Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Orde Baru merupakan sebuah era yang merupakan kelanjutan dari Orde Lama yang

telah berakhir. Orde Baru juga merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk

memisahkan antara kekuasaan masa Soekarno (Orde Lama) dengan masa Soeharto.

Sebagai masa yang menandai sebuah masa baru setelah pemberontakan PKI tahun 1965.

Salah satu penyebab berakhirnya masa pemerintahan orde lama adalah meletusnya

Gerakan 30 September/PKI. Gerakan tersebut mendapat reaksi dari masyarakat luas dan

mengutuk pembunuhan besar-besaran yang telah dilancarkan PKI.

Selain itu, ketidak tegasan pemerintahan Soekarno dalam menangani partai berlandas

ideologi komunis tersebut, menyebabkan merosotnya legitimasi kekuasaan pemerintah.

Melalui Surat Perintah Sebelas Maret 1966 dan kemudian dikukuhkan dalam TAP

MPRS No.XXXIII/1967, kekuasaan akhirnya beralih dari tangan pemerintah Soekarno

sebagai penguasa Orde Lama ke pemerintahan Soeharto sebagai pemegang rezim Orde

Baru. Orde Baru kemudian menandai sebuah era pemerintahan baru di Indonesia pasca

pemberontakan PKI tahun 1965. Orde ini memiliki tekad dan komitmen yang sangat kuat

untuk menegakkan pemerintahan RI atas dasar Pancasila dan UUD 1945 secara murni

dan konsekuen.

Lahirnya Orde Baru ditandai Tri Tuntutan Rakyat atau Tritura yang terdiri dari tiga

tuntutan, yakni pembubaran PKI, perombakan Kabinet Dwikora, dan penurunan harga.

Akan tetapi sikap Presiden Soekarno bertolak belakang dengan aksi-aksi mereka. Hingga

terjadi peristiwa G30S/PKI yang membuat rakyat Indonesia menurunkan

kepercayaannya terhadap pemerintahan Soekarno.

1
Peristiwa G30S/PKI adalah salah satu penyebab menurunnya kredibilitas Soekarno.

Hal itu membuatnya mengeluarkan Surat Perintah kepada Letjen Soeharto yang disebut

Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar). Supersemar menjadi titik awal

berkembangnya kekuasaan Orde Baru. Dalam Surat Perintah tersebut Soekarno

menunjuk Soeharto untuk melakukan segala tindakan demi keamanan, ketenangan, dan

stabilitas politik.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana proses lahirnya Orde Baru?

2) Bagaimana Orde Baru menjalankan pemerintahannya?

3) Bagaimana keadaan masyarakat selama Orde Baru dalam berbagai bidang?

4) Apa latar belakang dan penyebab jatuhnya Orde Baru

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah

1) Menjelaskan kepada pembaca proses lahirnya Orde Baru

2) Memaparkan langkah-langkah yang diambil pemerintah Orde Baru

dalammembangun bangsa kepada pembaca

3) Menyampaikan kepada pembaca tentang keadaan masyarakat selama OrdeBaru

dalam berbagai bidang

4) Menjelaskan latar belakang dan penyebab jatuhnya Orde Barukepada pembaca

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MASA TRANSISI

2.1.1 Latar belakang Masa Orde Baru

Lahirnya era Orde Baru dilatar belakangi oleh runtuhnya Orde Lama. Tepatnya pada

saat runtuhnya kekuasaan Soekarno yang lalu digantikan olehSoeharto.

Orde Baru lahir sebagai rezim yang ingin mengoreksi penyelewengan tehadap Pancasila

sebagai dasar negara dan UUD 1945 selama masa Orde Lama. Koreksi ini penting,

karena segala bentuk penyelewengan tersebut telah menyebabkan kemunduran di

berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Salah satu penyebab yang

melatar belakangi runtuhnya Orde Lama dan lahirnya Orde Baru adalah keadaan

keamanan dalam negara yang tidak kondusif pada masa Orde Lama. Terlebih lagi karena

adanya peristiwa pemberontakan G 30 S/PKI. Hal ini menyebabkan presiden Soekarno

memberikan mandat kepada Soeharto untuk melaksanakan kegiatan pengamanan di

Indonesia melalui Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar.

2.1.2 Jatuhnya Orde Baru

Di balik kesuksesan pembangunan di depan, Orde Baru menyimpan beberapa

kelemahan. Selama masa pemerintahan Soeharto, praktik korupsi,kolusi, dan nepotisme

(KKN) tumbuh subur. Kasus-kasus korupsi tidak pernah mendapat penyelesaian hukum

secara adil.

Pembangunan Indonesia berorientasi pada pertumbuhan ekonomi sehingga

menyebabkan ketidak adilan dan kesenjangan sosial. Bahkan, antara pusat dan daerah

3
terjadi kesenjangan pembangunan karena sebagian besar kekayaan daerah disedot ke

pusat.Akhirnya, muncul rasa tidak puas di berbagai daerah, seperti di Aceh dan Papua.

Di luar Jawa terjadi kecemburuan sosial antara penduduk lokal dengan pendatang

(transmigran) yang memperoleh tunjangan pemerintah. Penghasilan yang tidak merata

semakin memperparah kesenjangan sosial.

Pemerintah mengedepankan pendekatan keamanan dalam bidang sosial dan

politik.Pemerintah melarang kritik dan demonstrasi. Oposisi diharamkan rezim Orde

Baru. Kebebasan pers dibatasi dan diwarnai pemberedelan koran maupun majalah. Untuk

menjaga keamanan atau mengatasi kelompok separatis,

Pemerintah memakai kekerasan bersenjata. Misalnya, program ”Penembakan

Misterius” (Petrus) atau Daerah Operasi Militer (DOM). Kelemahan tersebut mencapai

puncak pada tahun 1997 – 1998. Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru

adalah adanya krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun1997 kondisi ekonomi Indonesia

terus memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus

memburuk. KKN semakin merajalela, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat.

Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya

kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama

kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total.

Demonstrasi besar-besaran dilakukan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat

itu terjadi peristiwa Trisakti, yaitu meninggalnya empat mahasiswa Universitas

Trisaysakti akibat bentrok dengan aparat keamanan. Empat mahasiswa tersebut adalah

Elang Mulya Lesmana, Hery Hariyanto, Hendriawan, dan Hafidhin Royan. Keempat

mahasiswa yang gugur tersebut kemudian diberi gelar sebagai “Pahlawan Reformasi”.

Menanggapi aksi reformasi tersebut, Presiden Soeharto berjanji akan mereshuffle

Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet revormasi.

4
2.1.3 Tujuan Masa Orde Baru

Orde Baru menggantikan Orde Lama dengan semangat, kesadaran, dan tekad yang

baru pula.Tujuan Orde Baru pernah dikemukakan oleh Presiden Soeharto di hadapan

Sidang Pleno DPR-GR pada awal kekuasaannya. "Mempertahankan, memurnikan wujud

dan memurnikan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 itulah fungsi dan tujuan Orde

Baru." Dengan kata lain, tujuan Orde Baru adalah menerapkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.

Tujuan tersebut berkaitan erat dengan komunisme, yang dianggap sebagai akar

permasalahan kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa Orde Lama. Oleh karena

itu, Orde Baru ingin melakukan koreksi total terhadap segala macam penyimpangan di

masa Orde Lama dan mengembalikan kemurnian cita-cita kemerdekaan. Orde Baru

menghendaki suatu tatanan politik, ekonomi, dan kultural yang berlandaskan Pancasila

dan UUD 1945.

Dalam kesempatan lain, Presiden Soeharto menegaskan bahwa, "Orde Baru lahir

dengan tekad yang dalam untuk meluruskan kembali sejarah perjalanan bangsa dan

negara kita, berlandaskan pada falsafah dan moral Pancasila serta melalui jalan yang

selurus-lurusnya seperti yang ditunjukkan oleh UUD 1945."

Presiden Soeharto berasumsi jika Pancasila dan UUD 1945 diterapkan secara murni

dan konsekuen, akan mendorong terciptanya stabilitas nasional sehingga pembangunan

nasional dapat berjalan sukses.

