Anda di halaman 1dari 4

BELLA FARRESA ANGGRAENI

XII IPS 3 / 03

TUGAS SEJINDO

Abdurrahman Wahid

1. Bagaimana presiden Abdurrahman Wahid terpilih menjadi presiden ke 4?


2. Kebijakan apa yang dikeluarkan selama menjabat?
3. Alasan mengapa MPR memakzulkan Abdurrahman Wahid dari presiden?
4. Opini mengenai Abdurrahman Wahid?

JAWABAN :

1. Bangsa Indonesia tengah terpuruk akibat krisis ekonomi 1998. Kondisi politik dalam
negeri juga tidak stabil pasca-Soeharto dilengserkan sebagai presiden setelah 32 tahun
berkuasa. Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie naik tahta. Namun dia tidak lama
menjabat. Pada 20 Oktober 1999, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dilantik menjadi
presiden RI. Selain dua permasalahan di atas, ancaman perpecahan (disintegrasi)
wilayah-wilayah kepulauan NKRI juga menjadi pekerjaan rumah Gus Dur. Pada
pemerintahan Habibie sebelumnya, Timor Timur lebih dulu memilih merdeka melalui
jajak pendapat pada 1999. Kondisi negara diperparah dengan masalah pemberontakan di
Aceh dan Papua, kerusuhan Ambon dan Poso, serta reformasi birokrasi warisan Soeharto.
Penulis buku Biografi Gus Dur, Greg Barton, mengisahkan detik-detik terpilihnya Gus
Dur menjadi presiden. Beberapa jam sebelum penghitungan suara dimulai, kebanyakan
orang menganggap bahwa Megawati akan melaju untuk meraih kemenangan. Sebab pada
Pemilu, partai PDI-P yang mengusung Megawati, meraih suara terbanyak. Namun
kejutan muncul ketika Habibie (incumbent) yang diusung Partai Golongan Karya
(Golkar) mengumumkan pengunduran dirinya sebagai calon presiden. Praktis, hanya
tersisa Gus Dur dan Megawati. Kala itu pemilihan presiden masih menggunakan sistem
pemilihan yang dilakukan anggota MPR. Ketika penghitungan mulai dilakukan, Mega
pada awalnya memimpin, namun perlahan namun pasti, perolehan suara Gus Dur yang
disokong kubu Poros Tengah dapat mengimbangi perolehan suara Megawati. Bahkan,
keadaan berbalik ketika pada penghitungan akhir Gus Dur mengumpulkan 60 suara lebih
banyak. Gus Dur jadi Presiden. Dengan diiringi lantunan salawat badar, Gus Dur dibantu
berdiri dan dibimbing ke podium untuk disumpah menjadi presiden. Pidato perdana usai
diambil sumpah jabatan sebagai Presiden, Gus Dur menyampaikan pidato pertamanya.
Dalam kesempatan tersebut, ia menekankan komitmennya untuk menegakkan keadilan
dan untuk mendatangkan kemakmuran bagi sebanyak mungkin warga masyarakat. Selain
itu, yang tak kalah penting untuk mempertahankan keutuhan wilayah bangsa. "Karena
itu, kita tetap tidak bisa menerima adanya campur tangan dari negara lain atau bangsa
lain kepada bangsa dan negara kita. Apa pun akan kita lakukan untuk mempertahankan
keutuhan wilayah kita, untuk mempertahankan harga diri kita sebagai bangsa yang
berdaulat!" tegas Gus Dur. "Demikian pula kita harus meletakkan sendi-sendi kehidupan
yang sentosa bagi bangsa kita di masa-masa yang akan datang. Ini bukanlah tugas yang
ringan, ini tugas yang berat. Apalagi karena pada saat ini kita tengah didera oleh
perbedaan paham yang sangat besar oleh longgarnya ikatan-ikatan kita sebagai bangsa,"
tambahnya.

2. 1. Membubarkan Departemen Sosial dan Departemen Penerangan


Baru sebulan menjabat sebagai presiden, Gus Dur langsung merombak tatanan birokrasi
pemerintahan dengan membubarkan Departemen Sosial dan Departemen Penerangan.
Departemen Sosial dan Departemen Penerangan, ini sebelumnya sudah ada sejak
pemerintahan Orde Baru dan Habibie.

Saat menjelaskan perihal pembubaran kedua pos kementerian itu di hadapan DPR, Gus
Dur melontarkan komentar bahwa DPR tak ubahnya taman kanak-kanak. "Beda DPR
dengan taman kanak-kanak memang tidak jelas," kata Gus Dur ketika itu. Pernyataan itu
memunculkan protes keras dari sejumlah anggota Dewan

2.2 Sambangi Soeharto pasca-lengser


Gus Dur juga memilih menyambangi mantan Presiden Soeharto setelah penguasa Orde
Baru itu dilengserkan pada 1998. Padahal, waktu itu Soeharto dan Keluarga Cendana
sedang menjadi sorotan publik. Gus Dur pula yang menggagas bahwa Soeharto harus
diadili, hartanya disita, lalu Soeharto dimaafkan. Hingga akhirnya, untuk pertama
kalinya, pada 30 Agustus 2000 dilaksanakan pengadilan terhadap Soeharto.

2.3 Usul agar TAP MPR tentang PKI dihapus


Usul Gus Dur ini juga menuai kontroversial, yakni pencabutan Tap MPRS Nomor XXV
Tahun 1966 tentang pelarangan PKI dan pelarangan penyebaran ajaran komunisme dan
Marxisme/Leninisme di Indonesia. Namun usul ini kandas. Dalam rapat Panitia Ad Hoc
II Badan Pekerja (PAH II BP) MPR, seluruh Fraksi MPR menolak usulan yang sempat
menjadi polemik publik itu.
Akibat usul itu, aksi protes kaum muda serat umat Islam muncul di mana-mana. Fraksi
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pun akhirnya ikut menolak usulan tersebut, kendati
sempat berkukuh mendukung usulan tersebut.

