Sejarah perjuangan bangsa Indonesia mulai dari masa kerajaan-
kerajaan, proklamasi sampai sekarang | | | | | | | | | NAMA : ZELPI MAYORA PRODI : TEKNOLOGI INFORMASI B NIM : 231259201062 DOSEN PENGAMPU : ARISMAN SABIR,M.pd
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
A.MASA ORDE BARU 1. Sejarah Singkat Orde Baru:Latar Belakang dan Penyebab Jatuhnya Orde baru Atau dikenal juga dengan sebutan Orba adalah tatanan pemerintahan dengan sistem baru di Indonesia. Sejarah singkat Orde Baru dimulai pada masa jabatan Presiden Soeharto Rentang waktu kekuasaan pemerintahan Orde Baru berlangsung selama 32 tahun diawali surat perintah yang dikeluarkan pada 11 Maret 1966 hingga tahun 1998. Melalui Tap MPR No. XXXIII/MPRS/1967, masa Orde Baru yang diperintah Presiden Soeharto mulai memimpin negara. Di masa pemerintahannya, Soeharto melakukan koreksi yang membuat penerapan Pancasila semakin kuat. 2. Latar belakang Lahirnya Orde Baru ditandai Tri Tuntutan Rakyat atau Tritura yang terdiri dari tiga tuntutan, yakni pembubaran PKI, perombakan Kabinet Dwikora, dan penurunan harga. Akan tetapi sikap Presiden Soekarno bertolak belakang dengan aksi-aksi mereka. Hingga terjadi peristiwa G30S/PKI yang membuat rakyat Indonesia menurunkan kepercayaannya terhadap pemerintahan Soekarno. Peristiwa G30S/PKI adalah salah satu penyebab menurunnya kredibilitas Soekarno. Hal itu membuatnya mengeluarkan Surat Perintah kepada Letjen Soeharto yang disebut Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar). Supersemar menjadi titik awal berkembangnya kekuasaan Orde Baru. Dalam Surat Perintah tersebut Soekarno menunjuk Soeharto untuk melakukan segala tindakan demi keamanan, ketenangan, dan stabilitas politik. 3. Sistem pemerintahan Di masa Orde Lama, komunisme dan gagasan yang bertolak belakang dengan Pancasila sempat meluas. Hal ini membuat Soeharto di masa jabatannya melakukan indoktrinasi Pancasila. Beberapa metode indoktrinasi yang dilakukannya yaitu: Menerapkan pengajaran P4 (Pelaksanaan, Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila) di sekolah. Soeharto mengizinkan masyarakat membentuk organisasi dengan syarat menggunakan asas pancasila. Melarang kritikan yang menjatuhkan pemerintah dengan alasan stabilitas negara. Sistem pemerintahan Orde Baru menggunakan konsep Demokrasi Pancasila. Visi utamanya adalah menerapkan nilai Pancasila dan UUD 1945, secara murni serta konsekuen dalam aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Sistem pemerintahan pada masa Orde Baru adalah presidensial dengan bentuk pemerintahan Republik dan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi yang berlaku. Dalam periode masa Orde Baru, terjadi banyak perubahan- perubahan politik dan ekonomi. Perekonomian Indonesia berkembang pesat walaupun dibarengi dengan praktik korupsi yang merajalela. Melalui beberapa kebijakannya, politik dan ekonomi negara juga semakin kuat. Namun kondisi ini menurun ketika terjadi krisis moneter pada 1997. Krisis inilah yang membuat pemerintah kehilangan kepercayaan rakyat sehingga Soeharto sebagai presiden mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998 yang mengakhiri kekuasaan Orde Baru. 4. Penyebab jatuhnya Orde Baru Perekonomian Indonesia yang melaju pesat dan pembangunan infrastruktur yang merata untuk masyarakat di masa Orde Baru diikuti dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Hal ini menyebabkan kurangnya kepercayaan terhadap Presiden Soeharto dan memicu aksi demo mahasiswa dan masyarakat umum. Demonstrasi semakin gencar setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar di tanggal 4 Mei 1998. Terjadi juga Tragedi Trisakti yaitu tertembaknya empat mahasiswa di depan Universitas Trisakti yang semakin mendorong masyarakat menentang kebijakan pemerintah. Tahun 1997-1998 merupakan periode Orde Baru yang menjadi masa kelam bagi rakyat Indonesia. Perekonomian yang tadinya melesat langsung mengalami penurunan disusul dengan berakhirnya rezim Orde Baru. Setelah tiga dasawarsa lebih menjabat, Orde Baru ambruk akibat krisis ekonomi yang melanda sejak tahun 1997. Ditambah besarnya gelombang demonstrasi di berbagai daerah membuat Presiden Soeharto mundur pada 21 Mei 1998. B. Reformasi Indonesia (1998–sekarang) Era reformasi atau era pasca-Soeharto di Indonesia dimulai pada tahun 1998, tepatnya saat Kejatuhan Soeharto Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan oleh wakil presiden saat itu, B.J. Habibie. Periode ini didirikan oleh lingkungan sosial politik yang lebih terbuka. Proses reformasi menghasilkan tingkat kebebasan berbicara yang lebih tinggi, berbeda dengan penyensoran yang meluas saat Orde Baru. Akibatnya, debat politik menjadi lebih terbuka di media massa dan ekspresi seni makin meningkat. Peristiwa-peristiwa yang telah membentuk Indonesia dalam periode ini di antaranya serangkaian peristiwa terorisme (termasuk bom Bali 2002) serta gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004.
1. Penjarahan dan pembakaran di Jakarta, 14
Mei 1998. Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan semakin besarnya ketidakpuasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai gerakan mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia. Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang menyebabkan empat mahasiswa tertembak mati dan kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa pun meluas hampir di seluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya pada 21 Mei 1998. 2. Kepresidenan Habibie (1998–1999) Setelah pengunduran diri Soeharto, Wakil Presiden B.J. Habibie dilantik sebagai presiden dan melakukan berbagai reformasi politik. Pada Februari 1999, pemerintahan Habibie mengesahkan Undang- Undang Partai Politik yang mencabut pembatasan jumlah partai politik (parpol). Sebelumnya, pada masa Soeharto, hanya tiga parpol yang diperbolehkan. Parpol juga tidak diwajibkan berideologi Pancasila. Hal ini mengakibatkan partai politik bermunculan dan 48 di antaranya akan bersaing dalam pemilihan legislatif 1999. Pada Mei 1999, pemerintahan Habibie mengesahkan Undang- Undang Otonomi Daerah yang merupakan langkah pertama dalam desentralisasi pemerintahan Indonesia dan memungkinkan provinsi- provinsi untuk lebih berperan dalam mengatur daerahnya. Pers lebih dibebaskan pada pemerintahan Habibie, meskipun Kementerian Penerangan tetap dipertahankan. Tahanan politik seperti Sri Bintang Pamungkas, Muchtar Pakpahan, dan Xanana Gusmão juga dibebaskan atas perintah Habibie. Pada era Habibie juga dilangsungkan pemilihan umum legislatif 1999, yang merupakan pemilihan bebas pertama sejak pemilu legislatif 1955. Pemilu ini diawasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang independen, bukan komisi pemilihan yang diisi menteri-menteri pemerintah seperti yang terjadi pada masa Orde Baru. Habibie juga menyerukan referendum untuk menentukan masa depan Timor Timur. Tindakan ini mengejutkan banyak orang dan membuat marah beberapa orang. Pada tanggal 30 Agustus, penduduk Timor Timur memilih untuk merdeka. Lepasnya provinsi ini merugikan popularitas dan aliansi politik Habibie. 3. Kepresidenan Abdurrahman Wahid (1999–2001) Pada 1999, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Presiden Indonesia. Kabinet pertama, yang diberi nama Kabinet Persatuan Nasional, adalah kabinet koalisi yang mewakili beberapa partai politik: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Keadilan (PK). Perwakilan nonpartisan dan militer (TNI) juga ditempatkan dalam kabinet. Salah satu reformasi administrasi negara yang dilakukan Gus Dur adalah penghapusan Kementerian Penerangan, senjata utama Orde Baru untuk mengendalikan media, dan pembubaran Kementerian Kesejahteraan, yang telah menjadi korup pada masa Orde Baru.
4. Kepresidenan Megawati (2001–2004)
Pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, putri pendiri Indonesia sekaligus presiden pertama Sukarno, proses reformasi demokrasi yang dimulai pada periode Habibie dan Gus Dur terus berlanjut, meskipun berjalan lambat dan tidak menentu. Megawati mengumumkan susunan Kabinet Gotong Royong pada 10 Agustus 2001 untuk membantunya mengatur negara. Selama kabinet ini bertugas, Megawati tidak pernah melakukan perombakan kabinet dan hanya mengangkat beberapa pelaksana tugas karena beberapa menteri mengundurkan diri sehubungan dengan pencalonan mereka pada Pilpres 2004.Munculnya ikon oposisi terhadap rezim Suharto ke kursi kepresidenan pada awalnya disambut secara luas, tetapi segera terlihat bahwa kepresidenannya ditandai dengan ketidaktegasan, kurangnya arah ideologis yang jelas, dan “dikenal pasif dalam urusan kebijakan penting”.Sisi baik dari lambatnya kemajuan reformasi dan menghindari konfrontasi adalah bahwa Megawati menstabilkan proses demokratisasi secara keseluruhan dan hubungan antara legislatif, eksekutif, dan militer. Meskipun pada tahun 2004 ekonomi telah stabil dan cukup pulih dari krisis 1997, angka pengangguran dan kemiskinan tetap tinggi. Konstitusi Indonesia kemudian diamendemen agar presiden dipilih langsung oleh rakyat, dan Megawati mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua. Ia secara konsisten tertinggal dalam berbagai jajak pendapat. Sebagian penyebabnya adalah pemilih Muslim yang cenderung memilih kandidat laki-laki dan kinerja Megawati dipandang biasa-biasa saja selama menjabat sebagai presiden. Meski tampil lebih baik dari perkiraan pada putaran pertama pemilu presiden 2004, tetapi di putaran kedua ia dikalahkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan pada masa pemerintahan Megawati. 5. Kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono (2004– 2014) Pemilu Presiden Indonesia 2004 merupakan pemilu pertama yang memilih pasangan presiden dan wakil presiden secara langsung. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla memenangi pemilu setelah melewati dua putaran pemilihan. Pada 21 Oktober 2004, SBY mengumumkan susunan Kabinet Indonesia Bersatu. Dua bulan setelah SBY menjabat, gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 melanda Aceh dan negara-negara lain di sepanjang garis pantai Samudra Hindia. Tiga bulan kemudian, gempa susulan memicu tsunami di Pulau Nias. Pada tahun 2006, Gunung Merapi meletus dan disusul gempa bumi di Yogyakarta.Indonesia juga mengalami wabah flu burung dan semburan lumpur Sidoarjo. Pada tahun 2007, banjir besar melanda Jakarta. SBY mengizinkan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso membuka pintu air Manggarai dengan risiko membanjiri Istana Kepresidenan Pada 1 Oktober 2005, bom bunuh diri terjadi di pulau Bali. Kelompok Islam militan Jemaah Islamiyah diduga berada di balik serangan tersebut, meskipun penyelidikan polisi masih dilakukan. Kelompok tersebut juga bertanggung jawab atas bom Bali 2002. SBY mengutuk serangan itu serta berjanji untuk “memburu para pelakunya dan membawa mereka ke pengadilan”.Pada tahun 2005, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,6% yang kemudian menurun menjadi 5,5% pada tahun 2006.Inflasi mencapai 17,11% pada tahun 2005, tetapi menurun menjadi 6,6% pada tahun 2006.SBY juga mengalokasikan lebih banyak dana untuk mengurangi kemiskinan. Pada tahun 2004, 18 triliun rupiah dalam APBN dialokasikan untuk mengentaskan kemiskinan, yang meningkat menjadi 23 triliun pada tahun 2005 dan 51 triliun pada tahun 2006. Pada bulan Maret dan Oktober 2005, SBY membuat keputusan untuk memotong subsidi bahan bakar yang menyebabkan kenaikan harga bahan bakar.Masyarakat miskin diberi kompensasi dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT), tetapi pemotongan subsidi kemudian menurunkan popularitas SBY. Pada Mei 2008, kenaikan harga minyak turut mendorong keputusan SBY untuk sekali lagi memotong subsidi BBM, yang menjadi penyebab protes masyarakat pada Mei dan Juni 2008. Pada pemilu presiden 2009, SBY terpilih untuk masa jabatan kedua bersama Boediono, mantan Gubernur Bank Indonesia. Mereka mengalahkan dua kandidat: Megawati Soekarnoputri–Prabowo Subianto dan wakil presiden saat itu, Jusuf Kalla–Wiranto. Pasangan SBY–Boediono memenangkan pemilu dengan lebih dari 60% suara nasional pada putaran pertama. Mereka lalu mengumumkan susunan Kabinet Indonesia Bersatu II pada 21 Oktober 2009. Pada Oktober 2010, Gunung Merapi meletus, menewaskan 353 orang.Sementara itu, gempa bumi dan tsunami juga melanda Kepulauan Mentawai. 