Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada awal tahun 1998 rezim Orde Baru sudah tidak mampu membendung arus Reformasi
yang bergulir begitu cepat. Setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri maka bangsa Indonesia
memasuki babak baru. Yang dimulai dari Presiden BJ.Habibie segera melakukan langkah-
langkah pembaruan sebagaimana tuntutan Reformasi. Yang selanjutnya dilanjutkan oleh
Presiden Abdurrahman Wahid yang menampilkan energi yang luar biasa, tekad untuk
menggulingkan unsur-unsur sentralistis dan hierarkis yang represif (menindas) semasa
pemerintahan Soeharto dan kesediaan untuk berfikir kreatif sehingga banyak pihak
mengaguminya. Yang selanjutnya dilanjutkan dengan masa pemerintahan Megawati
Soekarnoputri yang tetap tabah dalam menghadapi dalam berbagai macam kasus, seperti kasus
pengeboman, KKN, maupun bencana alam. Setelah masa kepemimpinan Presiden Soekarnoputri
berakhir selanjutnya dilanjutkan oleh masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sampai
sekarang. Bulan-bulan pertama pemerintahan Abdurrahman Wahid menunjukkan gabungan dari
harapan, janji, visi, kebingungan, dan kekecewaan. Hal tersebut mengingat kepada kondisi
kesehatannya yang buruk dan kekuatan-kekuatan politik yang bersatu menentangnya, namun
Gusdur menampilkan energy yang luar biasa tekad yang kuat untk menggulingkan unsure-unsur
sentralistis dan hierarkis yang menindas semasa pemerintahan Soeharto, dan kesediaan untuk
berfikir kreatif sehingga banyak pihak mengaguminya dan juga kunjungan ke luar negeri yang
dilakukannya menghasilkan banyak mitra luar negeri, serta berhasil mengurangi dukungan bagi
kaum separatis GAM di Aceh meskipun kunjungannya menuai kritik dari berbagai pihak, selain
itu Abdurrahman wahid mendorong pluralisme dan keterbukaan. Dia memperbolehkan umat
Cina Konfusius untuk melakukan perayaan sacara terbuka, yang sebelumnya tidak
diperbolehkan. Akibat munculya ketidakpercayaan parlemen pada Presiden Abdurrahman
Wahid, maka kekuasaan Abdurrahman Wahid berakhir pada tahun 2001. DPR/MPR kemudian
memilih dan mengangkat Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden Republik Indonesia dan
Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden Indonesia

1
1.2 Rumusan Masalah
A. Bagaimana Pemilihan umum Tahun 1999 ?
B. Apa Hasil Sidang Umum MPR Hasil Pemilihan Umum 1999 ?
C. Bagaimana Masa pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid?
D. Bagaimana Jatuhnya Pemerintahan K. H. Abdurrahman Wahid?
E. Apa Saja Kelebihan kekurangan pemeritahan Abdurrahman Wahid ?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.3.1 Mengetahui Pemilihan umum Tahun 1999.
1.3.2 Mengetahui Hasil Sidang Umum MPR Hasil Pemilihan Umum 1999.
1.3.3 Mengetahui Masa pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid.
1.3.4 Mengetahui Jatuhnya Pemerintahan K. H. Abdurrahman Wahid.
1.3.5 Mengetahui Kelebihan kekurangan pemeritahan Abdurrahman Wahid

2
BAB II
ISI

A.   Pemilihan Umum Tahun 1999


  Pemilihan Umum yang dilaksanakan tahun 1999 menjadi sangat penting, karena
diharapkan dapat memulihkan keadaan Indonesia yang sedang dilanda multikrisis. Pemilu tahun
1999 juga merupakan ajang pesta rakyat Indonesia dalam menunjukkan kehidupan
berdemokrasi. Sifat pemilu ini Luber Jurdil Presiden Habibie menetapkan tanggal 7 Juni 1999
sebagai waktu pelaksanaan pemiliahan umum. Selanjutnya lima paket undang-undang tentang
politik dicabut. Sebagai gantinya DPR berhasil menetapkan tiga undang-undang politik baru
yang disahkan pada tanggal 1 Februari 1999 dan ditandatangani oleh Presiden Habibie. Ketiga
udang-udang itu antara lain undang-undang partai politik, pemilihan umum, susunan serta
kedudukan MPR, DPR dan DPRD. Munculnya undang-undang politik yang baru memberikan
semangat untuk berkembangnya kehidupan politik di Indonesia. Dengan munculnya undang-
undang politik banyak parpol bermunculan sebanyak 112. Namun hanya 48 partai politik yang
berhasil mengikuti pemilu. Pelaksanaan pemilu ditangani oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil pemerintah dan wakil-wakil dari partai-partai politik
peserta pemilu. Hasilnya lima besar partai yang berhasil meraih suara-suara terbanyak
diantaranya PDI-P, Golkar, Partai Persatuan pembangunan, Partai Pembangkitan Bangsa, PAN.
Pemilu berjalan dengan aman dan dapat di terima oleh suara partai peserta pemilihan umum.

B. Sidang Umum MPR Hasil Pemilihan Umum 1999


Sidang Umum MPR tahun 1999 diselenggarakan sejak tanggal 1 – 21 Oktober 1999.
Amien Rais dikukuhkan menjadi Ketua MPR dan Akbar Tanjung menjadi Ketua DPR.
Sedangkan pada Sidang Paripurna MPR XII, pidato pertanggung jawaban Presiden Habibie

3
ditolak oleh MPR melalui mekanisme voting dengan 355 suara menolak, 322 menerima, 9
abstain dan 4 suara tidak sah, sehingga Habibie tidak dapat mencalonkan diri menjadi Presiden
Republik Indonesia. Akibatnya muncul tiga calon Presiden yaitu Abdurrahman Wahid (Gus
Dur), Megawati Soekarno putri, dan Yuhsril Ihza Mahendra. Namun tanggal 20 Oktober 1999,
Yuhsril Ihza Mahendra mengundurkan diri. Dari hasil pemilihan presiden yang dilaksanakan
secara voting, Abudurrahman Wahid terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal
2  Oktober 1999 dilaksanakan pemilihan Wakil Presiden dengan calonnya Megawati
Soekarnoputri dan Hamzah Haz. Pemilihan Wakil Presiden ini kemudian dimenangkan oleh
Megawati Soekarno putri. Kemudian pada tanggal 25 Oktober 1999 Presiden Abdurrahman
Wahid dan Wakil Presiden Megawati Soekarno putri berhasil membentuk Kabinet Persatuan
Nasional.

C. Masa pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid


Masa pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid – K.H. Abdurrahman Wahid terpilih
sebagai presiden pada tanggal 20 Oktober 1999. Pemilihannya berjalan dengan demokratis dan
transparan. Beliau yang biasa disebut Gus Dur dicalonkan sebagai presiden oleh Poros Tengah,
yaitu Fraksi Persatuan Pembangunan, Fraksi Kebangkitan Bangsa dan Fraksi Bulan Bintang.
Pidato pertamanya setelah terpilih sebagai presiden memuat tugas-tugas yang akan
dijalankannya, yaitu sebagai berikut :
1. Peningkatan pendapatan rakyat.
2. Menegakkan keadilan mendatangkan kemakmuran.
3. Mempertahankan keutuhan bangsa dan negara.

Presiden K.H. Abdurrahman Wahid didampingi Megawati Soekarnoputri sebagai wakil


presiden. Mereka bekerja sama membentuk kabinet yang disebut dengan Kabinet Persatuan
Nasional. Kabinet diumumkan pada tanggal 28 Oktober 1999.

Pada masa pemerintahan Gus Dur banyak diwarnai tindakan-tindakan kontroversi. Contohnya
sebagai berikut :
1. Kabinet seringkali mengalami reshuffle (perubahan susunan).
2. Menghapus Departemen Sosial dan Departemen Penerangan.

4
3. Sering melakukan kunjungan ke luar negeri.

Tugas yang menjadi kewenangan wakil presiden, antara lain sebagai berikut :
1. Menyusun program dan agenda kerja kabinet.
2. Menentukan fokus dan prioritas kebijakan pemerintah.
3. Memimpin sedang kabinet.
4. Menandatangani keputusan tentang pengangkatan dan pemberhentian pejabat setingkat eselon
satu.

Ada beberapa persoalan yang dihadapi yang merupakan warisan dari pemerintahan Orde Baru
yaitu :
1) Masalah praktik KKN yang belum terselesaikan
2) Pemulihan ekonomi
3) Masalah BPPN
4) Kinerja BUMNPresiden
5) Pengendalian Inflasi
6) Mempertahankan kurs rupiah
7) Masalah jejaring pengamanan sosial ( JPS)
8) Masalah disintegrasi dan konflik antarumat beragama
9) Penegakan hukum dan penegakan Hak asasi manusia (HAM)

Pembaharuan yang dilakukan pada masa Pemerintahan Gus Dur adalah :


1) Membentuk Kabinet Kerja
Untuk mendukung tugas dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari, Gus Dur
membentuk kabinet kerja yang diberi nama Kabinet Persatuan Nasional yang anggotanya
diambil dari perwakilan masing-masing partai politik yang dilantik pada tanggal b28 Oktober
1999. Di dalam Kabinet Persatuan Nasional terdapat dua departemen yang dihapuskan, yaitu
Departemen Sosial dan Departemen Penerangan.

2) Bidang Ekonomi

5
Dalam hal ekonomi, dibandingkan tahun sebelumnya, pada tahun 1999 kondisi
perekonomian Indonesia mulai menunjukkan adanya perbaikan. Laju pertumbuhan PDB mulai
positif walaupun tidak jauh dari 0% dan pada tahun 2000 proses pemulihan perekonomian
Indonesia jauh lebih baik lagi dengan laju pertumbuhan hampir mencapai 5%. Selain
pertumbuhan PDB, laju inflasi dan tingkat suku bunga (SBI) juga rendah yang mencerminkan
bahwa kondisi moneter di dalam negeri sudah mulai stabil.

Pembentukan Dewan Ekonomi Nasional (DEN)


Pembentukan DEN dimaksudkan untuk memperbaiki ekonomi Indonesia yang belum
pulih akibat krisis yang berkepanjangan. Ketua DEN adalah Prof. Emil Salim dengan
wakilnya Subiyakto Cakrawerdaya, Sekretaris Dr. Sri Mulyani Indrawati. Anggota DEN
adalah Anggito Abimanyu, Sri Ningsih, dan Bambang Subianto.

3) Bidang Budaya dan Sosial


Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antarumat beragama, Gus Dur
memberikan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama. Hak itu dibuktikan
dengan adanya beberapa keputusan presiden yang dikeluarkan, yaitu :
a) Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil Penganut Agama
Konghucu. Etnis Cina yang selama Orde Baru dibatasi, maka dengan adanya Keppres No.
6 dapat memiliki kebebasan dalam menganut agama maupun menggelar budayanya secara
terbuka seperti misalnya pertunjukan Barongsai.
b) Menetapkan Tahun Baru Cina (IMLEK) sebagai hari besar agama, sehingga menjadi hari
libur nasional.
C) Menandatangani nota kesepahaman dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) hingga awal
tahun 2001

6
Disamping pembaharuan-pembaharuan di atas, Gus Dur juga mengeluarkan berbagai
kebijakan yang dinilai Kontroversial dengan MPR dan DPR, yang dianggap berjalan sendiri,
tanpa mau menaati aturan ketatanegaraan, melainkan diselesaikan sendiri berdasarkan pendapat
kerabat dekatnya, bukan menurut aturan konstitusi negara. Kebijakan-kebijakan yang
menimbulkan kontroversial dari berbagai kalangan yaitu :
1) Pencopotan Kapolri Jenderal Polisi Roesmanhadi yang dianggap Orde Baru.
2) Pencopotan Kapuspen Hankam Mayjen TNI Sudradjat, yang dilatarbelakangi oleh adanya
pernyataan bahwa Presiden bukan merupakan Panglima Tinggi.
3) Pencopotan Wiranto sebagai Menkopolkam, yang dilatarbelakangi oleh hubungan yang
tidak harmonis dengan Gus Dur.
4) Mengeluarkan pengumuman tentang menteri Kabinet Pembangunan Nasional yang terlibat
KKN sehingga mempengaruhi kinerja kabinet menjadi merosot.
5) Gus Dur menyetujui nama Irian Jaya berubah menjadi Papua dan mengizinkan pengibaran
bendera Bintang Kejora.

Akan tetapi, ketenangan masyarakat setelah terpilihnya Presiden Indonesia keempat tidak
berlangsung lama. Presiden mulai menunjukkan sikap dan mengeluarkan ucapan-ucapan
kontroversial yang membingungkan pelaku-pelaku bisnis. Presiden cenderung bersikap diktator
dan praktek KKN di lingkungannya semakin intensif, bukannya semakin berkurang yang
merupakan salah satu tujuan dari gerakan reformasi. Ini berarti bahwa walaupun namanya
pemerintahan reformasi, tetapi tetap tidak berbeda denga rezim orde baru. Sikap presiden
tersebut juga menimbulkan perseteruan dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang
klimaksnya adalah dikelurakannya peringatan resmi kepada Presiden lewat Memorandum I dan
II. Dengan dikeluarkannya Memorandum II, Presiden terancam akan diturunkan dari jabatannya
jika usulan percepatan Sidang Istomewa MPR jadi dilaksanakan pada bulan Agustus 2001.

Selain itu, hubungan pemerintah Indonesia dibawah pimpinan Abdurrahman Wahid dengan
IMF juga tidak baik, terutama karena masalah amandemen UU No. 23 tahun 1999 mengenai
Bank Indonesia; penerapan otonomi daerah, terutama menyangkut kebebasan daerah untuk
pinjam uang dari luar negeri; dan revisi APBN 2001 yang terus tertunda pelaksanaannya. Tidak

7
tuntasnya revisi tersebut mengakibatkan IMF menunda pencairan bantuannya kepada pemerintah
Indonesia, padahal roda perekonomian nasional saat ini sangat tergantung pada bantuan IMF.
Selain itu, Indonesia terancam dinyatakan bangkrut oleh Paris Club (negara-negara donor)
karena sudah kelihatan jelas bahwa Indonesia dengan kondisi perekonomiannya yang semakin
buruk dan defisit keuangan pemerintah yang terus membengkak, tidak mungkin mampu
membayar kembali utangnya yang sebagian besar akan jatuh tempo tahun 2002 mendatang.
Bahkan, Bank Dunia juga sempat mengancam akan menghentikan pinjaman baru jika
kesepakatan IMF dengan pemerintah Indonesia macet.

Ketidakstabilan politik dan sosial yang tidak semakin surut selama pemerintahan
Abdurrahman Wahid menaikkan tingkat country risk Indonesia. Ditambah lagi dengan
memburuknya hubungan antara pemerintah Indonesia dan IMF. Hal ini membuat pelaku-pelaku
bisnis, termasuk investor asing, menjadi enggan melakukan kegiatan bisnis atau menanamkan
modalnya di Indonesia. Akibatnya, kondisi perekonomian nasional pada masa pemerintahan
reformasi cenderung lebih buruk daripada saat pemerintahan transisi. Bahkan, lembaga
pemeringkat internasional Moody’s Investor Service mengkonfirmasikan bertambah buruknya
country risk Indonesia. Meskipun beberapa indikator ekonomi makro mengalami perbaikan,
namun karena kekhawatiran kondisi politik dan sosial, lembaga rating lainnya (seperti Standard
& Poors) menurunkan prospek jangka panjang Indonesia dari stabil ke negatif.

D. Jatuhnya Pemerintahan K. H. Abdurrahman Wahid


Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi
hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf
Tionghoa. Gus Dur lalu mengunjungi Afrika Utara dan juga Arab Saudi untuk naik haji.
Abdurrahman Wahid melakukan kunjungan terakhirnya ke luar negeri sebagai presiden pada
Juni 2001 ketika ia mengunjungi Australia. Pada pertemuan dengan rektor-rektor universitas
pada 27 Januari 2001, Gus Dur menyatakan kemungkinan Indonesia masuk kedalam anarkisme.
Ia lalu mengusulkan pembubaran DPR jika hal tersebut terjadi. Pertempuan tersebut menambah
gerakan anti-Wahid. Pada 1 Februari, DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap Gus Dur.

8
Nota tersebut berisi diadakannya Sidang Khusus MPR dimana pemakzulan Presiden
dapat dilakukan. Anggota PKB hanya bisa walk out dalam menanggapi hal ini. Nota ini juga
menimbulkan protes di antara NU. Di Jawa Timur, anggota NU melakukan protes di sekitar
kantor regional Golkar. Di Jakarta, oposisi Gus Dur turun menuduhnya mendorong protes
tersebut. Gus Dur membantah dan pergi untuk berbicara dengan demonstran di Pasuruan.
Namun, demonstran NU terus menunjukan dukungan mereka kepada Gus Dur dan pada bulan
April mengumumkan bahwa mereka siap untuk mempertahankan Gus Dur sebagai presiden
hingga mati.

Pada bulan Maret, Gus Dur mencoba membalas oposisi dengan melawan disiden pada
kabinetnya. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra dicopot dari
kabinet karena ia mengumumkan permintaan agar Gus Dur mundur. Menteri Kehutanan
Nurmahmudi Ismail juga dicopot dengan alasan berbeda visi dengan Presiden, berlawanan dalam
pengambilan kebijakan, dan diangap tidak dapat mengendalikan Partai Keadilan, yang pada saat
itu massanya ikut dalam aksi menuntut Gus Dur mundur. Dalam menanggapi hal ini, Megawati
mulai menjaga jarak dan tidak hadir dalam inagurasi penggantian menteri. Pada 30 April, DPR
mengeluarkan nota kedua dan meminta diadakannya Sidang Istimewa MPR pada 1 Agustus.

Puncak jatuhnya Gus dur dari kursi kepresidenan ditandai oleh adanya Skandal Brunei Gate
dan Bulog Gate yang menyebabkan ia terlibat dalam kasus korupsi, maka pada tanggal 1
Februari 2006 DPR-RI mengeluarkan memorandum yang pertama sedangkan memorandum
yang kedua dikeluarkan pada tanggal 30 Aril 2001. Gus Dur menanggapi memorandum tersebut
dengan mengeluarkan maklumat atau yang biasa disebut Dekrit Presiden yang berisi antara lain :
1) Membekukan MPR / DPR-RI
2 Mengembalikan kedaulatan di tangan rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun
badan yang diperlukan untuk pemilu dalam waktu satu tahun.
3) Membubarkan Partai Golkar karena dianggap warisan orde baru
Dalam kenyataan, Dekrit tersebut tidk dapat dilaksanakan karena dianggap bertentangan
dengan konstitusi dan tidak memiliki kekuatan hokum,

9
Gus Dur mulai putus asa dan meminta Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan
Keamanan (Menko Polsoskam) Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyatakan keadaan darurat.
Yudhoyono menolak dan Gus Dur memberhentikannya dari jabatannya beserta empat menteri
lainnya dalam reshuffle kabinet pada tanggal 1 Juli 2001.
Akhirnya pada 20 Juli, Amien Rais menyatakan bahwa Sidang Istimewa MPR akan
dimajukan pada 23 Juli. TNI menurunkan 40.000 tentara di Jakarta dan juga menurunkan tank
yang menunjuk ke arah Istana Negara sebagai bentuk penunjukan kekuatan. Gus Dur kemudian
mengumumkan pemberlakuan dekrit yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan
kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3)
membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun
dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memakzulkan
Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri.
Abdurrahman Wahid terus bersikeras bahwa ia adalah presiden dan tetap tinggal di Istana
Negara selama beberapa hari, namun akhirnya pada tanggal 25 Juli ia pergi ke Amerika Serikat
karena masalah kesehatan.

E. Kelebihan kekurangan pemeritahan Abdurrahman Wahid


1. Kelebihan sistem Pemerintahan Abdurrahman Wahid
a) Sukses melakukan kesepahaman dengan GAM.
b) Sukses membawa Indonesia ke Forum Ekonomi Dunia.
c) Sukses melaksanakan persamaan hak menyatakan pendapat di muka umum
d) Etnis Tioghoa yang berpuluh-puluh tahun dikekang diberikan kebebasan sama seperti orang
pribumi.
e) Jadwal ketat kunjungan ke luar negeri menghasilkan banyak mitra luar negeri. Di bulan
April, Wahid mengunjungi Afrika Selatan dalam perjalanan menuju Kuba untuk menghadiri
pertemuan G-77.
f) Sukses menggulingkan unsur-unsur sentrakistis dan hierarkis yang represif
(menindas)semasa pemerintahan Soeharto.
g) Sukses mengurangi dukungan bagi kaum separatis GAM di Aceh.
2. Kekurangan Sistem Pemerintahan Abdurrahman Wahid
a) Semaraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme.

10
b) Munculnya berbegai reaksi negatif dari rakyat atas usul Presiden Abdurrahman Wahid
mengenai pembatalan Ketetapan MPRS Tahun 1966 mengenai pelarangan ajaran
Marxisme-Leninisme.
c) Kesulitan ekonomi semakin meluas.
d) Kerusuhan antaretnis terus berlanjut yaitu pembunuhan antara umat Islam dan Kristen di
Maluku yang menewaskan lebih dari seribu orang sepanjang tahun 1999.
e) Di Aceh, kekerasan antarkaum separatis dan aparat keamanan terus terjadi.
f) Pemecatan terhadap beberapa menteri yang memunculkan berbagai pro dan kontra di
masyarakat.
g) Berusaha membuka hubungan dengan Israel, yang menyebabkan kemarahan pada
kelompok Muslim Indonesia.
h) Muncul dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal Buloggate dan Bruneigate.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Abdurrahman Wahid adalah presiden ke-4 RI, walaupun pada awalnya masa
kepemimpinannya banyak diragukan dari berbagai pihak tetapi ternyata Abdurrahman Wahid
dapat menunjukkan energi yang besar dan kuat kepada masyarakat Indonesia. Selain itu, beliau
juga telah berhasil menjalin hubungan kerja sama dan mitra dengan negara-negara lain. Pada
pertengahan 2001 tampak jelas bahwa pola perilaku warisan masa lalu tidak akan mudah diubah.
Tindakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme tak dapat lepas dari masa pemerintahan presiden yang
dikenal dengan nama Gus Dur. Masa kepresidenan yang kacau itu berakhir pada bulan juli 2001,
dia berusaha dengan dekret membekukan lembaga perwakilan untuk menghindar dari turunan
jabatan, namun tidak ada yang menghiraukan, akhirnya MPR mengadakan sidang istimewa,
memberhentikan Abdurrahman Wahid dan melantik Megawati sebagai Presiden Indonesia yang
kelima.

DAFTAR PUSTAKA

11
Anonym. 2009. Pemerintahan Abdurrahman Wahid. (Online), (www.wikipedia.com, diakses
tanggal 15 Oktober 2010)

Anonym. 2009. Kekurangan dan Kelebihan pemerintahan Gus Dur. (Online),


(www.google.com, diakses tanggal 15 Oktober 2010) Rokhman, Nur dan Supardi. 2006. Mari
Belajar Sejarah untuk SMA-MA Kelas XII IPA. Yogyakarta: SIC Thamiend, Nico. 2006.
Dinamika Sejarah 3. Jakarta: Yudhistira

http://dwiayuindaswarynhb.blogspot.co.id/2012/04/makalah-sejarah-sejarah-
pemerintahan.html

http://marianajheweelytha.blogspot.co.id/2014/02/makalah-sejarah-masa-pemerintahan-
bj.html

http://wartasejarah.blogspot.co.id/2014/12/kh-abdurrahman-wahid.html

http://memey7894.blogspot.co.id/2014/02/perekonomian-indonesia-pada-masa.html

12

Anda mungkin juga menyukai