا اَّتُقوا َهّٰللا َو ُقۡو ُلۡو ا َقۡو اًل َسِد ۡي ًدا‬
“hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang
benar”
Kata sadiddan terdiri dari huruf ‫ س‬dan ‫ د‬yang menurut pakar bahasa arab dan
sastrawan Ibnu Faris, menunjuk kepada makna meruntuhkan sesuatu kemudian
memperbaikinya. Ia juga bermakna istiqamah/Konsisten. Kata ini juga digunakan untuk
menunjuk kepada seseorang yang menyampaikan sesuatu atau ucapan yang benar dan
mengena tepat pada sasarannya. Dengan demikian, kata sadiddan dalam ayat di atas tidak
sekedar berarti benar sebagaimana terjemahannya, tetapi ia juga harus berarti tepat pada
sasaran. Dari kata tersebut diperoleh pula petunjuk bahwa kritik yang disampaikan
hendaknya merupakan kritik yang membangun atau dalam arti informasi yang disampaikan
haruslah baik, benar, dan mendidik.
Thahir Ibn ‘Asyur menggaris bawahi kata (‫ول‬NN‫ )ق‬qaul/(ucapan) yang menurutnya
merupakan satu pintu yang sangat luas, baik yang berkaitan dengan kebajikan maupun
keburukan. Oleh karena itu hadirin, jika ucapan itu baik, maka baik pula pengaruhnya dan
jika ucapan itu buruk, maka buruk pula pengaruhnya.
Dewan hakim yang kami muliakan, hadirin yang kami banggakan,
Dari uraian yang telah kami sampaikan, dapat kita tarik kesimpulan bahwa,
1. Yang pertama, Media sosial sebagai alat komunikasi di era digitalisasi merupakan hal
yang wajar. Karena dengan perkembangan teknologi komunikasi yang ada, maka
sudah sewajarnya pola komunikasi mengalami perubahan. Dan Al-Qur'an pun
membenarkan hal tersebut. Namun dalam penggunaannya harus didasarkan pada
tuntunan yang terjelaskan dalam Al-Qur'an.
2. Yang Kedua, Dalam menggunakan media sosial kita harus mengacu pada Al-Qu'an
dan hukum positif yang ada di Negara Indonesia. Karena kedua aturan tersebut
merupakan aturan yang tertinggi. Dalam Al-Qur'an dan konstitusi negara Indonesia
terjelaskan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika berkomunikasi
dengan media sosial.
Sebelum kami mengakhiri syarahan ini, ijin kan kami membawakan sebuah pantun;
Burung mungil si burung gelatik
Berkicau nyaring di atas dahan
Memanfaatkan medsos dengan baik
Dengan tetap menjaga etika dan kesopanan

Demikian syarahan yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat dan


menjadi maslahat bagi semua umat. Terimakasih atas segala perhatian mohon maaf atas
segala kekhilafan.
Wabillaahi taufiq wal hidaayah, wassalamu'alaikum warhamtullah wabarakatuh.

TEMA II (PUTRI)
“ETIKA KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL”

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

‫~ َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل ~ َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل اْلَم ْح ُم ْو ِد عَلى ُك ِّل َح اٍل‬


‫~ َاْش َهُد َاْن آلِء َلَه ِّاَالُهَّللا َو ْح َدُه َالَش ِرْيَك َلُه ُذ واْلَعَظَم ِة َو اْلَج َالِل‬
‫~ َو َاْش َهُد َاَّن ُم َح َّم ًدا َعْبُد ُه وَرُسْو ُلُه َو َخ ِلْيُلُه َص اِد ُق اْلَم َقاِل‬
‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َع ْبِد َك َو َرُسْو ِلَك ُم َح َّم ٍد‬
‫َو َع َلى َاِلِه َو َاْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َتْسِلْيمًا َك ِثْيًر ا ~ َاَّم ا َبْع ُد‬

Majelis hakim yang arif nan bijaksana, hadirin sekalian pecinta syarhil qur’an yang
kami banggakan.
Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dengan berbagai kultur suku, ras dan
agama yang beraneka ragam memiliki banyak sekali potensi perubahan sosial. Dari berbagai
kalangan dan usia hampir semua masyarakat Indonesia memiliki dan menggunakan media
sosial sebagai salah satu sarana guna memperoleh dan menyampaikan informasi ke publik.
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai
“sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan
teknologi Web 2.0 dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content”.
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan
mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum
dan dunia virtual lainnya yang mampu terhubung dengan teman-teman untuk berbagi
informasi dan berkomunikasi. Namun sayang hadirin, Perkembangan teknologi informasi
membawa sebuah perubahan dalam masyarakat. Lahirnya media sosial menjadikan pola
perilaku masyarakat mengalami pergeseran baik budaya, etika dan norma yang ada,
memudarnya kebudayaan timur dan lunturnya norma-norma kesantunan dalam segala hal.
Hal ini memberikan pengaruh buruk bagi masyarakat, khususnya kaum pelajar. Sehingga
menyebabkan rendahnya etika dan moral masyarakat, bukan kesantunan berbahasa melainkan
kekerasan fisik dan pelecehan seksual. Jagat media sosial jadi liar, tak ramah, dan
mengabaikan kelaziman berkomunikasi, termasuk perilaku membully siapa pun atau
menjadikan pihak lain sebagai sasaran kemarahan, tak sedikit remaja yang mendapatkan
komentar negatif tentang dirinya di Media sosial, tidak sedikit mayoritas remaja pernah
menjadi korban Cyberbullying sehingga remaja yang menjadi korban cyberbullying
cenderung mengalami depresi, kecemasan dan bahkan memiliki pemikiran untuk bunuh diri.
Oleh sebab itu hadirin pada kesempatan yang mulia ini, pada musabaqah Syarhil
Qur’an tergugah hati kami bertiga untuk mengangkat Tema dengan judul..
“ETIKA KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL”
Sebagai landasarn awal Al-qur'an surah Al-Mujadilah ayat 9 yang akan dilantunkan oleh
Qori’ah kami berikut ini;
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا َتَناَج ْيُتْم َفاَل َتَتَناَج ْو ا ِباِاْل ْثِم َو اْلُعْد َو اِن َو َم ْعِص َيِت الَّرُسْو ِل َو َتَناَج ْو ا ِباْلِبِّر َو الَّتْقٰو ۗى‬
)٩( ‫َو اَّتُقوا َهّٰللا اَّلِذ ْٓي ِاَلْيِه ُتْح َش ُرْو َن‬
“wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia,
janganlah kamu membicarakan perbuatan dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul,
tetapi bicaralah tentang perbuatan kebajikan dan takwa, dan bertaqwalah kepada Allah
yang kepadanya kamu akan dikumpulkan kembali.”
Mumhammad Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan ayat di atas
menyebut tiga ragam kedurhakaan, al-itsm (dosa), al-udwan (permusuhan), dan Ma’siyat Al-
Rasul (kedurhakaan kepada Rasul). Permusuhan adalah aktivitas yang dampak buruknya
merugikan diri sendiri dan juga orang lain, yang termasuk dalam hal ini adalah hak-hak
manusia. Sedangkan yang dimaksud dengan kedurhakaan kepada Rasul adalah setiap
perbuatan yang dilakukan dengan tidak mematuhi perintah atau larangan dari Rasulullah.
Hadirin, ayat tersebut memberi tuntunan kepada orang-orang beriman agar tidak
membicarakan pembicaraan rahasia, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan
orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya. Yaitu merencanakan atau melakukan
perbuatan yang dapat berakibat buruk dan dapat menciptakan permusuhan serta kedurhakaan
kepada Rasul. Jika seseorang memang harus melakukan pembicaraan rahasia dan tidak dapat
menghindarinya, maka hendaknya hal yang dibicarakan secara rahasia merupakan perbuatan
kebajikan yang dapat mendatangkan ketakwaan. Dengan begitu, manusia akan terhindar dari
siksa Allah swt., baik berupa siksa duniawi maupun ukhrawi.
Majelis hakim yang kami muliakan, hadirin yang kami banggakan.
Sedangkan dampak negatif dari media sosial adalah menjauhkan orang-orang yang
sudah dekat dan sebaliknya, interaksi secara tatap muka cenderung menurun, membuat
orang-orang menjadi kecanduan terhadap internet, menimbulkan konflik, masalah privasi,
rentan terhadap pengaruh buruk orang lain. Al-Qur'an menjabarkan tentang etika tersebut
dalam beberapa surah. Dalam surah Al-Mujadilah ayat 9 dijelaskan pula etika komunikasi
yang lainnya, serta menjelaskan bahwa dalam berkomunikasi manusia harus menghindari
pembicaraan rahasia, apalagi pembicaraan yang mengandung dosa, permusuhan, dan
kedurhakaan terhadap Rasul. Karena hal yang demikian akan membuat manusia merasakan
siksaan Allah swt. Islam pun memberikan perhatian yang besar terhadap etika penggunaan
media sosial. Hal ini dibuktikan dengan diaturnya etika penggunaan media sosial dalam Al-
Qur'an surah Al-Ahzab ayat 70, yang akan di lantunkan oleh Qori’ah kami berikut ini.

‫ٰۤي ـَاُّيَها اَّلِذ ۡي َن ٰا َم ُنوا اَّتُقوا َهّٰللا َو ُقۡو ُلۡو ا َقۡو اًل َسِد ۡي ًدا‬
“hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang
benar”
Kata sadiddan terdiri dari huruf ‫ س‬dan ‫ د‬yang menurut pakar bahasa arab dan
sastrawan Ibnu Faris, menunjuk kepada makna meruntuhkan sesuatu kemudian
memperbaikinya. Ia juga bermakna istiqamah/Konsisten. Kata ini juga digunakan untuk
menunjuk kepada seseorang yang menyampaikan sesuatu atau ucapan yang benar dan
mengena tepat pada sasarannya. Dengan demikian, kata sadiddan dalam ayat di atas tidak
sekedar berarti benar sebagaimana terjemahannya, tetapi ia juga harus berarti tepat pada
sasaran. Dari kata tersebut diperoleh pula petunjuk bahwa kritik yang disampaikan
hendaknya merupakan kritik yang membangun atau dalam arti informasi yang disampaikan
haruslah baik, benar, dan mendidik.
Thahir Ibn ‘Asyur menggaris bawahi kata (‫ول‬NN‫ )ق‬qaul/(ucapan) yang menurutnya
merupakan satu pintu yang sangat luas, baik yang berkaitan dengan kebajikan maupun
keburukan. Oleh karena itu hadirin, jika ucapan itu baik, maka baik pula pengaruhnya dan
jika ucapan itu buruk, maka buruk pula pengaruhnya.
Dewan hakim yang kami muliakan, hadirin yang kami banggakan,
Dari uraian yang telah kami sampaikan, dapat kita tarik kesimpulan bahwa,
1. Yang pertama, Media sosial sebagai alat komunikasi di era digitalisasi merupakan hal
yang wajar. Karena dengan perkembangan teknologi komunikasi yang ada, maka
sudah sewajarnya pola komunikasi mengalami perubahan. Dan Al-Qur'an pun
membenarkan hal tersebut. Namun dalam penggunaannya harus didasarkan pada
tuntunan yang terjelaskan dalam Al-Qur'an.
2. Yang Kedua, Dalam menggunakan media sosial kita harus mengacu pada Al-Qu'an
dan hukum positif yang ada di Negara Indonesia. Karena kedua aturan tersebut
merupakan aturan yang tertinggi. Dalam Al-Qur'an dan konstitusi negara Indonesia
terjelaskan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika berkomunikasi
dengan media sosial.
Sebelum kami mengakhiri syarahan ini, ijin kan kami membawakan sebuah pantun;
Burung mungil si burung gelatik
Berkicau nyaring di atas dahan
Memanfaatkan medsos dengan baik
Dengan tetap menjaga etika dan kesopanan

Demikian syarahan yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat dan


menjadi maslahat bagi semua umat. Terimakasih atas segala perhatian mohon maaf atas
segala kekhilafan.
Wabillaahi taufiq wal hidaayah, wassalamu'alaikum warhamtullah wabarakatuh.

TEMA III (PUTRA)


“PENINGKATAN KUALITAS SDM YANG UNGGUL MENUJU INDONESIA
MAJU”

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

‫~ َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل ~ َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل اْلَم ْح ُم ْو ِد عَلى ُك ِّل َح اٍل‬


‫~ َاْش َهُد َاْن آلِء َلَه ِّاَالُهَّللا َو ْح َدُه َالَش ِرْيَك َلُه ُذ واْلَعَظَم ِة َو اْلَج َالِل‬
‫~ َو َاْش َهُد َاَّن ُم َح َّم ًدا َعْبُد ُه وَرُسْو ُلُه َو َخ ِلْيُلُه َص اِد ُق اْلَم َقاِل‬
‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َع ْبِد َك َو َرُسْو ِلَك ُم َح َّم ٍد‬
‫َو َع َلى َاِلِه َو َاْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َتْسِلْيمًا َك ِثْيًر ا ~ َاَّم ا َبْع ُد‬

Majelis hakim yang arif nan bijaksana, hadirin sekalian pecinta Syarhil Qur’an yang
kami banggakan.
Menurut indeks pengembangan sumber daya manusia, Indonesia berada di bawah
peringkat negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam,
Philipina, bahkan dengan negara Vietnam yang baru saja bangkit dari keterpurukan.
Sumber Daya Alam (SDA) yang subur makmur, kini 80% dikuasai dan dieksploitasi
oleh bangsa lain. Perekonomian Indonesia kini berada pada puncak krisis yang
mengkhawatirkan sehingga menyebabkan hutang bangsa kita semakin bertambah.
Perekonomian kita dikuasai oleh bangsa China, teknologi kita dikuasai oleh Jerman,
informasi kita dikuasai oleh Barat. Belum lagi tingkat kepadatan penduduk Indonesia berada
di posisi ke-4 di dunia yang diperkirakan mencapai 260 juta jiwa di bawah negara China,
India, dan Amerika serikat. Menurut data yang dikeluarkan Bank Dunia, pada tahun 2018
menyebutkan bahwa kualitas SDM Indonesia berada di peringkat 87 dari 157 negara.
Sementara itu di tahun yang sama, Business World memaparkan bahwa peringkat daya saing
SDM Indonesia berada di rangking 45 dari 63 negara. Hal ini menunjukkan bahwa kita masih
kalah dari dua negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia yang masing-masing berada di
peringkat 13 dan 22. Timbul pertanyaan, mengapa hal ini terjadi? Salah satu jawabannya
adalah disebabkan karena kita memiliki kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah. Lalu
apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?
Hadirin, dalam kesempatan yang mulia ini pada musabaqah Syarhil Qur’an izinkan
kami bertiga untuk menyampaikan syarahan,
dengan judul “PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
YANG UNGGUL MENUJU INDONESIA MAJU” dengan landasan Al-Qur'an surah An-
Nisa ayat 9 yang akan dilantunkan oleh Qori’/Qori’ah kami berikut ini.

