Anda di halaman 1dari 2

Masa pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid

Abdurrahman Wahid terpilih menjadi presiden ke 4 pada tanggal 20 oktober 1999. Di dukung
oleh partai partai islam yang tergabung dalam poros tengah, mengalahkan Megwati yang ikut menjadi
wakil presiden.

Abdurrahman Wahid memulai pemerintahan dengan membentuk kabinet persatuan nasional,


kabinet ini adalah kabinet yang berisi partai partai politik seperti : PKB, Golkar, PPP, PAN, PK, PDIP. Di
awal pemerintahan Abdurrahman membubarkan 2 departemen yakni Departemen Penerangan dan
Departemen Sosial dengan alasan perampingan struktur pemerintahan.

Pembubaran 2 departemen tersebut diiringi dengan pembentukan Depertemen Eksplorai Laut


melalui keputusan Presiden No.335/M tahun 1999 tanggal 26 oktober 1999. Tugas dan fungsi termaksud
susunan organisasi dan tata kerja departemen ini ada dalam Keputusan Presiden NO. 136 tahun 1999
tanggal 10 november 1999. Nama departemen ini berubah menjadi Departemen Kelautan dan
Perikanan (DKP) berdasarkan Keputusan Presiden No. 165 tahun 2000 tanggal 23 November 2000

Reformasi bidang hukum dan pemerintahan

 MPR melakukan amandemen terhadap UUD 1945 pada tanggal 18 agustus 2000 yang berkaitan
dengan susunan pemerintah NKRI yang terdiri atas pemerintahan pusat, provinsi, kabupaten
dan kota, amandemen ini mengubah pelaksanaan proses pemilihan umum berikutnya yakni
pemilik suara dapat langsung memilih langsung wakil mereka di tiap tingkat dewan perwakilan
tersebut.
 Pemisahan TNI dan POLRI agar TNI dapat fokus dalam menjaga kedaulatan NKRI dari anacaman
kedaulatan asing dan POLRI lebih berkonsentrasi menjaga keamana dan ketertiban
 Menyelesaikan kasus KKN, kasus ini dibuka kembali pada tanggal 6 Desember 1999 dan terfokus
pada apa yang telah dilakuakn oleh mantan presiden Soeharto dan kelurganya. Kejaksaan Agung
menetapkan Soerhato menjadi tahanan kota dan dilarang berpergian ke luar negri. Pada tanggal
3 Agustus 2000 Soeharto ditetapkan sebagai terdakwa terkait beberapa yayasan yang
dipimpimnya
 Pemulihan hak minoritas keturunan Tionghoa untuk menjalankan keyakinan mereka yang
beragama Konghucu memlui Keputusan Presiden No.6 Tahun 2000 mengenai pemulihan hak
hak sipil penganut agama Konghucu
 Dalam kasus komonisme, Abdurrahman melontarkan gagasasan kontrovesial yaitu gagasan
untuk menyabut Tap. MPRS No. XXV Tahun 1996 tetntang larangan terhadap Partai Komunis
Indonesia dan penyebaran Marxisme dan Leninisme, tetapi karena banyak yang menentang
tidak jadi

Reformasi ekonomi

 Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kondisi perekonomian Indonesia mulai


mengarah pada perbaikan, di antaranya pertumbuhan PDB yang mulai positif, laju inflasi
dan tingkat suku bunga yang rendah, sehingga kondisi moneter dalam negeri juga sudah
mulai stabil.
 Hubungan pemerintah dibawah pimpinan Abdurahman Wahid dengan IMF juga kurang
baik, yang dikarenakan masalah, seperti Amandemen UU No.23 tahun 1999 mengenai
bank Indonesia, penerapan otonomi daerah (kebebasan daerah untuk pinjam uang dari
luar negeri) dan revisi APBN 2001 yang terus tertunda.
 Politik dan sosial yang tidak stabil semakin parah yang membuat investor asing menjadi
enggan untuk menanamkan modal di Indonesia.
 Makin rumitnya persoalan ekonomi ditandai lagi dengan pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung negatif, bahkan merosot hingga 300 poin,
dikarenakan lebih banyaknya kegiatan penjualan daripada kegiatan pembelian dalam
perdagangan saham di dalam negeri.

Reformasi sosial

Di Aceh dan Papua, pendekatan Gus Dur berhasil menahan gelombang separatisme tanpa
kekerasan militer.

Gus Dur juga sempat memperjuangkan nasib para tahanan politik dan mereka yang selama ini
didiskriminasikan akibat pelarangan PKI meskipun tak berhasil. Bagi para tenaga kerja Indonesia (TKI) di
luar negeri, Gus Dur adalah pahlawan. Ia menyelamatkan Siti Zaenab dan Adi Asnawi yang akan dihukum
gantung di Arab Saudi dan Malaysia. Bahkan setelah tak menjadi presiden, Gus Dur pernah menampung
81 TKI yang dideportasi dari Malaysia di rumahnya di Ciganjur pada 2005.

Akhir pemerintahan

Kejatuhan Abdurrahmantidak terlepas dari akumulasi berbagai gagasan dan keputusannya yang
kontroversial dan mendapatvtentangan keras dari berbagai organisasi masa dan partai politik islam
yang semula mendukungnya.

Pencabutan Tap MPRS mengenai pelanggaran komonisme dan gagasan pembukaan hubungan
dengan dagang dengan Israel, hubungan presiden dengan DPR dan beberapa mentri yang tidak
harmonis pemyebabnya adalah sering kali Presiden memberhentikan dan mengangkat mentri tanp
memberikan keterangan yang dapat diterima oleh DPR.

pada 23 Juli 2001. Puncak jatuhnya itu ketika MPR yang saat itu dipimpin oleh Amin Rais,
atas usulan DPR mempercepat sidang istimewa MPR. MPR menilai Presiden Gus Dur melanggar
Tap. No. VII/MPR/2000 dan atas kebijakan-kebijakannya yang kontroversial. Setelah Gus Dur
lengser, kemudian jabatan presiden digantikan oleh wakilnya, yaitu Megawati Soekarnoputri

Anda mungkin juga menyukai