Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Konsep Pluralisme dan Toleransi (Kerukunan)


dalam Islam

Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam / 2 (2-0-0)

DI
S
U
S
U
N
OLEH :
Nama : Rizki Zalsabila
NIM : N21021078

Fakultas Kedokteran D3-KEPERAWATAN


UNIVERSITAS TADULAKO
Oktober 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan saya
karunia nikmat dan kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konsep Pluralisme dan Toleransi (Kerukunan) dalam Islam”.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah Pendidikan
Agama Islam. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari. Saya mengucapkan terima kasih
kepada bapak Irfandi,S.Pd.I, M.Pd.I selaku Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam.
Saya menyadari masih terdapat kekurangan dan kelemahan pada makalah ini, saya
sangat berharap perbaikan, kritik dan saran yang sifatnya membangun apabila terdapat
kesalahan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
saya sendiri umumnya dan bagi para pembaca makalah ini.

Terima kasih, wasaalamu’alaikum

Palu, 31 Oktober 2021


Penulis

Rizki Zalsabila

2
DAFTAR ISI
Cover
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
DESKRIPSI.........................................................................................................................................4
MENGANALISIS................................................................................................................................5
1.1 Pengertian..................................................................................................................................5
1.1.1 Pengertian Pluralisme........................................................................................................5
1.1.2 Konsep Pluralisme dalam Islam........................................................................................5
1.1.3 Pengertian Toleransi (Kerukunan)....................................................................................6
1.1.4 Konsep Toleransi (Kerukunan) dalam Islam...................................................................7
1.2 Ruang Lingkup..........................................................................................................................9
1.3 Kesimpulan..............................................................................................................................11
KEGIATAN BELAJAR....................................................................................................................12
2.1 Daftar Pustaka........................................................................................................................12

3
DESKRIPSI

Indonesia yang memiliki kemajemukan suku, ras, agama, danbudaya,


menjadi lahan yang subur bagi tumbuh kembangnya banyak agama, paling tidak ada
lima agama yang diakui secara resmi, yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu
dan Budha. Dengan tidak selalu jauh membicarakan masalah
perkembangan agama tersebut, yang penting diungkapkan disini adalah agama-
agama tersebut yang sedemikian jauh telah membantu masyarakat yang
majemuk di Indonesia, ternyata dalam kehidupan sosio-kultural memperlihatkan
suatu keunikan tersendiri, sehingga anatara agama-agama yang ada terjadi
akulturasi kemudian memperkaya tradisi dari masing-masing agama. Seperti
halnya agama Islam, masuk ke Indonesia tidak melakukan konfrontasi terhadap
tradisi lokal yang telah ada yang di bawa oleh agama Hindu dan Budha.
Namun seperti yang telah dikatakan oleh (Taufik Abdullah, 1989:59) adalah
melakukan peminjaman budaya karena menurut Guillemin (1983:6), kesatuan
faham antara adat dan konsepsi-konsepsi yang dikehendaki oleh cita-cita religius
tidak pernah mampu seluruhnya merealisasi diri. Disini prinsip-prinsip suatu
agama di dunia yang tidak dapat diubah, universal dan holistik. Menghadapi
atau dihadapi oleh proses pempribumian dimana Islam mengadaptasi dirinya
sendiri, mengaktualisasikan diri dan menjadi relevan dan bermakna bagi
penduduk lokal.
Dari gambaran sejarah yang terungkap diatas menunjukkkan
bahwa Pluralisme agama ternyata pernah merealisasikan diri dalam
bentuk yang harmonis bukan konfrontasi atau disintegrasi. Namun tidak
selamanya demikian, sebab dalam suatu peristiwa yang berbeda Pluralisme
agama juga melahirkan bentuk konfrontasi yang mengakibatkan Pluralitas
agama masih membentuk jarak sosial yang melebar dari pemeluk agama yang
berbeda.
Upaya untuk mewujudkan kerukunan dan ketentraman hidup bagi umat
beragama di Indonesia merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan, dalam
kerangka menciptakan kondisi kondusif sebagai cita-cita dan harapan bagi
masa depan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Dalam hal ini membuat deskripsi (gambaran), faktual mengenai pengertian
pluralisme, pandangan Islam mengenai pluralisme agama, pengertian toleransi,
manfaat dari toleransi, pluralisme agama dan toleransi dalam agama dan pengambilan
kesimpulan.

4
MENGANALISIS

1.1Pengertian
1.1.1 Pengertian Pluralisme.
Pluralisme terdiri dari dua kata yakni plural (beragam) dan isme (paham)
sehingga memiliki arti paham atas keberagaman.
Secara umum, pluralisme merupakan sebuah paham yang menghargai adanya
perbedaan di tengah kehidupan masyarakat dan mengizinkan kelompok berbeda itu
tetap menjaga budayanya sebagai ciri khas. Pengertian pluralisme juga bisa diartikan
sebagai kesediaan menerima keberagaman untuk hidup toleran pada tatanan
masyarakat yang berbeda suku, golongan, agama, adat dan pandangan
hidup.Pluralisme mengimplikasikan tindakan yang fokus pada pengakuan kebebasan
beragama, kebebasan berpikir atau mencari informasi, sehingga seseorang atau suatu
kelompok butuh kematangan kepribadian mereka untuk mencapai pluralisme.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pluralisme adalah keadaan
masyarakat yang majemuk (bersangkutan dalam sistem sosial dan politiknya),
berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam suatu masyarakat.

1.1.2 Konsep Pluralisme dalam Islam.


Islam telah mengajarkan umatnya untuk menghormati agama lain dan melarang
mencelanya. Bahkan dalam suatu ayat, Allah Swt melarang kita untuk mencela
sesembahan-sesembahan para menyembah berhala. Allah Swt befirman:
(Qs-Al-An’am :108)

‫سبُّوا هّٰللا َ َع ْد ًو ۢا بِ َغ ْي ِر ِع ْل ۗ ٍم َك ٰذلِكَ زَ يَّنَّا لِ ُك ِّل اُ َّم ٍة َع َملَ ُه ۖ ْم ثُ َّم اِ ٰلى َربِّ ِه ْم‬ ‫هّٰللا‬
ُ َ‫سبُّوا الَّ ِذيْنَ يَ ْدع ُْونَ ِمنْ د ُْو ِن ِ فَي‬ ُ َ‫َواَل ت‬
َ‫َّم ْر ِج ُع ُه ْم فَيُنَبِّئُ ُه ْم بِ َما َكانُ ْوا يَ ْع َملُ ْون‬

Artinya : Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka


sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap
umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan
merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa
yang dahulu mereka kerjakan.

Pada ayat di atas secara tegas melarang umat Islam untuk mencerca dan mencela
sesembahan non-Muslim, ayat ini jelas mengajarkan prinsip lasamuh (toleransi)
kepada setiap muslim dalam hubungannya dengan agama lain, di khawatirkan
mereka (non-Muslim) akan berbalik menghina Islam. Tidak mudah memang untuk
menjauhi larangan Allah ini. Pada kenyataan, fenomena konflik antarpemeluk
agama begitu akrab dengan keseharian kita. Beberapa konflik dan kerusuhan yang
berlangsung dalam decade 90-an, misalnya, ternyata masih mengikut sertakan
sentiment agama. Padahal, agama sebenarnya tidak boleh dijadikan legitimasi bagi
sebuah tindakan anarkis dan radikal.

5
Al-Qur’an dengan tegas mengakui keberadaan agama-agama lain menyurukan
kepada umat Islam untuk hidup berdampingan secara damai. Namun perlu
ditekankan bahwa mengakui keberadaan agama lain tidak berarti membenarkan.
Keyakinan akan kebenaran agama yang dipeluk adalah cermin keimanan seseorang.
Setiap pemeluk agama tentu akan berpendapat bahwa agamanyalah yang paling
benar. Semua agama tentu menawarkan jalan keselamatan.
Dalam konteks Islam, terdapat ayat didalam Al-Qur’an yang bisa ditafsirkan
secara eksklusif, yaitu surat Ali ‘Imran (3:19):
‫ب اِاَّل ِم ۢنْ بَ ْع ِد َما َج ۤا َء ُه ُم ا ْل ِع ْل ُم بَ ْغيً ۢا بَ ْينَ ُه ْم‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫اختَلَفَ الَّ ِذيْنَ اُ ْوتُوا ا ْل ِك ٰت‬ ْ ‫ساَل ُم ۗ َو َما‬
ْ ِ ‫اِنَّ ال ِّديْنَ ِع ْن َد ِ ااْل‬
‫هّٰللا‬ ‫ هّٰللا‬z ‫ۗومنْ ي ْكفُر ب ٰا ٰي‬
‫ب‬ِ ‫سا‬ َ َ َّ‫ت ِ فَاِن‬
َ ‫س ِر ْي ُع ا ْل ِح‬ ِ ِ ْ َّ َ َ
Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.tiada
berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya.

Islam secara tegas mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga hubungan


baik dengan sesama manusia selama non-Muslim tidak mengganggu seorang
Muslim dalam menjalankan ibadahnya. Umat Islam dilarang untuk mengganggu
pemeluk agama lain, Rasulullah Saw telah memberikan teladan yang sangat baik
dalam hal ini.
Jadi, seperti yang telah diterangkan, bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk
saling menghormati agama lain, Melarang saling mencela dan mengolok Ibadah
mereka. Islam juga mengajarkan untuk hidup saling berdampingan, dan saling
bertoleransi kepada setiap Muslim maupun nonMuslim.
Islam memandang pluralisme sebagai sikap saling menghargai dan toleransi
terhadap agama lain, namun bukan berarti semua agama adalah sama artinya
tidak menganggap bahwa dalam Tuhan yang kami sembah adalah Tuhan yang kalian
agama lain, sembah. Namun demikian Islam tetap mengakui adanya pluralisme
agama yaitu dengan mengakui perbedaan dan identitas agama masing-masing
(lakum dinukum waliyadin), disini pluralisme diorientasikan untuk
menghilangkan konflik, perbedaan dan identitas agama-agama yang ada.

1.1.3 Pengertian Toleransi (Kerukunan).


Secara umum, toleransi dapat diartikan sebagai sikap manusia agar saling
menghargai dan menghormati terhadap perbedaan yang ada. Toleransi perlu
dimunculkan dari setiap diri individu maupun kelompok untuk menumbuhkan rasa
perdamaian dalam keberagaman di sekitar lingkungan.
Adapun secara etimologi atau bahasa, toleransi yang berasal dari bahasa latin
yaitu tolerare berarti sabar dan menahan diri. Sedangkan secara terminologi,
toleransi merupakan sikap saling menghormati, menghargai, menyampaikan

6
pendapat, kepercayaan, pandangan terhadap sesama manusia yang pada dasarnya
bertentangan dengan diri sendiri.
Secara bahasa, toleransi juga bisa bermakna sebagai suatu kemampuan seseorang
dalam bersabar serta menahan diri terhadap berbagai hal yang tidak sejalan
dengannya. Dengan hadirnya rasa toleransi ini pada diri setiap individu maka
berbagai macam konflik atau perbedaan yang ada tidak akan terjadi lagi.
Tidak bisa dipungkiri jika toleransi memegang peranan penting dalam menjaga
perdamaian. Tentu sikap toleransi ini sangat dibutuhkan di tengah masyarakat
Indonesia yang memiliki latar belakang budaya bangsa yang sangat beragam seperti
agama, suku, ras dan juga warna kulit.
Toleransi menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) memiliki makna sifat
atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) terhadap
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan dan kelakuan) yang
berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.
1.1.4 Konsep Toleransi (Kerukunan) dalam Islam.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa toleransi merupakan sikap
saling menghargai pendapat orang lain. Dalam agama Islam itu sendiri, toleransi
disebut dengan tasamuh. Tasamuh atau tasahul memiliki arti kemudahan. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa agama Islam memberikan kemudahan bagi siapapun
untuk menjalankan apa yang telah diyakini sesuai dengan ajaran masing-masing
tanpa adanya tekanan atau tidak mengusik kepercayaan yang telah dijalani orang
lain.
Dalam toleransi beragama, masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama
lainnya. Dalam agama Islam ini sendiri, konsep tasamuh mengandung konsep
rahmatan lil alamin. Meskipun di dalam Al-Quran tidak secara tegas menjelaskan
tentang defenisi tasamuh ini akan tetapi di dalam kitab suci Al-Quran terdapat
beberapa tema yang terkait dengan toleransi ini. Beberapa di antaranya seperti
rahmah atau kasih sayang pada QS al-Balad ayat 17 atau salam dan keselamatan
pada QS al-Furqan ayat 63.
Agama Islam sangatlah menjunjung tinggi akan nilai-nilai toleransi. Dalam Al-
Quran sendiri telah dijelaskan tentang bagaimana mengatur hubungan antar umat
beragama yang lainnya. Oleh sebab itu, setiap umat muslim wajib memiliki sikap
toleran kepada umat agama lainnya. Adapun bentuk-bentuk toleransi yang diajarkan
dalam agama Islam ialah sebagai berikut :
1. Berbuat adil pada siapapun
2. Menghormati prinsip agama masing-masing
3. Toleransi dalam perdagangan dan peradilan
4. Toleransi dalam utang piutang
5. Toleransi dalam ilmu
6. Toleransi dalam harga diri
7. Toleransi dalam mereaksi kesalahan
Selain ayat-ayat tentang toleransi, juga terdapat hadis yang membahas mengenai
sikap toleran antar sesama ini. Hadis yang pertama ialah :

7
“Agama yang paling dicintai Allah adalah agama yang lurus dan toleran.” (HR al-
Bukhari).
Dalam hadis lain juga menyebutkan bahwasannya Rasulullah Muhammad SAW
bersabda :

Dari Anas bin Malik RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Demi (Allah)
yang nyawaku di tangan – Nya, tidaklah beriman seorang hamba sehingga dia
mencintai tetangganya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Muslim
dan Abu Ya’la: 2967).
Sikap toleransi memang perlu untuk dirawat di sekitar kita. Saling menyayangi
dan menghargai antar sesama keluarga yang berbeda keyakinan pun sudah termasuk
dalam sikap toleransi. Oleh karena itu, sikap toleransi ini diharapkan tidak hanya
ditumbuhkan di lingkungan keluarga tetapi juga di masyarakat yang lebih luas.

8
1.2 Ruang Lingkup

Pluralisme merupakan paradigma yang relevan dengan kebutuhan manusia untuk


berbagi ruang hidup di tengah perbedaan. Paradigma ini menuntut penerimaan atas
kemajemukan sebagai fakta kemanusiaan, yang dioperasionalkan dalam sikap toleran
terhadap perbedaan. Paradigma ini semakin relevan ketika masyarakat manusia dari waktu ke
waktu semakin ditandai keberagaman ciri-ciri yang tidak semata-mata fisik, tapi juga mental;
tidak semata-mata bawaan, tapi juga bentukan.
Hal yang kemudian penting diberikan perhatian ialah di atas fondasi apa toleransi itu
harus dibangun. Persoalan-persoalan semacam apakah kita harus menoleransi intoleransi atau
apakah segala macam bentuk perbedaan harus dihormati mengisyaratkan kebutuhan akan
fondasi etis bagi paradigma pluralisme itu sendiri.
Dalam era modern, perbedaan dalam kehidupan manusia tidak lagi cukup dipahami
dalam kerangka kelompok-kelompok sub-spesies yang satu sama lain berbeda dalam
karakteristik seperti ras, gender, orientasi seksual, etnis, agama, nasionalitas, dan
semacamnya, karena, pada level yang mendasari semua klasifikasi, unit-unit individual
manusia adalah unik satu sama lain.
Seseorang, misalnya, karena memiliki kesamaan ciri tertentu dengan sejumlah orang
lain, mungkin diklasifikasikan sebagai pemeluk suatu agama tertentu yang bisa dibedakan
dari orang-orang, yang karena ciri-ciri umum mereka, diklasifikasikan sebagai pemeluk
agama lain. Namun, personalitas seorang pemeluk agama membuatnya memiliki pemaknaan
yang tak akan sepenuhnya serupa meski dengan ocial pemeluk.
Situasi serupa juga berlaku dalam ras, gender, etnis, nasionalitas, dan kelompok-
kelompok sub-spesies lainnya, di mana individu-individu mengkonstruksi makna kelompok
afiliasinya dengan cara yang masing-masing berbeda.
Jelas paradigma pluralisme yang didasarkan pada etika komunitarian, di mana
penghargaan atas perbedaan berhenti pada level hubungan di antara kelompok-kelompok
yang berbeda, tidak memadai bagi kemajemukan masyarakat modern yang makin bercorak
ocial ualistic. Apa yang dibutuhkan sebagai fondasi pluralisme ialah etika liberal yang
menyediakan ruang hidup bagi setiap individu untuk hidup bebas dari ancaman pihak lain,
apakah pihak lain itu individu ataup kelompok.
Karena setiap orang adalah pemilik sah atas dirinya-sendiri, ia berdaulat penuh atas
tubuh dan kehidupannya, dengan segala karakteristik fisik maupun mental yang melekat pada
ke-diri-annya, seperti anggota tubuh, bakat, tenaga, pikiran, hati ocial, dan sebagainya. Ini
berarti individu seharusnya bebas untuk memiliki dan menggunakan itu semua untuk
Kebebasan bekerja, kebebasan berpikir, kebebasan berpendapat, kebebasan berkeyakinan,
dan, secara umum, kebebasan untuk menjalani hidup menurut cara-cara yang dikehendaki
demi tujuan-tujuan yang dipilih sendiri adalah contoh sejumlah hak yang diturunkan dari
prinsip kepemilikan diri dalam etika liberal.
Dalam relasi ocial, seseorang dikatakan toleran ketika sikap dan tindakannya
memberikan keleluasaan bagi orang lain untuk merealisasikan hal-hal yang menjadi haknya,
terlepas dari atribusi kelompok seperti ras, gender, orientasi seksual, agama, kebangsaan, dan

9
sebagainya. Sebaliknya, ketika sikap dan tindakan seseorang mengakibatkan terhambatnya
realisasi hak-hak orang lain, atau bahkan secara langsung melanggar hak-hak orang lain, ia
adalah orang yang intoleran.
Sebagai contoh, seorang pemeluk agama bisa saja tidak menyetujui homoseksualitas.
Etika liberal akan memandang ketidaksetujuan pemeluk agama ini layak ditoleransi, bahkan
jika ketidaksetujuan ini dinyatakan secara tajam. Pemeluk agama ini tidak layak ditoleransi
jika ketidaksetujuannya diekspresikan dalam cara-cara yang mengakibatkan terlanggarnya
hak orang lain untuk hidup sebagai homoseksual dan mengekspresikan orientasi seksualnya
secara damai.
Di sisi lain, seorang sekuler mungkin sangat jengkel pada pandangan pemeluk agama
pada homoseksualitas. Etika liberal akan memandang kejengkelan ini layak ditoleransi,
bahkan jika kejengkelan orang sekuler ini dinyatakan secara tajam. Orang sekuler ini tidak
layak ditoleransi jika kejengkelannya diekspresikan dalam cara-cara yang mengakibatkan
hak-hak si pemeluk agama terlanggar, termasuk hak untuk meyakini bahwa agama yang ia
peluk tidak menyetujui homoseksualitas dan hak untuk menyebarluaskan keyakinannya itu
secara damai.

10
1.3 Kesimpulan
Pluralisme dalam Islam didasarkan pada satu kenyataan bahwa Allah telah
menciptakan manusia dalam keragaman dan kemajemukan. Namun yang perlu
dipahami adalah bahwa perbedaan di antara manusia, terutama dalam beragama
terjadi karena kehendak Allah SWT. Setiap orang Islam meyakini hal itu sebagai
keniscayaan yang tidak dapat ditolak atau diubah sedikitpun. Untuk itulah agar
tidak terjadi petaka atau konflik antarmanusia, maka sangat dibutuhkan nilai-nilai
toleransi. Al - Qur’an, as Sunnah, dan perilaku ulama telah menjadi alasan untuk
menghargai perbedaan tersebut. Dengan demikian, umat Islam haruslah menjadi
umat yang paling siap menerima perbedaan dan paling tinggi ruh toleransinya.

11
KEGIATAN BELAJAR

2.1 Daftar Pustaka

Raden Fatah State Islamic University is an Indonesian Islamic public university in


Palembang, capital of South Sumatra. It was founded in 1964.Wikipedia
Bina Nusantara University, also known as BINUS University, is a private university
in Indonesia. The main campus of the university is located at Alam Sutera, South Tangerang.
Most of its campuses are located within the area of Greater Jakarta Region. It also has
campuses at Bandung and Malang.Wikipedia
ejournal.iai-tribakti.ac.id was first indexed by Google in February 2013
cimahikota.go.id was first indexed by Google more than 10 years ago
afi.unida.gontor.ac.id was first indexed by Google in October 2017
Toko Buku Gramedia is an Indonesian bookstore retailer owned by Kompas
Gramedia. Established in 1970, Gramedia Asri Media has contributed to give inspiration
through knowledge, endeavor and direct participation to society for more than 50
years.Wikipedia

12

Anda mungkin juga menyukai