‫َو ْلَيْخ َش اَّلِذ ْيَن َلْو َتَر ُك ْو ا ِم ْن َخ ْلِفِهْم ُذ ِّرَّيًة ِض ٰع ًفا َخ اُفْو ا َع َلْيِهْۖم َفْلَيَّتُقوا َهّٰللا َو ْلَيُقْو ُلْو ا َقْو اًل َسِدْيًدا‬
Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan dibelakang
mereka keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah
kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak
keturunannya).
Ayat tersebut diawali dengan kata “‫ وليخش‬adalah sighat amr. Kaidah mengatakan al
ashlu fil amri alwujubu (pada asalnya perintah itu menunjukkan wajib). Oleh karena itu wajib
bagi kita untuk merasa takut jika meninggalkan anak-anak, keturunan dan generasi keturunan
yang lemah. Berkaitan dengan masalah tersebut Imam Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul
Adzim juz 1 halaman 413 menjelaskan bahwa sababul nuzul ayat tersebut adalah berkaitan
dengan pertanyaan Sa’ad bin Abi Waqash kepada Rasulullah SAW; “Ya Rasulullah, saya
mempunyai harta yang banyak, tapi saya hanya mempunyai seorang anak, bolehkah saya
bersedekah dengan dua pertiganya (2/3)? Rasul menjawab; ”tidak boleh”, bolehkah saya
bersedekah seperduanya (½) saja? Rasul kembali menjawab: “Tidak boleh”, bolehkah saya
bersedekah dengan sepertiganya (1/3) saja? Rasul menjawab itu pun masih terlalu banyak,
seraya beliau bersabda “sungguh aku mengharapkan engkau meninggalkan pewarismu yang
kaya nan berharta, daripada meninggalkan pewarismu yang lemah lalu menggantungkan
hidupnya pada belas kasih orang lain”. Secara eksplisit ayat ini memberikan warning kepada
kita agar jangan meninggalkan keturunan, anak-anak dan generasi di belakang kita dalam
keadaan lemah. Lalu, kelemahan yang bagaimana yang harus kita khawatirkan?
Menurut Prof. Dr. BJ. Habibi mantan Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim
Indonesia, beliau menjelaskan bahwa ada 5 kelemahan yang harus kita khawatirkan yakni,
lemah harta, lemah fisik, lemah ilmu, lemah semangat hidup dan yang paling ditakutkan
adalah lemahnya akhlaq. Karena itu Rasulullah Saw. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh
Al-Hakim r.a mengingatkan pula kepada kita untuk memanfaatkan lima perkara sebelum
datang lima perkara di antaranya adalah ‫( َش َبا َبَك َقْبَل َهَرِم ََك‬jaga masa mudamu sebelum datang
masa tuamu).
Hadirin, kualitas SDM bangsa Indonesia, dalam kategori rendah, dan rendahnya
kualitas SDM disebabkan pula oleh rendahnya kualitas pendidikan. Rendahnya kualitas
pendidikan ini tentu saja disebabkan oleh beberapa faktor; yakni minat menyekolahkan di
beberapa daerah masih sangat rendah. Kepemilikan dan penggunaan media belajar belum
terjamin serta pemakaian teknologi informasi tidak memadai. Bahkan masih banyak sekolah
yang tidak memiliki gedung sendiri, keadaan ini diperparah lagi dengan rendahnya kualitas
dan kesejahteraan guru, hal inilah yang membuat rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
Padahal sudah jelas peranan guru dalam meningkatkan kualitas SDM telah tercantum di
dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (Kutipan Alenia
Pertama Lampiran Permen Diknas Nomor 22 tahun 2006).
Majelis hakim yang kami muliakan, hadirin yang kami banggakan,
Untuk menciptakan kualitas yang unggul, maka hal yang harus dilakukan adalah,
menata sumber daya manusia, baik dari aspek intelektual, spiritual, kreativitas moral,
maupun tanggung jawab. Kita sebagai manusia dalam kacamata Islam adalah suatu makhluk
unggulan yang dikaruniai akal kreatif sehingga potensi ini memungkinkan untuk melakukan
pencerahan, mengembangkan peradaban dan kebudayaan seperti dalam transportasi canggih
dan produksi menu yang berkualitas. Kita sebagai manusia diciptakan Allah SWT memiliki
keunggulan dibandingkan makhluk yang lainnya, sebagaimana yang telah dipaparkan dalam
Q.S surah Al-Isra ayat 70 yang akan di lantunkan oleh Qori’ kami berikut ini.

‫َو َلَقْد َك َّر ْم َنا َبِنٓى َء اَد َم َو َح َم ْلَٰن ُهْم ِفى ٱْلَبِّر َو ٱْلَبْح ِر َو َر َز ْقَٰن ُهم ِّم َن ٱلَّطِّيَٰب ِت َو َفَّض ْلَٰن ُهْم َع َلٰى َك ِثيٍر ِّمَّم ْن َخ َلْقَنا‬
‫َتْفِض ياًل‬
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di darat
dan di laut, Kami beri rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan”.
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Washit-nya Volum 2 halaman 1371
menyebutkan bhawa ayat ini memuat bentuk-bentuk kepedulian Allah kepada umat manusia,
di antaranya Allah menjaga dan menjamin kemuliaan manusia, hak-hak manusia dan
menjadikan manusia sebagai khalifah (pengelola) di bumi. Sedangkan menurut Imam Ibn
Jarir Al-Thabari dalam kitabnya Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ayi al-Qur’an. Volum 15
halaman 5 bahwa bentuk memuliakannya Allah kepada bani adam (manusia) (taskhirina
saira al-khalqi lahum). Bahkan dalam keterangan beliau juga, para malaikat memohon
kepada Allah untuk diberikan di akhirat nanti apa-apa yang sudah Allah berikan kepada
manusia di dunia.
Majunya suatu negara tentu saja juga sangat dipengaruhi oleh kualitas iman yang
tinggi. Sebab, jika seseorang yang ingin sukses dalam hidupnya, maka harus memiliki iman
dan ilmu secara seimbang. Karena dengan iman dan ilmulah derajat kita dapat meningkat.
Sebagaimana Imam Ali Ash-Shabuni dalam Shafwa At-Tafaasir mengatakan, “barang siapa
yang berkumpul iman dan ilmu pada diri seseorang, maka Allah akan mengangkat dengan
imannya beberapa derajat dan dengan ilmunya beberapa derajat yang lebih tinggi”. Prof.
Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan, bahwa kalimat iman
dan ilmu disebut secara beriringan yang berarti bahwa iman tidak boleh dipisahkan dengan
ilmu. Hal ini juga dikemukakan oleh Albert Einstein seorang fisikawan teoritis, beliau
mengatakan, “Science without religion is blind, but religion without science is lame”
pengetahuan tanpa agama adalah buta, sedangkan agama tanpa ilmu adalah pincang.
Majelis hakim yang kami muliakan, hadirin walhadirat yang kami banggakan.
Dari uraian yang telah kami paparkan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa,
untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang Unggul demi majunya suatu
negara adalah;
1. Perbaikan sistem pendidikan, penataan kompetensi melalui pelatihan dan sertifikasi
tenaga pengajar agar terus ditingkatkan. Perancangan program dan desain kurikulum,
standar pelatihan hingga penyelenggaraan pelatihan kerja, sehingga kebijakan link dan
match dapat benar-benar berjalan.
2. Dan tak kalah pentingnya adalah pengembangan ekosistem talenta nasional dan global
perlu terus ditumbuh kembangkan pada bagian tatanan, seperti menata kelembagaan
yang ada berdasarkan kebutuhan kongkrit serta didukung oleh kepemimpinan
berintegritas, guna memastikan berkembangnya talenta unggul dengan inovasi dan
kreativitasnya.
Untuk mengakhiri syarahan ini, izinkan kami menyampaikan 2 buah pantun,
Jalan-jalan ke kota Mekkah
Ingin sembahyang berlama-lama
Semoga syarahan ini membawa berkah
Menjadi maslahat bagi kita semua