2.1.4 Aksi-Aksi Tritura

Tri Tuntutan Rakyat (disingkat Tritura) adalah 3 tuntutan kepada pemerintah yang

diserukan para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa

5
Indonesia (KAMI). Selanjutnya diikuti oleh kesatuan-kesatuan aksi yang lainnya seperti

Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia

(KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia

(KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia

(KAGI), serta didukung penuh oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Ketika gelombang demonstrasi menuntut pembubaran Partai Komunis

Indonesia (PKI) semakin keras, pemerintah tidak segera mengambil tindakan. Keadaan

negara Indonesia sudah sangat parah, baik dari segi ekonomi maupun politik. Harga

barang naik sangat tinggi terutama bahan bakar minyak (BBM). Oleh karenanya, pada

tanggal 12 Januari 1966, KAMI dan KAPPI memelopori kesatuan aksi yang tergabung

dalam Front Pancasila mendatangi DPR-GR menuntut Tritura. Isi Tritura adalah:

• Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya

• Perombakan kabinet Dwikora

• Turunkan harga pangan

Tuntutan I dan II sebelumnya sudah pernah diserukan oleh KAP-Gestapu (Kesatuan

Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September). Sedangkan tuntutan III baru diserukan

saat itu. Tuntutan III sangat menyentuh kepentingan orang banyak.

Pada tanggal 21 Februari 1966 Presiden Soekarno mengumumkan perombakan

kabinet. Dalam kabinet itu duduk para simpatisan PKI. Kenyataan ini menyulut kembali

mahasiswa meningkatkan aksi demonstrasinya. Tanggal 24 Februari 1966 mahasiswa

memboikot pelantikan menteri-menteri baru. Dalam insiden yang terjadi

dengan Resimen Tjakrabirawa, Pasukan Pengawal Presiden Soekarno, seorang

mahasiswa bernama Arif Rahman Hakim tewas tertembak. Pada tanggal 25 Februari

1966, KAMI dibubarkan, namun hal itu tidak mengurangi gerakan-gerakan mahasiswa

untuk melanjutkan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).

6
Rentetan demonstrasi yang terjadi menyuarakan Tritura akhirnya diikuti

keluarnya Surat Perintah 11 Maret (dikenal dengan nama "Supersemar") oleh Presiden

Soekarno yang memerintahkan kepada Mayor Jenderal Soeharto selaku panglima

Angkatan Darat untuk mengambil tindakan yang perlu untuk memulihkan keamanan dan

ketertiban.

2.1.5 Supersemar

Surat Perintah Sebelas Maret, yang biasa disebut dengan singkatan Supersemar,

adalah sebuah dokumen yang ditandatangani oleh Presiden Indonesia Soekarno pada

tanggal 11 Maret 1966, yang memberikan wewenang kepada Panglima Angkatan

Darat Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan apa pun yang "dianggap

perlu" untuk memulihkan ketertiban pada situasi yang kacau selama pembantaian di

Indonesia 1965–1966. Singkatan "Supersemar" juga merupakan plesetan dari

nama Semar, tokoh mistik dan sakti yang sering muncul dalam mitologi Jawa, termasuk

dalam pertunjukan wayang. Pemanggilan Semar mungkin dimaksudkan untuk membantu

memanfaatkan mitologi Jawa untuk memberikan dukungan terhadap legitimasi Soeharto

selama periode transisi kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto. Akibatnya, Supersemar

kemudian dilihat sebagai instrumen kunci pengalihan kekuasaan eksekutif dari Soekarno

ke Soeharto.

Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dalam Sidang Umumnya pada

tahun 1966 kemudian mengangkat Supersemar menjadi resolusi semi-konstitusional yang

tidak dapat dibatalkan oleh Soekarno. Resolusi ini secara eksplisit menyatakan bahwa

Supersemar tidak lagi memiliki kekuatan hukum setelah "terbentuknya Majelis

Permusyawaratan Rakyat hasil pemilihan umum." Pemilihan umum diadakan pada tahun

1971 dan para anggotanya diambil sumpahnya pada tanggal 28 Oktober 1971.

7
Pada tanggal 30 September 1965, sebuah kelompok yang menamakan diri

mereka Gerakan 30 September membunuh enam jenderal senior dan satu

perwira Angkatan Darat, mengambil alih kendali sementara atas beberapa bagian dari

pusat kota Jakarta, dan mengeluarkan sejumlah keputusan atas Radio Republik Indonesia.

Soeharto dan sekutu-sekutunya mengalahkan gerakan tersebut dan dalam proses yang

agak berlarut-larut yang berlangsung selama enam bulan atau lebih, posisi resmi

Soekarno sebagai presiden negara ini perlahan-lahan tapi pasti surut.

Selama beberapa bulan berikutnya, Soeharto dan angkatan bersenjata mengambil

inisiatif. Angkatan bersenjata menuduh saingan lamanya, Partai Komunis

Indonesia (PKI), berada di balik "upaya kudeta" dan pembersihan anti-Komunis pun

terjadi.

Selama rapat kabinet (yang tidak dihadiri oleh Soeharto) pada tanggal 11 Maret 1966,

ketika demonstrasi mahasiswa yang dilindungi oleh tentara berlangsung di Jakarta,

pasukan tanpa lencana mengepung istana kepresidenan di mana rapat tersebut diadakan.

Belakangan diketahui bahwa mereka adalah pasukan khusus Angkatan Darat. Soekarno

disarankan untuk meninggalkan pertemuan tersebut dan ia melakukannya, terbang ke

istana kepresidenan di Bogor, 60 km sebelah selatan Jakarta, dengan menggunakan

helikopter.

Sore harinya, tiga jenderal Angkatan Darat, Mayor Jenderal Basuki Rahmat, Menteri

Veteran dan Demobilisasi, Brigadir Jenderal M. Jusuf, Menteri Perindustrian Dasar dan

Brigadir Jenderal Amir Machmud, Komandan Komando Daerah Militer ke-5,

mengunjungi Soekarno (yang ditemani oleh Wakil Perdana Menteri Johannes

Leimena, Chaerul Saleh, dan Soebandrio) dan kembali dengan membawa Supersemar

yang telah ditandatangani, yang kemudian mereka serahkan kepada Soeharto. Keesokan

8
harinya, Soeharto menggunakan kekuasaan yang diberikan kepadanya untuk melarang

PKI dan, pada tanggal 18 Maret, lima belas menteri loyalis Soekarno ditangkap.

Soeharto mengubah komposisi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)

dan setahun kemudian, pada bulan Maret 1967, MPRS memutuskan untuk mencopot

kekuasaan Soekarno dan menunjuk Soeharto sebagai pelaksana tugas presiden. Pada

tahun 1968, MPRS menghapus kata 'pelaksana tugas' dan lebih dari dua tahun setelah

peristiwa September 1965, Soeharto menjadi presiden Indonesia. Proses peralihan jabatan

presiden dari Soekarno ke Soeharto memakan waktu lebih dari dua tahun. Suharto tetap

berkuasa sebagai presiden hingga ia mengundurkan diri selama krisis politik di

Indonesia pada Mei 1998.

2.1.6 Dualisme Kepemimpinan Nasional

Di awal 1966, kondisi politik bergejolak. Soekarno diprotes keras karena G30S dan

perekonomian yang memburuk. Puncaknya, pada 11 Maret 1966. Demonstrasi mahasiswa

secara besar-besaran terjadi di depan Istana Negara. Demonstrasi ini didukung tentara.

Menteri/Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Soeharto pun meminta agar

Soekarno memberikan surat perintah untuk mengatasi konflik apabila diberi kepercayaan.

Maka, pada 11 Maret 1996 sore di Istana Bogor, Soekarno menandatangani surat

perintah untuk mengatasi keadaan. Surat itu dikenal sebagai Supersemar. Isinya,

Soekarno memerintahkan Soeharto untuk:

 Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan

ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya Revolusi, serta

menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima

Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS, demi untuk keutuhan Bangsa

9
dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran

Pemimpin Besar Revolusi.

 Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima Angkatan

Lain dengan sebaik-baiknya.

Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan tanggung

jawabnya seperti tersebut di atas.

2.2 MASA ORDE BARU

2.2.1 Aspek Politik

Melihat situasi politik yang kian memanas, DPR-GR berpendapat perlu dilakukan

penyelesaian politik secara konstitusional. Atas anjuran berbagai pihak, presiden

Soekarno memutuskan untuk menyerahkan kekuasaan kepada Jenderal Soeharto, yang

dilakukan sebagai upaya mengakhiri konflik politik dalam negeri. Usaha yang dilakukan

untuk menata kehidupan politik antara lain :

a) Pembentukan kabinet Pembangunan

b) Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai politik

c) Pendirian ASEAN (Association of South-East Asian Nations

d) Mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) di Irian

Barat dengandisaksikan oleh wakil PBB pada tanggal 2

Agustus 1969.

2.2.2 Peristiwa 15 januari 1974

Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri Jepang, Tanaka Kakuei sedang berkunjung

ke Jakarta (14–17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya

dengan berdemonstrasi di Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma. Karena

10
dijaga ketat, rombongan mahasiswa tidak berhasil untuk menerobos masuk pangkalan

udara. Pada 17 Januari 1974 pukul delapan pagi, PM Jepang itu berangkat dari Istana

tidak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina

Graha ke pangkalan udara.

Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P.

Pronk dijadikan momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan

PM Jepang, Januari 1974, disertai demonstrasi dan kerusuhan.

Usai terjadi demonstrasi yang disertai kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan yang

menyebabkan Jakarta berasap. Soeharto

memberhentikan Soemitro sebagai Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan

dan Ketertiban dan langsung mengambil alih jabatan itu. Jabatan Asisten Pribadi

Presiden dibubarkan. Kepala BIN, Sutopo Juwono digantikan oleh Yoga Sugama.

Dalam peristiwa Malari, Jenderal Ali Moertopo menuduh eks PSI dan eks Masyumi atau

ekstrem kanan adalah dalang peristiwa tersebut. Namun, setelah para tokoh peristiwa

Malari seperti Sjahrir dan Hariman Siregar diadili, tidak bisa dibuktikan bahwa ada

sedikit pun fakta dan tak ada seorang pun tokoh eks Masyumi yang terlibat di situ.

Belakangan, pernyataan muncul dari Jenderal Soemitro (almarhum) dalam buku Heru

Cahyono, Pangkopkamtib Jenderal Soemitro dan Peristiwa Malari bahwa ada

kemungkinan kalau justru malahan Ali Moertopo sendiri dengan CSIS-nya yang

mendalangi peristiwa Malari.

2.2.3 Stabilisasi Penyerangan

Masa Orde Baru melakukan penyeragaman ideologis melalui ideologi Pancasila atau

disebut dengan praktik depolitisasi yaitu penghapusan atau penghilangan partai politik.

Ide terkait penyeragaman ideologis ini dikemukakan Presiden Soeharto pada tanggal 19

11
Desember 1974 bertepatan dengan acara Hari Ulang Tahun ke-25 Universitas Gadjah

Mada di Yogyakarta. Ide penyeragaman ini kemudian lebih dijelaskan oleh Prseiden

Soeharto dalam pidatonya menjelang pembukaan Kongres Nasional Pramuka pada 12

Agustus 1976, di Jakarta. Presiden Soeharto mencetuskan konsep Eka Prasetia

Pancakarsa kepada seluruh rakyat untuk mewujudkan penyeragaman ideologis melalui

ideologi Pancasila.

Eka Prasetia Pancakarsa diwujudkan melalui penyusunan Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila (P4) yang dipandang sebagai janji yang teguh, kuat, konsisten, dan

tulus untuk mewujudkan lima cita-cita yaitu:

1) takwa kepada Tuhan YME dan menghargai agama dan kepercayaan orang lain

2) mencintai sesama manusia dan tidak bersikap sewenang-wenang terhadap orang lain

3) mencintai tanah air dan menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi

atau golongan

4) demokratis dan patuh pada putusan rakyat yang sah

5) suka menolong orang lain

Rancangan P4 kemudian disahkan pada tanggal 21 Maret 1978 menjadi Tap MPR

No.II/MPR/1978.Kemudian dibentuklah komisi Penasehat Presiden mengenai P4 yang

dipimpin oleh Dr. Roeslan Abdulgani oleh pemerintah dan Badan Pembinaan Pendidikan

Pelaksana P4 (BP7) yang berkedudukan di Jakarta sebagai badan pelaksananya. Tugas

dari BP7 adalah untuk mengawasi pelaksanaan program penataran P4 yang dilaksanakan

baik secara nasional maupun regional.

Penataran P4 ini merupakan salah satu bentuk penyeragaman di bidang ideologi yang

dilakukan pemerintah agar seluruh rakyat Indonesia memiliki pemahaman yang sama

mengenai Demokrasi Pancasila, sehingga diharapkan akan terbentuk dan terpeliharanya

12
persatuan dan kesatuan nasional.

2.2.4 Aspek Pertahanan dan Keamanan

Guna menciptakan stabilitas politik maka pemerintah menempatkan peran ganda

bagi ABRI yaitu sebagai peran hankam dan sosial. Sehingga peran ABRI dikenal dengan

Dwifungsi ABRI. Peran ini dilandasi dengan adanya pemikiran bahwa TNI adalah tentara

pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan TNI dan Polri dalam pemerintahan adalah sama

di lembaga MPR/DPR dan DPRD mereka mendapat jatah kursi dengan pengangkatan.

Pertimbangan pengangkatannya didasarkan pada fungsi stabilisator dan dinamisator.

Peran dan kedudukan ABRI semacam tidak hanya mengukuhkan kekuatan pengaruh

ABRI dalam penyelenggaraan Negara, tetapi juga mengamankan kekuasaan Orde Baru

itu sendiri. Tentara selama masa Orde Baru adalah sebagai alat kekuasaan bagi

pemerintah Orde Baru.

2.2.5 Ekonomi

Untuk menanggulangi keadaan ekonomi yang kacau sebagai peninggalan masa

Demokrasi Terpimpin, pemerintah menempuh cara:

a) Mengeluarkan Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang

Pembaruan Kebijakan ekonomi, keuangan dan pembangunan.

b) MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program

penyelamatan, program stabilitas dan rehabilitasi, serta program

pembangunan. Langkah-langkah yang diambil Kabinet AMPERA

mengacu pada TapMPRS tersebut adalah sebagai berikut:

o Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor

yang menyebabkan kemacetan.

13
o Debirokratisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian.

o Berorientasi pada kepentingan produsen kecil. Untuk

melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut maka

ditempuh cara:

1. engadakan operasi pajak

2. Cara pemungutan pajak baru bagi pendapatan

perorangan dan kekayaan dengan menghitung pajak

sendiri dan menghitung pajak orang

2.3 AKHIR MASA ORDE BARU

2.3.1 Penyebab Jatuhnya Orde Baru

Perekonomian Indonesia yang melaju pesat dan pembangunan infrastruktur yang

merata untuk masyarakat di masa Orde Baru diikuti dengan praktik korupsi, kolusi, dan

nepotisme.

Hal ini menyebabkan kurangnya kepercayaan terhadap Presiden Soeharto dan

memicu aksi demo mahasiswa dan masyarakat umum. Demonstrasi semakin gencar

setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar di tanggal 4 Mei 1998.

Terjadi juga Tragedi Trisakti yaitu tertembaknya empat mahasiswa di depan

Universitas Trisakti yang semakin mendorong masyarakat menentang kebijakan

pemerintah. Tahun 1997-1998 merupakan periode Orde Baru yang menjadi masa kelam

bagi rakyat Indonesia. Perekonomian yang tadinya melesat langsung mengalami

penurunan disusul dengan berakhirnya rezim Orde Baru.

Setelah tiga dasawarsa lebih menjabat, Orde Baru ambruk akibat krisis ekonomi

yang melanda sejak tahun 1997. Ditambah besarnya gelombang demonstrasi di berbagai

daerah membuat Presiden Soeharto mundur pada 21 Mei 1998.

14
2.3.2 Dampak Berakhirnya Masa Orde Baru

DAMPAK POSITIF

· Pemerintah mampu membangun pondasi yang kuat bagi kekuasaan lembaga

kepresidenan yang membuat semakin kuatnya peran Negara dalam masyarakat.

· Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan pemerintah

terencana dengan baik dan hasilnya dapat dilihat secara nyata.

· Indonesia mengubah status dari Negara pengimpor beras terbesar menjadi bangsa yang

memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras).

· Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan rakyat.

· Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar yang semakin

meningkat.

DAMPAK NEGATIF

· Terbentuk pemerintahan orde baru yang bersifat otoriter, dominatif, dan sentralis.

· Otoritanisme merambah segenap aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan

bernegara termasuk kehidupan politik yang sangat merugikan rakyat.

· Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk melanggengkan

sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilihan presiden melalui MPR

Suharto selalu terpilih.

· Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)

sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak mengenal rakyat dan

daerah yang diwakilinya.

· Kebijakan politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan cenderung KKN.

15
2.3.3 Integritas Timor-Timur

Runtuhnya kekuasaan Portugis atas Timor Timur terjadi sekitar tahun 1974 kerena

berkembangnya Revolusi Bunga atau Revolusi Anyelir. Dalam buku Hari-Hari Terakhir

Timor Timur : Sebuah Kesaksian (2003) karya Zacky Anwar dkk, Revolusi Bunga

merubah rezim Portugal dari kediktatoran otoriter menjadi demokrasi praktis. Revolusi

Bunga juga berdampak pada Timor Timur sebagai daerah jajahan.

Pada Mei 1974, pemerintahan baru di Portugal memberikan izin pendirian partai

politik untuk menentukan masa depan bangsa Timor Timur melalui referendum yang

akan dilaksanakan pada 13 Maret 1975. Referendum tersebut meliputi 3 pilihan, yakni:

•Menjadi daerah otonom dalam federasi Portugis

•Menjadi negara bebas dan merdeka

•Menjadi bagian dari Indonesia

Muncul tiga partai politik di Timor Timur dengan pandangan politik yang

berlawanan yakni, UDT, Fretilin dan Apodeti. Persaingan antara tiga partai tersebut

menjadikan konflik yang berkepanjangan dan mengharuskan masyarakat sipil

mengungsi ke wilayah Indonesia.

Dalam buku Sejarah Kecil ‘Petite Histoire’ Indonesia (2004) karya Rosihan Anwar,

disebutkan bahwa Ali Moertopo memimpin pasukan dalam Operasi Komodo yang

bertujuan untuk integrasi Timor Timur ke Indonesia.

Operasi Komodo merupakan misi intelijen yang dilakukan oleh perwira perwira

TNI. Pasca Operasi Komodo, Indonesia kembali melancarkan Operasi Seroja pada

Desember 1975.

Amerika Serikat turut mengambil peran dalam operasi-operasi keamanan yang

dilakukan Indonesia di Timor Timur. Hal tersebut dikarenakan Amerika Serikat tidak

16
ingin Timor Timur jatuh kedalam pengaruh Komunis.

Proses integrasi Timor Timur ke dalam wilayah Indonesia secara resmi disahkan

melalui UU no 7 tahun 1976 tentang penyatuan ke dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I di Timor Timur.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan Orde

Baru, terutama terletak pada ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum. Pemerintah

Orde Baru yang di pimpin oleh Presiden Soeharto selama 32 tahun , ternyata tidak konsisten

dan konsekuen terhadap tekan awal munculnya Orde Baru. Tekad awal Orde Baru pada awal

kemunculannya pada tahun 1966 adalah akan melaksanakan Pancasila & UUD 1945 secara

murni dan konsekuen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Setelah Orde Baru memegang tampuk kekuasaan dan mengendalikan pemerintahan

maka muncul suatu keinginan untuk terus menerus mempertahankan kekuasaannya atau

status QUO. Hal ini menimbulkan akses – akses negatif, yaitu semakin jauh dari tekad awal

Orde Baru tersebut.Akhirnya berbagai macam penyelewengan dilakukan, penyimpangan dari

nilai – nilai pancasila & ketentuan – ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak

dilakukan oleh pemerintah Orde Baru.

Pelaksanaan pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banya ketidakadilan.

Misalnya, kekuasaan kehakiman yanga di nyatakan pada pasal 24 UUD 1945 bahwa

kehakiman memiliki kekusaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah

( eksekutif ).

Sejak munculnya Gerakan Reformasi yang di motori oleh kalangan mahasiswa

masalah hukum juga menjadi salah satu tuntutannya. Masyarakat menghendaki adanya

reformasi di bidang hukum agar dapat mendudukan masalah – masalah hukum pada

kedudukan atau posisi yang sebenarnya. Reformasi hukum hendaknya di percepat untuk di

lakukan, karena merupakan suatu tuntutan agar siap menyongsong era ketertiban ekonomi

18
dan globalisasi.

Mahasiswa sebagai moral force telah memerankan diri dalam kehidupan bangsa dan

negara sesuai kurun waktunya. Peran mahasiswa dalam reformasi telah ditunjukkan sebagai

pelopor untuk melakukan perubahan dan pembaharuan dalam konteks sistem ketatanegaraan

Indonesia.

Keberhasilan mahasiswa dalam mencetuskan reformasi seyogyanya tidak menjadikan

mahasiswa tinggi hati. Reformasi pada hakekatnya belum sepenuhnya mencapai harapan,

karena masih banyak yang memerlukan pelurusan, perbaikan, dan akselerasi. Oleh karena itu,

peran mahasiswa masih diharapkan sebagai pengawal dan pengontrol reformasi.

Di samping itu, diperlukan partisipasi aktif dan proaktif mahasiswa dalam berbagai

peran sosial untuk mengatasi persoalan bangsa dengan memanfaatkan kemampuan

intelektualnya dan semangat kepemudaannya yang diiringi dengan kekuatan moral. Semangat

kebangsaan para generasi muda calon penerus kepemimpinan bangsa harus selalu dipupuk

dan ditumbuh kembangkan.

3.2 SARAN

Gerakan reformasi di Indonesia yang terjadi pada tahun 1998 telah membawa

berbagai dampak bagi bangsa Indonesia. Walaupun sudah terjadi dua belas tahun silam,

dampak tersebut masih kita rasakan sampai saat ini, baik dampak positif maupun dampak

negatifnya. Dibawah ini akan diulas sedikit tentang dampak-dampak tersebut.

Ada berbagai dampak negatif dari reformasi 1998.Pertama, iklim politik yang

semrawut karena banyak yang menyalah artikan makna dari demokrasi.

Kedua, kebebasan dalam menyampaikan pendapat semakin tidak beretika. Ketiga,

banyak demonnstrasi yang harusnya sebagai sarana menyampaikan aspirasi, justru malah

19
mengganggu kenyamanan masyarakat. Keempat , meningkatnya kerusuhan di

masyarakat. Itu semua karena pemerintahan pasca reformasi masih belum mampu

melaksanakan undang-undang sebagai mestinya sehingga belum dapat mengangkat

kehidupan bangsa dalam berbagai aspek. Namun reformasi juga berdampak positif bagi

bangsa Indonesia.

Pertama, masyarakat yang sebelum era reformasi dikekang kebebasannya dalam

menyampaikan aspirasi, apalagi mengkritik pemerintahan, kini dapat menyampaikan

aspirasi dan kritiknya tersebut dengan bebas. Kedua, derajat bangsa Indonesia di mata

dunia semakin terangkat, karena berhasil melepaskan diri dari pemerintahan yang kurang

demokratis dan membentuk pemerintahan yang lebih demokratis. Ketiga, Indonesia

menjadi lebih terbuka terhadap dunia internasional, sehingga mobilitas terhadap berbagai

bidang semakin berkembang. Reformasi memang telah membawa perubahan bagi bangsa

Indonesia.

Reformasi memang telah membawa perubahan bagi bangsa Indonesia. Dampak utama

dari reformasi adalah kebebasan kita dalam menyampaikan aspirasi tidak lagi dikekang

seperti yang terjadi pada masa orde baru. Kita bebas menyalurkan aspirasi kita bagi

pemerintahan, baik berupa pendapat maupun kritik. Namun perlu diingat, bahwa

kebebasan dalam beraspirasi tersebut harus tetap mengikuti norma-norma yang berlaku.

Aspirasi yang kita sampaikan harus dapat berguna bagi kemajuan bangsa, jangan sampai

malah memecah belah persatuan bangsa. Intinya, reformasi harus bisa menjadikan

bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih demokratis, sebagaimana cita-cita dari

reformasi itu sendiri.

20
DAFTAR PUSTAKA

o http://rinahistory.blog.friendster.com/2008/11/indonesia-masa-orde-baru/

Diakses pada hari Selasa tanggal 9 Oktober 2012 pukul 15.42 WIB

o http://www.crayonpedia.org/mw/

BSE:Berakhirnya_Masa_Orde_Baru_dan_Lahirnya_Reformasi_9.2_

%28BAB_13%29

Diakses pada hari Selasa tanggal 9 Oktober 2012 pukul 16.00 WIB

o http://kapasmerah.wordpress.com/2008/01/27/kronologi-kelengseran-soeharto-mei-

1998/http://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru

Diakses pada hari Selasa tanggal 9 Oktober 2012 pukul 16.45 WIB

o Wismuliani, Endar dkk. 2009. IPS: untuk SMP dan MTs Kelas IX. Jakarta: Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 189 – 198.

o Murkhan, Munawar dkk. 2007. SEJARAH 3: untuk SMA/MA Kelas XII IPA. Jakarta:

PT.Galaxy Puspa Mega, h. 3 – 32.

21
LAMPIRAN

presiden soeharto menghadiri pekan kerajinan Indonesia

Memasuki kepemimpinan orde baru

22
Peninggalan sepeda motor kuno pa soeharto

Soeharto bergabung ke IMF dan PBB serta bank dunia untuk memperbaiki kondisi

ekonomi serta menekan angka inflasi

Pemerintah orde baru mendapatkan penghargaan dari organisasi pangan & pertanian

dunia

23
Presiden Soeharto saat dilantik menjadi presiden pada 26 Maret 1968.

24

Anda mungkin juga menyukai