PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
ABDUL RAJUWANDY RAKHMAT
NIM: 30500118007
JUDUL ................................................................................................................. i
A. Pemuda .......................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
bahasa, dan agama. Meski Indonesia merupakan negara multikultural, namun para
Republik Indonesia (NKRI). Hal tersebut mencerminkan ideologi negara yaitu sila
ketiga Pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia”. Tentunya hal ini menjadi
depan. Walaupun berbeda suku, ras, bahasa dan agama, kita tetap harus saling
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu" atas dasar undang-undang
ini, semua warga, dengan beragam identitas agama, kultur, suku, jenis kelamin, dan
sebagainya, wajib dilindungi oleh Negara.1 Kemajemukan yang ada di NKRI tidak
hanya terlihat dari beragamnya jenis suku, ras, dan bahasa. Namun hal ini juga
yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Setiap agama
1
Baidi Bukhori, Toleransi Terhadap Umat Kristiani (Semarang: IAIN Walisongo
Semarang, 2012), h. 1.
1
2
memiliki hari raya dan cara beribadahnya masing-masing. Seperti yang dikatakan
oleh Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus, “perbedaan adalah hal yang wajar,
perbedaan pendapat bisa kita pahami bahwa perbedaan pendapat adalah takdir
hidup, apalagi di Indonesia, perbedaan agama antar umat beragama ada sebagai
sikap toleran, bahkan bukan sebagai pemecah belah bangsa. Untuk menjaga
Toleransi sendiri berasal dari bahasa Arab “ihtimal, tasamuh” yang berarti
kelompok lain.3 Salah satu tokoh mengatakan bahwa toleransi bukan hanya sekedar
menghargai dan toleransi, melainkan sikap saling pengertian yang tulus yang
bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang damai antara individu dan orang
lain.4 Tujuan utamanya juga toleransi, yaitu sikap aktif yang berpedoman pada
pengakuan hak asasi manusia universal dan kebebasan dasar orang lain. Toleransi
menganut agama yang dianutnya tanpa memaksakan kehendak orang lain untuk
2
Ahmad Nurcholish, Celoteh Gus Mus (Jakarta: PT Gramedia, 2018), h. 174.
3
Pius A Partanto & M Dahlan, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arloka, 1994), h. 753.
4
Suwardiyamsyah, Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang toleransi beragama, Jurnal Al-
Irsyad, 8(1), (2017), h. 120.
3
antar manusia. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an, surat Al-
Baqarah/2:256,
ُْ َ ُْ َ َْ ْ
َ َ َ ٰ ْ َُْ ُ َّ
ْۢ ِالرشد ِم َن الغيۚ ف َم ْن َّيكف ْر ِبالطاغ ْو ِت ويؤم
ُ ْ ُّ َ ََّ َّ ْ َ ْ َ َل ٓا اك َر
ِاّلل فق ِد ْاست ْم َسك ِبالع ْر َوة
ِ ن ِب الدي ِنِۗ قد تبين
ِ ِى ف اه ِ
ِ
َ َ ْال ُو ْث ٰقى لا ْانف َص
َ
َ ُ ٰ ِۗو
٢٥٦ اّلل َس ِم ْي ٌع ع ِل ْي ٌم َ ام ل َها
ِ
Terjemahnya:
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas
jalan yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada tagut5 dan
beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat
kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.6
umatnya untuk berperilaku ramah, benar, dan damai terhadap sesama manusia.
Oleh karena itu, sebagai umat beragama hendaknya kita bersikap toleran dan
berusaha hidup damai dengan pemeluk agama lain. Sejak zaman Nabi Muhammad
saw, masjid mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai tempat ibadah dan tempat
5
Kata tagut disebutkan untuk setiap yang melampaui batas dalam keburukan. Oleh karena
itu, setan, dajal, penyihir, penetap hukum yang bertentangan dengan hukum Allah Swt., dan
penguasa yang tirani dinamakan tagut.
6
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2013), h. 42.
7
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah (Cet; I, Jakarta:
Kencana, 2013), h. 88.
4
individu, keluarga, dan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin yang berkarakter
Al-Quran. Oleh karena itu, masjid berperan penting dalam mengubah nilai-nilai
umat melalui program kesalehan sosial dan ekonomi yang mewujudkan semangat
diwujudkan. Bersikap toleran dan sukarela dalam menyalurkan Zakat, Infak dan
muslim yang datang ke jamaah masjid untuk giat beribadah. Karena melekat pada
mengatakan :
Remaja masjid merupakan suatu wadah bagi remaja Islam yang cukup
efektif dan efisien untuk melaksanakan aktivitas pendidikan Islam. Remaja-
remaja berkepribadian muslim ini dapat melanjutkan harapan bangsa
menuju cita-cita yang luhur dan berbudi pekerti yang baik sesuai dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945, adalah untuk
menyejahterakan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
8
Dalmeri, Revitalisasi fungsi Masjid sebagai Pusat Ekonomi dan Dakwah Multikultural,
Walisongo, 22(2), (2014), h. 324.
5
keterampilan Islam para anggotanya. Kegiatan remaja masjid yang baik adalah
yang direncanakan dan dilaksanakan dengan bijaksana. Selain itu juga memerlukan
strategi, metode, taktik dan teknik yang tepat. Untuk mencapai fitur-fitur bagus saat
menjamin stabilitas nasional dan harus mampu berperan sebagai unsur pemuda
yang mampu memikul tanggung jawab bangsa dan negara. Dan kita harus saling
membantu dalam hal-hal yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
muda, yaitu:11
9
C. S. T. Kansil, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Jakarta: PT. Pradya
Paramita, 1991)
10
Aslati, Pemberdayaan Remaja Berbasis Masjid, Jurnal Masyarakat Madani, 3(2),
(2018), h. 5-7.
11
Tina Afiatin, Religiusitas Remaja: Studi Tentang Kehidupan Beragama Di Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jurnal Psikologi, (1), (1998), h. 58-59.
6
pendidikan dari orang tua, tradisi sosial, tekanan lingkungan sosial yang
Ada pun fokus penelitian tentang pemuda dan toleransi merupakan topik
yang sangat relevan dalam konteks sosial dan budaya saat ini. Penelitian ini dapat
faktor yang memengaruhi sikap mereka terhadap keragaman budaya dan agama.
peran penting dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif dan damai.
1. Fokus Penelitian
bertumpu pada pandangan remaja masjid dan masyarakat terhadap Isu Toleransi
7
Beragama di Desa Tamanyeleng Kabupaten Gowa. Ada beberapa hal yang menjadi
perhatian khusus terhadap penelitian ini, yaitu pandangan remaja masjid terhadap
Isu Toleransi Beragama dan sikap para remaja masjid terhadap Isu Toleransi
2. Deskripsi Fokus
a. “Pemuda”, Pemuda, orang yang masih muda; orang muda: harapan bangsa.12
c. “Agama”, Agama berasal dari bahasa Sanskrit. Ada yang berpendapat bahwa
kata itu terdiri atas dua kata, a berarti tidak dan gam berarti pergi, jadi agama
artinya tidak pergi; tetap di tempat; diwarisi turun temurun. Agama memang
berarti teks atau kitab suci. Selanjutnya dikatakan bahwa gam berarti tuntunan.
C. Rumusan Masalah
12
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 975.
13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1204.
8
D. Kajian Pustaka
serta saling menghormati tanpa adanya paksaan atau tekanan dari pihak lain.
Toleransi ini hanya akan efektif jika kedua belah pihak terus berjalan sesuai
14
Wahdah, Problematika Toleransi Umat Beragama di Indonesia di Era Modern: Solusi
Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Aqlam, 2(1), (2020), h. 476.
9
keberadaan pemerintahan desa adat yang dikenal dengan Desa atau Banjar
adat istiadat dengan agama Hindu atau kehidupan keagamaan dan tradisi
minoritas seperti Islam dan Kristen, maka relasi antar umat beragama
menjadi rumit.
Jika kita melihat lebih dekat persoalan penciptaan identitas, hal ini semakin
meningkat setelah adanya orde baru. Hal ini diduga disebabkan oleh krisis
10
tingkat akar rumput. Hal ini memperkuat dugaan adanya keterkaitan antara
kawasan ini berjalan damai karena para pemimpin agama dapat berdialog
baik terhadap diri sendiri maupun kelompok, terhadap agama yang dianut
orang lain. yang terpenting adalah ketika perbedaan agama menjadi latar
toleransi sosial, toleransi ini merupakan sikap menghargai orang lain dan
orang lain sesuai dengan status sosialnya. Seolah-olah orang tidak boleh
15
Cahyo Pamungkas, Toleransi Beragama dalam Praktik Sosial: Studi Kasus Hubungan
Mayoritas dan Minoritas Agama di Kabupaten Buleleng, Episteme, 9(2), (2014), h. 311-312.
16
Fatimatuz Zahro, Membangun Toleransi antar Umat Beragama (Studi Fenomenologi
Komunitas Gusdurian Banyumas), Skripsi (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2021), h. 79.
11
4. Jurnal dari Ridho Siregar, Ella Wardani, Nova Fadilla, Ayu Septiani, yang
hal ini pelajar, menunjukkan toleransi. Hal ini diperkuat dengan persepsi
permisif yang mayoritas terkait dengan data yang sangat setuju dengan
negatif, atau dalam hal ini juga ada yang acuh terhadap pemeluk agama
lain.17
5. Jurnal dari Novina Sabila Zahra dan Andi Ramdhan Al-Qadri, dengan judul,
17
Ridho Siregar, dkk, Toleransi Antar Umat Beragama dalam Pandangan Generasi
Millenial, Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, 16 (4), (2022), h. 1347-1348.
12
umat yang berbeda agama adalah ceria, bahagia, baik dan acuh tak acuh,
bedakan agama dengan orang lain, mengucapkan salam pada hari raya
keagamaan serta bersikap ramah dan terbuka. Reaksi terhadap situasi yang
dengan peneliti sebelumnya, baik dari segi pendekatan penelitian maupun tema
utama yang dimunculkan. Kajian ini lebih fokus pada pandangan remaja masjid dan
18
Novina Sabila Zahra & Andi Ramdhan Al-Qadri, Konsep Toleransi Beragama pada
Remaja Suku Bugis Makassar, Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, 5 (1), (2022), h. 31.
13
beragama, dan menjadi topik yang menarik untuk diteliti dan ditelaah lebih jauh.
Gowa.
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
Peneliti membagi manfaat penelitian ini ke dalam dua aspek manfaat, yaitu:
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
perbedaan budaya atau tradisi tidak boleh menjadi sumber konflik dan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pemuda
1. Definisi Pemuda
2009 Pasal 1.1 mengklarifikasikan pemuda adalah warga negara Indonesia yang
dengan 30 tahun.
Kelompok usia demografi ini oleh lembaga yang berbeda didefinisikan secara
berbeda:
a. United Nations (Adolescent: 10-19; Youth 15-24; Young People: 10-24) dengan
c. European Union (EU) dengan batasan usia pemuda yaitu 15-29 tahun.
d. UN Habitat (Yout Fund) dengan batasan usia pemuda yaitu 15-23 tahun.
e. World Bank (WB) dengan batasan usia pemuda yaitu 15-34 tahun.
f. African Union (AU) dengan batasan usia pemuda yaitu 15-35 tahun.
muda dan pemuda atau generasi muda mempunyai pengertian yang berbeda-beda.
Masa muda lebih terlihat pada jiwa yang dimiliki seseorang. Jika seseorang
dikatakan muda.19
Pemuda adalah individu yang secara fisik berada pada tahap perkembangan,
namun secara mental berada pada tahap perkembangan emosi. Oleh karena itu
generasi muda merupakan sumber daya pembangunan manusia saat ini dan di masa
depan.20
kelompok umur dan dari sudut pandang biologis, budaya atau fungsional,
pekerjaan, sosial, yang digunakan untuk tujuan modern dengan istilah “sumber
daya manusia muda” dan dari sudut pandang ideologis-politik. Kedua, corak dan
aspek kemanusiaan generasi muda atau muda dapat dilihat sebagai berikut:21
a. Sebagai insan biologis; pada masa pubertas masa muda dapat dianggap berakhir
yaitu pada usia 12 tahun sampai 15 tahun Ada juga yang mengatakan umur 15
tahun sampai 21 tahun ada yang beranggapan masa muda biologis. Objek
tinjauan dari segi ini adalah perkembangan jasmani baik pertumbuhan tubuh
19
Frans Singkoh Ersas A. Gahung, T.A.M.Ronny Gosal, Peran Pemerintah dalam
Pemberdayaan Pemuda di Desa Liwutung Kecamatan Pasan Kabupaten Minahasa Tenggara, Jurnal
Eksekutif, 1(1), (2017), h. 5.
20
Ersas A. Gahung, T.A.M.Ronny Gosal, Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Pemuda
di Desa Liwutung Kecamatan Pasan Kabupaten Minahasa Tenggara, h. 5.
21
Muzakkir, Generasi Muda dan Tantangan Abad Modern Serta Tanggung Jawab
Pembinaannya, Al-Ta'dib : Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 8(2), (2015), h. 114-115.
17
b. Sebagai insan yang terpelajar; Secara struktural, ada yang berpendapat bahwa
masa muda berakhir pada usia 21 tahun, karena pada saat itulah kemampuan
bahwa masa muda berakhir dengan lulusnya pendidikan tinggi, yaitu sekitar
yang memiliki penghasilan bekerja dan berusia 14-22 tahun. Sebagai seorang
kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan sosial.22
Pemuda yang selalu bersemangat, selalu ingin berkembang dan selalu ingin
atau akan menjadi modal besar pembangunan sosial. Oleh karena itu, wajar jika
22
Undang-Undang Republik Indonesia No.40 Tahun 2009 Pasal 16.
18
a. Keluarga
dan etika yang diajarkan oleh orang tua dan anggota keluarga dapat membentuk
karakter pemuda. Kualitas hubungan antara pemuda dan orang tua juga memainkan
b. Pendidikan
keterampilan di institusi pendidikan. Guru dan teman sekelas juga berperan dalam
Teman sebaya memiliki pengaruh yang besar pada pemuda. Mereka dapat
e. Media Massa
Media massa, termasuk televisi, internet, dan media sosial, memiliki peran
preferensi budaya, norma sosial, dan pengetahuan mereka tentang isu-isu dunia.
berpengaruh. Nilai-nilai, norma, dan tradisi yang ada dalam budaya mereka dapat
g. Kondisi Ekonomi
Peristiwa dan isu-isu sosial dan politik yang terjadi di tingkat lokal,
menjadi terlibat dalam aktivisme atau memiliki pandangan politik yang terbentuk
Pemuda saat ini tumbuh dalam era teknologi digital dan media sosial yang
Teknologi juga dapat memengaruhi kebiasaan mereka dalam hal penggunaan waktu
Pemuda berada dalam fase transisi menuju dewasa. Fase ini sendiri adalah
diberikan fitrah (indera dan kemampuan) untuk mengenal Allah SWT. dan
(religious naluri). Karena sifatnya inilah, manusia disebut “Homo Devinans” dan
“Homo Religius”. Yaitu makhluk yang mempunyai tuhan dan agama. Sifat religius
bergantung kepada proses pendidikan yang diterimanya. Hal ini sebagaimana yang
telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw dalam hadisnya sebagai berikut,
َ َ
َ َُ ْ َ َ ُ ْ َ َ ُ ُ ََََ َ ْ ْ َ َ َُْ ُ ُْْ َ ُ ُ
ِصرا ِنه ِ فأبواه يه ِودا ِنهِ أو يم ِجسا ِنهِ أو ين، ِكل مولودٍ يولد على ال ِفطرة
21
Terjemahnya:
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, hanya karena orang tuanya lah,
anak itu menjadi Yahudi, Majusi, atau Nasrani”.23
Hal ini mengisyaratkan bahwa faktor lingkungan terutama keluarga sangat berperan
Kombinasi dari faktor-faktor ini dan cara mereka saling berinteraksi dapat
perilaku mereka. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan lembaga-lembaga
kepada pemuda agar mereka dapat berkembang menjadi anggota masyarakat yang
pandangan segar, energi, dan semangat untuk mengubah dunia. Mereka memiliki
23
HR. Bukhari & Muslim.
22
Dalam era digital dan global seperti sekarang, pemuda memiliki akses yang
lebih besar ke media sosial dan platform komunikasi. Mereka dapat menggunakan
mempromosikan kerja sama lintas budaya dan lintas agama, yang merupakan kunci
Sikap dan perilaku pemuda dapat menjadi contoh bagi generasi yang lebih
tua dan lebih muda. Jika pemuda menunjukkan toleransi dalam tindakan sehari-hari
mereka, hal ini dapat menginspirasi orang lain untuk mengikuti contoh tersebut.
Pemuda sering terlibat dalam aktivisme sosial dan politik. Mereka dapat
mungkin ada dalam masyarakat. Mereka dapat berperan sebagai mediator dalam
agar mereka dapat memahami peran mereka dalam membangun dunia yang lebih
B. Remaja Masjid
pedoman tersendiri dan relatif mandiri dalam mengurus urusan dalam negeri
kerja sama yang diselenggarakan oleh dua atau lebih remaja muslim yang
24
Asadulah Al-Faruq, Mengelola dan Memakmurkan Masjid (Solo: Pustaka Arafah, 2010),
h. 210.
25
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2005), h. 80.
24
Remaja Masjid merupakan sebuah terminologi yang lahir dari budaya lisan
masyarakat yang merujuk pada sekelompok remaja atau generasi muda yang
dakwah Islam kepada masyarakat pada umumnya dan khususnya kepada generasi
muda dalam proses pendidikan Islam yang diperoleh dari kegiatan pelatihan. Selain
itu, kehadiran pemuda di masjid dapat mendukung penuh program kegiatan masjid,
seperti penyelenggaraan hari besar Islam, deklarasi, kegiatan Ramadhan, Idul Fitri,
dipimpin oleh remaja muslim yang berkomitmen dalam dakwah. Organisasi itu
Pemuda masjid sangat dibutuhkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan dakwah
dan wadah bagi pemuda muslim dalam beraktivitas di masjid. Keberadaan pemuda
masjid sangat penting karena mereka dipandang mempunyai posisi strategis dalam
itu, pemuda masjid merupakan kelompok usia yang sangat profesional dan
dan negara.26
26
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, h. 10.
25
masjid mempunyai tujuan yang sangat jelas. Singkatnya, tujuan pemuda masjid
adalah:27
dan rohaniah.
dan citra diri serta zat yang Maha Suci yaitu Allah Swt.
Berikut adalah beberapa cara di mana remaja di masjid dapat berkontribusi untuk
27
Handani Bajtan Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2002), h. 18.
26
yang melibatkan berbagai agama. Misalnya, mereka dapat bekerja sama dalam
program amal, bakti sosial, atau proyek-proyek yang bertujuan untuk membantu
d. Menjadi Teladan
Remaja yang aktif di masjid dapat menjadi teladan dalam praktik toleransi.
mereka dan membantu orang lain untuk melihat bagaimana toleransi bisa menjadi
sebuah norma.
27
sebagai hak asasi manusia. Mereka dapat menjadi suara yang mendukung hak setiap
Remaja di masjid juga dapat menciptakan ruang aman di mana orang dari
berbagai latar belakang agama merasa diterima dan dihormati. Hal ini akan
menciptakan iklim yang memudahkan dialog dan pertukaran gagasan yang positif.
mengurangi stereotip dan prasangka yang ada terhadap agama-agama lain. Mereka
dapat mengedukasi diri dan orang lain tentang bahaya stereotip dan prasangka.
Dengan berperan aktif dalam hal-hal ini, remaja di masjid dapat berkontribusi
mereka. Hal ini akan membantu membangun masyarakat yang lebih inklusif,
harmonis, dan damai, di mana individu dari berbagai agama dapat hidup bersama
kaidah keyakinannya, tanpa ada yang mengganggu atau memaksa dirinya, orang
lain, atau keluarganya.28 Toleransi antar umat beragama merupakan sikap hormat
dan menghargai terhadap segala sesuatu yang menyangkut keimanan dan ketuhanan
menghargai hak dan kewajiban masing-masing demi menjaga keutuhan negara dan
dan toleran terhadap pemeluk agama lain tanpa mencampuri urusan agama satu
sama lain.30 Hal ini juga sejalan dengan J. Cassanova yang menegaskan bahwa
toleransi beragama adalah toleransi yang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan
28
H. M. Ali, Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik (Jakarta: Bulan Bintang,
1989), h. 83.