Pergi Ke Sanggau penuh antrean


Niat menonton Syarhil Qur’an
Terimakasih atas segala perhatian
mohon maaf atas segala kekhilafan

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, terimakasih atas segala perhatian, mohon maaf atas
segala kekhilafan semoga menjadi maslahat bagi semua insan.
Wabillahi taufiq wal hidayah
Wassalaamu ‘alaikum Wr.wb
TEMA III (PUTRI)
“PENINGKATAN KUALITAS SDM YANG UNGGUL MENUJU INDONESIA
MAJU”

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

‫~ َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل ~ َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل اْلَم ْح ُم ْو ِد عَلى ُك ِّل َح اٍل‬


‫~ َاْش َهُد َاْن آلِء َلَه ِّاَالُهَّللا َو ْح َدُه َالَش ِرْيَك َلُه ُذ واْلَعَظَم ِة َو اْلَج َالِل‬
‫~ َو َاْش َهُد َاَّن ُم َح َّم ًدا َعْبُد ُه وَرُسْو ُلُه َو َخ ِلْيُلُه َص اِد ُق اْلَم َقاِل‬
‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َع ْبِد َك َو َرُسْو ِلَك ُم َح َّم ٍد‬
‫َو َع َلى َاِلِه َو َاْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َتْسِلْيمًا َك ِثْيًر ا ~ َاَّم ا َبْع ُد‬
Majelis hakim yang arif nan bijaksana, hadirin sekalian pecinta Syarhil Qur’an yang
kami banggakan.
Menurut indeks pengembangan sumber daya manusia, Indonesia berada di bawah
peringkat negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam,
Philipina, bahkan dengan negara Vietnam yang baru saja bangkit dari keterpurukan.
Sumber Daya Alam (SDA) yang subur makmur, kini 80% dikuasai dan dieksploitasi
oleh bangsa lain. Perekonomian Indonesia kini berada pada puncak krisis yang
mengkhawatirkan sehingga menyebabkan hutang bangsa kita semakin bertambah.
Perekonomian kita dikuasai oleh bangsa China, teknologi kita dikuasai oleh Jerman,
informasi kita dikuasai oleh Barat. Belum lagi tingkat kepadatan penduduk Indonesia berada
di posisi ke-4 di dunia yang diperkirakan mencapai 260 juta jiwa di bawah negara China,
India, dan Amerika serikat. Menurut data yang dikeluarkan Bank Dunia, pada tahun 2018
menyebutkan bahwa kualitas SDM Indonesia berada di peringkat 87 dari 157 negara.
Sementara itu di tahun yang sama, Business World memaparkan bahwa peringkat daya saing
SDM Indonesia berada di rangking 45 dari 63 negara. Hal ini menunjukkan bahwa kita masih
kalah dari dua negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia yang masing-masing berada di
peringkat 13 dan 22. Timbul pertanyaan, mengapa hal ini terjadi? Salah satu jawabannya
adalah disebabkan karena kita memiliki kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah. Lalu
apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?
Hadirin, dalam kesempatan yang mulia ini pada musabaqah Syarhil Qur’an izinkan
kami bertiga untuk menyampaikan syarahan,
dengan judul “PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
YANG UNGGUL MENUJU INDONESIA MAJU” dengan landasan Al-Qur'an surah An-
Nisa ayat 9 yang akan dilantunkan oleh Qori’ah kami berikut ini.

‫َو ْلَيْخ َش اَّلِذ ْيَن َلْو َتَر ُك ْو ا ِم ْن َخ ْلِفِهْم ُذ ِّرَّيًة ِض ٰع ًفا َخ اُفْو ا َع َلْيِهْۖم َفْلَيَّتُقوا َهّٰللا َو ْلَيُقْو ُلْو ا َقْو اًل َسِدْيًدا‬
Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan dibelakang
mereka keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah
kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak
keturunannya).
Ayat tersebut diawali dengan kata “‫ وليخش‬adalah sighat amr. Kaidah mengatakan al
ashlu fil amri alwujubu (pada asalnya perintah itu menunjukkan wajib). Oleh karena itu wajib
bagi kita untuk merasa takut jika meninggalkan anak-anak, keturunan dan generasi keturunan
yang lemah. Berkaitan dengan masalah tersebut Imam Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul
Adzim juz 1 halaman 413 menjelaskan bahwa sababul nuzul ayat tersebut adalah berkaitan
dengan pertanyaan Sa’ad bin Abi Waqash kepada Rasulullah SAW; “Ya Rasulullah, saya
mempunyai harta yang banyak, tapi saya hanya mempunyai seorang anak, bolehkah saya
bersedekah dengan dua pertiganya (2/3)? Rasul menjawab; ”tidak boleh”, bolehkah saya
bersedekah seperduanya (½) saja? Rasul kembali menjawab: “Tidak boleh”, bolehkah saya
bersedekah dengan sepertiganya (1/3) saja? Rasul menjawab itu pun masih terlalu banyak,
seraya beliau bersabda “sungguh aku mengharapkan engkau meninggalkan pewarismu yang
kaya nan berharta, daripada meninggalkan pewarismu yang lemah lalu menggantungkan
hidupnya pada belas kasih orang lain”. Secara eksplisit ayat ini memberikan warning kepada
kita agar jangan meninggalkan keturunan, anak-anak dan generasi di belakang kita dalam
keadaan lemah. Lalu, kelemahan yang bagaimana yang harus kita khawatirkan?
Menurut Prof. Dr. BJ. Habibi mantan Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim
Indonesia, beliau menjelaskan bahwa ada 5 kelemahan yang harus kita khawatirkan yakni,
lemah harta, lemah fisik, lemah ilmu, lemah semangat hidup dan yang paling ditakutkan
adalah lemahnya akhlaq. Karena itu Rasulullah Saw. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh
Al-Hakim r.a mengingatkan pula kepada kita untuk memanfaatkan lima perkara sebelum
datang lima perkara di antaranya adalah ‫( َش َبا َبَك َقْبَل َهَرِم ََك‬jaga masa mudamu sebelum datang
masa tuamu).
Hadirin, kualitas SDM bangsa Indonesia, dalam kategori rendah, dan rendahnya
kualitas SDM disebabkan pula oleh rendahnya kualitas pendidikan. Rendahnya kualitas
pendidikan ini tentu saja disebabkan oleh beberapa faktor; yakni minat menyekolahkan di
beberapa daerah masih sangat rendah. Kepemilikan dan penggunaan media belajar belum
terjamin serta pemakaian teknologi informasi tidak memadai. Bahkan masih banyak sekolah
yang tidak memiliki gedung sendiri, keadaan ini diperparah lagi dengan rendahnya kualitas
dan kesejahteraan guru, hal inilah yang membuat rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
Padahal sudah jelas peranan guru dalam meningkatkan kualitas SDM telah tercantum di
dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (Kutipan Alenia
Pertama Lampiran Permen Diknas Nomor 22 tahun 2006).
Majelis hakim yang kami muliakan, hadirin yang kami banggakan,
Untuk menciptakan kualitas yang unggul, maka hal yang harus dilakukan adalah,
menata sumber daya manusia, baik dari aspek intelektual, spiritual, kreativitas moral,
maupun tanggung jawab. Kita sebagai manusia dalam kacamata Islam adalah suatu makhluk
unggulan yang dikaruniai akal kreatif sehingga potensi ini memungkinkan untuk melakukan
pencerahan, mengembangkan peradaban dan kebudayaan seperti dalam transportasi canggih
dan produksi menu yang berkualitas. Kita sebagai manusia diciptakan Allah SWT memiliki
keunggulan dibandingkan makhluk yang lainnya, sebagaimana yang telah dipaparkan dalam
Q.S surah Al-Isra ayat 70 yang akan di lantunkan oleh Qori’ah kami berikut ini.

‫َو َلَقْد َك َّر ْم َنا َبِنٓى َء اَد َم َو َح َم ْلَٰن ُهْم ِفى ٱْلَبِّر َو ٱْلَبْح ِر َو َر َز ْقَٰن ُهم ِّم َن ٱلَّطِّيَٰب ِت َو َفَّض ْلَٰن ُهْم َع َلٰى َك ِثيٍر ِّمَّم ْن َخ َلْقَنا‬
‫َتْفِض ياًل‬
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di darat
dan di laut, Kami beri rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan”.
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Washit-nya Volum 2 halaman 1371
menyebutkan bhawa ayat ini memuat bentuk-bentuk kepedulian Allah kepada umat manusia,
di antaranya Allah menjaga dan menjamin kemuliaan manusia, hak-hak manusia dan
menjadikan manusia sebagai khalifah (pengelola) di bumi. Sedangkan menurut Imam Ibn
Jarir Al-Thabari dalam kitabnya Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ayi al-Qur’an. Volum 15
halaman 5 bahwa bentuk memuliakannya Allah kepada bani adam (manusia) (taskhirina
saira al-khalqi lahum). Bahkan dalam keterangan beliau juga, para malaikat memohon
kepada Allah untuk diberikan di akhirat nanti apa-apa yang sudah Allah berikan kepada
manusia di dunia.
Majunya suatu negara tentu saja juga sangat dipengaruhi oleh kualitas iman yang
tinggi. Sebab, jika seseorang yang ingin sukses dalam hidupnya, maka harus memiliki iman
dan ilmu secara seimbang. Karena dengan iman dan ilmulah derajat kita dapat meningkat.
Sebagaimana Imam Ali Ash-Shabuni dalam Shafwa At-Tafaasir mengatakan, “barang siapa
yang berkumpul iman dan ilmu pada diri seseorang, maka Allah akan mengangkat dengan
imannya beberapa derajat dan dengan ilmunya beberapa derajat yang lebih tinggi”. Prof.
Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan, bahwa kalimat iman
dan ilmu disebut secara beriringan yang berarti bahwa iman tidak boleh dipisahkan dengan
ilmu. Hal ini juga dikemukakan oleh Albert Einstein seorang fisikawan teoritis, beliau
mengatakan, “Science without religion is blind, but religion without science is lame”
pengetahuan tanpa agama adalah buta, sedangkan agama tanpa ilmu adalah pincang.
Majelis hakim yang kami muliakan, hadirin walhadirat yang kami banggakan.
Dari uraian yang telah kami paparkan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa,
untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang Unggul demi majunya suatu
negara adalah;
1. Perbaikan sistem pendidikan, penataan kompetensi melalui pelatihan dan sertifikasi
tenaga pengajar agar terus ditingkatkan. Perancangan program dan desain kurikulum,
standar pelatihan hingga penyelenggaraan pelatihan kerja, sehingga kebijakan link dan
match dapat benar-benar berjalan.
2. Dan tak kalah pentingnya adalah pengembangan ekosistem talenta nasional dan global
perlu terus ditumbuh kembangkan pada bagian tatanan, seperti menata kelembagaan
yang ada berdasarkan kebutuhan kongkrit serta didukung oleh kepemimpinan
berintegritas, guna memastikan berkembangnya talenta unggul dengan inovasi dan
kreativitasnya.
Untuk mengakhiri syarahan ini, izinkan kami menyampaikan 2 buah pantun,
Jalan-jalan ke kota Mekkah
Ingin sembahyang berlama-lama
Semoga syarahan ini membawa berkah
Menjadi maslahat bagi kita semua

Pergi Ke Sanggau penuh antrean


Niat menonton Syarhil Qur’an
Terimakasih atas segala perhatian
mohon maaf atas segala kekhilafan

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, terimakasih atas segala perhatian, mohon maaf atas
segala kekhilafan semoga menjadi maslahat bagi semua insan.
Wabillahi taufiq wal hidayah
Wassalaamu ‘alaikum Wr.wb

TEMA IV (PUTRA)
“MEMBANGUN KESADARAN PENCEGAHAN BENCANA”

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

‫~ َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل ~ َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل اْلَم ْح ُم ْو ِد عَلى ُك ِّل َح اٍل‬