2.4 Memecat Juzuf Kalla dan Laksamana Sukardi


Pada April 2000, Gus Dur memecat Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan Jusuf
Kalla serta Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi. Alasan dia, keduanya terlibat
dalam kasus korupsi, meskipun Gus Dur tidak pernah memberikan bukti yang kuat.
Belakangan, Hamzah Haz juga mengundurkan diri dengan alasan menolak kedekatan
Gus Dur dengan Israel.

2.5 Mengubah keangkeran Istana


Gus Dur mengubah keangkeran Istana dengan cara menerima tamu dari berbagai
kalangan, mulai dari masyarakat umum, pejabat, hingga kiai NU yang hanya memakai
sarung dan sandal. Bahkan suatu ketika ia pernah mengenakan celana pendek di Istana
Negara. Gus Dur juga kerap kedatangan tamu hingga malam hari.

2.6 Ancam keluarkan dekrit pembubaran parlemen


Kebijakan ini paling kontroversial dilakukan Gus Dur menjelang akhir masa jabatan. Dia
mengancaman mengeluarkan dekrit pembubaran parlemen. Dekrit itu berisi (1)
pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan
mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar sebagai
bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR.
Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, dan akhirnya MPR
secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati
Soekarnoputri, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden.

3. Pelengseran K.H Abdurrahman Wahid berawal dari laporan panitia khusus atau Pansus
DPR terkait dugaan (yang sebenarnya tidak pernah dilakukan Gusdur) seputar kasus
penggunaan dana Yayasan Dana Kesejahteraan Karyawan Bulog sebesar 4 juta Dollar
AS. dan dana bantuan Sultan Brunei Darussalam sebesar 2 juta Dollar AS. Akhirnya
berdasarkan dugaan tersebut (yang sebenarnya tidak pernah dilakukan Gusdur), Gusdur
dinilai telah melanggar UUD 1945 Pasal 9 tentang Sumpah Jabatan dan melanggar Tap
MPR No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bebas KKN. Konflik
antara Gusdur dengan DPR/MPR semakin meruncing setelah Gusdur mengeluarkan
Dekrit Presiden 23 Juli 2001 yang berisi tentang pembekuan DPR dan MPR,
pengembalian kedaulatan ke tangan rakyat, dan pembekuan Golkar. Dekrit tersebut tidak
berfungsi, sebab di hari yang sama, MPR mengadakan sidang istimewa, dan menyatakan
Gusdur melanggar Tap MPR No. III/MPR/2000 karena memberhentikan Kapolri tanpa
persetujuan DPR. Jabatannya kemudian digantikan oleh Megawati Soekarnoputri.
Dengan demikian alasan MPR melengserkan Gusdur dikarenakan adanya dugaan (yang
sebenarnya tidak pernah dilakukan Gusdur) terkait penyalahgunaan kekuasaan oleh
Gusdur selama menjabat sebagai presiden.
4. entah karena tingkat kontroversialnya maupun kedalaman dan keluasannya dalam melihat
suatu masalah, Gus Dur memang sosok yang menarik. Bahkan, serba menarik untuk
diamati dari banyak segi dan banyak sudut pandang. Apa yang menjadi gerak langkah
Gus Dur bagi saya, cukup mempengaruhi cara berpikir, pemahaman dan cara pandang
banyak orang, tidak terkecuali saya.
Almarhum Gus Dur, dalam kondisi kesehatannya terutama pada masa yang kurang
sempurna, justru beliaulah tokoh bangsa yang memberikan pendidikan politik yang
nyaris sempurna kala itu, tahun 80-an, 90-an, dan 2000-an hingga wafatnya. Beliau
menjadi King Maker dengan akrobat dan zig-zag politiknya, dengan keluwesan dan
kelugasan juga dengan kelapangan dada serta kearifannya.
Bagi waga NU (nahdliyyin), sosok Gus Dur adalah simbol Pamomong, yakni, figur yang
memiliki watak mengayomi, membimbing serta memperteguh kasih sayang atas sesama,
tanpa membeda-bedakan. Keunikan dan kelebihan Gus Dur, sehingga beliau dipercaya
oleh Rakyat Indonesia untuk menduduki kursi RI-1 adalah karena beliau mampu dan
cerdas memadukan nilai-nilai kepesantrenan, kebangsaaan dan kemanusiaan. Bukan
hanya dalam dirinya, melainkan juga dalam kenegarawanannya.
Yang tak kalah pentingnya jasa Al Maghfurlah Gus Dur adalah hingga saat ini telah
banyak melahirkan santri-santri Muda NU yang progresif atau sekarang telah menjadi
santri ideologi Gus Dur. Gus Dur muda kala itu sepulang dari Universitas Al Azhar Mesir
dan Baghdad Iraq, memainkan peran yang signifikan sebagai payung sosial-politik,
budaya bagi generasi muda NU.
Untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran kritis progresif dalam tradisi
intelektualisme NU terutama di pesantren, baik yang berkaitan dengan teologi, tasawuf,
fiqh maupun doktrin Ahlussunah Wal Jamaah (Aswaja).
Hingga hari ini, detik ini semangat (ghirah) pluralisme dan multikulturisme KH.
Abdurrahman Wahid masih relevan dan harus kita terjemahkan dalam konteks ekonomi,
sosial, kebudayaan, politik, pendidikan di Indonesia bahkan dunia internasional. Aneka
ragam latar belakang budaya, agama, bahasa tidaklah menghambat saluran komunikasi
dan persaudaraan kita dibumi Nusantara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai