Anda di halaman 1dari 7

MASA

REFORMASI
Nama : Rizki Zalsabila
Kelas : XII MIPA.4
No. Absen : 29
Era reformasi atau era pasca-Suharto di Indonesia dimulai pada tahun 1998,
tepatnya saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan
digantikan oleh wakil presiden saat itu, B.J. Habibie. Periode ini dicirikan oleh
lingkungan sosial politik yang lebih terbuka.
Isu-isu selama periode ini di antaranya dorongan untuk menerapkan demokrasi dan
pemerintahan sipil yang lebih kuat, elemen militer yang mencoba untuk
mempertahankan pengaruhnya, Islamisme yang tumbuh dalam politik dan
masyarakat umum, serta tuntutan otonomi daerah yang lebih besar. Proses
reformasi menghasilkan tingkat kebebasan berbicara yang lebih tinggi, berbeda
dengan penyensoran yang meluas saat Orde Baru. Akibatnya, debat politik menjadi
lebih terbuka di media massa dan ekspresi seni makin meningkat. Peristiwaperistiwa yang telah
membentuk Indonesia dalam periode ini di antaranya
serangkaian pengeboman oleh teroris (termasuk bom Bali 2002) serta gempa bumi
dan tsunami Samudra Hindia 2004.
Kepresidenan Habibie (1998–1999)
Setelah pengunduran diri Soeharto, Wakil Presiden B.J. Habibie dilantik sebagai presiden dan
melakukan berbagai reformasi politik. Pada Februari 1999, pemerintahan Habibie mengesahkan
Undang-Undang Partai Politik yang mencabut pembatasan jumlah partai politik (parpol).
Sebelumnya, pada masa Soeharto, hanya tiga parpol yang diperbolehkan. Parpol juga tidak
diwajibkan berideologi Pancasila. Hal ini mengakibatkan partai politik bermunculan dan 48 di
antaranya akan bersaing dalam pemilihan legislatif 1999.
Kepresidenan Abdurrahman Wahid (1999 – 2001)
Pada 1999, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Presiden Indonesia. Kabinet pertama,
yang diberi nama Kabinet Persatuan Nasional, adalah kabinet koalisi yang mewakili beberapa
partai politik: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB), Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai
Keadilan (PK). Perwakilan nonpartisan dan militer (TNI) juga ditempatkan dalam kabinet. Salah
satu reformasi administrasi negara yang dilakukan Gus Dur adalah penghapusan Kementerian
Penerangan, senjata utama Orde Baru untuk mengendalikan media, dan pembubaran
Kementerian Kesejahteraan, yang telah menjadi korup pada masa Orde Baru.
Kepresidenan Megawati (2001–2004)
Pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, putri pendiri Indonesia sekaligus presiden
pertama Sukarno, proses reformasi demokrasi yang dimulai pada periode Habibie dan Gus Dur
terus berlanjut, meskipun berjalan lambat dan tidak menentu. Megawati mengumumkan
susunan Kabinet Gotong Royong pada 10 Agustus 2001 untuk membantunya mengatur negara.
Selama kabinet ini bertugas, Megawati tidak pernah melakukan perombakan kabinet dan hanya
mengangkat beberapa pelaksana tugas karena beberapa menteri mengundurkan diri
sehubungan dengan pencalonan mereka pada Pilpres 2004.
Kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono (2004–2014)
Pemilu Presiden Indonesia 2004 merupakan pemilu pertama yang memilih pasangan presiden
dan wakil presiden secara langsung. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf
Kalla memenangi pemilu setelah melewati dua putaran pemilihan. Pada 21 Oktober 2004, SBY
mengumumkan susunan Kabinet Indonesia Bersatu.
Kepresidenan Joko Widodo (sejak 2014)
Pada pemilu presiden 2014, Joko Widodo (Jokowi) bersama dengan Jusuf
Kalla (yang kembali dicalonkan sebagai wakil presiden) mengalahkan Prabowo
Subianto dan Hatta Rajasa. Jokowi adalah presiden pertama tanpa latar
belakang politik atau militer yang tinggi.Dalam kampanye pemilu 2014, Jokowi
berjanji akan meningkatkan pertumbuhan PDB hingga 7% dan mengakhiri
kebijakan bagi-bagi kursi (memberikan jabatan pemerintahan pada koalisi
politiknya), meski janji tersebut belum terpenuhi. Pada masa
pemerintahannya, rupiah mencapai rekor terendah dalam 20 tahun terakhir.

Anda mungkin juga menyukai