‫~ َاْش َهُد َاْن آلِء َلَه ِّاَالُهَّللا َو ْح َدُه َالَش ِرْيَك َلُه ُذ واْلَعَظَم ِة َو اْلَج َالِل‬
‫~ َو َاْش َهُد َاَّن ُم َح َّم ًدا َعْبُد ُه وَرُسْو ُلُه َو َخ ِلْيُلُه َص اِد ُق اْلَم َقاِل‬
‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َع ْبِد َك َو َرُسْو ِلَك ُم َح َّم ٍد‬
‫َو َع َلى َاِلِه َو َاْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َتْسِلْيمًا َك ِثْيًر ا ~ َاَّم ا َبْع د‬
Majelis hakim yang arif nan bijaksana, hadirin sekalian pecinta syarhil qur’an yang kami
banggakan.
Secara geografis Indonesia terletak pada rangkaian cincin api yang membentang
sepanjang lempeng pasifik yang merupakan lempeng tektonik paling aktif di dunia. Zona ini
memberikan kontribusi sebesar hampir 90% dari kejadian gempa di bumi dan hampir
semuanya merupakan gempa besar di dunia. Letak geografis Indonesia menyebabkan natural
disaster atau yang lebih dikenal dengan bencana alam, baik bencana darat, laut maupun
udara.
Berdasarkan hasil Research Columbia University Untited Stated of America bahwa
Indonesia tercinta ini berada pada wilayah The Black Area Disaster. Zona yang
akumulasinya menimpa kerusakan bumi, belum lagi pemanasan global, yang terus meninggi,
mencairnya tebing es di antartika yang terus terjadi bahkan diprediksi hampir terjadi
diseluruh belahan bumi. Termasuk ibu pertiwi mengalami hujan api. Demikianlah
pernyataan, Intergovernmental Panel on Climate Change dalam penelitian Disease Iklim dan
Lingkungan tahun 2020.
Hadirin, ibu pertiwi kita terus menangis, putra putri menjerit bersedih hati, duka lara
dan nestapa datang silih berganti, keadaan ini diperparah lagi dengan datangnya sederet
musibah alam yang bertubi tubi, banjir besar terus terjadi, longsor dan gempa bumi selalu
menjadi sorotan berita di TV. Belum lagi kita digemparkan dengan datangnya bencana non
alam yaitu Covid 19 pada awal tahun 2019 hingga tahun 2022 lalu, yang menyebar hampir ke
seluruh penjuru dunia dengan sangat cepat sehingga menyebabkan ratusan juta jiwa menjadi
korban. Oleh sebab itu hadirin, pada kesempatan yang mulia ini, kami akan menyampaikan
syarahan yang berjudul, “MEMBANGUN KESADARAN PENCEGAHAN BENCANA”
Dengan landasan Al-Qur'an surah Ar-Rum ayat 41 yang akan dilantunkan oleh Qori’
kami berikut ini;

َ ‫َظَهَر اْلَفَس اُد ِفى اْلَبِّر َو اْلَبْح ِر ِبَم ا َك َسَبْت َاْيِد ى الَّناِس ِلُيِذْيَقُهْم َبْعَض اَّلِذْي َع ِم ُلْو ا َلَعَّلُهْم َيْر ِج ُعْو‬
‫ن‬
“telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Majelis hakim yang kami muliakan, hadirin seiman dan seakidah yang kami banggakan.
Menurut Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti dalam tafsir
Jalalain jilid 1 halaman 1048 Asbabun Nuzul ayat tersebut di awali dengan kata ‫َظَهَر اْلَفَس اُد ِف‬
‫( اْلَبِّر‬telah tampak kerusakan di darat) disebabkan terhentinya hujan dan menipisnya tumbuh-
tumbuhan sedangkan ‫( َو اْلَبْح ِر‬dan di laut) maksudnya di negeri-negeri yang banyak sungainya
menjadi kering- ‫( ِبَم اَك َسَبْت َاْيِد ئ الَّناِس‬disebabkan perbuatan tangan manusia berupa perbuatan-
perbuatan maksiat. Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam sebuah Qur’an tafsir beliau
mengutip pendapat Imam Al-Baidawi jilid 2 halaman 442 baris ke-11 mengatakan: bahwa
“penyebab terjadinya kerusakan yaitu berupa kelaparan, timbulnya kebakaran, munculnya
banjir bandang, lenyapnya keberkahan dan tercampurnya berbagai kerusakan yang
disebabkan kemaksiatan manusia”. Sedangkan dalam tafsir Al-Imam Ibnu Qayyim ra;
bahwa yang dimaksud kerusakan dalam ayat tersebut adalah kekurangan dan bencana-
bencana yang dimunculkan oleh Allah di muka bumi akibat maksiat paa hambanya.
Prof. Dr. Muhammad Quraisy Shihab dalam tafsir Al-Misbah volume 4 halaman 236
beliau menafsirkan, bahwa terjadinya kerusakan yang terjadi di daratan dan di lautan.
Kerusakan di daratan berupa gempa bumi, banjir bandang, longsor dan pencemaran
lingkungan. Sedangkan kerusakan di lautan, yaitu rusaknya ekosistem sebagai dampak
tumbuhnya kemaksiatan.
Hadirin, timbul pertanyaan, mengapa kerusakan tersebut bisa terjadi?
Jawabannya adalah ‫( ِبَم اَك َسَبْت َاْي ِد ئ الَّن اس‬disebabkan perbuatan tangan manusia) Maksudnya
adalah bahwa penyebab terjadinya kerusakan yaitu bergelimangnya maksiat dan dosa
manusia karena semestinya alam bergantung pada keta’atan manusia. Demikianlah tafsiran
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya jilid ke-6 halaman 320 baris ke-10 dari atas.
Hadirin, mari sama-sama kita perhatikan, ketika manusia berperang, baik itu perang
dunia pertama maupun perang dunia kedua yang paling besar menjadi korban adalah alam.
Karena masing-masing negara yang berperang, berlomba untuk menciptakan senjata yang
sangat mematikan, baik itu berupa gas air mata, senjata AK 45, senjata nuklir, hingga senjata
zionis yang tidak hanya dapat membunuh jutaan manusia tapi juga dapat menghancurkan
alam semesta yang tidak berdosa ini.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mencegah bencana tersebut? Ali Bin Abi
Thalib Karamallahu Wajhah. berkata; “Tidaklah suatu bala’ atau musibah itu datang kecuali
disebabkan oleh dosa dan tidaklah bala’ itu diangkat kecuali dengan taubat.” Dan sebagai
jawabannya mari sama-sama kita renungkan firman Allah di dalam Al-Qur'an surah Al-A'raf
ayat 56 yang akan dilantunkan oleh Qori’ kami berikut ini.
‫َو اَل ُتۡف ِس ُد ۡو ا ِفى اَاۡلۡر ِض َبۡع َد ِاۡص اَل ِح َها َو اۡد ُع ۡو ُه َخ ۡو ًفا َّو َطَم ًعا‌ؕ ِاَّن َر ۡح َم َت ِهّٰللا َقِرۡي ٌب ِّم َن اۡل ُم ۡح ِس ِنۡي َن‬

“dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, setelah Allah memperbaiki dan
berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima dan harapan akan
(dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat
kebaikan.”
Majelis Hakim yang kami muliakan, hadirin sebangsa dan setanah air yang kami
banggakan. Dalam metode Tahlili Kementerian Agama Republik Indonesia, larangan
berbuat kerusakan ini mencakup semua bidang, seperti merusak pergaulan, jasmani dan
rohani orang lain, kehidupan dan sumber-sumber penghidupan(pertanian, perdagangan dan
lain-lain) termasuk merusak lingkungan. Secara epistimologi dalam pencegahan bencana
setidaknya ada 2 hal yang harus kita lakukan.
1. Kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tidak merusak alam. Sebagaimana pada
penafsiran Imam Ibnu Abbas dalam kitab Tanwirul Miqbas jilid 1 halaman 168 beliau
menafsirkan “janganlah kalian merusak bumi ini dengan kemaksiatan atau
menyembah kepada selain Allah SWT. Dengan demikian hadirin, maka haram
hukumnya bagi kita, saya, saudara, kita semua serta seluruh komponen bangsa untuk
berbuat dosa dan menanam benih-benih kemaksiatan yang membuat Allah SWT
murka kepada kita.
Rasulullah SAW bersabda yang bersumber dari Abdullah Al-Hakim dari Ibnu ‘Abbas
ra.

‫ َفَقْد َأَح ُّلوا ِبَأْنُفِس ِهْم َع َذ اَب هللا (رواه الحا لم عن البن عبا س ر ضي هللا‬، ‫ِإَذ ا َظَهَر الِّز َنا َو الِّرَبا ِفي َقْر َيٍة‬
)‫عنها‬
“Apabila zina dan riba telah nampak di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri
itu telah menghalalkan azab Allah bagi diri-diri mereka.” (HR. Al-Hakim dari Ibnu
‘Abbas radhiallahu’anhuma).
2. Senantiasa bertaubat kehadirat Allah SWT sebagaimana penjelasan ayat Allah SWT.
Yang artinya “Dan berdo’alah kepada Allah SWT dengan rasa takut pada siksanya
dan penuh pengharapan akan rahmat-Nya. Demikian tafsiran Imam Ali Ash-Shabuni
dalam sebuah tafsir jilid 1 halaman 451.
Dengan demikian hadirin, dari syarahan ini dapat kami ambil kesimpulan, bahwa
untuk membangun kesadaran dalam pencegahan bencana ada 3 hal yang harus kita lakukan;
Pertama, kepada seluruh rakyat Indonesia, mari kita bangun kesadaran diri kita untuk
memelihara dan memakmurkan alam semesta.
Kedua, kepada pengelola industri, agar lebih berhati-hati, teliti dan lebih peduli kepada
lingkungan hidup.
Ketiga, kepada aparatur pemerintah, para penegak hukum, tolong tindak tegas dan tumpas
tuntas para oknum yang tidak bertanggung sampai ke akar-akarnya.
Jika hal tersebut sudah kita lakukan hadirin, kami yakin alam akan semakin subur, Indonesia
akan semakin makmur, menjadi negara yang penuh dengan keberkahan, amin yarabbal
‘alamin. Sebelum kami mengakhiri syarahan ini, marilah bersama-sama kita berdoa.
Allahumadfa' nal ghola' wal bala' wal wabaa'
fiddun ya khossoh fi baladina Indonesia
Allahumadfa' nal ghola' wal bala' wal wabaa'
fiddun ya khossoh fi baladina Indonesia

Demikian yang dapat kami sampaikan, terimakasih atas segala perhatian, mohon maaf atas
segala kekurangan, semoga menjadi maslahat bagi semua insan.
Wabillahitaufiq walhidayah
‫‪Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.‬‬

‫)‪TEMA IV (PUTRI‬‬
‫”‪“MEMBANGUN KESADARAN PENCEGAHAN BENCANA‬‬

‫‪Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.‬‬

‫~ َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل ~ َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل اْلَم ْح ُم ْو ِد عَلى ُك ِّل َح اٍل‬


‫~ َاْش َهُد َاْن آلِء َلَه ِّاَالُهَّللا َو ْح َدُه َالَش ِرْيَك َلُه ُذ واْلَعَظَم ِة َو اْلَج َالِل‬
‫~ َو َاْش َهُد َاَّن ُم َح َّم ًدا َعْبُد ُه وَرُسْو ُلُه َو َخ ِلْيُلُه َص اِد ُق اْلَم َقاِل‬
‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َع ْبِد َك َو َرُسْو ِلَك ُم َح َّم ٍد‬
‫َو َع َلى َاِلِه َو َاْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َتْسِلْيمًا َك ِثْيًر ا ~ َاَّم ا َبْع د‬
Majelis hakim yang arif nan bijaksana, hadirin sekalian pecinta syarhil qur’an yang kami
banggakan.
Secara geografis Indonesia terletak pada rangkaian cincin api yang membentang
sepanjang lempeng pasifik yang merupakan lempeng tektonik paling aktif di dunia. Zona ini
memberikan kontribusi sebesar hampir 90% dari kejadian gempa di bumi dan hampir
semuanya merupakan gempa besar di dunia. Letak geografis Indonesia menyebabkan natural
disaster atau yang lebih dikenal dengan bencana alam, baik bencana darat, laut maupun
udara.
Berdasarkan hasil Research Columbia University Untited Stated of America bahwa
Indonesia tercinta ini berada pada wilayah The Black Area Disaster. Zona yang
akumulasinya menimpa kerusakan bumi, belum lagi pemanasan global, yang terus meninggi,
mencairnya tebing es di antartika yang terus terjadi bahkan diprediksi hampir terjadi
diseluruh belahan bumi. Termasuk ibu pertiwi mengalami hujan api. Demikianlah
pernyataan, Intergovernmental Panel on Climate Change dalam penelitian Disease Iklim dan
Lingkungan tahun 2020.
Hadirin, ibu pertiwi kita terus menangis, putra putri menjerit bersedih hati, duka lara
dan nestapa datang silih berganti, keadaan ini diperparah lagi dengan datangnya sederet
musibah alam yang bertubi tubi, banjir besar terus terjadi, longsor dan gempa bumi selalu
menjadi sorotan berita di TV. Belum lagi kita digemparkan dengan datangnya bencana non
alam yaitu Covid 19 pada awal tahun 2019 hingga tahun 2022 lalu, yang menyebar hampir ke
seluruh penjuru dunia dengan sangat cepat sehingga menyebabkan ratusan juta jiwa menjadi
korban. Oleh sebab itu hadirin, pada kesempatan yang mulia ini, kami akan menyampaikan
syarahan yang berjudul, “MEMBANGUN KESADARAN PENCEGAHAN BENCANA”
Dengan landasan Al-Qur'an surah Ar-Rum ayat 41 yang akan dilantunkan oleh
Qori’ah kami berikut ini;

‫َظَهَر اْلَفَس اُد ِفى اْلَبِّر َو اْلَبْح ِر ِبَم ا َك َسَبْت َاْيِد ى الَّناِس ِلُيِذْيَقُهْم َبْعَض اَّلِذْي َع ِم ُلْو ا َلَعَّلُهْم َيْر ِج ُعْو َن‬
“telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian akibat dari perbuatan mereka; Allah
menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).
Majelis hakim yang kami muliakan, hadirin seiman dan seakidah yang kami banggakan.
Menurut Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti dalam tafsir
Jalalain jilid 1 halaman 1048 Asbabun Nuzul ayat tersebut di awali dengan kata ‫َظَهَر اْلَفَس اُد ِف‬
‫( اْلَبِّر‬telah tampak kerusakan di darat) disebabkan terhentinya hujan dan menipisnya tumbuh-
tumbuhan sedangkan ‫( َو اْلَبْح ِر‬dan di laut) maksudnya di negeri-negeri yang banyak sungainya
menjadi kering- ‫( ِبَم اَك َسَبْت َاْيِد ئ الَّناِس‬disebabkan perbuatan tangan manusia berupa perbuatan-
perbuatan maksiat. Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam sebuah Qur’an tafsir beliau
mengutip pendapat Imam Al-Baidawi jilid 2 halaman 442 baris ke-11 mengatakan: bahwa
“penyebab terjadinya kerusakan yaitu berupa kelaparan, timbulnya kebakaran, munculnya
banjir bandang, lenyapnya keberkahan dan tercampurnya berbagai kerusakan yang
disebabkan kemaksiatan manusia”. Sedangkan dalam tafsir Al-Imam Ibnu Qayyim ra;
bahwa yang dimaksud kerusakan dalam ayat tersebut adalah kekurangan dan bencana-
bencana yang dimunculkan oleh Allah di muka bumi akibat maksiat paa hambanya.
Prof. Dr. Muhammad Quraisy Shihab dalam tafsir Al-Misbah volume 4 halaman 236
beliau menafsirkan, bahwa terjadinya kerusakan yang terjadi di daratan dan di lautan.
Kerusakan di daratan berupa gempa bumi, banjir bandang, longsor dan pencemaran
lingkungan. Sedangkan kerusakan di lautan, yaitu rusaknya ekosistem sebagai dampak
tumbuhnya kemaksiatan.
Hadirin, timbul pertanyaan, mengapa kerusakan tersebut bisa terjadi?
Jawabannya adalah ‫( ِبَم اَك َسَبْت َاْي ِد ئ الَّن اس‬disebabkan perbuatan tangan manusia) Maksudnya
adalah bahwa penyebab terjadinya kerusakan yaitu bergelimangnya maksiat dan dosa
manusia karena semestinya alam bergantung pada keta’atan manusia. Demikianlah tafsiran
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya jilid ke-6 halaman 320 baris ke-10 dari atas.
Hadirin, mari sama-sama kita perhatikan, ketika manusia berperang, baik itu perang
dunia pertama maupun perang dunia kedua yang paling besar menjadi korban adalah alam.
Karena masing-masing negara yang berperang, berlomba untuk menciptakan senjata yang
sangat mematikan, baik itu berupa gas air mata, senjata AK 45, senjata nuklir, hingga senjata
zionis yang tidak hanya dapat membunuh jutaan manusia tapi juga dapat menghancurkan
alam semesta yang tidak berdosa ini.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mencegah bencana tersebut? Ali Bin Abi
Thalib kw. berkata; “Tidaklah suatu bala’ atau musibah itu datang kecuali disebabkan oleh
dosa dan tidaklah bala’ itu diangkat kecuali dengan taubat.” Dan sebagai jawabannya mari
sama-sama kita renungkan firman Allah di dalam Al-Qur'an surah Al-A'raf ayat 56 yang akan
dilantunkan oleh Qori’ah kami berikut ini.

َ‫َو اَل ُتۡف ِس ُد ۡو ا ِفى اَاۡلۡر ِض َبۡع َد ِاۡص اَل ِح َها َو اۡد ُع ۡو ُه َخ ۡو ًفا َّو َطَم ًعا‌ؕ ِاَّن َر ۡح َم َت ِهّٰللا َقِرۡي ٌب ِّم َن اۡل ُم ۡح ِس ِنۡي ن‬

“dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, setelah Allah memperbaiki dan
berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima dan harapan akan
(dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat
kebaikan.”
Majelis Hakim yang kami muliakan, hadirin sebangsa dan setanah air yang kami
banggakan. Dalam metode Tahlili Kementerian Agama Republik Indonesia, larangan
berbuat kerusakan ini mencakup semua bidang, seperti merusak pergaulan, jasmani dan
rohani orang lain, kehidupan dan sumber-sumber penghidupan(pertanian, perdagangan dan
lain-lain) termasuk merusak lingkungan. Secara epistimologi dalam pencegahan bencana
setidaknya ada 2 hal yang harus kita lakukan.
1. Kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tidak merusak alam. Sebagaimana pada
penafsiran Imam Ibnu Abbas dalam kitab Tanwirul Miqbas jilid 1 halaman 168 beliau
menafsirkan “janganlah kalian merusak bumi ini dengan kemaksiatan atau
menyembah kepada selain Allah SWT. Dengan demikian hadirin, maka haram
hukumnya bagi kita, saya, saudara, kita semua serta seluruh komponen bangsa untuk
berbuat dosa dan menanam benih-benih kemaksiatan yang membuat Allah SWT
murka kepada kita.
Rasulullah SAW bersabda yang bersumber dari Abdullah Al-Hakim dari Ibnu ‘Abbas
ra.

‫ َفَقْد َأَح ُّلوا ِبَأْنُفِس ِهْم َع َذ اَب هللا (رواه الحا لم عن البن عبا س ر ضي هللا‬، ‫ِإَذ ا َظَهَر الِّز َنا َو الِّرَبا ِفي َقْر َيٍة‬
)‫عنها‬
“Apabila zina dan riba telah nampak di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri
itu telah menghalalkan azab Allah bagi diri-diri mereka.” (HR. Al-Hakim dari Ibnu
‘Abbas radhiallahu’anhuma).
2. Senantiasa bertaubat kehadirat Allah SWT sebagaimana penjelasan ayat Allah SWT.
Yang artinya “Dan berdo’alah kepada Allah SWT dengan rasa takut pada siksanya
dan penuh pengharapan akan rahmat-Nya. Demikian tafsiran Imam Ali Ash-Shabuni
dalam sebuah tafsir jilid 1 halaman 451.
Dengan demikian hadirin, dari syarahan ini dapat kami ambil kesimpulan, bahwa
untuk membangun kesadaran dalam pencegahan bencana ada 3 hal yang harus kita lakukan;
Pertama, kepada seluruh rakyat Indonesia, mari kita bangun kesadaran diri kita untuk
memelihara dan memakmurkan alam semesta.
Kedua, kepada pengelola industri, agar lebih berhati-hati, teliti dan lebih peduli kepada
lingkungan hidup.
Ketiga, kepada aparatur pemerintah, para penegak hukum, tolong tindak tegas dan tumpas
tuntas para oknum yang tidak bertanggung sampai ke akar-akarnya.
Jika hal tersebut sudah kita lakukan hadirin, kami yakin alam akan semakin subur, Indonesia
akan semakin makmur, menjadi negara yang penuh dengan keberkahan, amin yarabbal
‘alamin. Sebelum kami mengakhiri syarahan ini, marilah bersama-sama kita berdoa.
Allahumadfa' nal ghola' wal bala' wal wabaa'
fiddun ya khossoh fi baladina Indonesia
Allahumadfa' nal ghola' wal bala' wal wabaa'
fiddun ya khossoh fi baladina Indonesia

Demikian yang dapat kami sampaikan, terimakasih atas segala perhatian, mohon maaf atas
segala kekurangan, semoga menjadi maslahat bagi semua insan.
Wabillahitaufiq walhidayah
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai