Anda di halaman 1dari 4

TUGAS SEJARAH INDONESIA

Nama : Achmad Quraysh Syach Anwar


Kelas : XII MIPA 1
Guru Pengajar : Dra. Nurul Munawarokh

Tugas Pertemuan 16, Senin 15 November 2021

Tugas
Tontonlah video sampai tuntas, kemudian buatlah rangkumannya minimal 4 halaman

Periode pemerintahan Abdurrahman Wahid

Pemilihan presiden dan wakil presiden tahun


1999 dilakukan pada sidang paripurna
melalui pemungutan suara anggota MPR.
Abdurrahman Wahid atau yang lebih kita
kenal dengan panggilan Gus Dur berhasil
memenangkan pemilihan suara dan secara
resmi terpilih menjadi presiden Republik
Indonesia yang keempat pada tanggal 20
Oktober 1999.

Megawati terpilih menjadi Wakil Presiden dan dilantik pada tanggal 21 Oktober 1999. Untuk
menjalankan pemerintahannya presiden membentuk kabinet yang diberi nama Kabinet
Persatuan Nasional. Kebijakan yang ditetapkan Presiden Gus Dur serta bagaimana berakhirnya
pemerintahan presiden Gus Dur?

Kebijakan Presiden Gus Dur dalam bidang hukum dan pemerintahan.

Di awal pemerintahannya Gus Dur membubarkan Departemen penerangan dan Departemen


Sosial dengan tujuan perampingan struktur pemerintahan. Pembubaran 2 Departemen ini diiringi
dengan pembentukan Departemen baru yaitu Departemen eksplorasi laut melalui Keputusan
Presiden Nomor 355 tahun 1999.

Pada tanggal 23 November tahun 2000 namanya berubah menjadi Departemen Kelautan dan
Perikanan melalui Keputusan Presiden Nomor 165 tahun 2000. Pembentukan Departemen ini
dinilai strategis mengingat Indonesia menyimpan kekayaan sumber daya alam di laut yang belum
mendapat perhatian khusus dari pemerintahan sebelumnya.

Kebijakan amandemen undang-undang Dasar 1945

1. Pada masa pemerintahan presiden Gus Dur MPR melakukan amandemen terhadap Undang-
Undang
Dasar 1945 pada tanggal 18 Agustus tahun 2000. Amandemen ini sesuai dengan agenda
reformasi yang berkaitan dengan susunan Pemerintahan Pusat, Provinsi, Kota dan Kabupaten.

2. Memisahkan TNI dan Polri


Pada masa orde baru TNI dan Polri disatukan dalam satu institusi yaitu Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia atau ABRI. Kemudian pada masa pemerintahan presiden Gus Dur TNI dan
Polri dipisahkan agar fokus pada masing-masing fungsinya. Polri difokuskan untuk menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat sedangkan TNI untuk menjaga kedaulatan dan pertahanan
negara.

3. Menyelesaikan berbagai kasus korupsi kolusi dan nepotisme pada tanggal 6 Desember 1999
presiden Gus Dur kembali membuka kasus KKN Masa Orde Baru hasilnya Soeharto ditetapkan
sebagai terdakwa terkait korupsi di beberapa yayasan yang dipimpinnya.

Kebijakan pemerintahan presiden Gus Dur dalam bidang hak asasi manusia
(HAM)

Selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia presiden Abdurrahman Wahid dikenal
sebagai sosok yang pluralis. Beliau mendukung keberagaman dan membela hak minoritas
keturunan Tionghoa dengan mengakui Konghucu sebagai salah satu agama di Indonesia serta
menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000
mengenai pemulihan hak-hak sipil penganut agama Konghucu.

Selain itu, presiden Abdurrahman Wahid juga mengubah nama Papua. Pada masa pemerintahan
orde baru wilayah ini diberi nama Irian Jaya, akhirnya pada tanggal 1 Januari tahun 2000 secara
resmi presiden Abdurrahman Wahid mengembalikan nama Papua.

Berakhirnya pemerintahan presiden Gus Dur

Jatuhnya pemerintahan presiden Gus Dur merupakan akumulasi dari berbagai gagasan dan
kebijakan Gus Dur yang kontroversial. Memang selama menjadi presiden Gus Dur dikenal sering
mengeluarkan gagasan yang kontroversial salah satunya adalah

1. Gagasan untuk mencabut TAP MPRS Nomor 25 tahun 1966 tentang larangan Partai
Komunis Indonesia.
Gagasan tersebut ditentang oleh berbagai kalangan sehingga Gus Dur mengurungkan
niatnya ountuk membawa gagasan tersebut ke sidang tahunan MPR tahun 2000.

2. Gagasan untuk melakukan kerjasama perdagangan dengan negara Israel.


Seperti yang teman-teman tahu Israel adalah negara yang menjajah dan melakukan
banyak pelanggaran HAM terhadap Palestina. Sehingga membuka hubungan kerjasama
dengan Israel sama saja dengan melanggar isi pembukaan undang-undang Dasar 1945
yang menyerukan agar penjajahan diatas dunia harus dihapuskan.

3. Gus Dur mengangkat Kapolri baru tanpa persetujuan DPR.


Hal-hal kontroversial inilah yang membuat hubungan Gus Dur dengan DPR dan bahkan
beberapa menteri dalam Kabinet nya pun kurang harmonis.

Kepercayaan masyarakat terhadap Presiden Gus Dur semakin menipis ketika presiden Gus Dur
diduga terlibat dengan kasus Buloggate dan Bruneigate. Musuh-musuh politiknya memanfaatkan
benar kasus Bulloggate dan Bruneigate untuk menggoyang kepemimpinannya. Kasus Buloggate
adalah dugaan pencairan dan penggunaan dana Yayasan dana kesejahteraan karyawan Bulog
sebesar 35 miliar rupiah sedangkan kasus Bruneigate adalah dugaan penggunaan dana bantuan
Sultan Brunei Darussalam Sebesar 2 juta dolar Amerika Serikat.

DPR kemudian membentuk panitia khusus atau Pansus untuk melakukan penyelidikan mengenai
keterlibatan presiden Gus Dur dalam dua kasus tersebut. Pada tanggal 1 Februari tahun 2001
DPR menerima dan menyetujui hasil kerja Pansus DPR kemudian mengeluarkan memorandum
sebagai peringatan kepada Presiden Gus Dur mengenai:

1. Pelanggaran undang-undang Dasar 1945 pasal 9 tentang sumpah jabatan serta,


2. Pelanggaran terhadap TAP MPR nomor 11 tahun 1998 tentang penyelenggaraan negara
yang bebas KKN.

Namun, presiden Gus Dur tidak menerima isi memorandum tersebut. DPR pun mengeluarkan
memorandum kedua dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 30 April. Namun pada tanggal 28
Mei tahun 2001 Jaksa Agung Marzuki Darusman mengumumkan bahwa presiden Gus Dur tidak
terbukti terlibat dalam kedua kasus tersebut.

Hubungan presiden Gus Dur dengan DPR semakin tegang ketika presiden Gus Dur memberikan
ancaman kepada DPR jika DPR melaksanakan sidang istimewa MPR maka presiden Gus Dur akan
mengeluarkan Dekrit yang berisi percepatan pemilu yang artinya akan terjadi pergantian anggota
DPR.

Namun, akhirnya pada tanggal 21 Juli tahun 2001 atas permintaan DPR, MPR menyelenggarakan
sidang istimewa yang dipimpin oleh ketua MPR Amien Rais dengan agenda memberhentikan Gus
Dur dari jabatan kepresidenan. Di sisi lain Gus Dur menegaskan tidak akan mundur dari jabatan
sebagai Presiden Republik Indonesia.

Merasa posisinya terancam, presiden Gus Dur kemudian mengeluarkan Dekrit Presiden pada
tanggal 22 Juli tahun 2001.

Dekrit Presiden yang dikeluarkan presiden Gus Dur berisi:

1. Membekukan DPR MPR Republik Indonesia.


2. Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu
satu tahun dan
3. Membekukan Partai Golkar

Namun isi dekrit tersebut tidak dilaksanakan, terutama karena TNI dan Polri yang diperintahkan
untuk mengamankan langkah-langkah penyelamatan dirinya justru tidak melaksanakan tugasnya.
Menurut Panglima TNI Widodo sejak Januari tahun 2001 baik TNI maupun Polri konsisten untuk
tidak lagi melibatkan diri dalam politik.

Hal ini semakin melancarkan MPR untuk melanjutkan sidang istimewa pada saat itu seluruh
anggota MPR yang hadir setuju untuk memberhentikan Abdurrahman Wahid dari jabatan
kepresidenan. Abdurrahman Wahid dianggap telah melanggar haluan negara karena tidak hadir
dan menolak untuk memberikan pidato pertanggungjawabannya dalam sidang istimewa MPR.
Dengan demikian MPR memberhentikan Abdurrahman wahid sebagai Presiden Republik
Indonesia.

MPR kemudian mengangkat Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri sebagai presiden kelima
Republik Indonesia pada tanggal 23 Juni Juli tahun 2001.

Sebelumnya, pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek)
menjadi hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf
Tionghoa.

Setelah berhenti menjabat sebagai presiden, Gus Dur tidak berhenti untuk melanjutkan karier
dan perjuangannya. Pada tahun 2002 ia menjabat sebagai penasihat Solidaritas Korban
Pelanggaran HAM. Dan pada tahun 2003, Gus Dur menjabat sebagai Penasihat pada Gerakan
Moral Rekonsiliasi Nasional.

Tahun 2004, Gus Dur kembali berupaya untuk menjadi Presiden RI. Namun keinginan ini kandas
karena ia tidak lolos pemeriksaan kesehatan oleh Komisi Pemilihan Umum.

Pada Agustus 2005 Gus Dur menjadi salah satu pimpinan koalisi politik yang bernama Koalisi
Nusantara Bangkit Bersatu. Bersama dengan Tri Sutrisno, Wiranto, Akbar Tanjung dan Megawati,
koalisi ini mengkritik kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada tahun 2009 Gus Dur menderita beberapa penyakit. Bahkan sejak ia menjabat sebagai
presiden, ia menderita gangguan penglihatan sehingga surat dan buku seringkali dibacakan atau
jika saat menulis seringkali juga dituliskan. Ia mendapatkan serangan stroke, diabetes, dan
gangguan ginjal. Akhirnya Gus Dur pun pergi menghadap sang khalik (meninggal dunia) pada hari
Rabu 30 Desember 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada pukul 18.45 WIB

Anda mungkin juga menyukai