29
Nur Cholish Majid, Passing Over Melintasi Batasan Agama (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2001), h. 138.
30
Muhammad Nur Hidayat, Fiqh Sosial dan Toleransi Beragama (Kediri: Nasyrul’ilmi,
2014), h. 125-126.
31
Casram, Membangun Sikap Toleransi Beragama dalam Masyarakat Plural, Jurnal Ilmiah
Agama dan Sosial Budaya, 1(2), (2016), h. 188.
29
Toleransi antar umat beragama merujuk pada sikap dan tindakan saling
keagamaan, dan pandangan dunia antara individu dan kelompok yang menganut
agama yang berbeda. Ini adalah aspek penting dalam masyarakat multikultural dan
berperan dalam menjaga perdamaian, harmoni, dan kerja sama antar kelompok
agama. Berikut adalah beberapa poin penting tentang toleransi antar umat
beragama:
terbuka terhadap perbedaan dalam keyakinan agama dan praktik keagamaan. Ini
berarti menghormati hak setiap individu untuk memiliki keyakinan dan nilai-nilai
mendiskusikan perbedaan mereka, dan mencari titik persamaan. Hal ini membantu
Toleransi antar umat beragama adalah bagian dari hak asasi manusia yang
fundamental. Setiap individu berhak atas kebebasan beragama, yang mencakup hak
30
untuk memeluk agama atau keyakinan pilihan mereka tanpa diskriminasi atau
tekanan.
orang lain.
Terkadang, kerja sama antar agama dapat memecahkan masalah sosial dan
agama. Ketika masyarakat memiliki sikap yang toleran terhadap perbedaan agama,
masyarakat yang inklusif, damai, dan harmonis. Hal ini memungkinkan individu
dengan beragam keyakinan untuk hidup bersama dalam saling menghormati dan
erat dengan realitas lain yang menjadi penyebab langsung munculnya toleransi,
yaitu pluralitas.32 Menghadapi dunia yang semakin pluralistik, yang kita perlukan
menyikapi pluralitas. Salah satu cara untuk menanggapi pluralitas adalah dengan
menghormati keberagaman dan memperlakukan semua orang dengan adil. Hal ini
32
Agung Setiyawan, Pendidikan Toleransi dalam Hadits Nabi SAW, Jurnal Pendidikan
Agama Islam, 12(2), (2015), h. 221.
32
َ َ ُ ُ َ ُ َ َّ ُ
ْاّلل َعن الذيْ َن ل ْم ُي َقات ُل ْوك ْم فى الديْن َول ْم ُيخْر ُج ْوك ْم م ْن د َيارك ْم ا ْن َت َب ُّر ْو ُه ْم َو ُت ْقس ُط ْوٓا ال ْيهم
ُ ٰ َلا َي ْن ٰهىك ُم
ِۗ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ُ ُ ْ َ ُ ُ َ َّ ٰ ُ ْ ُ َ ٰ َّ
الدي ِن َواخ َرج ْوك ْم ِم ْن ِد َي ِارك ْم
ْ
ى ف م
َ
ْ اّلل عن الذيْ َن قاتل ْوك َ ُ ان َما َين ٰهىك ُم٨ ي ُّب ال ُم ْقسط ْي َن
ْ َّ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِاّلل ح ِان
َ ٰ ُ َ ٰۤ ُ َ َّ َ ُ َّ َ ْ َ ُ َ ْ ٰٓ َ ْ ُ َ َ َ
٩ اجك ْم ان ت َول ْوه ْمۚ َو َم ْنَّيت َول ُه ْم فاول ِٕىك ه ُم الظ ِل ُم ْون ِ وظاهروا على ِاخر
Terjemahnya:
Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir
kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-
orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarangmu (berteman
akrab) dengan orang-orang yang memerangimu dalam urusan agama,
mengusirmu dari kampung halamanmu, dan membantu (orang lain) dalam
mengusirmu. Siapa yang menjadikan mereka sebagai teman akrab, mereka
itulah orang-orang yang zalim.33
Dua ayat di atas memperjelas bahwa kita dianjurkan berlaku adil terhadap
orang non-Muslim selama mereka tidak melawan atau mengusir mereka. Selain itu,
kita harus melakukannya dengan baik. Dengan demikian, dari seluruh penjelasan di
atas dapat disimpulkan bahwa toleransi beragama adalah suatu sikap terbuka untuk
mempermudah satu sama lain. Sementara itu, toleransi beragama itu sendiri
agama lain, agar mereka beriman dan menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran
agama yang dianutnya. Namun kesalahan dalam memahami makna toleransi dapat
33
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 550.
33
menimbulkan talbisul haq bil bathil (mencampuradukkan antara hak dan batil),
yaitu suatu sikap yang haram bagi umat Islam. Sama seperti menganut dan
ُّ ْ َ ٌ َ ََ۠ َ ُ َْ َ ُ ٰ ُ َْ َ َ ُ َْ ُ َْ َ َ ٰ ْ َ َ ْ ُ
٤َۙ َول ٓا انا ع ِابد َّما ع َبدت ْم٣ ۚ َول ٓا انت ْم ع ِبد ْون َمآ اع ُبد٢ َۙ ل ٓا اع ُبد َما تع ُبد ْون١ َۙقل يٰٓايُّها الك ِف ُر ْون
ُ ُ ُ َ ُ َْ َ ُ ٰ ُ َْ َ
٦ ࣖ لك ْم ِد ْينك ْم َوِل َي ِد ْي ِن٥ َِۗول ٓا انت ْم ع ِبد ْون َمآ اع ُبد
Terjemahnya:
Pada ayat di atas sudah jelas bahwa kita disuruh menghormati agama lain.
menghina Tuhannya. Prinsip toleransi antar umat beragama dalam pandangan Islam
adalah “lakum dinukum wa liyadin” bagimu agamamu dan bagiku agamaku.35 Oleh
karena itu, jika kita meyakini bahwa hidayah adalah hak mutlak Allah, maka kita
sendiri tidak memaksakan kehendak orang lain dalam beragama. Namun, kita juga
perintah Allah.
Toleransi dalam Islam adalah prinsip yang mendasari ajaran agama Islam
dan sangat ditekankan dalam Al-Quran, Hadis (tradisi Islam), dan sejarah Islam.
Islam mengajarkan bahwa toleransi adalah aspek penting dalam berinteraksi dengan
individu dan kelompok yang memiliki keyakinan dan pandangan dunia yang
berbeda. Berikut adalah beberapa poin penting tentang toleransi dalam Islam:
1. Kebebasan Beragama
dalam Al-Quran menekankan bahwa tidak ada paksaan dalam agama dan bahwa
lain. Al-Quran menyebutkan bahwa "Tidak ada paksaan dalam agama" dan bahwa
umat Islam harus berbicara kepada orang lain dengan bijak dan baik, QS. An-
Nahl/16:125,
َّ َ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ ََّ َّ ُ َ ْ َ
َ َ ْ
َّ ُ ْ َ
ْ َ َ َ َْ َ ْ َْ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ ٰ ُ ُْ
ال كم ِة والمو ِعظ ِة الحسن ِة وج ِادلهم ِبال ِتي ِهي احسنِۗ ِان ربك هو اعلم ِبمن ضل ِادع ِالى س ِبي ِل ر ِبك ِب ح
َ ْ َْ َ ُ َ
١٢٥ ع ْن َس ِب ْي ِل ٖه َوه َو اعل ُم ِبال ُم ْهت ِد ْي َن
Terjemahnya:
Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.38
Islam mendorong dialog dan perbincangan yang baik antara pemeluk agama
yang berbeda. Nabi Muhammad sendiri sering berdialog dengan anggota komunitas
5. Solidaritas Kemanusiaan
miskin, melindungi hak asasi manusia, dan berperilaku adil terhadap semua orang,
termasuk yang berbeda agama, adalah prinsip-prinsip yang ditekankan dalam Islam.
