Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HADIST AHKAM MUAMALAH I

HADIST TENTANG AHLI WARIS DAN BESARNYA BAGIAN AHLI WARIS


Dosen Pengampu : Darmawan Tia Indrajaya, M.Ag

DISUSUN OLEH
Kelompok 9 :

1. Ibnu Habib M.Nur 12120212637


2. Khoirul Amri Simbolon 12120212618
3. Septi Aulia 12120220576

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmatnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadist Ahkam Muamalah I.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam mengantarkan mahasiswa-
mahasiswi dalam memahami “Hadist Tentang Ahli Waris Dan Besarnya Bagian Ahli Waris”
yang merupakan salah satu indikator atau tema dari mata kuliah Hadist Ahkam Muamalah I.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Darmawan Tia Indrajaya, M.Ag.
selaku dosen pengampu mata kuliah Hadist Ahkam Muamalah I yang telah membimbing
dalam mempelajari mata kuliah dan rekan-rekan yang selalu mengingatkan tugas-tugas ini
dan memberikan ide-ide yang positif untuk kami.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Aamiin

Pekanbaru, 21 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
1.3 Tujuan Pembelajaran................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ahli Waris...............................................................................................................2
2.2 Dasar Hukum Ahli Waris Beserta Besarnya Bagian Ahli Waris...........................................3
2.3 Hadist Tentang Ahli Waris Beserta Besarnya Bagian Ahli Waris.........................................4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................6
3.2 Saran...........................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Masalah waris adalah salah satu kewajiban bagi setiap kaum muslim apabila satu
dalam keluarga telah meninggal dunia, harta waris yang di tinggalkan simawaris harus di
bagikan kepada keluarganya dan kerabatnya atau orang yang berhak menerima warisan
tersebut, karena didalam Al-qur’an sudah di tentukan bagiannya masing-masing. Salah
satu cara untuk mengetahui pembagiannya melalui Al-Qur’an dan Hadis, yang telah
dijelaskan tata cara dan bagian harta yang di terima oleh setiap ahli waris.
Apabila seseorang meninggal dunia dan ia memiliki harta warisan dan meninggalkan
ahli waris, maka Al-Qur’an sebagai sumber hukum utama telah menjelaskan orang-orang
berhak menjadi ahli waris dan menetapkan bagiannya masing-masing baik laki-laki
maupun perempuan itu sendiri.
Hukum Islam adalah ketentuan-ketentuan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis.
Seorang muslim sudah seharusnya mematuhi aturan-aturan hukum waris yang telah
ditetapkan dalam Alqur’an dan Hadis karena selain aturan tentang pembagian warisan
Islam ini merupakan ketentuan-ketentuan yang sudah disyariatkan untuk dipatuhi setiap
muslim, islam juga mensyariatkan untuk memperoleh harta dengan jalan yang benar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan ahli waris ?
2. Apa saja dasar hukum ahli waris beserta besarnya bagian ahli waris ?
3. Apa saja hadits tentang ahli waris beserta besarnya bagian ahli waris ?

1.3 Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian dari ahli waris.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa saja dasar hukum ahli waris
beserta besarnya bagian ahli waris.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa saja hadist tentang ahli waris
beserta besarnya bagian ahli waris.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ahli Waris


Kata ahli waris berasal dari dua kata yaitu ahli dan waris, kata ahli menurut kamus
Bahasa Indonesia berarti orang yang faham sekali dalam bidang Ilmu. 1 Sedangkan kata
waris keturunan yang berhak.2
Ahli waris adalah orang-orang yang berhak atas harta warisan yang ditinggalkan oleh
pewaris.3 Dalam buku Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Sajuti Thalib memberi
definisi, ahli waris adalah orang yang berhak mendapat bagian dari harta peninggalan.
Dalam literatur lain ahli waris diartikan, seorang atau beberapa orang yang merupakan
penerima harta warisan.4 Ahli waris juga diartikan orang yang berhak atas harta warisan
yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal.5
Menurut Kompilasi Hukum Islam ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal
dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris beragama
Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.6
Wirjono Prodjodikoro waris menurut hukum waris nasional dalam suatu cara
penyelesaian perhubungan-perhubungan hukum dalam masyarakat, yang melahirkan
sedikit banyak kesulitan sebagai akibat dari wafatnya seseorang. Warisan adalah soal
apakah dan bagaimanakah berbagai hak dan kewajiban tentang kekayan seorang pada
waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang masih hidup.7
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, ahli waris adalah seorang atau beberapa
orang yang berhak menerima warisan disebabkan adanya hubungan kerabat dan
perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk
menjadi ahli waris.8
Jika ditelusuri lebih dalam, dasar utama kewarisan ini sudah lengkap terdapat dalam
al-Qur’an dan Sunah nabi Muhammad SAW. Dalam hal-hal tertentu, para fuqaha’
berupaya pula untuk melakukan ijtihad dengan menggunakan seluruh kemampuannya.
Sumber hukum yang berasal dari al- Qur’an , antara lain:

Firman Allah dalam QS: an-Nisa:4: 7 :

ِ َ‫ب ِّم َّما ت ََركَ ا ْل َوالِ ٰد ِن َوااْل َ ْق َربُ ْونَ ِم َّما قَ َّل ِم ْنهُ اَ ْو َكثُ َر ۗ ن‬
‫ص ْيبًا‬ ِ َ‫س ۤا ِء ن‬
ٌ ‫ص ْي‬ َ ِّ‫ب ِّم َّما تَ َر َك ا ْل َوالِ ٰد ِن َوااْل َ ْق َربُ ْو ۖنَ َولِلن‬ ِ َ‫لر َجا ِل ن‬
ٌ ‫ص ْي‬ ِّ ِ‫ل‬
ً ‫َّم ْف ُر ْو‬
‫ضا‬

Artinya :

1
Hamzah Ahmad, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, (Surabaya:Fajar Mulya,1996), h.13
2
Ibid, h.411
3
Hajar M, Hukum Kewarisan Islam, (Pekanbaru: Alaf Riau, 2007),cet. Pertama, h.32
4
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta:PT Grafindo Persada, 2002),cet.5,
h.262
5
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta:Kencana,2004),cet.2. h.210
6
Himpunan Perundang-undangan, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Fokusmedia,
2007), h.56
7
Beni Ahmad Saebani, Fiqih Mawaris, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2009), cet. 1,h.17
8
Ibid.

2
Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, dan
bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan
kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan.9

Ayat diatas menjelaskan bahwa setiap ahli waris baik laki-laki maupun perempuan
berhak atas harta peninggalan yang ditinggalkan oleh karib kerabatnya (pewaris) dengan
ketentuan bagian yang telah disebutkan oleh hukum faraidh. Dalam hukum Islam (al-
Qur’an) telah menjelaskan bahwa bagian anak laki-laki sama dengan dua banding satu
yaitu bagian seorang anak laki-laki sama dengan dua bagian anak perempuan.

2.2 Dasar Hukum Ahli Waris Beserta Besarnya Bagian Ahli Waris
Ada beberapa dasar hukum terkait ahli waris yaitu di dalam Al-Qur’an, antara lain :
1. Q.S An-Nisa ayat 11

ً‫ق ا ْثنَتَ ْي ِن فَلَ ُهنَّ ثُلُثَا َما تَ َر َك ۚ َواِنْ َكانَتْ َوا ِح َدة‬ َ ‫س ۤا ًء َف ْو‬ َّ ِ‫ص ْي ُك ُم هّٰللا ُ فِ ْٓي اَ ْواَل ِد ُك ْم ل‬
َ ‫لذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ ااْل ُ ْنثَيَ ْي ِن ۚ َفاِنْ ُكنَّ ِن‬ ِ ‫يُ ْو‬
‫ُس ِم َّما ت ََركَ اِنْ َكانَ لَ ٗه َولَ ٌد ۚ فَاِنْ لَّ ْم يَ ُكنْ لَّ ٗه َولَ ٌد َّو َو ِرثَ ٗ ٓه اَبَ ٰوهُ فَاِل ُ ِّم ِه‬ ُ ‫سد‬ ُّ ‫اح ٍد ِّم ْن ُه َما ال‬ِ ‫صفُ ۗ وَاِل َبَ َو ْي ِه لِ ُك ِّل َو‬ ْ ِّ‫فَلَ َها الن‬
ْ ۚ ۤ ۤ ٰ
ُ ‫ص ْي بِ َهٓا اَ ْو َد ْي ٍن ۗ ابَاُؤ ُك ْم َواَ ْبنَاُؤ ُك ْم اَل تَ ْد ُر ْونَ اَيُّ ُه ْم اَق َر‬
‫ب‬ ِ ‫صيَّ ٍة يُّ ْو‬ ۢ
ِ ‫ُس ِمنْ بَ ْع ِد َو‬ ُ ‫سد‬ ُّ ‫ث ۚ فَاِنْ َكانَ لَ ٗ ٓه اِ ْخ َوةٌ فاِل ُ ِّم ِه ال‬
َ ُ ُ‫الثُّل‬
‫هّٰللا‬
‫ضةً ِّمنَ ِ ۗ اِنَّ َ َكانَ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما‬‫هّٰللا‬
َ ‫لَ ُك ْم نَ ْف ًعا ۗ فَ ِر ْي‬

Artinya :
Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk)
anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang
anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari
dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak
perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang
ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari
harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang
meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja),
maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa
saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di
atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya.
(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara
mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

2. Q.S An-Nisa ayat 176


Ayat ini lebih menegaskan warisan laki-laki dan perempuan.

‫صفُ َما ت ََركَ ۚ َوه َُو يَ ِرثُ َهٓا ِإن لَّ ْم‬ْ ِ‫س لَ ۥهُ َولَ ٌد َولَ ٓۥهُ ُأ ْختٌ فَلَ َها ن‬
َ ‫ٌؤا َهلَ َك لَ ْي‬ ۟ ‫ستَ ْفتُونَ َك قُ ِل ٱهَّلل ُ يُ ْفتِي ُك ْم فِى ٱ ْل َك ٰلَلَ ِة ۚ ِإ ِن ٱ ْم ُر‬
ْ َ‫ي‬
َ ‫ُأْل‬ ِّ ْ َ َّ َ
ۗ ‫سٓا ًء فلِلذك ِر ِمث ُل َحظ ٱ نثيَ ْي ِن‬ ‫اًل‬ ً ْ ۟ ُ َ َ ُ ُّ َ َ َ ْ َ
َ ِ‫يَ ُكن ل َها َول ٌد ۚ فِإن كانتَا ٱثنتَ ْي ِن فل ُه َما ٱلثلثا ِن ِم َّما تَ َر َك ۚ َوِإن كان ٓوا ِإخ َوة ِّر َجا َون‬
َ َ َ َّ
‫وا ۗ َوٱهَّلل ُ ِب ُك ِّل ش َْى ٍء َعلِي ۢ ٌم‬ ۟ ُّ‫ضل‬ِ َ‫يُبَيِّنُ ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم َأن ت‬

Artinya:

9
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, (Jakarta:PT Mahmud Yunus Wad Zuryah, 2006), Cet I,h.15

3
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi
fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak
mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang
perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-
laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak;
tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari
harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri
dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-
laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum
ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.

2.3 Hadist Tentang Ahli Waris Beserta Besarnya Bagian Ahli Waris
Ada beberapa hadis yang menerangkan tentang pembagian harta waris antara lain:
1. HR. Bukhari, No. 6746 dan Muslim, No. 1615

‫ض بَِأ ْهلِ َها فَ َما بَقِ َي‬


َ ‫سلَّ َم َأ ْل ِحقُوا ا ْلفَ َراِئ‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ض َي هَّللا ُ َع ْن ُه َما قَا َل‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ِ ‫س َر‬ ٍ ‫يث ا ْب ِن َعبَّا‬ُ ‫َح ِد‬
َ‫فَ ُه َو َأِل ْولَى َر ُج ٍل َذك ٍر‬.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radiallahuanhu ia berkata, Rasulullah SAW


bersabda: “Berikanlah harta waris itu kepada orang yang berhak menerimanya.
Sekiranya masih ada sisanya, berikanlah kepada lelaki yang paling dekat
nasabnya dengan si mati”.
Kandungan hadis di atas adalah apabila dalam pembagian harta waris terdapat
sisa, maka yang paling berhak mendapat sisa tersebut adalah keluarga laki-laki
yang paling dekat garis keturunannya dengan pewaris.

2. H.R Bukhari

,‫ُس‬ ْ ِّ‫ لِِإل ْبنَ ِة الن‬: )‫ضى النَّبِ ُّي (ص‬


ُّ ‫ َو ِال ْبنَ ِة اِإل ْب ِن ال‬, ُ‫صف‬
ُ ‫سد‬ ٍ ‫ت َوبِ ْنتِا ْب ٍن َو ُأ ْخ‬
َ َ‫ت _ فَق‬ ٍ ‫س ُع ْو ٍد _ ِف ْي بِ ْن‬
ْ ‫َع ِن ا ْب ِن َم‬
‫ت‬ ‫ُأل‬
ِ ‫ َو َما بَقِ َي فَلِ ْخ‬,‫تَ ْك ِملَةَ الثُّلُثَ ْي ِن‬.

Dari Ibnu Mas’ud, tentang anak perempuan dan cucu perempuan dan saudara
perempuan. Maka Nabi SAW telah memutuskan : Bagi anak perempuan separuh
dan bagi cucu perempuan seperenam sebagai penyempurna dua per tiga, dan
yang lebih itu bagi saudara perempuan.

Hadis di atas menerangkan mengenai pembagian waris bagi ahli waris yang
perempuan, yaitu setengah Dari harta waris adalah bagi anak perempuan, apabila
dia satu-satunya anak perempuan, seperenam dari harta waris adalah buat cucu
perempuan dari anak laki-laki, kemudian sisanya bagi saudaranya yang
perempuan.

3. H.R Muslim

4
ُ ‫سلِ ُم ا ْل َكافِ َر َواَل يَ ِر‬
‫ث‬ ُ ‫سلَّ َم قَا َل اَل َي ِر‬
ْ ‫ث ا ْل ُم‬ َ ‫ َأنَّ النَّبِ َّي‬: ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِ ‫سا َمةَ ْب ِن َز ْي ٍد َر‬ َ ‫يث ُأ‬ ُ ‫َح ِد‬
ْ ‫ا ْل َكافِ ُر ا ْل ُم‬.
‫سلِ َم‬

Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid r.a ia berkata, Nabi SAW bersabda: Orang
Islam tidak boleh mewarisi harta orang kafir dan orang kafir tidak boleh
mewarisi harta orang Islam”.
Hadis di atas menerangkan bahwa walaupun harta warisan itu merupakan
kepemindahan hak milik dari seseorang yang meninggal kepada keluarga yang
ditinggalkannya, akan tetapi apabila terdapat anggota keluarganya yang tidak
beragama Islam, maka ia tidak dapat menerima harta warisan tersebut.

4. H.R Muslim

ُ ‫سلِ ُم ا ْل َكافِ َر َواَل يَ ِر‬


‫ث‬ ُ ‫سلَّ َم قَا َل اَل يَ ِر‬
ْ ‫ث ا ْل ُم‬ َ ‫ َأنَّ النَّبِ َّي‬: ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِ ‫سا َمةَ ْب ِن َز ْي ٍد َر‬ َ ‫يث ُأ‬ ُ ‫َح ِد‬
ْ ‫ا ْل َكافِ ُر ا ْل ُم‬.
‫سلِ َم‬

Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid r.a ia berkata, Nabi SAW bersabda: Orang
Islam tidak boleh mewarisi harta orang kafir dan orang kafir tidak boleh
mewarisi harta orang Islam.”

Hadis di atas menerangkan bahwa walaupun harta warisan itu merupakan


kepemindahan hak milik dari seseorang yang meninggal kepada keluarga yang
ditinggalkannya, akan tetapi apabila terdapat anggota keluarganya yang tidak
beragama Islam, maka ia tidak dapat menerima harta warisan tersebut.

5. H.R Ahmad

‫ رواه أحمد‬.‫ث َأ ْه ُل ِملَّتَ ْي ِن‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ َع ِن ا ْب ِن ُع َم َر قَا َل‬.


ُ ‫ الَ يَتَ َوا َر‬,)‫س ْو ُل هللاِ (ص‬

Dari Ibnu Umar ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda : ”Tidak waris
mewarisi orang-orang dari dua agama”.

Kandungan hadis di atas adalah orang yang berlainan agama, walaupun ia masih
memiliki hubungan keluarga, tidak termasuk ke dalam ahli waris atau sebagai
pewarisnya.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan, ahli waris adalah seorang atau beberapa
orang yang berhak menerima warisan disebabkan adanya hubungan kerabat dan
perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk
menjadi ahli waris.
Apabila seseorang meninggal dunia dan ia memiliki harta warisan dan meninggalkan
ahli waris, maka Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber hukum utama telah menjelaskan
orang-oranng berhak menjadi ahli waris dan menetapkan bagiannya masing-masing baik
laki-laki maupun perempuan itu sendiri.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon
kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.

6
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah Ahmad, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, (Surabaya:Fajar Mulya,1996)


Hajar M, Hukum Kewarisan Islam, (Pekanbaru: Alaf Riau, 2007),cet. Pertama
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta:PT Grafindo Persada, 2002)
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta:Kencana,2004)
Himpunan Perundang-undangan, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Fokusmedia,
2007)
Beni Ahmad Saebani, Fiqih Mawaris, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009)
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, (Jakarta:PT Mahmud Yunus Wad Zuryah,
2006)

Anda mungkin juga menyukai