6. Kepresidenan Joko Widodo (2014–2024) Pada pemilu presiden 2014, Joko Widodo (Jokowi) bersama dengan Jusuf Kalla (yang kembali dicalonkan sebagai wakil presiden) mengalahkan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Jokowi adalah presiden pertama tanpa latar belakang politik atau militer yang tinggi.Dalam kampanye pemilu 2014, Jokowi berjanji akan meningkatkan pertumbuhan PDB hingga 7% dan mengakhiri kebijakan bagi-bagi kursi (memberikan jabatan pemerintahan pada koalisi politiknya), meski janji tersebut belum terpenuhi. Pada masa pemerintahannya, rupiah mencapai rekor terendah dalam 20 tahun terakhir.Pernyataan kontroversial yang diucapkan oleh mantan wakil gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan Muslim saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Sejumlah protes dilancarkan sebagai tanggapan atas ucapan Ahok oleh berbagai kelompok Islam pada November dan Desember 2016 di Jakarta.Belakangan, pemerintahan Jokowi melarang organisasi Hizbut Tahrir Indonesia. Ada kekhawatiran akan menurunnya kebebasan berekspresi selama periode ini, terbukti dengan penangkapan, penahanan, dan pemenjaraan banyak orang karena aktivitas media sosial mereka yang diartikan sebagai “penghinaan” kepada presiden.Beberapa bencana seperti gempa bumi (di Palu, Lombok, dan Banten) dan kabut asap akibat deforestasi di Kalimantan dan Sumatra terjadi selama periode pemerintahan Jokowi. Pengeboman terkait ISIS juga terjadi di Jakarta dan Surabaya. Pada Maret 2018, Badan Pusat Statistik melaporkan angka kemiskinan di Indonesia sebesar 9,82 persen, turun dari Maret 2017 yang sebesar 10,64 persen. Ini adalah pertama kali tingkat kemiskinan di Indonesia turun hingga di bawah dua digit. Sebelumnya, angka kemiskinan selalu di atas 10 persen, bahkan mencapai 23,4 persen pada 1999 pascakrisis 1997–1998. Pada 17 April 2019, Indonesia mengadakan pemilihan umum serentak. Untuk pertama kalinya, pemilihan dilakukan terhadap presiden dan wakil presiden, serta anggota DPR, DPD, dan DPRD secara bersamaan.Pemilu ini digambarkan sebagai “salah satu pemungutan suara satu hari paling rumit dalam sejarah global”.[40] Jokowi dan calon wakil presiden Ma’ruf Amin mengalahkan Prabowo dan pasangannya, Sandiaga Uno. Pemilu ini diikuti oleh protes dan kerusuhan di bulan Mei yang mengakibatkan setidaknya delapan pengunjuk rasa tewas.Pada 16 Agustus 2019, empat puluh tiga pelajar Papua di Surabaya, Jawa Timur ditangkap oleh polisi setelah adanya laporan bahwa bendera Indonesia dirusak di luar gedung tempat mereka tinggal,yang menyebabkan protes di Papua dan bagian lain Indonesia. Serangkaian demonstrasi massa yang dipimpin oleh mahasiswa terjadi di kota-kota besar Indonesia pada September 2019 untuk memprotes undang-undang baru yang mengurangi kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) serta beberapa RUU lainnya.Protes tersebut kemudian berkembang menjadi gerakan mahasiswa terbesar di Indonesia sejak demonstrasi tahun 1998 yang menjatuhkan rezim Suharto. Penyakit koronavirus 2019 (COVID-19), yang sedang berlangsung di seluruh dunia, pertama kali dikonfirmasi menyebar ke Indonesia pada 2 Maret 2020. Hingga 5 November 2020, virus ini telah mengakibatkan lebih dari 14.000 kematian di Indonesia.Pada akhir 2020, pandemi menyebabkan perekonomian jatuh ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam 22 tahun. Pada Oktober 2020, sejumlah protes meluas di seluruh Indonesia setelah DPR mengesahkan Undang-Undang Cipta Kerja yang kontroversial. C. Sejarah perkembangan korupsi dan perilaku koruptif di Indonesia dari era orde lama sampai sekarang Korupsi di Indonesia sudah menjadi masalah sejak zaman kerajaan dan terus berlanjut hingga sekarang,Berikut adalah sejarah perkembangan korupsi dan perilaku koruptif di Indonesia dari era orde lama sampai sekarang: 1. Era orde lama Meskipun Indonesia baru merdeka, masalah korupsi sudah ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia di era Orde Lama. Beberapa kasus korupsi terjadi pada masa itu, seperti pada 11 April 1960, di mana 14 pegawai negeri terbukti melakukan korupsi 2. Era Orde Baru Pada masa pemerintahan Orde Baru, korupsi di Indonesia sudah sampai pada tahap membudaya.Pola pemerintahan Orde Baru yang melindungi koruptor dapat dipahami dengan jelas melalui pendekatan ekonomi politik korupsi Pada pidato kenegaraan, Pj Soeharto di depan anggota DPR/MPR menjelang hari kemerdekaan RI tanggal 16 Agustus 1967, menyalahkan rezim Orde Lama yang tidak mampu melakukan korupsi sehingga segala kebijakan ekonomi dan politik berpusat di Istana. Pidato itu memberi isyarat bahwa Soeharto bertekad untuk membasmi korupsi sampai ke akar-akarnya. Wujud dari tekad itu tak lama kemudian dibentuklah Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) yang diketuai Jaksa Agung 3. Era reformasi Pada masa Reformasi, dibentuklah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang terbukti mampu membawa koruptor ke pengadilan Namun, upaya pemberantasan korupsi di Indonesia masih jauh dari memuaskan. Sejak berdirinya KPK, lembaga ini telah berhasil menangani banyak kasus korupsi, termasuk kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi negara.Namun, KPK juga mengalami banyak hambatan, seperti upaya kewenangan dan pengaruh politik 4. Saat ini Korupsi masih menjadi masalah serius di Indonesia. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memberantas korupsi, namun hasilnya masih jauh dari memuaskan.Kegiatan korupsi yang sudah ada sejak zaman kerajaan membuat korupsi di Indonesia juga disebut sebagai warisan budaya, jika hal ini terjadi terus menerus maka akan sangat sulit bagi Indonesia untuk bisa lepas dari praktik-praktik korupsi karena sudah dianggap sebagai hal yang sudah biasa dan wajar terutama dalam politik dunia Dapat disimpulkan bahwa korupsi di Indonesia sudah menjadi masalah sejak zaman kerajaan dan terus berlanjut hingga sekarang. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memberantas korupsi, namun hasilnya masih jauh dari memuaskan. D.Urgensi nilai- nilai pancasila dan integritas dalam kajian Sejarah Pancasila dan integritas memiliki urgensi yang sangat penting dalam kajian sejarah Indonesia. Berikut adalah beberapa alasan mengapa nilai-nilai Pancasila dan keutuhan sangat penting dalam kajian sejarah: 1. Mempertahankan keberagaman dan kesatuan bangsa Pancasila mengakui keberagaman sosial, budaya, dan agama di Indonesia. Konsep ini menekankan pentingnya menghargai perbedaan dan mempertahankan persatuan bangsa Dalam sejarah Indonesia, Pancasila telah menjadi dasar negara yang mempersatukan bangsa Indonesia yang memiliki banyak perbedaan dan keragaman 2. Membangun pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi Integritas merupakan nilai yang sangat penting dalam membangun pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi. Konsep Zona Integritas diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia sebagai upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, bebas korupsi, efektif, dan pelayanan publik yang prima Dalam sejarah Indonesia, korupsi telah menjadi masalah yang merajalela dan menjadi penghambat pembangunan nasional,Oleh karena itu, integritas sangat penting dalam membangun pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi. 3. Meningkatkan kualitas kepemimpinan Pancasila dan keutuhan juga sangat penting dalam meningkatkan kualitas kepemimpinan di Indonesia. Seorang pemimpin yang bermoral dan berintegritas Pancasila akan mampu memimpin dengan baik dan memberikan manfaat bagi rakyat. Dalam sejarah Indonesia, pemimpin yang bermoral dan berintegritas Pancasila telah mampu memimpin bangsa Indonesia menuju kemajuan dan kesejahteraan. Dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai Pancasila dan integritas memiliki urgensi yang sangat penting dalam kajian sejarah Indonesia. Pancasila dan integritas dapat membantu mempertahankan keberagaman dan kesatuan bangsa, membangun pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, serta meningkatkan kualitas kepemimpinan di Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila dan integritas harus terus diterapkan dan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai tujuan pembangunan nasional yang lebih baik.