38
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 281.
36
disebabkan oleh agama itu sendiri, tetapi oleh faktor-faktor politik, ekonomi, atau
Toleransi dalam Islam adalah nilai yang mendasar dan mengakar kuat dalam
ajaran agama ini. Pentingnya toleransi ini ditekankan dalam berbagai ayat Al-Quran
dan hadis yang menunjukkan bahwa Islam menghargai dan menghormati perbedaan
keyakinan dan pandangan dunia. Toleransi ini merupakan dasar bagi hubungan
harmonis antara individu dan komunitas yang berbeda agama dalam masyarakat
Islam.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
gejala yang ada, yaitu. tentang gejala seperti pada saat penelitian.39
2. Lokasi Penelitian
lebih mudah dalam mencari narasumber penelitian ini dan alokasi waktu untuk
kegiatan wawancara akan lebih efisien. Kemudian peneliti dapat lebih memahami
B. Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan Teologis
realitas agama yang sebenarnya dan membahas ajaran ketuhanan agama tersebut.
beragama.
39
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Cet. VI; Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h.
309.
37
38
2. Pendekatan Sosiologis
beragama.
3. Pendekatan Fenomenologis
keseluruhan fenomena semurni mungkin, tanpa ada yang ikut campur di dalamnya.
Langkah yang dilakukan adalah menganalisis seluruh sifat yang terkait dengan
fenomena tersebut. Sedangkan yang tidak penting dan di luar fenomenal harus
disaring atau diredam. Jadi akhirnya kita mendapatkan ide yang benar-benar
mencapai kajian fenomena ada tiga jenis reduksi (filtering) yaitu; reduksi
C. Sumber Data
1. Data primer (primary data), yaitu data empiris yang diperoleh langsung dari
40
Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Cet. V;
Jakarta: UI Press, 1986), h. 5.
41
Mukhlis Latif, Fenomenologi Max Sceller Tentang Manusia: Disorot Menurut Islam,
(Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2014), h. 25.
42
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi (Jakarta: Rajawali
pers, 2010), h. 29-30.
39
2. Data sekunder (secondary data), yaitu data penelitian yang diperoleh secara
tidak langsung melalui media perantara (yang dihasilkan oleh pihak lain)
atau data yang digunakan oleh lembaga selain manajemen tetapi dapat
tertentu yang dianggap berkaitan erat dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu,
tentang masalah yang diteliti dan dapat memberikan informasi yang diperlukan
peneliti untuk memperoleh data. Ketika seorang informan ditunjuk, hal ini berlaku,
misalnya:
1. Imam dusun atau Imam Desa, selaku sosok yang dituakan di Desa tersebut.
2. Tokoh Agama
43
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi, h. 173.
44
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2013), h. 218.
40
3. Tokoh Masyarakat.
1. Observasi
diteliti.45 Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
langsung dalam setiap kegiatan, yang digunakan hanya sebagai metode sekunder
toleransi beragama.
2. Wawancara
proses tanya jawab antara pengumpul data (interviewer) dan sumber data
(informan).46 Penelitian ini mengacu pada informan Dalam konteks penelitian ini,
45
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT.Gramedia, 1990),
h. 173.
46
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Ed. I; Jakarta: Granit, 2004), h.
72.
41
penulis menentukan sampel satu atau dua orang yaitu. imam desa, tokoh agama dan
tokoh masyarakat. Namun karena ketiga orang tersebut masih belum memberikan
informasi, maka peneliti mencari orang lain yang menurutnya lebih mengetahui
ini.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara mencari informasi tentang suatu hal atau
variabel yang berupa foto penelitian, catatan harian, dan buku. Dokumen tertulis
seperti catatan harian, biografi, biografi, perintah politik. Dokumen yang berbentuk
gambar, seperti foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan kamera dan alat tulis untuk mengumpulkan data, dan penulis
penunjuk penelitian.
4. Instrumen Penelitian
a. Alat tulis menulis, buku, pulpen/pensil sebagai alat untuk mencatat informasi
b. Alat perekam suara sebagai alat untuk merekan narasumber saat di lapangan
berikut:
43
44